NIM : 0120190066
Kelas : B/VI
ABSTRAK
Allah menciptakan setiap dari kita, dia tahu setiap apa yang terjadi pada kita, dan apa yang
membuat bagian-bagian itu rusak. Alkitab menjelaskan bahwa tubuh kita rusak karena apa yang
disebut sebagi “dosa”. Dosa terjadi saat umat manusia memilih untuk menolak otoritas Allah atas
hidup ini hanya mau menjalani hidup sesuai keinginan mereka sendiri. Dosa memisahkan kita dari
Allah yang Mahakudus. Dosa juga mengakibatkan munculnya penyakit dan kematian. Namun Allah
tetap mengasihi kita kita. Karena Allah sendiri yang menciptakan pikiran dan hati kita, dia mnegerti
penderitaan yang kita alami saat kita jatuh sakit. Allah sendiri berjanji bahwa kita akan hidup
bersamanya sepanjang masa. Untuk itulah Allah tetap mengutus anak-Nya Yesus Kristus, ke dunia
dalam rupa manusia. Yesus datang untuk menunjukkan bahwa kita berbalik dari cara hidup kita yang
berdosa dan kembali kepada Allah, kita akan memperoleh hidup kekal setelah kematian. Masalah
kesehatan dan penyakit, yang kita alami janganlah membuat kita khawatir. Namun, Alkitab
menyakinkan kita bahwa, jika kita datang kepada Yesus dan mengikutnya kita akan di selamatkan dan
akan menikmati kasih-Nya dan penyertaanya setiap hari.
PENDAHULUAN
Manusia adalah gambaran sendiri dari Allah bukanlah hasil Evolusi atau bukan proses
Perubahan yang tidak disengaja pada mahkluk hidup secara bertahap dalam kurun waktu
yang panjang. Manusia yang telah jatuh kedalam dosa, yang telah membelakangi Tuhan
Allah itu, tidak mungkin mendapatkan jalannya sendiri yang menuju kepada keselamatan.
Sebab hari demi hari manusia bahkan menjadikan hidupnya semakin jauh daripada Tuhan
Allahmu. Namun demikian Tuhan Yesus datang menyelamatkan manusia itu dengan Yesus
menyerahkan dirinya sendiri agar manusia diselamatkan dari belenggu dosa mereka.
Keselamatan dapat dialami dan miliki seseorang karena Allah menyediakan jalan
keselamatan, dan manusia meresponnya dengan benar. Keselamatan menciptakan pemilihan
hubungan manusia dengan Allah yang telah putus. Dengan hal ini, manusia yang terhilang
dapat ditemukan kembali untuk bersekutu dengan dia. Dengan kembalinya manusia serupa
dengan gambarnya, berarti manusia bias berdamai dengan Allah. Harus ditegaskan bahwa
proses keselamatan tidak menitiberatkan pada pemenuhan kebutuhan jasmani melainkan
pembentukan karakter untuk menjadi serupa dengan Yesus, oleh Kasihnya karunia dari Allah
di dalam karya Salibnya, manusia dimungkinkan untuk memilih apa yang sempurna yaitu kita
menyambut karya keselamatan secara benar. Dari pihak Allah untuk mewujudkan atas
manusia Allah memberikan kuasa kepada mereka yang menerimanya supaya menjadi
anakanak Allah. Dari pihak manusia keselamatan berarti perjuangan agar percaya mengambil
bagian dalam kekudusan Allah atau sama dengan mengenakan kodrat ilahi. Sejatinya
menerima keselamatan itu bukanlah seperti sebuah titik. Tetapi suatu proses yang dapat
digambarkan sebagai suatu garis panjang. kita sebagai manusia harus berjuang untuk
memiliki pikiran dan perasaan kristus karena itulah standar kesucian Allah. Hanya orang
yang memiliki pikiran dan perasaan Kristus yang dapat dinikmati oleh Allah Bapa dan Tuhan
Yesus 1. Seperti halnya pada tahun ini awal-awal tahun 2020 wabah yang memasuki di
Indonesia bahkan hampir seluruh dunia yang terjangkit (Corona Virus Disiase ( Covid-19).
Dan virus tersebut sangatlah berbahaya dapat mempengaruhi paru-paru dan dalam kasus
terburuk menyebabkan kematian karena sesak napas. Maka Dari itu, kita sebagai manusia
ciptaan Mulia sangat membutuhkan sebuah pengaharapan dan menjadikan mereka sebagai
penyelamat Yaitu Tuhan Allah Sendiri 2.
Tujuan dari judul adalah, agar mampu membuat orang menyadari bahwa di tengah
pandemi ini-mereka sangat membutuhkan penyelamat Yaitu Tuhan Kita Yesus Kristus.
Khususnya untuk mereka yang sedang terjangkit Covid-19, agar mereka tetap perpegang
terus kepada Tuhan percayakan hatinya sepenuhnya kepada Tuhan. Kita dapat terhibur
dengan menyadari bahwa Allah mempunyai rencananya bagi setiap dari kita. Segala sesuatu
yang terjadi di dunia ini berada dalam kedaulatan dan kekuasaaa-Nya, Allah mengetahui
setap detail kehidupan kita.
B. Manfaat
Untuk menyadarkan setiap orang, yang mengalami kesusahan dalam berbagai bentuk
apapun bahwa Allah mampu menolong kita, memberikan kita kekuatan di tengah-tengah
Pandemi Covid-19, dia yang akan menyelematkan kita dari segala kesulitan.
PEMBAHASAN
Menurut Alkitab, dari manusia sendiri tiada jalan yang menuju kepada Tuhan Allah
atau yang menuju kepada keselamatan. Oleh karena manusia di dalam arah hidupnya telah
membelakangi Allah, maka jalannya makin menjurus kepada yang bukan keselamatan. Hanya
ada satu kemungkinan bagi keselamatan yaitu jikalau Tuhan Allah sendiri mengambil inisiatif
untuk menyelamatkan manusia, jikalau Tuhan Allah menjadi sekutu manusia itu, berkenan
untuk menunduk guna meraih manusia daripada lumpur kesengsaraannya. Dan menurut
Alkitab, Tuhan Allah memang berkenan menunduk kepada manusia serta meraihnya 2.
Manusia sudah jatuh ke dalam dosa, artinya gagal mencapai rancangan Allah.Tidak nyatakan
bahwa gambar Allah (tselem) telah hilang sama sekali, tetapi kualitasnya berkeadaan tentang
yang Allah kehendaki. Keselamatan dalam Yesus Kristus bertujuan untuk menemukan
kemuliaan Allah dalam kehidupan umat pilihan. Di sini, kita dapat pahami bahwa kekristenan
adalah perjuangan menemukan kemuliaan Allah yang hilang. Selain menebus dosa manusia
Yesus juga menjadi “role model” manusia sesuai rancangan Allah. Keselamatan berarti
proses manusia menjadi manusia seutuhnya, sesuai dengan model yang dikehendaki oleh
Allah, yaituYesus. Dengan demikian, orang percaya yang masuk proses keselamatan harus
menjadi sepertiYesus. Jika dihubungkan dengan keadaan sekarang bahwa Allah memberi
hukuman kepada hampir seluruh dunia yaitu Covid19, sering disadari bahwa adanya virus ini
karena bumi sudah tua, atau mendekati akhir-akhir zaman. Maka perlu kita bertanya-tanya,
mengapa ada virus, mengapa Tuhan membiarkan ini terjadi, sampai kapan Covid-19 ini
berada di antara kita?. Menurut Saya pribadi, mengapa ada virus ini, karena jika dilihat dari
segala dosa kita sebagai manusia, maka sangatlah disadari bahwa adanya virus ini
dimungkinkan karena kesalahan manusia atau adanya perbuatan yang sangat-sangat
menyakitkan hati Tuhan. Akan tetapi, kita tentu percaya bahwa kita tidak akan dibiarkan
dalam situasi yang sangat sulit ini, maka kita membutuhkan penyelamat atau menjadi
pengaharapan bagi hidup kita.
Keselamatan dalam bahasa Ibrani yaitu Yeesyu’a dan dalam bahasa Yunani soeteria,
berati tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit,
mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. Pergeseran arti keselamatan dalam
Alkitab bergerak dari ihwal fisik kelepasan moral dan spiritual. Demikianlah bagian-bagian
paling depan PL berkembang dari menekankan cara-cara hamba Allah yang secara
perseorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka. Dalam PB dengan jelas
2
menunjukkan keterbudakan manusia kepada Dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan
dari dosa yang hanya dapat diperoleh dari Kristus.
Karya Tuhan sebagai penyelamat umatNya ini dapat dilihat dari dua aspek yaitu:
karyaNya di dalam Tuhan Yesus Kristus untuk memperbaiki hubungan Tuhan Allah dengan
manusia yang telah rusak oleh dosa itu, dan karyaNya yang dengan perantaraan Roh Kudus
untuk menjadikan keselamatan yang telah diperoleh Kristus tadi benar-benar menjadi dimiliki
manusia, atau karyaNya untuk memasukkan keselamatan tadi kedalam eksistensi dunia dan
manusia. Karya yang pertama yang dilakukan di dalam Tuhan Yesus Kristus, disebut segi
yang obyektif dan karya penyelamatan Tuhan Allah, sedang karyaNya yang kedua, yang
dilakukan dengan perantaraan Roh Kudus, disebut segi yang subjektif dari penyelamatan
tadi.
Segi yang objektif diusahakan oleh Tuhan Yesus Kristus dengan sengsara dan
matiNya serta dengan kebangkitannya dari antara orang mati dan kenaikannya ke sorga dan
lain sebagainya. Segi yang subjektif diuusahakn oleh Kristus dengan perantaraan oleh Roh
Kudus, yang mengenakan atau menerapkan hasil karyaNya kepada kehidupan manusia5.
Kata keselamatan diucapkan hanya satu kali oleh Yesus ( Luk 19:9), ayat ini dapat
mengacu kepada diriNya sendiri sebagai kandungan keselamatan yang memberikan
pengampunan kepada Zakheus, atau kepada sesuatu yang nyata oleh perubahan tindakan yang
dilakukan oleh pemungut cukai itu Tapi Tuhan Yesus menggunakana kata kerja ‘selamat’ dan
istilah-istilah yang serupa, untuk menyatakan pertama-tama apa yang akan dilakukannya
dalam kedatangannya. (Mrk 3:4 secara implikatif, dan secara langsung Luk 4:18; 9:56; Mat
18:11; 20:28), dan kedua, apa yang dituntut dari manusia (Mrk 8:35, Luk7:50’ 8:12; 13:24;
Mat 10;22). Luk 18:26 dan konteksnya, menunjukkan bahwa keselamatan menghimbauhati
6 David Eko Setiawan, “Dampak Injil Bagi transformasi Spritual dan sosial,” BIA”:jurnal teologi dan
pendidikan Kristen kontekstual” hlm: 85-86
Paulus menyatakan bahwa kitab suci dapat memberi manusia ‘hikmat dan menuntun
ke dalam keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus (2 Tim 3:15) dan menyediakan
sarana-sarana yang penting untuk menikmati keselamatan yang penuh. Dengan memperluas
dan menerapkan konsep PL tentang keadilan Tuhan yang menjadi baying-bayang bagi
keadilan yang menyelamatkan dalan PB, Paulus menunjukkan betapa tidak ada keselamatan
oleh hukum. Sebab hukum hanya dapat menunjukkan kehadiran dan memancing aktivitas
dosa, dan membungkamkan manusia dalam kesalahannya di hadapan Allah ( Rm 3:19; Gal
2:16).
Keselamatan disediakan sebagai anugerah dari Allah yang adil, yang berbuat dalam
rahmat kepada pedosa yang tidak layak. Pedoa yang oleh anugerah iman, percaya kepada
keadilan Kristus, membenarkan dia oleh kebangkitan-Nya. Allah demi Kristus, membenarkan
dosa yang tak layak itu (yaitu memperhitungkan baginya keadilan Kristus yang sempurna).
Menurut kitab Ibrani keselamatan ‘akbar’ Ibrani melampaui bayangan keselamatan PL.
keselamatan PB di lukiskan dengan bahasa korban. Korban-korban yang sering diulang dalam
upacara PL, mengenai terutama dosa-dosa yang tidak disengaja dan hanya menyediakan
keselamatan yang dangkal, digantikan dengan korban satu-satunya dipersembahkan oleh
Kristus, dia sendiri yang adalah iman sekaligus korban (Ibr 9:22; 10:12). Pencurahan hidup-
Nya dan darah-Nya dalam kematian-Nya mengerjakan penebusan, sehingga sejak itu manusia
dengan hati nurani yang bersih dapat masuk kehadirat Allah berdasarkan perjanjian baru,
yang disahkan oleh Allah melalui pengantaraan-Nya (Ibr 9:15; 12:24). Surat Ibrani yang
menggarisbawahi penekanan macam kepada hal Kristus menyelesaikan soal dosa dengan
penderitaan-Nya dan kematian-Nya guna menyediakan keselamatan kekal, memandang juga
kepada kedatangan-Nya yang kedua kali yang pada waktu itu tidak untuk menanggung dosa,
melainkan untuk menenggapi keselamatan umatnya dan pasti menganugerahkan kemuliaan
yang menyertai mereka (9:28). Dalam kitab Yakobus mengajarkan bahwa Keselamatan
bukanlah hanya oleh Iman saja, tapi juga oleh perbuatan (2:24). Tujuannya ialah untuk
membuyarkan harapan siapa saja yang menggantungkan keselamatannya hanya pada
pengetahuan intelektual tentang keberadaan Allah, tanpa adanya perubahan hati yang
mendampakkan perbuatan-perbuatan yang adil. Yakobus bukannya membuang iman yang
benar, tapi menekankan bahwa kehadiran orang beriman nampak melalui perbuatan yang
pada gilirannya menunjukkan daya penyelamatan dari agama yang benar, yang sedang
bekerja melalui Firman Allah dalam hati. Ia tak kalah dalam minatnya untuk membawa
kembali orang-orang berdosa dari kesalahan jalannya dan menyelamatkan nyawanya dari
kematian (5:20). 1 petrus menekankan hal yang sama dengan Ibrani mengenai mahalnya
keselamatan (1:19) yang dicari-cari dan dinubuatkan para nabi. Tapi kini sudah menjadi
realitas bagi mereka, yang bagaikan domba yang sesat telah kembali kepada gembala jiwanya
(2:24). Dalam 2 Petrus keselamatan mencakup luput dari kerusakan yang ada dan terjadi di
dunia ini melalui nafsu, dengan cara turut mengambil bagian, dalam kodrat Ilahi (1:4) dalam
dunia yang penuh dosa ini, orang percaya merindukan langit baru dan bumi baru di mana
bersemi keadilan, namun mengakui bahwa penundaan kedatangan akhir zaman (parousia)
terkait pada kesabaran Tuhan dan penundaan itu sendiri merupakan salah satu segi
keselamatan (3:13, 15).
Di dalam Kitab Wahyu, keselamatan sebagai pembebasan atau penyucian dari dosa
melalui darah Kristus, dan pengangkatan orang percaya menjadi imamat yang berkerajaan
(1:5). Dalam cara mengenang pemazmur, penulis dengan puji-pujian menggambarkan
keselamatan bergantung dalam keseluruhannya kepada Tuhan (7:10). Pasal-pasal penutup
wahyu melukiskan melukiskan keselamatan sebagai daun-daun pohon kehidupan yang
diperuntukkan bagi kesembuhan bangsa-bangsa. Hak mendekati pohon itu, sama seperti
mendekati pohon itu, sama seperti mendekati kota keselamatan, diberikan hanya kepada
mereka yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan.
Tolak pemikiran Alkitab ialah bahwa sejak kejatuhannya, manusia baik sebagai
perseorangan maupun sebagai masyarakat-memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan.ia
berada daam lingkaran setan pada posisi dan kondisi yang berbahaya, bersalah dan tak
berdaya. Ada berbagai gambaran tentang kegawatan manusia-kegagalan, kekurangan,
kekosongan, penyakit, kerusakan, pencemaran, kematian. Demikian juga banyaknya usaha
yang sia-sia untuk memperbaiki keadaan itu 7. Pandemi ini telah menjadikan peran Internet
dan teknologi komunikasi sangat menonjol. Gereja-gereja seluruh dunia menutup tempat
kebaktian dan pelayanan mereka digedung dan memindahkannya kedunia maya, dengan
menyiarkan kebaktian serta melakukan pelayanan mereka melalui berbagai aplikasi di
internet seperti Youtube dan Zoom. Selama pandemi berlangsung, banyak orang dibawa
untuk merenungkan kembali makna, dasar dan arah hidup yang mereka tempuh selama ini,
serta hal-hal apa yang paling berati bagi mereka. Di dalam jurnal Pola Apologetika
kontekstual untuk memberitakan kabar baik kepada suku jawa wong cilik, hlm 66
mengatakan bahwa Wong cilik berpandangan bahwa dunia, manusia dan alam adikodrati
adalah merupakan satu kesatuan dalam hukum dan pengalaman. Manusia adalah bagian dari
alam yang selalu harus menyelaraskan diri dengannya untuk menja-min hidup baik. Oleh
A. Kesimpulan
B. Saran
Ketika kita sakit, ketika kita tidak berdaya, dan penderitaan kita semakin
bertambah, mungkin kita akan patah semangat. Akan tetapi kita harus tetap mengingat
akan adanya Allah ditengah-tengah hidup, kita percayakan hidup kita sepenuhnya kepada
Tuhan. Tiba saatnya kita membangun kembali memulihkan keadaan, setiap orang di
dunia butuh dipulihkan dari luka mendalam yang dialami dari peristiwa kehilangan orang
terdekat, pekerjaan, maupun usaha.
PUSTAKA