Anda di halaman 1dari 12

PAPER

APOLOGETIKA

”YESUS KRISTUS SALAH SATU JALAN MENUJU KESELAMATAN”

Oleh :

Elisa Margareta Sihombing

Dosen Pengampu: Manintiro Uling, M.Th

INSTITUT INJIL INDONESIA

FAKULTAS TEOLOGI

Batu, November 2021


BAB I

PENDAHULUAN

Banyaknya konsep keselamatan yang berkembang di kalangan orang


Kristen, membuat banyak orang Kristen menjadi salah arah dan salah
memahami konsep kasih karunia Allah. Dan menggunakan pemahaman
sendiri sebagai dasar bahwa ia telah mendapatkan keselamatan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan apa yang Allah kehendaki dan apa yang
Allah berikan sebagai jaminan untuk memperoleh keselamatan yang
sesungguhnya.1 Akibatnya muncul berbagai “angin pengajaran” mengenai
konsep keselamatan ini, or1ang-orang Kristen sering dilanda keraguan dan
kekuatiran mengenai kepercayaannya kepada Yesus Kristus akibat dari
“angin pengajaran” tersebut. Ketika orang-orang berhenti percaya kepada
hal-hal yang bersifat mutlak, maka kebenaran-kebenaran Alkitab yang
mendasar tampak menjadi kacau. 2 Sehingga banyak “angin pengajaran”
yang mengatakan bahwa ad acara lain yang dapat diperoleh agar seseorang
bisa mendalatkan keselamatan tanpa harus melalui Yesus Kristus. Yakni
melalui 3 jalan, 1) percaya Yesus sebagai Juruselamat, 2) melakukan
kehendak Bapa, dan 3) hidup mengasihi sesama. 3 Dari ketiga “angin
pengajaran” sebagian besar orang percaya bahwa perbuatan baik yang
dilakukan seseorang merupakan jalan menuju keselamatan. Dengan
demikian bagi mereka Yesus Kristus adalah salah satu jalan keselamatan
dan bukan satu-satunya jalan keselamatan.

BAB II

1
Hari Sulastio, Jurnal Teologi dan Pelayanan: Keselamatan Karena Kasih Karunia
Menurut Efesus 2:1-10, hal 2, diakses 8 September 2020, pukul 17:00 WIB
2
Alex McFarland, Apologetika: Bukti Yang Menenguhkan Kebenaran Alkitab Volume 4,
(Malang: Gandum Mas, 2012), 128
3
Federans Randa, Jurnal Teologi: Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus
Sebagai Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah, hal 35, diakses 8 september
2020, pukul 17:00
PEMBAHASAN

Kitab Suci berulang kali mengatakan bahwa manusia tidak dapat


meraih perkenanan Allah oleh perbuatan baik manusia. Kitab Suci dengan
sangat jelas mengatakan bahwa manusia tidak dapat melepaskan dirinya
sendiri dari dosa-dosanya.4 Ini menegaskan bahwa Yesus Kristus lah yang
menyelamatkan manusia dari keberdosaannya melalui kematian-Nya di kayu
Salib, penyaliban Yesus ini menyelamatkan manusia. Kitab Suci tanpa
keraguan menyoroti kematian dan kebangkitan Yesus sebagai peristiwa
keselamatan-Nya. Yesus mengalami inkarnasi dimana Anak Allah menjadi
manusia oleh pembuahan supranatural dalam Rahim Maria. 5 Calvin
mengatakan bahwa:

Sang Pengantara mempunyai kualifikasi yang unik. Dia harus Allah


dan juga manusia untuk menyelamatkan kita, orang-orang berdosa.
Dia harus Allah karena hanya Allah yang dapat menyelamatkan kita.
Dia harus menajdi manusia karena karya keselamatan harus
dilakukan oleh seorang manusia bagi manusia.6
Kehidupan Kristus adalah kehidupan yang tanpa dosa, mulai dari
kelahiran-Nya, perkataan-Nya, pikiran-Nya dan perbuatan-Nya. Inkarnasi
dari Anak Allah adalah prasyarat mutlak (tidak dapat diubah oleh apapun)
bagi karya keselamatan-Nya (Filipi 2:5-9). Tujuan inkarnasi ini adalah
memfasilitasi penebusan. Agar Anak itu dapat menebus kita, Dia harus
menajdi salah satu dari kita. Tanpa inkarnasi, tidak ada penebusan,
Kehidupan Yesus yang tanpa dosa ini menyelamatkan manusia. Ia wajib
menaati hukum Taurat umat kovenan Allah dan itulah yang Yesus lakukan,
dengan sempurna, sepanjang hidup-Nya.

J.I. Packer mengatakan bahwa:

4
Robert A. Peterson, Keselamatan Dikerjakan Oleh Sang Anak, (Surabaya: Momentum,
2018), 12
5
Ibid, 14
6
John Calvin, Institutes Of The Christian Relegion, (Philadelphia: Westminster, 1960),
464
kasih Allah kepada orang berdosa diungkapkan dengan pemberian-
Nya yaitu Anak-Nya untuk menjadi Juruselamat mereka. Ukuran dari
kasih adalah berapa besar yang diberikan, dan ukuran kasih Allah
adalah Diaa memberikan Anak tunggal-Nya untuk menajdi manusia,
dan mati untuk dosa, dan dengan demikian menjadi satu-satunya
Pengantara yang dapat membawa kita kepada Allah. 7
Pernyataan J.I. Packer sangatlah tepat dan penting bagi kita
memandang kematian Yesus sebagai pusat dari karya keselamatan-Nya.
Hamba itu sangat menderita, menanggung penghinaan, penolakan,
kesakitan, ditikam dan bahkan “diremukkan,” dianiaya, ditindas, dan dilukai
hingga tidak dikenali lagi. Yesus datang menyembuhkan orang-orang yang
sakit rohani, untuk memanggil orang-orang berdosa, dan untuk mencari dan
menyelamatkan yang terhilang. Dengan kata lain, keselamatan dalam iman
Kristen diperoleh karena pengorbanan Tuhan Yesus yang mati di kayu Salib
untuk menebus dosa umat manusia.

Kematian Yesus Kristus

Yesus tidak pernah berbuat dosa dan Ia tidak pernah salah. Namun Ia
harus mengalami kematian dan penyaliban. Berbicara mengenai kematian,
sering diartikan atau identik dengan ‘dosa’. Orang yang berbuat dosa
seharusnya di hukum dan hukuman yang diberikan ialah maut (Roma 6:23).
Dosa ada sejak kejatuhan manusia pertama kali dalam dosa yakni melalui
pemberian diri kepada ular yang datang mencobai Adam dan Hawa saat itu.
Manusia berhak mendapatkan hukuman atas dosa-dosa yang ia lakukan,
tapi tidak halnya dengan Yesus. Ia harus menerima dan mengalami
hukuman yang sangat kejam yaitu penyaliban dimana Kristus mati tanpa
dosa, melainkan mati karena dosa-dosa manusia. Dalam Perjanjian Baru
menegaskan bahwa Kristus menggantikan kita pada waktu Dia mati bagi
kita, dengan demikian Yesus adalah aktor utama. 8 Yesus di dakwa
melakukan suatu kejahatan yang amat keji sehingga hukuman yang di terima
ialah hukuman salib. Kematian Yesus sangat penting. Tujuan Dia datang ke
dunia adalah untuk melepaskan manusia dari dunia yang jahat. Allah dalam

7
J.I. Packer, Knowing God, (Downers Grove: InterVarsity, 1973), 114
8
Park Abraham, Pertemuan Yang Terlupakan, (Jakarta: Grasindo, 2011), 31
Yesus Kristus menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan manusia yang di
dasarkan pada kasih yang begitu besar terhadap manusia. Ini adalah bukti
bahwa Ia memberikan persembahan yang hidup kepada Allah. Kematian
Yesus bukanlah suatu paksaan dari pihak mana pun melainkan ini karena
kerelaan untuk memberikan diri-Nya yang dikehendaki Bapa sebagai bentuk
pendamaian antara Allah dan manusia yang telah rusak akibat kejatuhan
manusia dalam dosa. Hakikat kematian Kristus ialah karena dosa-dosa
manusia, kematian tanpa syarat.

Ketika Yesus datang ke bumi, Ia tahu bahwa Dia datang untuk mati; 9
kematian-Nya merupakan keharusan dalam rencana Allah yang abadi.
Yesus menjadi korban persembahan yang hidup. Yesus mengorbankan diri-
Nya sebagai korban bakaran dengan kepasrahan penuh kepada Allah,
sebagai harga untuk melunasi dosan dan pelanggaran kita terhadap Allah.
Korban persembahan merujuk pada hewan, makanan dan minuman yang
dipersembahkan. Namun melalui kematian-Nya di kayu Salib, Yesus
menggenapi seluruh sistem pengorbanan dan melakukannya satu kali untuk
selamanya. Yesus Kristus menaati rencana dan pemeliharaan yang kekal
dari Allah sehingga mati di kayu salib tanpa melakukan perlawanan kepada
Allah. Kematian Yesus bukan lah sebuah ilusi; Ia benar-benar mati. Yesus
sungguh-sungguh manusia dan Ia merasakan juga mengalami apa yang
manusia rasakan, kecuali dosa. Kematian-Nya yang nyata membuat Ia
merasakan pengalaman kematian yang lengkap. Dengan penuh
penderitaan, Ia melawan musuh-Nya yang terakhir yaitu kejahatan dunia
yang membuat manusia berdosa. Kematian Yesus ini merupakan suatu hal
yang sangat menakjubkan. Karena dalam Perjanjian Lama tidak pernah ada
korban yang mati dengan sukarela.

Penyaliban Kristus
9
Edward Horowith, Salib Kristus Merenungi 7 Pesan Kalvari, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Kasih, 2004), 4
Yesus datang sebagai anak manusia dan Ia benar-benar merendahkan
diri-Nya agar menjadi sama dengan manusia. Ini Ia lakukan karena Ia begitu
mengasihi dunia ini sehingga Ia rela merendahkan diri-Nya bahkan
menyerahkan diri-Nya. Terbukti Ketika Yesus mengalami penganiayaan yang
begitu besar, berbagai pukulan, cambukkan, cemoohan, bahkan cacian dari
orang-orang saat itu Ia tetap menerimanya. 10 Allah tidak menghindarkan
Yesus dari pukulan hebatnya hukuman mati akibat dosa. Penderitaan Yesus
tidak hanya sampai di situ saja. Penderitaan yang Ia alami berlanjut hingga
penyaliban di Kayu Salib. Salib merupakan simbol atau lambang kehinaan,
tempat yang tercela dan sangat memalukan. Dimana orang yang berbuat
dosa besar yang menimbulkan kehinaan akan menerima hukuman berupa
penyaliban sehingga salib dipandang sebagai simbol suatu kehinaan. Tidak
hanya itu saja, korban yang disalibkan akan dilucuti dan dipertontonkan
secara tidak hormat di hadapan semua orang di muka umum. Akan tetapi,
Yesus tidaklah melakukan suatu dosa besar yang menimbulkan kehinaan.
Yesus hanya dengan rela menyerahkan diri-Nya untuk menebus dosa-dosa
manusia dan untuk mendamaikan hubungan manusia dengan Allah.
Meskipun demikian Yesus tetap mendapatkan perlakukan yang seharusnya
diterima oleh orang yang di Salib.

Yesus mendapatkan hukuman cambuk hingga membuat tubuh Yesus


terluka parah dan mencucurkan darah. Tidak hanya itu, Yesus juga harus
memikul salib seorang diri menuju Golgota. Sepanjang jalan Ia terus-
menerus mendapatkan hukuman, cacian dan juga hujatan dari orang-orang
yang mengikuti-Nya. Setelah tiba di Golgota Yesus di salib dengan posisi
badan yang terlentang, kedua tangan dan kakinya dipaku. Kemudian di
kepala-Nya di pasangkan mahkota duri. Yesus tergantung di kayu salib
kurang lebih selama 6 jam, kemudian Ia meninggal. Karena Yesus
meninggalnya cepat maka kaki Yesus tidak dipatahkan. Hanya lambung
Yesus di tusuk dengan menggunakan lembing, kemudian darah yang
bercampur air keluar. Ini menandakan bahwa Yesus benar-benar telah

10
James H. Todd, Kristologi, (Malang: Gandum Mas, 2003), 112
meninggal di atas kayu salib. Darah Yesus yang tercurah di kayu salib
adalah satu-satunya dasar dari pengampunan Allah kepada kita manusia
berdosa.11 Dengan darah-Nya, Allah membuka jalan untuk setiap kita
manusia bisa datang ke hadirat-Nya, ke Ruang Mahakudus dengan penuh
iman. Tidak ada satu manusia pun yang dapat datang kepada Allah kalau
tidak melalui darah Yesus Kristus. Darah Kristus ini adalah lambang
perjanjian dengan Allah dengan umat-Nya di dalam Kristus tergenapi dan
iman kita harus menerimannya dan juga menerima Kristus dalam diri kita.

Darah Kristus telah memberikan penebusan kekal atas semua dosa-


dosa manusia, menyucikan hati yang kotor menjadi murni, memberishkan
orang-orang percaya juga berdosa di hadapan Allah, memberikan jaminan
kekekalan, dan itu semua karena darah perjanjian yang tercurah di kayu
salib. Darah Kristus juga Darah Kristus juga telah membuat pendamaian
antara Allah dan manusia. Hanya darah Kristus lah yang mampu
memberishkan serta menyucikan manusia berdosa dari dosa apapun itu.
Pengorbanan Yesus adalah untuk selamanya dan oleh karena itu tidak ada
kata berhenti. Sejak manusia percaya dan menerima Sang Kurban bagi
dosa-dosanya, maka ia selamat untuk selamanya. Namun ini tidak berarti
penebusan serta pengampunan berhenti sampai di situ, ini terus-menerus
berkelanjutan. Penebusan oleh darah Yesus membuat semua orang datang
kepada-Nya dan percaya kepada-Nya. Penderitaan Yesus Kristus di kayu
salib membuktikan bahwa Ia mengalami kegelapan akibat dosa-dosa
manusia dan Ia mampu mengalahkannya, sehingga Yesus sanggup
menolong serta melepaskan manusia yang sedang terbelenggu kegelapan.
Yesus melakukannya demi kita manusia berdosa, bukan semata-mata untuk
diri-Nya sendiri. Dalam Galatia 1:4 dijelaskan bahwa tujuan Allah dalam
Yesus Kristus melakukan ini ialah untuk melepaskan kita (manusia berdosa)
dari dunia sekarang yang penuh dengann kejahatan. Dan Ia percaya melalui
pengorbannya di Kayu Salib hubungan manusia dengan Allah membaik.

11
Robby Setiawan, Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus ke Sorga, (Semarang:
Cakrawala Barat, 2001), 30
Orang yang rela melakukan hal demikian adalah orang-orang yang berjiwa
agung dan itulah Yesus Kristus.

Keselamatan adalah Anugerah

Dalam Roma 5:2 Paulus menuliskan bahwa “Oleh Di akita juga berolah
jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini
kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima
kemuliaan Allah.” Kasih karunia bukanlah sesuatu yang abstrak, kasih
karunia itu adalah Allah sendiri bersama segala kebaikan yang ada pada-
Nya. Cara orang percaya beroleh kasih karunia yaitu karena pembenaran
oleh iman dan damai sejahtera dengan Allah. 12 Hal ini diungkapkan dengan
kata-kata “oleh Di akita juga beroleh jalan masuk oleh iman.” Tomatala
menulis: “anugerah adalah sebagai pekerjaan Allah yang tidak membutuhkan
jasa manusia, pekerjaan mana diwujudnyatakan oleh Roh Kudus yang
menerapkan keselamatan dari Allah dalam kehidupan orang berdosa, yang
dilakukan-Nya secara sukarela dan cuma-cuma.” 13 Peran Roh Kudus sangat
besar bagi manusia, tanpa Roh Kudus maka manusia tidak bisa
mendapatkan keselamatan yang dikerjakan di dalam Yesus Kristus. Manusia
tidak mempunyai kemampuan untuk bisa menyelamatkan dirinya dari
hukuman dan murka Allah, akan tetapi perlu diingat bahwa peranan Roh
Kudus sangat besar bagi keselamatan manusia. Allah adalah sumber
anugerah, kasih karunia dan kebenaran (Yohanes 1:14). Keselamatan
datangnya dari seumber tersebut, dan bukan dari agama atau pemenuhan
hukum-hukumnya.14 Orang percaya hidup dan “menerima” kasih karunia
demi kasih karunia (Yohanes 1:16). Hal ini diberikan dan berlaku dalam
kehidupan setiap orang percaya. Paulus mengakui bahwa ia ada
sebagaimana ia ada sekarang sebagai rasul oleh karena kasih karunia yang
dianugerahkan kepadanya (I Kor. 15:10).

12
Aya Susanti, Jurnal Teologi: Keselamatan Dalam Konsep Rasul Paulus, hal 23,
diakses 13 September 2021, pukul 09:00 WIB
13
Yakob Tomatala, Yesus Kristus Juruselamat Dunia Satu-Satunya JAwaban Atas
Masalah Manusia, (Jakarta: YT. Leadership Foundation, 2004), 127-128
14
Yakub B. Subsada, Mengenal dan Bergaul dengan Allah, (Batam: Gospel Press,
2002), 171
Dalam Efesus 2:8 dikatakan: “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.”
Ini menunjukkan bahwa iman adalah respon penerimaan atas apa yang
sudah diekrjakan Kristus bagi semua orang. Keselamatan itu diberikan
dengan cuma-cuma oleh anugerah Allah (Roma 3:24) dan diterima bukan
atas dasar usaha dari manusia tetapi melalui iman (Galatia 2:16, Filipi
3:19).15 Keselamatan manusia hanyalah pemberian Allah, kuncinya bukan
karena usaha manusia melainkan pemberian Allah. Jadi kunci daripada
keselamatan ini adalah Allah sendiri bukan manusia. Pemberian berarti diberi
tidak ada usaha manusia sedikit pun. Itu artinya bahwa sebesar apapun
perbuatan manusia, sebaik apapun manusia bahkan sehebat apapun dirinya,
manusia sama sekali tidak bisa memberikan keselamatan bagi orang lain
bahkan bagi dirinya sendiri.16 Orang percaya yang telah diselamatkan harus
mengerti arti dari keselamatan tersebut. Orang percaya diselamatkan agar
terbebas dari hukum maut terhadap dosa-dosa yang dilakukan dan
keselamatan yang diperoleh digunakan untuk melayani orang lain dan
menyebarluaskan keselamatan tersebut. Allah telah merancang dan
mempersiapkan orang percaya untuk melakukan berbagai pekerjaan baik.
Tujuan pemilihan Bapa adalah orang percaya menajdi kudus dan tidak
bercacat.

KESIMPULAN

15
Hari Sulastio, Jurnal Teologi dan Pelayanan: Keselamatan Karena Kasih Karunia
Menurut Efesus 2:1-10, hal 73, diakses 13 September 2021, pukul 09:00 WIB
16
Suharsono, Jurnal Teologi: Kekhasan Teskhatologi Rasul Paulus, hal 65-67, diakses
13 September 2021, pukul 09:00 WIB
Kasih merupakan salah satu sifat Allah yang terbesar. Karena kasih-
Nya, Allah telah memberikan, mempersembahkan, menyerahkan dan
mengaruniakan Anak-Nya Yesus Kristus datang ke dunia melalui jalan
kepahitan murka Allah dengan tujuan agar manusia dibebaskan dari
hukuman kekal Allah. Keselamatan itu mutlak hanya bisa dilakukan oleh
Allah bukan hasil usaha manusia, diberikan Allah dengan cuma-cuma
kepada manusia. Keselamatan hanya dapat diperoleh melalui Yesus Kristus
tidak ada jalan lain selain daripada itu, perbuatan baik tidak menyelamatkan.
Tapi perbuatan baik adalah respon iman manusia terhadap Allah. Sebagai
orang yang telah diselamatkan, harus mewujudnyatakan kasih Allah dalam
kehidupan sehari-hari dengan melakukan kehendak Bapa dan mengasihi
sesama. Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan menuju keselamatan “Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang olehnya kita dapat diselamatkan” (Kis. 4:12).”

DAFTAR PUSTAKA
Abraham, Park,
2011 Pertemuan Yang Terlupakan. Jakarta: Grasindo

Calvin, John,
1960 Institutr of the Christian Relegion. Philadelphia: Westminster

Horowith, Edward,
2004 Salib Kristus Merenungi 7 Pesan Kalvari. Jakarta: Prestasi
Pustaka Kasih

McFarland, Alex,
2012 Apologetika: Bukti Yang Menenguhkan Kebenaran Alkitab
Volume 4. Malang: Gandum Mas

Peterson, Robert. A.,


2018 Keselamatan Dikerjakan Oleh Sang Anak. Surabaya: Momentum

Packer, J.I.,
1973 Knowing God. Downers Grove: InterVarsity

Setiawan, Robby,
2001 Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Yesus Ke Sorga.
Semarang: Cakrawala Barat

Subsada, Yakub. B.,


2002 Mengenal dan Bergaul dengan Allah. Batam: Gospel Press

Todd, James. H.,


2003 Kristologi. Malang: Gandum Mas
Tomatala, Yakob,
2004 Yesus Kristus Juruselamat Dunia Satu-Satunya Jawaban Atas
Masalah Manusia. Jakarta: YT. Leadership Foundation

Referensi Jurnal:
Randa, Federans,
2019 Karya Keselamatan Allah Dalam Yesus Kristus Sebagai
Jaminan Manusia Bebas Dari Hukuman Kekal Allah
Suharsono,
2017 Kekhasan Eskhatologi Rasul Paulus

Sulastio, Hari,
2020 Keselamatan Karena Kasih Karunia Menurut Efesus 2:1-10

Susanti, Aya,
2019 Keselamatan Dalam Konsep Rasul Paulus

Anda mungkin juga menyukai