Anda di halaman 1dari 8

Nama : Yunus B.

Sigalingging

Kelas : IIIC/ Theologia

Nim : 20.01.1926

Mata Kuliah : Dogmatika II

Dosen Pengampu : Pardomuan Munthe, M.Th

Kontraversi Ajaran Keselamatan (Manusia-Dosa-Allah-Keselamatan)

a. Kontraversi Yesus dengan pemimpin agama Yahudi


b. Kontraversi Paulus dengan Yudaisme Kristen

I. Pendahuluan

Puji dan Syukur kami panjatkan atas anugerah dan Kasih setia Tuhan Kita
Yesus Kristus, atas kesempatan yang Dia berikan, sehingga saya boleh membawa
materi kita pada hari ini, tentang Kontraversi Ajaran Keselamatan Manusia yang
dibagi menjadi dua bagian penting yaitu: Kontraversi Yesus dengan Pemimpin
Agama Yahudi, dan Kontraversi Paulus dengan Yudaisme Kristen. Dalam bahan
yang sudah saya siapkan, kita akan mempelajari apa itu keselamatan, bagaiamana
ajaran Keselamatan Yesus dan Paulus serta kontraversi yang terjadi. Semoga
bahan yang kami sajikan ini, bermanfaat dan boleh menjadi pengetahuan untuk
kita semua, Terima Kasih. Tuhan Yesus Memberkati.

II. Pembahasan
II.1. Pengertian Keselamatan
Keselamatan didalam bahasa Yunani adalah Makarios artinya bahagia.
Bahagia merupakan rasa senang, perasaan yang bergembira. Akan tetapi yang
lebih tepat pengertiannya dalam bahasa Yunani adalah keselamatan.
Keselamatan merupakan sebuah proses yang mana manusia adalah rancangan
Allah. Proses inilah yang tidak akan pernah berhenti di dalam pribadu
manusia. Arti dari keselamatan lebih mencolok daripada kebahagiaan.
Sejarah keselamatan bermaksudkan sejarah pelaksanaan rencana Allah untuk
melepaskan manusia dari cengkaraman dosa dan akibat-akibatnya karena
karya Yesus Kristus.1
1
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: Bpk. Gunung Mulia,2018), 45-46.
II.2. Ajaran Keselamatan Menurut Yesus

Alkitab telah mengajarkan bahwa Allah sudah menyediakan


keselamatan melalui karya Putra-Nya dan juga pribadi-Nya. Yang mana kita
ketahui Sang Putra sudah diutus untuk menjadi manusia, mati ganti kita, dan
bangkit kembali dari antara orang mati, naik kepada Allah Bapa, dan duduk
disebelah kanan Allah Bapa, serta menghadap kepada Allah atas nama orang
yang percaya. Karya Putra Allah bertujuan untuk menyelamatkan kita dari
kesalahan, hukuman, kuasa, dan akhirnya kehadiran dosa. Keselamatan
disiapkan bagi dunia dalam arti yang umum, namun secara khusus bagi orang-
orang yang sudah dipilih, yaitu mereka yang sudah mau percaya kepada
Kristus serta Taat kepada-Nya.2 Tuhan Yesus berulang-ulang menkankan Ia
melakukan penebusan bagi orang banyak. Markus 10:45 “Karena Anak
Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Yoh 3:16
“Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.”3

II.3. Ajaran Keselamatan menurut Pemimpin Agama Yahudi

Jabatan Imamat serta Bait Allah merupakan simbol bagi Agama


Yahudi, hal sudah itu sudah sangat menonjol di bagi agama Yahudi. Akan
tetapi kalau simbol yang dikatakan disini sudah sangat tertutup, maka dengan
itu ke-Yahudi-an tidak akan dapat hidup terus. Akan tetapi ke-Yahudi-an
terus hidup dan sanaggup menyesuaikan diri dengan keadaan. Hal itu
diakibatkan adanya kekuatan-kekuatan lain yang dipegang teguh oleh
pemimpin Agama Yahudi. Kekuatan itu ternyata memiliki satu dasar saja,
yaitu hukum. Dalam agama Yahudi hukum merupakan tempat yang sentral
sepanjang sejarah. Dalam masa itu, orang Yahudi merasa mempunyai ikatan
dan kewajiban terhadap hukum. Hal itu bukan semakin luntur akan tetapi
semakin berkembang dan mendarah daging. Kehidupan mereka, mereka

2
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1993), 307.
3
Peter Wongso, Soteriologi, (Malang: SAAT, 1990), 14.
baktikan untuk mempelajari, menafsirkan, memberlakukan serta menghayati
hukum.4

II.4. Kontraversi Yesus dengan Agama Yahudi

Yesus bukanlah seorang yang suka melawan hukum. Akan tetapi


Perhatian Yesus merupakan menafsirkan Perjanjian Lama dengan sebenar-
benarnya sebagai pedoman untuk mengenal kehendak Allah. Ke khasan
pendekatan Yesus ini ada pada jawaban-Nya terhadap suatu pertanyaan yang
iklas. Yang mana pertanyaan-Nya adalah, Perintah manakah yag paling
penting dari semua perintah?. Pokok itu sering timbul dalam pikiran Ahli-ahli
taurat. Lalu Jawaban Yesus atas pertanyaan itu adalah, perintah agar
mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri
sendiri. (Mar 12:28-34). Bagi Yesus kasih merupakan hal yang utama dan
kalau itu berarti membengkokkan atau mengeyampingkan peraturan-peraturan
yang disusun turun temurun oleh ahli taurat, maka itulah yang harus
dilakukan. Manusia yang dipedulikan Allah, jadi manusia diutamakan diatas
peraturan-peraturan.5

II.5. Ajaran Keselamatan Menurut Paulus


Allah yang Kasih-Nya begitu mendalam tidak akan membiarkan
orang-orang berdosa binasa. Seluruh teologi dan pengalaman religius Paulus
sepenuhnya di dasarkan pada apa yang telah dikerjakan oleh Allah di dalam
Kristus demi keselamatan kita. Allah lah yang mengawalinya, sebab misteri
penjelmaan berasal dari Allah; Ia mengutus anak-Nya (Roma 8:3; Galatia 4:4).
Kita berpikir mengenai Kristus yang telah mati bagi kita. Namun kita juga
tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Allah “tidak menyanyangkan Anak-Nya
sendiri, tetapi menyerahkan-Nya bagi kita semua.” Adalah penting untuk kita
lihat bahwa bagi Paulus, peristiwa penjelmaan, kematian Yesus menghasilkan
pendamaian dan kebangkitan semuanya harus dipahami sebagai buah Kasih
Allah yang mendatangkan keselamatan bagi kita. Allah tidak pasif, yang
hanya diam menyetujui keselamatan yang diperoleh melalui Kristus. Allah itu
adalah aktif, Dialah yang mengerjakan semuanya.

4
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000),324
5
France T, R, Yesus Sang Radikal, ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 94-95.
Kita perlu menangkap maksud Paulus bahwa jika Allah yang
menyelamatkan, Ia menyelamatkan dengan cara yang sesuai dengan
kebenaran-Nya. Menurut Alkitab, berkat Karya Kristus lah maka kita dapat
diselamatkan dari murka tersebut. Karena Allah tidak menetapkan kita untuk
ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan yang dari pada Yesus
Kristus, Tuhan Kita ( 1 Tesalonika 5:9). Secara Paradoksal, penghapusan
murka itu dilakukan oleh Allah sendiri. Allah dipandang sebagai Allah yang
aktif dengan macam cara lain, dalam karya Penyelamatan oleh Kristus,
terutama sebagai pemrakarsa semuanya itu. 6 Pentingnya kebangkitan Kristus
untuk pembenaran sangat besar, Jika kematian Kristus merupakan dasar bagi
pembebasan orang berdosa, yaitu pembenarannya, maka perlu ada bukti
bahwa dasar ini berkenan kepada Allah. Bukti ini ialah kebangkitan Kristus,
suatu tindakan Allah yang menampakkan kuasa-Nya dan juga merupakan
penampakan tindakan pembenaran-Nya. Dalam pengertian ini, kebangkitan
menegaskan Kodrat Allah yang membenarkan: tindakan ini bisa dipandang
sebagai tindakan Kasih Allah kepada Anak-Nya dengan mendudukannya
kesebelah kanan-Nya sendiri untuk membela perkara manusia. Memang benar
bahwa kebangkitan menampakkan Kasih, tetapi kebangkitan-Nya juga
merupakan suatu ciri hakiki hukum dari pembenaran.7
Ketika Paulus berbicara di depan pendengar Yahudi yang secara
teratur hadir di sinagoga tempat kitab suci dibacakan dan dijelaskan, ia
menggunakan teknik rabi yang menjelaskan Kitab Suci. Kutipan dari Kitab
Suci juga menunjukkan maksud Paulus untuk menyatukan kehidupan Yesus
dalam alur sejarah Israel. Hal itu menunjukkan keyakinan Paulus bahwa dalam
analisis akhir, Allah sendiri adalah subjek sejarah Keselamatan dan sejarah
Yesus. Dalam bagian ketiga khotbahnya di sinagoga Antiokhia, secara tegas
Paulus menyusun pemberitaan keselamatan melalui Yesus sang Mesias. Ia
berpendapat bahwa Yesus, yang dibangkitkan Allah dari antara orang mati,
adalah kudus. Melalui Dia, Allah mengampuni dosa. Paulus juga mengatakan
bahwa hanya melalui iman kepada Yesus yang sudah bangkit, orang bisa
memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Pengampunan dosa yang
ditawarkan Allah dalam Yesus berlaku untuk semua dosa, bahkan untuk dosa-

6
Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru, ( Malang: Gandum Mas, 1996), 41-44.
7
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), 130
dosa yang tidak dapat dibatasi oleh hukum taurat. Tawaran keselamatan dari
Allah melalui Yesus membenarkan semua orang yang percaya (Kis 13:38-39).
Pernyataan yang terkahir menyiratkan bahwa orang non- Yahudi juga dapat
menerima keselamatan jika percaya kepada Yesus Kristus. Paulus
memperingatkan orang Yahudi yang mendengarnya untuk tidak menganggap
remeh karunia Keselamatan Allah.8

II.6. Kontraversi Paulus dengan Yudaisme Kristen


Ketika Paulus tiba di kota Roma, dia tidak segera melakukan
perkunjunagan di kota itu, karena ia juga harus terlebih dahulu pergi ke
Yerusalem. Itulah sebabnya, mengapa ia meminta orang-orang Kristen yang
ada di kota Roma untuk mendoakan Paulus, agar dia terpelihara dari orang-
orang yang tidak taat di Yudea, dan perjalanannya juga disambut dengan baik
oleh orang-orang yang Kudus yang ada di sana. Akan tetapi Paulus tidak
melihat adanya bahaya yang akan mengancam dirinya dari pihak orang
Yahudi, dia hanya memikirkan apakah nanti kedatangannya di Yerusalem
akan mendapat sambutan yang baik dari orang-orang yang ada disana. Disana
Paulus berhasil menghimpun jemaat-jemaat Kristen di wilayah timur
kekaisaran Romawi. Akan tetapi melihat perbuatan Paulus yang demikian
orang-orang yang masih memegangi ikatan sempit seperti orang-orang
Yahudi. Yang mana tindakan Paulus yang dahulu adalah seorang Farisi , tentu
tidak menyenangkan kelompok yang demikian itu.
Di samping itu juga ada orang-orang Kristen Yahudi yang kurang
senang dengan pendirian Paulus yang mengijinkan orang yang bukan Yahudi
langsung masuk Kristen tanpa lebih dahulu masuk atau lewat agama Yahudi.
Sunat adalah salah satu ajaran yang tidak dikenakan kepada orang-orang
Yahudi yang akan masuk Kristen , dan dengan demikian mereka dibebaskan
dari hukum agama Yahudi. Orang-orang Kristen asal Yahudi diminta
memenuhi hukum agama Yahudi, sementara yang bukan asal Yahudi boleh
agak bebas. Hal itu menyebakan Paulus untuk berusaha keras, agar
persekutuan yang baru itu, tidak merupakan tiruan dari sekte-sekte yang sudah
cukup banyak. Paulus juga berusaha keras agar persekutuan yang baru itu
benar-benar memberikan kebaharuan dan berdaya guna bagi kehidupan
8
Ekhard J. Schnabel, Rasul Paulus Sang Misionaris, ( Yogyakarta: Pustaka Referensi, 2010), 166-167.
manusia. Pada akhirnya Paulus tidak bisa dianggap kalah, tetapi lawan-
lawannya pun tidak bisa di anggap menang. Dan disinilah pemahaman dan
penghayatan teologis akan kehidupan baru Kristiani itu tetap merupakan
pergumulan sampai sekarang ini. 9
Pertumbuhan pesat dari gereja orang-orang bukan Yahudi yang
terlepas dari Yudaisme baik dalam sifat maupun keyakinannya hanya
dimungkinkan oleh perpisahan yang tegas dan mutlak diantara keduanya.
Anggota-anggota gereja Yahudi masih berpegang pada pelaksanaan hukum
secara ketat, meskipun mereka mempercayakan keselamatan mereka pada
Yesus, sang Mesias. Penolakan bangsa Yahudi terhadap pemberitaan Kristen
akhirnya sampai pada tahap dimana Paulus sendiri melepaskan harapan akan
terjadinya pertobatan nasional. Paulus juga pernah berkata (Rom 9:3), ia
berpaling dari mereka dan menyatakan “ Kamu harus tahu, bahwa
keselamatan yang dari pada Allah ini disampaikan kepada bangsa-bangsa lain
dan mereka akan mendengarnya.” (Kisah 28:28).10
Bagi Paulus pembenaran punya kepentingan khusus mengingat adanya
wawasan Yahudi tentang jasa yang mengarah kepada penitikberatan
perbuatan. Ini dapat menjelaskan sikap negatif Paulus terhadap pembenaran
dengan cara melakukan hukum taurat. Aspek negatif ini mencanangkan
keunggulan pandangan Kristen yang positif atas pembenaran. Bagi orang-
orang Yahudi yang berpendapat bahwa jasa dapat ditabung dengan cara
memelihara hukum taurat dengan cermat, hal itu juga merupakan jalan
keselamatan. Paulus telah menganggap bahwa iman juga merupakan semacam
perbuatan yang bisa diperhitungkan sebagai jasa. Ia tidak tahu apa-apa tentang
iman sebagai penyerahan pribadi, sampai ia berbalik kepada Kristus.
Akibatnya, perhatiannya yang pertama ialah menolak sama sekali gagasan
pembenaran dengan cara melakukan hukum taurat. (Rom 3:20; Gal 2:16;
3:11).11

III. Kesimpulan

9
Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2000), 422.
10
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2006), 439.
11
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), 127.
Keselamatan merupakan anugerah dari Tuhan Yesus yang diberikan
kepada manusia yang percaya akan Dia. Melalui kematian Tuhan Yesus semua
karunia Ilahi dan penyelamatan Allah akan terwujud. Tuhan Yesus melaksanakan
hukum Taurat dengan berlandaskan Kasih. Sementara pemimpin Yahudi
menekankan serta beranggapan bahwa melakukan hukum taurat akan
mendapatkan keselamatan yang dari pada Allah. Paulus juga mengajarkan bahwa
Keselamatan itu karya Allah melalui Tuhan Yesus. Keselamatan bukanlah karya
manusia dengan cara mematuhi hukum taurat, akan tetapi hanya oleh anugerah
yang diterima oleh manusia dengan iman percaya kepada Tuhan Yesus. Yudaisme
kristen merupakan ajaran yang menekankan keselamatan hanya dapat diperoleh
dengan taat dan melakukan hukum taurat.

IV. Daftar Pustaka


Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: Gunung Mulia, 2010
Morris Leon, Teologi Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 1996
R France T,, Yesus Sang Radikal, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009
Schnabel Ekhard J., Rasul Paulus Sang Misionaris, Yogyakarta: Pustaka Referensi, 2010
Soedarmo R., Kamus Istilah Teologi Jakarta: Bpk. Gunung Mulia,2018
Thiessen Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 1993
Tenney Merril C., Survei Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2006
Wongso Peter , Soteriologi, Malang: SAAT, 1990
Wahono Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: Gunung Mulia, 2000

Anda mungkin juga menyukai