Anda di halaman 1dari 3

Judul : DOKTRIN 2-7 (BAB 7)

Nama : Marthina Trivena Getsya Kapitan (PAK)

Kaum Doketisme menyangkal kemanusiaan Yesus. Doketisme mengakui Yesus sebagai Allah yang
utuh, bukan manusia. Doketisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu Dokeo, yang berarti
“kelihatannya”. Mereka mengatakan Yesus kelihatannya seperti manusia, tetapi bukan. Ia 100%
Allah. Kelihatan ajaran ini alkitabiah, tetapi tidak. Yang benar adalah Yesus 100% Allah dan 100%
manusia. Oleh sebab itu adalah tugas kita untuk memberi penjelasan kepada mereka yang tidak
mengakui keilahian atau kemanusiaan Yesus Kristus. Aliran ini menganggap bahwa Yesus hanya
kelihatan saja seperti manusia, tetapi bukan manusia sejati. Menurut penganutnya Yesus di dalam
segala aspek hanya ilusi. Meskipun kelihatan seperti manusia, namun ia hanya seolah-olah menjadi
manusia. Dengan demikian Yesus dipandang tidak memiliki tubuh insani dan ia hanya roh yang
menunjukkan diri-Nya kepada manusia. Mereka berpandangan bahwa juruselamat tidak mungkin
menderita. Oleh sebab itu mereka menganggap penderitaan Yesus hanya dongeng. Selain itu, Yesus
menderita di atas kayu salib hanyalah tampaknya. Sebab Yesus tidak mungkin merasakan
penderitaan. Namun, istilah doketis pertama kali ditemukan oleh Eusebius. Ajaran ini muncul pada
kekristenan pertama untuk menyangkal kebenaran inkarnasi Yesus yang bersifat fisik. Menurut teori
ini mengajarkan bahwa ‘dunia’ dapat mati, sedangkan ‘ilahi’ tidak. Kaum Doketis mengatakan kalau
Yesus itu Juruselamat yang berasal dari keberadaan ilahi, maka tidak mungkin Ia menjadi manusia
sejati dan hanya seolah-olah saja menjadi manusia.

Ajaran ini mengajarkan bahwa Yesus tidak memiliki tubuh insani dan Ia hanya roh yang menujukkan
diri-Nya kepada manusia. Para doketis yakin bahwa seorang juruselamat yang berasal dari Allah
tidak mungkin menderita. Para doketis melihat dari injil Markus pada saat Yesus dibaptis, Roh Allah
itu turun ke atas-Nya. Para doketis itu juga berpendapat bahwa selama Yesus disalib, Roh Allah
meninggalkan tubuh Yesus. Para penganut doketisme menganggap Yesus seperti hantu dan semua
penderitaan-Nya hanya dongeng belaka. Jika Yesus menderita, berarti dia bukan Allah, sedangkan
pandangan ini menganut bahwa Yesus itu 100% Allah namun bukan manusia sejati. Sebaliknya, jika
Yesus adalah Allah, maka tidak mungkin Ia merasakan penderitaan. Akibat dari pandangan doketis
yang salah mengenai Yesus ini adalah Allah tidak sungguh-sungguh datang kepada manusia dan Allah
tidak memiliki perasaan dan pengalaman manusiawi. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa natur
Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia. Alkitab mempunyai bukti-bukti bahwa Yesus adalah
Allah dan manusia dalam waktu yang bersamaan. Yesus memiliki sifat-sifat seperti Allah dan
manusia. Seperti yang ditulis dalam Yohanes 1 : 4, Firman itu adalah Tuhan dan Firman itu sendiri
telah menjadi manusia. Bukti bahwa Yesus adalah manusia yaitu Ia mempunyai ibu dan saudara-
saudara, Yesus haus dan lapar, Yesus sedih dan menangis. Sedangkan bukti bahwa Ia adalah Allah
sudah tertulis dengan jelas, yaitu Yesus dapat membangkitkan orang dari kematian (Yohanes 11 : 1 –
44) dan Ia sendiri bangkit dari kematian dan mengalahkan maut.

Bukti yang lain yang ditulis di dalam alkitab terdapat pada Filipi 2 : 5 – 8. Di situ tertulis bahwa Yesus
adalah Allah yang mengambil rupa manusia dan menjadi sama dengan manusia, sehingga dapat
dikatakan bahwa natur Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia. Bukti yang lain dapat dilihat
dalam Yohanes 1 : 14, Yohanes 2 : 1 - 11, Yohanes 4 : 6 - 7, dan Yohanes 11 : 33, 35. Kita harus
menyatakan bahwa Yesus adalah 100% Allah dan juga 100% manusia, Yesus dapat menjadi manusia
karena Ia adalah Allah. Ia bisa melakukan segalanya, tidak ada yang tidak mungkin olehNya. Yesus
rela menderita, krn Ia adalah kasih; Ia mengasihi manusia sehingga Ia rela mati di kayu salib utk
menebus dosa manusia. Kita harus menyikapi segala informasi yang kita dapat dengan hati-hati dan
berpaling kepada kebenaran yang ada di Alkitab. Jangan hanya menerima semua informasi tanpa
disaring karena itu dapat menyesatkan kita. Kita harus tetap berpegang teguh kepada Firman Tuhan.
Doketis mengajarkan bahwa Yesus benar adanya bahwa Ia adalah 100% Allah, tetapi mereka tidak
mengakui bahwa Yesus yg 100% Allah juga adalah !00% manusia. Jelas ajaran tersebut salah karena
tidak sesuai dengan apa yang ada di Alkitab. Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia. Yesus
memiliki sifat-sifat seperti Allah dan manusia, Yesus adalah Allah dan manusia dalam waktu yang
bersamaan seperti yang dijabarkan pada ayat-ayat diatas.

Apolinarianisme atau Apolinarisme adalah pandangan yang dikemukakan oleh Uskup Apollinaris dari
Laodikea (310-390 M). Ia mengatakan bahwa Yesus mempunyai tubuh sebagai manusia tetapi tidak
memiliki roh dan jiwa rasional. Pada diri Yesus adalah pikiran Ilahi. Apolinarianisme merupakan
suatu usaha untuk membela keilahian Kristus tetapi mengorbankan sisi kemanusiaan Kristus. Ada
dua alasan yang dikemukakan oleh Apollinaris mengenai mengapa ia tidak menerima Yesus
mempunyai jiwa insani yang rasional. Menurut pendapatnya, bahwa Yesus memiliki tubuh dan jiwa,
tetapi tidak memiliki roh. Karena roh atau “aku” manusia diganti dengan “Logos”. Sebab itu, Yesus
tidak dapat disebut manusia sejati. Ia memiliki sebutan bertubuh, tetapi tidak memiliki tubuh yang
sebenarnya. Pandangan ini disebut juga Monophisitisme (Kristus memiliki satu sifat). Tanpa disadari
pandangan demikian menempatkan Manusia Yesus tidak berbeda dengan hewan yang hanya
memiliki tubuh dan jiwa saja.

Sebagian orang Kristen tidak memahami apa arti penting dari Kristus sehingga ketika ke-Allahan
Kristus dipertanyakan membuat mereka sulit menjawab. Dalam Kolose 1:15 berkata demikian: “ Ia
adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan”.
Ayat ini sangat jelas memaparkan bahwa Kristus adalah bukan mahkluk yang diciptakan, tetapi Yesus
adalah ahli waris dan penguasa atas ciptaaan. Kemanusiaan Yesus sama pentingnya dengan
keTuhanan Yesus. Yesus dilahirkan sebagai manusia sementara masih sepenuhnya ilahi. Konsep
kemanusiaan Yesus yang berdampingan dengan keilahian-Nya sulit bagi pikiran manusia yang
terbatas untuk dipahami. Meskipun demikian, sifat Yesus sepenuhnya manusia dan Allah
sepenuhnya adalah fakta alkitabiah. Ada orang-orang yang menolak kebenaran alkitabiah ini dan
menyatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia, tetapi bukan Tuhan (Ebionisme). Docetisme
adalah pandangan bahwa Yesus adalah Tuhan, tetapi bukan manusia. Kedua sudut pandang itu tidak
alkitabiah dan salah. Yesus harus dilahirkan sebagai manusia karena beberapa alasan. Yang satu
digarisbawahi dalam Galatia 4: 4–5: “Tetapi ketika waktunya telah tiba sepenuhnya, Allah mengutus
Anak-Nya, yang lahir dari seorang wanita, yang lahir di bawah hukum, untuk menebus mereka yang
di bawah hukum, agar kita dapat menerima hak penuh anak-anak lelaki. “Hanya seorang pria yang
bisa” lahir di bawah hukum. “Tidak ada binatang atau malaikat adalah” di bawah hukum. “Hanya
manusia yang lahir di bawah hukum, dan hanya manusia yang dapat menebus manusia lain yang
lahir di bawah hukum yang sama. Lahir di bawah hukum Tuhan, semua manusia bersalah karena
melanggar hukum itu. Hanya manusia yang sempurna — Yesus Kristus — yang bisa dengan
sempurna mematuhi hukum dan secara sempurna memenuhi hukum, dengan demikian menebus
kita dari kesalahan itu. Yesus menyelesaikan penebusan kita di kayu salib, menukar dosa kita untuk
kebenaran-Nya yang sempurna (2 Korintus 5:21). Alasan lain mengapa Yesus harus sepenuhnya
manusia adalah bahwa Allah menetapkan perlunya penumpahan darah untuk pengampunan dosa
(Imamat 17:11; Ibrani 9:22). Darah hewan, meskipun dapat diterima secara sementara sebagai
bayangan darah manusia-manusia yang sempurna, tidak cukup untuk pengampunan dosa secara
permanen karena “tidak mungkin bagi darah lembu jantan dan kambing untuk mengambil dosa-
dosa” ( Ibrani 10: 4). Yesus Kristus, Anak Domba Allah yang sempurna, mengorbankan kehidupan
manusia-Nya dan mencurahkan darah manusia-Nya untuk menutupi dosa-dosa semua orang yang
akan percaya kepada-Nya. Jika Dia bukan manusia, ini tidak mungkin. Selanjutnya, kemanusiaan
Yesus memungkinkan Dia untuk berhubungan dengan kita dengan cara yang tidak pernah dapat
dilakukan oleh malaikat atau hewan. “Karena kita tidak memiliki imam besar yang tidak dapat
bersimpati dengan kelemahan kita, tetapi kita memiliki seseorang yang dicobai dalam segala hal,
sama seperti kita — namun tanpa dosa” (Ibrani 4:15). Hanya manusia yang dapat bersimpati dengan
kelemahan dan godaan kita. Dalam kemanusiaan-Nya, Yesus menjadi sasaran dari semua jenis
cobaan yang sama seperti kita, dan karena itu, dia dapat bersimpati dengan kita dan membantu kita.
Dia dicobai; Dia dianiaya; Dia miskin; Dia dibenci; Dia menderita sakit fisik; dan Dia menanggung
kesedihan karena kematian yang bertahan dan paling kejam. Hanya seorang manusia yang dapat
mengalami hal-hal ini, dan hanya manusia yang dapat sepenuhnya memahami mereka melalui
pengalaman.

Akhirnya, perlu bagi Yesus untuk datang dalam daging karena percaya bahwa kebenaran adalah
prasyarat untuk keselamatan. Mendeklarasikan bahwa Yesus telah datang dalam daging adalah
tanda roh dari Allah, sementara Antikristus dan semua yang mengikutinya akan menolaknya (1
Yohanes 4: 2–3). Yesus telah datang dalam daging; Dia mampu bersimpati dengan kelemahan
manusia kita; Darah manusia-Nya ditumpahkan untuk dosa-dosa kita; dan Dia sepenuhnya Allah dan
sepenuhnya Manusia. Ini adalah kebenaran alkitabiah yang tidak dapat disangkal.

Anda mungkin juga menyukai