Anda di halaman 1dari 11

SOTERIOLOGI MENURUT PAULUS

Dosen Pengampu:
Dr. Samuel Talahatu

Oleh:
Samuel Reno Mahergianto

INSTITUT INJIL INDONESIA


FAKULTAS TEOLOGI
PROGRAM STUDI SARJANA TEOLOGI
BATU, NOVEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keselamatan memiliki arti dalam KBBI, terbebas dari bahaya, tidak
kurang dari sesuatu apa pun tidak rusak, terhindar dari bencana. Selain itu
kata keselamatan juga dapat berarti kebahagiaan, kesejahteraan.
“Keselamatan” merupakan sesuatu yang pastinya diingini oleh semua orang.
Tidak ada orang hidup yang menginginkan celaka selama hidupnya. Namun
dosa menjadi masalah yang mendasar dalam kehidupan umat manusia.
Kalau Alkitab berbicara tentang keselamatan (religius) dari keadaan buruk,
berbahaya dan sebagainya, suatu keadaan tanpa “syaloom”, maka Allah
ditunjuk sebagai pelakunya.1 Keselamatan Allah sediakan sebagai anugerah
yang membebaskan manusia dari dosa.
Sejatinya semua manusia telah jatuh ke dalam dosa. Dosa adalah
tiran keji yang merasuk ke dalam dunia dan memancangkan tonggak
kekuasaannya melalui pelanggaran Adam dan Hawa. 2 Karena dosa, maut
beroleh jalan masuk ke dalam dunia (Roma 5:12). 3 Dosa yang telah merasuk
dalam kehidupan manusia tersebut hanya bisa diselesaikan dengan
kematian Anak Domba di kayu salib. Kematian Yesus dihubungkan langsung
dengan penghapusan dosa-dosa. 4 Dapat disimpulkan bahwa keselamatan itu
berkaitan dengan ketidakmampuan manusia memelihara hidupnya, sehingga
manusia memerlukan keselamatan itu.
Soteriologi merupakan salah satu tema penting dalam doktrin Kristen.
Doktrin yang membicarakan hal keselamatan bagi umat manusia yang hanya
diperoleh melalui Yesus Kristus. Pada saat ini penulis akan membahas
mengenai doktrin Keselamatan atau Soterologi ini dari persepsi/sudut
pandang Rasul Paulus.

1
Dr. C. Groenen, Soteriologi Alkitabiah, (Yogyakarta, Kanisius, 1989) Hal, 134
2
J. Knox Chamblin, Paulus dan Diri “ajaran Rasuli bagi Keutuhan Pribadi”, (Surabaya:
Momentum, 2011), 42
3
Ibid, 48
4
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 65
BAB II
ISI

A. Soterologi secara Umum


Mengklaim Kebenaran suatu agama terhadap agama yang lain
merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari agama. Maka, ajaran
mengenai keselamatan disuatu agama sangatlah penting yang harus
dipegang teguh oleh para pemeluknya, serta menjadi pedoman dalam
melakukan ritual-ritual sebagai orang beragama.
Pemahaman mengenai keselamatan yang ada dalam agama-agama
saat ini, rupanya menjadi hal yang dicari-cari orang sejak filsafat Yunani
berkuasa, yaitu sekitar empat ratus atau lima ratus tahun sebelum masehi.
Sejarah mencatat bahwa waktu itu keselamatan didapat melalui dewa-dewi
yang dipercaya dapat memberi keselamatan melalui persembahan atau
sesaji, bahkan memerlukan ritus inisiasi.5
Soterologi adalah konsep penting dalam kajian teologi Kristen. istilah
ini berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Soteros (ζωηήριον) yang artinya
Keselamatan. Kata Soteros (ζωηήριον) ini berasal dar dua kata yaitu: Soter
(ζωηήρ) yang berarti Penyelamat dan logia (λόγια) adalah Perkataan.
Dengan demikan maka dalam segi etimologi, kata Soterologi berarti ajaran
tentang keselamatan manusai.
Ensiklopeda Masa Kini, mengartikan kata ini sebagai tindakan atau
hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit,
mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. 6 Dalam Perjanjian
Baru, Keselamatan adalah kebebasan mendasar, yaitu kebebasan dari dosa,
juga secara otomatis merupakan suatu kebebasan dari hukuman dan segala
akibat dosa.7 Selain itu, Alan Richardson dalam bukunya yang berjudul An

5
William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap hari: Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2012) hal, 33
6
J. D. Douglas, Ensklopedi Alktab Masa Kino Jld M-Z. (Jakarta: Yayasan Komunkasi
Bina Alkitab, 2016), 375
7
Dr. R. Soedarmo, Kamus istlah Teologi (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2013), 45.
introduction To The Theology Of The New Testament mengatakan bahwa
keselamatan yang diperoleh manusia itu berasal dari Tuhan Allah.
Keselamatan dari Allah telah diwujudkan dalam sejarah kehidupan, dan bagi
orang yang percaya keselamatan akan dinyatakan pada hari terakhir. 8

B. Soterologi Menurut Paulus


Paulus menggunakan banyak istilah dalam menjelaskan karya Kristus.
Salah satu istilah yang paling penting yang mendominasi surat Galatia dan
Roma adalah “Pembenaran”.9 Tom juga mengatakan hal yang sama, tema
pembenaran dalam teologi Paulus dikembangkan terutama dalam surat-surat
Roma dan Galatia.10 Ungkapan dalam Habakuk 2:4 yang menandaskan
bahwa orang yang benar akan hidup oleh imannya merupakan kunci
pembahasan Teologis Paulus dalam Roma dan Galatia. 11
Dalam menguraikan pembenaran, Paulus serta merta
menghubungkan hal itu dengan kematian Kristus dilihat sebagai suatu jalan
pendamaian. Menurut penalarannya, karena manusia tidak dapat beroleh
pembenaran oleh dirinya sendiri, maka Allah telah menyiapkannya. 12

1. Pembenaran karena Iman


Paulus mengatakan bahwa karya keselamatan yang diperoleh oleh
orang percaya adalah anugerah dari Allah. Yang dimaksud anugerah
itu adalah sebuah pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan oleh
manusia, yakni yang di dalamnya ialah murka Allah yang tidak akan
dirasakan oleh manusia, serta maut yang tidak akan pernah dilewati. 13
Dalam tulisannya Paulus menekankan bahwa keselamatan tidak
cukup hanya melakukan Hukum Taurat melainkan manusia
dibenarkan oleh karena iman didalam Kristus Yesus (Roma 3:28).
8
Alan Richardson, An Introducton To The Theology Of The New Testament, (London:
SCM Press LTD, London 1972), 80
9
George Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung: Kalam Hidup, 2002), 186
10
Tom Jacob, Paulus—Hidup, Karya dan Teologinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 162
11
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 123
12
Ibid, 127
13
Hari Sulasto, “Keselamatan Karena Kasih Karuna Menurut Efesus 2:1-10,” antusias 6,
no. 1 (2020): 65.
Tidak hanya itu dalam Galatia juga menjelaskan bahwa “Sebab itu
kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami
dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorangpun yang
dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat”. (Galatia 2:16).
Untuk bagian ini, Paulus mempunyai dua alasan,

(1) Karena Tidak ada orang yang (dengan sempurna) mengamalkan


Hukum Taurat.
Dalam Yudaisme, kebenaran itu kebanyakan didefinisikan menurut
ketaatan kepada Taurat—kepada hukum Musa seperti yang
diberikan melalui tradisi Taurat lisan. Para Rabi tidak percaya
bahwa Allah menuntut ketaatan yang sempurna terhadap hukum
Taurat; hal itu dianggap melampaui kemampuan manusia. 14
Sedangkan Paulus menguraikan dalam Roma 7:13-24: “hukum
Taurat adalah rohani, tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah
kuasa dosa”. Maka dalam Roma 8:3 ia dapat berkata “ apa yang
tidak mungkin dilakukan hukum Taurat, karena tak berdaya oleh
daging, telah dilakukan oleh Allah. 15

(2) Kalaupun ada orang yang menaati Taurat dengan sepenuhnya,


tetap saja tidak ada gunanya, sebab kebenaran datang hanya
karena iman.
Dalam Galatia 3:11 Paulus mengatakan “bahwa tidak ada orang
yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum
Taurat adalah jelas, karena: orang yang benar akan hidup oleh
iman”. Maka Paulus di sini jelas menolak kemungkinan untuk
dibenarkan karena melakukan hukum Taurat. Tetapi menekankan
bahwa pembenaran itu hanya mungkin karena iman. 16 Menurut
Guthrie, peranan iman dalam pembenaran ialah untuk mengakui
14
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 191
15
Tom Jacob, Paulus—Hidup, Karya dan Teologinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), 167
16
Ibid, 168
betapa benarnya tindakan Allah. iman membawa pujian kepada
Sang Pembenar, suatu pengakuan terbuka bahwa karya
penyelamatan Allah tidak mengurangi, tetapi mempertinggi sifat-
Nya yang suci.17

2. Dibenarkan karena penebusan dalam Kristus Yesus


Baik sebelum maupun sepanjang masa hidup Paulus, baik di
dalam maupun luar Alkitab, “menebus,” umumnya berarti
membebaskan diri dari semacam perbudakan atau hukuman dengan
membayar uang tebusan. Paulus menyatakan bahwa penebusan
terjadi di dalam Kristus (Kolose 1:14) dan Kristus merupakan
perwujudan penebusan kita (1 Korintus 1:30). 18 Dasar pembenaran
bukanlah ketaatan kepada hukum Taurat, melainkan kematian Kristus.
Kematian-Nya adalah manifestasi kasih Allah yang tertinggi bagi
orang-orang berdosa, dan sekaligus mejadi dasar jaminan
pembenaran itu, “lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan
oleh darah-Nya” (Roma 5:9).19 Fakta bahwa Paulus melihat kematian
Kristus di kayu salib sebagai persembahan untuk memperoleh
pendamaian, lalu menekankan sifatnya sebagai pengganti,
menyarankan bahwa pembenaran adalah mungkin karena dosa telah
dipindahkan kepada Kristus. Berdasarkan ini Allah membebaskan
orang-orang berdosa tanpa mencemarkan keberadaan-Nya sendiri. 20
Ini selaras dengan apa yang diutarakan oleh George Ladd, bahwa
manusia yang benar tidak lagi dipandang seolah-olah dia benar,
melainkan ia sungguh-sungguh benar, ia dibebaskan dari dosanya
atas keputusan Allah. Ketika Kristus dijadikan dosa (2 Korintus 5:21),
Allah tidak sekedar memperlakukan-Nya “seolah-olah” ia orang
berdosa, melainkan Allah membuat Pribadi yang tak berdosa (secara

17
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 128
18
J. Knox Chamblin, Paulus dan Diri “ajaran Rasuli bagi Keutuhan Pribadi”, (Surabaya:
Momentum, 2011), 73
19
George Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung: Kalam Hidup, 2002), 201
20
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 127
etis) itu “menjadi” seorang berdosa (secara forensik). 21 Yesus Kristus
telah mati tidak hanya untuk dosa-dosa manusia, tetapi Ia juga telah
mati terhadap dosa, dan orang percaya telah mati bersama-sama
dengan Dia. Ketika Ia mati, orang percaya mati dan ketika Ia bangkit,
orang percaya bangkit di dalam Dia. Sekarang orang percaya telah
memperoleh tempat bersama-sama dengan Dia di Sorga. 22

3. Dibenarkan karena Ketaatan Satu Orang


Dalam surat Paulus yang terdapat dalam surat Roma 5:19 “Jadi
sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah
menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang
semua orang menjadi orang benar”. Oleh karena ketaatan satu orang
yaitu Yesus Kristus kita telah menerima keselamatan. Karena
perbuatan Kristus kita telah menjadi orang benar di hadapan Allah.
Allah sudah menentukan bahwa Dia menjadi jalan pendamaian,
ketaatan-Nya begitu sempurna, dan dalam ketaatan-Nya nyatalah
kesatuan Kristus dengan Allah.23 Kristus selalu melakukan kehendak
Bapa-Nya (Yohanes 4:34; 5:30; Filipi 2:8). Secara khusus kematian-
Nya merupakan bukti ketaatan itu (Matius 26:42).

4. Dimerdekakan dari Dosa


Dalam Roma 6:18, Paulus mengungkapkan bahwa “Kamu
telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran”. Dahulu
kita semua menjadi hamba dosa dan menjadi kepunyaan maut namun
kini kita telah beroleh keselamatan karena kita telah dimerdekakan
dari dosa. Ini adalah penekanan bahwa upah dari dosa (maut) tidak
lagi akan dihadapi oleh orang percaya, Tuhan Allah telah
menanggungkan semuanya itu kepada Yesus Kristus sebagai ganti
manusia, maka dari itu, jika melihat keselamatan itu sendiri yang

21
George Ladd, Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, (Bandung: Kalam Hidup, 2002), 199
22
Warren Wersbe, Benar Di dalam Kristus (Bandung: Kalam Hidup, 1977), 59-60.
23
Th. Van den End, Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 248-249.
merupakan karya penebusan Kristus adalah perwujudan dari
anugerah Allah bagi manusia.24
Tetapi yang harus kita ingat adalah kemerdekaan yang
diperoleh orang percaya bukanlah kemerdekaan yang tak terbatas.
Kemerdekaan itu terikat pada kebenaran Allah, yaitu pada kaidah
yang telah ditetapkan-Nya bagi hubungan manusia dengan diri-Nya
dan dengan sesamanya manusia.25 Seperti Paulus bahkan dalam
kehidupannya, Paulus kemudian menganggap diri sebagai huperetes
yakni orang yang selalu siap menjalankan apa saja yang diperintah
Kristus.26 Paulus meresponi kemerdekaan yang telah dianugerahkan
Allah dengan sangat bijak, hal ini merupakan teladan yang harus
dicontoh orang percaya.

BAB III
24
Fransiskus irwan Widjaja, “Teologi Misi Sebaga Teologi Amanat Agung,” Thronos 1,
no. 1 (2019): 17-18.
25
Th. Van den End, Surat Roma (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), 288
26
Asih Rachman Endang Sumiwi and Joseph Christ Santo, “Menerapkan Konsep
Pelayan Tuhan Perjanjian Baru Pada Masa Kini,” Teoloig dan Pelayanan Kristian 3, no. 2
(2019): 98.
PENUTUP
IMPLIKASI
Setelah kita mengetahui bahwa kita telah dibebaskan dari belenggu
dosa dengan pembenaran yang dianugerahkan Allah kepada kita melalui
penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus di kayu salib, maka menjadi
suatu kewajiban bagi kita untuk meresponi anugerah tersebut seperti Paulus
meresponinya, dengan menaati setiap perintah Tuhan Yesus dalam
kehidupan kita sehari-hari. Termasuk Amanat Agung Tuhan untuk
memberitakan Injil kepada seluruh bangsa di bumi ini. Kita bisa memulainya
dengan melakukan hal yang lebih mudah, yaitu dengan berlahan merubah
sifat kita yang dulu mungkin melawan perintah Tuhan dengan sekarang
mulai mematuhi setiap apa yang Tuhan katakan dalam Firman-Nya.

KESIMPULAN
Semua manusia mendambakan yang namanya selamat/keselamatan,
dan semua kepercayaan sama-sama mengklaim adanya keselamatan pada
kepercayaan mereka masing-masing. Mereka semua melakukan berbagai
ritual/upacara-upacara yang menurut mereka dapat membuat mereka
selamat. Ada yang diharuskan mempersembahkan hewan dalam upacara-
upacara tertentu, atau melakukan ritual-ritual “penyucian diri”, atau bahkan
beramal kepada orang miskin supaya mereka mendapat suatu
“keselamatan” dari kepercayaan mereka. Namun ada hal yang membedakan
antara keselamatan menurut Kristen dengan keselamatan menurut
kepercayaan lainnya. Menurut Paulus, keselamatan/pembenaran yang
diterima orang percaya bukanlah sesuatu yang timbul akibat apa yang telah
diperbuat(melakukan ritual/upacara), melainkan merupakan suatu anugerah
yang diberikan Tuhan kepada umat kesayangan-Nya melalui penebusan
serta buah ketaatan Yesus Kristus di kayu salib yang memerdekakan
manusia dari belenggu perbudakan dosa.

DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William..
2012 Pemahaman Alkitab setiap hari Surat Roma, Jakarta: BPK
Gunung Mulia

End,Th. Van den..


1995 Surat Roma, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Douglas, J. D..
2016 Ensklopedi Alktab Masa Kino Jld M-Z, Jakarta: Yayasan
Komunkasi Bina Alkitab

Groenen, C..
1989 Soteriologi Alkitabiah, Yogyakarta: Kanisius

Richardson, Alan..
1972 An Introducton To The Theology Of The New Testament,
London: SCM Press LTD, London

Santo, Asih Rachman Endang Sumiwi and Joseph Christ..


2019 Menerapkan Konsep Pelayan Tuhan Perjanjian Baru Pada
Masa Kini,” Teoloig dan Pelayanan Kristian 3, no. 2

Soedarmo, R..
2013 Kamus istlah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Sulasto, Hari..
2020 Keselamatan Karena Kasih Karuna Menurut Efesus 2:1-10
antusias 6, no. 1

Wersbe,Warren..
1977 Benar Di dalam Kristus, Bandung: Kalam Hidup

Chamblin, Knox
2011 Paulus dan Diri “ajaran Rasuli bagi Keutuhan Pribadi”,
Surabaya: Momentum

Guthrie, Donald
1992 Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia

Ladd, George
2002 Teologi Perjanjian Baru Jilid 2, Bandung: Kalam Hidup

Jacob, Tom
1990 Paulus—Hidup, Karya dan Teologinya, Yogyakarta: Kanisius

Groenen, C
1989 Soteriologi Alkitabiah, Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai