PENDAHULUAN
Sebagai orang Kristen—yang percaya pada Yesus Kristus, sudah
seharusnya menjadikan Yesus sebagai Role Model dalam kehidupan sehari-
hari. Termasuk dalam membina orang lain/jemaat. Model pembinaan serta
pola yang dipunyai Yesus dalam membina murid-murid-Nya sangatlah
beragam. Namun pada makalah ini, kelompok tidak akan membahas semua
model pembinaan Yesus. Kelompok akan memusatkan fokus pada model
serta pola pembinaan yang dilakukan Yesus kepada salah satu murid yang
paling dekat dengan-Nya, yaitu Petrus.
A. Latar Belakang
Namanya adalah Simon. Setelah bertemu dengan Yesus, kemudian Ia
menambahkan nama Petrus. (Petrus adalah terjemahan Yunani dari kata
Kefas - bahasa Aram- yang artinya batu padas, batu karang). Simon Petrus
adalah salah satu rasul Kristus yang terkenal. Dia adalah orang Galilea,
seorang nelayan, yang dibawa kepada Yesus pada awal pelayanan-Nya
(Yoh. 1:41-42.)1
Terdapat banyak sifat serta karakter yang unik (menonjol) dari Petrus
yang dapat diidentifikasi dalam Alkitab. Petrus diidentifikasikan memiliki
karakter yang cenderung ke arah sanguin serta terkesan ekstrovert 2, suka
bicara, optimis, cepat, namun terkadang kurang bijak. Berikut adalah
beberapa karakter Petrus beserta implikasinya.
1
http://paperalvinbkristian.blogspot.co.id/2015/01/karakter-rasul-petrus.html, diakses
pada tanggal 17 November 2022
2
Lahaye, Tim. Hubungan antara Temperamen dan Karunia Rohani (Jakarta: Yayasan
Media Buana Indonesia, 1999), 30
yang tinggi). Petrus meniru Yesus berjalan di atas air. Namun
ketika rasa bimbang mulai timbul, maka ia pun mulai tenggelam.
2. Emosional
Ketika Yesus hendak membasuh kaki Petrus di ruang atas, murid
yang emosional ini berseru, “Engkau tidak akan membasuh kakiku
sampai selama-lamanya.” Namun, ketika Yesus bersikeras, Petrus
berkata “Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan
kepalaku!” (Yoh. 13:8-9)
3. Bertindak Ekstrem
Di Kaisarea, Filipi, Yesus bertanya, “Tetapi apa katamu, siapakah
Aku ini?” Segera Petrus menjawab, “Engkau adalah Mesias Anak
Allah yang hidup!” (Mat.16:15-16). Namun tujuh ayat kemudian,
dengan jelas Alkitab menceritakan, “Tetapi Petrus menarik Yesus
ke samping, dan menegur Dia….” Ini merupakan suatu tindakan
yang sangat ekstrem yang dilakukan Petrus.
4. Sifat gampang berubah pendirian dan sulit diduga
Sifat ini dapat dilihat ketika pada malam terakhir mereka bersama,
Petrus mengatakan pada Yesus, “biarpun mereka semua
terguncang imannya, aku tidak” (Markus 14:29). Namun dalam
beberapa jam saja, Petrus tidak hanya menyangkal Yesus, tetapi
juga mengutuki-Nya (Markus 14:71).3
Ketidakkonsistenan Petrus tidak membuat Yesus langsung berfikir
untuk meninggalkan begitu saja “domba” yang telah Dia pilih. Didikan serta
ajaran selalu diberikan dengan tulus serta sepenuh hati oleh Yesus. Maka
dalam hal ini, kami akan membahas serta belajar mengenai “Pembinaan
Tuhan Yesus bagi Simon Petrus” yang akan membawa kita untuk memahami
bagaimana cara kita dalam melakukan pembinaan terhadap pelayanan
Dewasa.
3
J.I Packer dkk, Dunia Perjanjian Baru, (Jakarta: Yakin, 1993), 162
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN FIRMAN TUHAN
2. Yohanes 21:15-19
Setelah penyangkalan, Petrus pasti sangat terguncang hatinya. Nyaris
mustahil bagi seorang murid yang pernah berbuat salah
(menyangkal/berbohong) untuk menjadi pemimpin dikemudian hari, tanpa
menerima petunjuk langsung dari Tuhan Yesus. Namun tidak dengan Petrus.
Tuhan sangat mengasihi Petrus(dengan Ia datang kepada Petrus), maka
Tuhan pun menuntut kasih dari Petrus(“apakah engkau mengasihi Aku?”).
Tuhan Yesus tidak bersedia mempercayakan domba-domba-Nya kepada
orang yang tidak mengasihi Dia.5
4
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison (Ed.), The Wycliffe Bible Commentary Volume
III Perjanjian Baru: Matius-Wahyu, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2020), 365
5
Charles F. Pfeiffer & Everett F. Harrison (Ed.), The Wycliffe Bible Commentary
Volume III Perjanjian Baru: Matius-Wahyu, (Malang: Penerbit Gandum Mas, 2020), 507
BAB III
ISI
8
Alfons Renaldo Tampenawas, Erna Ngala, and Maria Taliwuna, “Teladan Tuhan Yesus
Menurut Injil Matius Dan Implementasinya Bagi Guru Kristen Masa Kini,” EDULEAD: Journal
of Christian Education and Leadership 1, no. 2 (2020): 214–231.
9
Daniel Sutoyo, Yesus Sebagai Guru Agung (Surakarta: STT Inteos, 2013), 64–85.
10
Ibid, 16.
murid-murid-Nya dan selanjutnya mempraktikkan apa yang Ia ajarkan dan
meminta para pendengar dan murid-murid untuk mengikuti teladan-Nya
(Yohanes 13:12-17). Integritas Yesus nampak pada kenyataan bahwa Ia
sebagai seorang Gembala/Guru yang bersedia kehilangan hak-hak istimewa-
Nya bahkan hidup-Nya demi keselamatan murid/domba-domba-Nya.
Ini merupakan suatu teladan yang ditinggalkan Yesus kepada Petrus.
Petrus yang dahulu seorang mempunyai kepercayaan yang tinggi (terkesan
sombong dan merendahkan yang lain) namun dalam pelayanannya ia
menjadi seorang yang berintegritas, sama seperti Yesus. Setelahnya Petrus
menjadi salah satu sosok pemimpin jemaat yang sangat berperngaruh dalam
pertumbuhan gereja mula-mula.
B. Prinsip-Prinsip Utama
Prinsip-prinsip utama dalam pembinaan Yesus kepada Petrus
a. Menjadi Pembina yang berjiwa gembala merupakan prinsip
utama yang pertama.
b. Dalam pembinaan kita juga jangan melupakan ajaran. Dengan
ajaran, maka jemaat akan mendapatkan pengertian serta
pengetahuan lebih yang mendorong pada pertumbuhan iman
c. Memiliki integritas tinggi. Sebagai Pembina, kita juga harus
menjadi role model bagi jemaat yang sedang kita bina. Maka
sudah selayaknya kita harus menjadi teladan dalam setiap hal
yang kita lakukan.
BAB IV
PENUTUP
A. Aplikasi
Pola pembinaan Yesus terhadap Petrus yang telah kelompok
identifikasi merupakan pola khusus (efektif diterapkan pada pemuda yang
notabene mempunya semangat yang sama dengan Petrus), maka
kelompok membuat suatu pengaplikasiannya dalam model 5W1H.
1. Who
Paijo, seorang pemuda berumur 20 tahun yang berkuliah di salah
satu universitas sekuler yang mempunyai semangat, ambisi, serta
rasa ketertarikan dalam mempelajari Injil, merupakan orang yang
telah percaya pada Yesus sedari lahir, namun hidup di lingkungan
orang bukan percaya serta hanya sedikir mendapat pengajaran
agama dari orang tuanya. Paijo sebagai orang yang akan dibina.
2. Why
Rasa keingintahuan Paijo terhadap agama haruslah dipuaskan,
tentunya dengan pengajaran yang tepat agar tidak menyimpang.
Usia serta lingkungan Paijo sangatlah “rawan” baginya untuk
disesatkan.
3. When
Mengingat perkuliahan Paijo yang padat dihari biasa, maka
pembina dapat mencari waktu-waktu weekend, atau bisa juga
setiap hari minggu setelah ibadah agar tidak bertabrakan dengan
jadwal kuliah Paijo.
4. What
Tentu saja Alkitab sebagai pedoman dalam pembelajaran, serta
pembina juga dapat memberikan referansi buku-buku rohani lain
sebagai bahan ajar serta bahan bacaan Paijo
5. Where
Kelompok lebih menyarankan untuk lebih memilih gereja, atau
pastori sebagai tempat diadakannya pembinaan. Mengingat Paijo
yang sibuk berkuliah (aktivitas diluar), mungkin gereja bisa
membuat Paijo merasa di rumah (nyaman). Namun tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan pembinaan di cafe/tempat makan.
6. How
Berikan Paijo kesempatan untuk berbicara lebih banyak (untuk
mengenal dirinya, pembina lebih menempatkan diri sebagai telinga
serta mengarahkan ketika Paijo mulai belok, menjawab ketika
Paijo bertanya.
B. Kesimpulan
Menjadi seorang Pembina, kita dapat mencontoh model pembinaan
Yesus terhadap Petrus. Karena sebagai Pembina, Yesus mampu mengenal
dengan baik orang yang Dia bina, yaitu Petrus. Dengan mengenal Petrus
dengan baik, maka Yesus tahu jalan serta cara yang paling efektif untuk
mengubah Petrus, begitu juga dengan kita, dalam membina jemaat kita juga
harus mengenal orang yang kita bina dengan baik, tidak hanya luarnya,
tetapi juga mengenal apa yang ada “dibelakang” dia. Selain itu sebagai
Pembina kita juga harus mempunyai integritas yang tinggi. Dengan memiliki
integritas yang tinggi, maka jemaat/orang yang dibina dapat mencontoh serta
menjadikan kita teladan dalam kehidupannya.