Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebelum melakukan kegiatan dalam bentuk apapun, tentu diperlukan suatu rencana.
Dengan adanya rencana yang dipikirkan secara matang maka kegiatan yang diharapkan dapat
berjalan dengan baik. Begitu juga dengan keselamatan yang Allah Bapa berikan bagi umat
manusia tentu memiliki rencana pelaksanaannya. Allah Bapa mengutus manusia ke bumi
dalam perjalanan yang memiliki tujuan dan arti.
Allah menyediakan bagi kita sebuah rencana sebelum manusia datang ke bumi.
Rencana itu dirancang untuk kemajuan dan keselamatan serta permuliaan akhir manusia.
Semua orang mendapat kesempatan untuk menerima atau menolak rencana keselamatan. Inti
dari rencana itu adalah bahwa manusia akan memiliki kesempatan untuk mengusahakan
keselamatannya sendiri di bumi, dengan bantuan Allah melalui seorang pemimpin yaitu
Yesus sendiri, Dia dipilih untuk mengajari kita bagaimana mengikuti rencana itu dan untuk
menebus kita dari dosa dan kematian. Yesus adalah fokus dari rencana kekal Bapa,
Juruselamat yang disediakan sebagai tebusan bagi umat manusia. Allah mengutus Putra
Terkasih-Nya untuk mengatasi Kejatuhan Adam dan Hawa. Dia datang ke bumi sebagai
Juruselamat dan Penebus kita. Dia mati dikayu salib dan bangkit pada hari yang ketiga.
Melaui Kebangkitan-Nya, kita semua akan dibangkitkan, terlepas apakah kita telah
menyelesaikan hal-hal yang baik ataupun yang jahat dalam kehidupan ini. Kematian harus
dilihat sebagai pintu gerbang menuju kehidupan baru dan lebih baik.

B. TUJUAN
1. Untuk dapat mengerti definisi Rencana
2. Untuk dapat mengerti definisi Keselamatan
3. Untuk dapat memahami Alasan Keselamatan
4. Untuk dapat memahami Rencana Keselamatan

1
BAB II
ISI

A. DEFINISI RENCANA KESELAMATAN


Untuk memahami arti dari rencana keselamatan, terlebih dahulu mengerti apa itu
rencana dan keselamatan. Berikut pengertian dari rencana dan keselamatan:
1. Rencana
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, kata rencana memiliki arti rancangan, buram
(rangka sesuatu yang akan dikerjakan; konsep, naskah (surat dan sebagainya); konsep,
naskah (surat dsb); laporan pemberitaan, catatan mengenai pembicaraan dalam rapat dan
sebagainya; acara, program (usulnya tercantum dan yang akan dibicarakan dalam rapat
besar; artikel. Makalah, kertas kerja.1
Rencana adalah hasil proses perencanaan berupa daftar ketetapan tentang langkah
tindakan pada masa depan menyangkut kegiatan apa, siapa pelaksananya, di mana, kapan
jadwalnya dan berapa sumber daya yang akan digunakan, serta berbagai keterangan
mengenai tolak ukurnya, dalam rangka mencapai hasil. Rencana digunakan manajemen
untuk pengarahan kegiatan dan juga sebagai pedoman proses pengendalian.2

2. Keselamatan
Keselamatan berasal dari Bahasa Ibrani “yesyua” dan Yunani “soteria” yang
berarti tindakan atau hasil dari pembebesan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit,
mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. Keselamatan dalam Alkitab
bergerak dari ilwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual. Di dalam PL keselamatan
merujuk pad cara-cara hamba Allah yang secara perorangan terlepas dari tangan musuh,
kebebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukumnya di tanah yang makmur.
Keselamatan dalam PL juga menjelaskan tentang keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas
keterberkatan secara moral dan religius, serta memperluasnya sampai melampaui batas-
batas kebangsaan.
Keselamatan dalam PB menunjukkan keterbudakan manusia kepada dosa, bahaya
dan dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yang hanya dapat diperoleh dalam
Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yang semakin jelas tentang cara
Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan di dalam diri-Nya satu-
satunya keselamatan manusia.3

1
Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), 1194.
2
https://www.google.com/search?safe=strict&ei=xZ8mYIrlFdCR9QP5jaOgBg&q=pengertian++rencana#,
Diakses tanggal 09 Februari 2021, Jam 22:20
3
Esiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina kasih, 1997), 375.

2
Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa rencana keselamatan adalah suatu
perencanaan atau program yang Allah tetapkan untuk membebaskan, melepaskan, orang-
orang dari belenggu dosa melalui Kristus.

B. ALASAN KESELAMATAN
Manusia sangat memerlukan keselamatan seperti yang tertulis dalam Roma 3:23 yang
menyatakan bahwa “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah”. Sudah jelas bahwa semua manusia itu berdosa dan upah dosa ialah maut. Sebab itulah
manusia memerlukan keselamatan. Keselamatan itu hanya memalui karya penebusan Yesus
Kristus di atas kayu salib. “kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.
Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tida melalui Aku” (Yoh. 14:6).
Manusia berdosa tida dapat menyelamatkan dirinya sendiri dengan apapun, bahkan dengan
kesalehan sekalipun. Sebaik-baiknya manusia pasti memiliki sisi buruk, sedangkan Allah
ingin kesempurnaan untuk dapat masuk ke dalam kerajaan surga (Mat. 5:48). Maka dari itu
manusia memerlukan Yesus Kristus untuk menyelamatkan semua dosa manusia dengan
darah-Nya. Yesus adalah Allah dan Manusia seutuhnya dan yang sempurna. Allah
mengkehendaki keselamatan bagi seluruh manusia karena:
- Seluruh umat manusia menjadi milik Allah sebagai ciptaan-Nya;
- Seluruh umat manusia adalah puncak ciptaan Allah yang unik dan istimewa;
- Seluruh umat manusia dalam Adam terpisah dari Allah dan perlu diselamatkan;
dan
- Seluruh umat manusia memperoleh janji keselamatan dari Allah.4

C. RENCANA KESELAMATAN
Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, hal ini bukan menjelaskan
tentang kesamaan fisik melainkan lebih menunjuk pada relasi manusia dengan Tuhan.
Sebagai makhluk ciptaan yang paling berharga, Allah memberikan kebebasan untuk
menentukan sendiri apa yang dilakukan, terutama kemungkinan memilih salah satu dari dua
hal: baik dan jahat. Kebebasan diberikan oleh Allah kepada manusia dalam konteks bahwa
Allah menciptakan manusia dengan akal, pikiran, perasaan dan kehendak bebas. Sehingga
manusia bebas menentukan keputusan, sikap atau apapun yang dianggap baik oleh manusia.
Sementara itu, manusia juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan ini dipahami dari manusia
dijadikan dari debu tanah. Makna dari manusia dijadikan dari debu tanah adalah bahwa
manusia memiliki hubungan khusus dengan Allah, namun tidak sama dengan Allah. manusia
juga adalah orang-orang yang berdosa. Keberdosaan manusia berawal adalah ketika mereka
ingin menjadi sama dengan pencipta-Nya. Mereka tidak mengikuti perintah Tuhan, malah
menentang, setelah iblis memperdaya mereka. Iblis menggunakan argumentasi-argumentasi
yang rasional sebagai kekuatan untuk menggoyahkan ketahanan iman manusia pertama.
Akhirnya, manusia mengambil keputusan untuk menuruti keinginan iblis dengan memakan
buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat. Keinginan untuk menjadi sama dengan

4
https://www.sabda.org/misi/allah_merencanakan_keselamatan_bagi_seluruh_umat_manusia, Diakses
tanggal 09 Februari 2021, Jam 22:42

3
Allah hanya menjadi suatu impian belaka. Akibatnya, manusia menjalani hidup dengan
penderitaan. Sejak itu, manusia tidak lagi memiliki hubungan yang harmonis dengan Allah.
Dosa menghalangi relasi Allah dengan manusia, sehingga relasi itu terputus. Meskipun
masusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaaan Allah (Rm. 3:23; Mzm 14:3), namun
Allah tetap mengasihi umat-Nya dan dan ingin menyelamatkan mereka melalui Yesus Kristus
(Yoh. 13:16). Tuhan sudah mempersiapkan jalan untuk mengeluarkan umat-Nya dari
keterikatan dosa.5
Allah memiliki kemampuan untuk mengetahui lebih dahulu hal-hal yang akan terjadi
dalam kehidupan umat manusia. Dengan kemampuan-Nya tersebut maka Allah menyadari
sepenuhnya bahwa manusia akan jatuh ke dalam dosa. Meskipun demikian, Allah tetap men
ciptakan manusia untuk kemuliaan dan tujuan-Nya sendiri serta merencanakan suatu jalan
penebusan bagi manusia. Allah yang berkarya secara teratur di alam semesta tidak
membiarkan penyelamatan manusia dilaksanakan menurut cara yang semrawut dan tak
menentu. Alkitab menunjukkan bahwa Allah mempunyai rencana keselamatan yang pasti
bagi manusia. Rencana ini meliputi sarana yang dipakai untuk menyediakan keselamatan,
sasaran-sasaran yang akan diwujudkan, orang-orang yang akan menerima keselamatan
tersebut, syarat-syarat untuk memperoleh keselamatan, serta perantara dan sarana bagi
penerapan keselamatan itu. Dapat ditambahkan bahwa Allah hanya memiliki satu rencana
keselamatan saja dan bahwa bila orang akan diselamatkan maka mereka harus diselamatkan
dalam cara yang sama, apakah mereka itu orang-orang yang bermoral atau tidak,
berpendidikan atau tidak, Yahudi atau bukan Yahudi, dan apakah ia hidup pada zaman
Perjanjian Lama ataukah pada zaman sekarang.6
Rencana keselamatan tersebut telah Allah tentukan dari semula oleh kuasa dan
kehendak-Nya. Rencana itu sudah dimulai dalam kehidupan Daud (Kisah 13:22); rencana itu
sudah mulai bekerja sejak dahulu kala, meskipun baru mencapai puncaknya pada waktu
Yesus datang. Dalam hal ini tidak ada kuasa manusia yang dapat mengganggu rencana
Keselamatan yang Allah tetapkan. Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain
di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada
manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12). Rencana Allah itu jelas. Jalan
keselamatan datang dengan peran taraan Yesus, seperti firman Tuhan berkata "di dalam Dia
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di
hadapan-Nya" (Efesus 1:4).7 Sama seperti bangsa Israel dibebaskan dari Mesir dalam
peristiwa Keluaran, demikian juga orang-orang percaya dibebaskan dari dosa oleh karya
Yesus Kristus. Manusia dapat diselamatkan secara cuma-cuma, secara gratis, sebab Allah rela
membayar harga melalui kematian Yesus di kayu salib. Darah yang tercurah lewat kematian-
Nya menunjukkan harga penebusan (Ef. 17:7; bnd. Kis. 20:28; 1 Kor. 6:20; 7:23).8
Peristiwa ini terjadi ketika ketika orang-orang Yahudi menyerahkan Yesus untuk
disalibkan. (Kisah 4:28). Rencana Allah mencapai puncaknya pada kematian Yesus demi
5
Imelda Christy Poceratu, Teologi Kristen Untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Mulia Jaya, 2016), 1-7.
6
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: GandumMas, 1992), 303-306.
7
Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1996), 240-241
8
Dick Mak, Berteologi Abad XXI “Menjadi Kristen Indonesia di Tengah Masyarakat Majemuk” (Jakarta:
Literatur Perkantas, 2015), 676.

4
keselamatan orang-orang berdosa. Demi menggenapi rencana keselamatan (Kisah 1:16)
Yesus harus menderita (9:22; 17:25; 24:7, 26, 44; Kisah 17:3). Hal ini dapat dilihat berkaitan
dengan nubuat bahwa Dia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak (22:37).
Rencana Allah ini bukan hanya sampai kematian Yesus di kayu salib, tetapi berlanjut pada
Kristus yang berada di surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu (Kisah 3:21; suatu
waktu yang telah dinubuatkan dalam kitab para nabi). Selang waktu antara Kenaikan dan
parousia termasuk bagian rencana Allah juga. Hal yang sama tampak juga dalam ucapan
Paulus kepada kepala penjara di Filipi yang bertanya kepada Paulus dan Silas, "Tuan-tuan,
apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" dan jawaban yang diterimanya adalah,
"Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat" (Kisah 16:30-31).9

1. Garis Besar Rencana Allah Dalam Keselamatan


Beberapa hal termasuk di dalam rencana Allah. Alkitab mengajarkan bahwa
Allah telah menyediakan keselamatan melalui pribadi dan karya Putra-Nya. Sang
Putra telah diutus untuk menjadi manusia, mati ganti kita, bangkit kembali dari antara
orang mati, naik kepada Allah Bapa, menerima kedudukan yang berkuasa di sebelah
kanan Allah, dan menghadap Allah atas nama orang percaya. Ia akan datang kembali
untuk menyempurnakan penebusan. Karya Putra Allah ini bertujuan menyelamatkan
kita dari kesalahan, hukuman, kuasa, dan akhirnya kehadiran dosa. Rencana ini juga
meliputi penebusan alam, yang ikut takluk kepada kesia-siaan akibat dosa manusia.
Keselamatan disiapkan bagi dunia dalam arti yang umum, namun secara khusus bagi
orang-orang yang terpilih, yaitu mereka yang mau percaya kepada Kristus serta taat
kepada-Nya. Pertobatan mutlak diperlukan untuk keselamatan, namun hanya sebagai
persiapan hati kita dan bukan sebagai harga yang harus dibayar untuk memperoleh
hidup yang telah dikaruniakan oleh Tuhan. Iman adalah satu-satunya syarat untuk
memperoleh keselamatan, dan iman itu juga merupakan karunia Allah. Roh Kudus
adalah perantara dalam penerapan keselamatan pada jiwa seseorang. Roh Kudus
memakai Firman Allah untuk menginsafkan, menunjuk jalan kepada Kristus, dan
untuk memperbaharui jiwa. Roh Kudus melanjutkan pekerjaan pengudusan dalam
kehidupan orang percaya. Keselamatan belumlah sempurna sebelum orang percaya
dibangkitkan dan dipersembahkan kudus dan tak bercacat kepada Kristus oleh Roh
Kudus.

2. Cara Yang Dipakai Oleh Allah


Sekalipun Allah hanya memiliki satu rencana keselamatan, Ia mempunyai
berbagai cara untuk menangani manusia berhubungan dengan rencana keselamatan
tersebut, dan hal itu terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Alkitab menunjukkan
bahwa masa persiapan yang amat panjang ini sangat perlu. Alkitab mengatakan,
'Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari
seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat" (Galatia 4:4).

9
Leon Morris, Teologi Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 1996), 241-242

5
Masa persiapan yang begitu lama ini mempunyai beberapa tujuan: untuk
memperlihatkan kepada manusia sifat-dosa yang sesungguhnya dan betapa dalamnya
kebejatan yang ke dalamnya manusia telah terperosok, menyatakan kepadanya bahwa
ia tidak berdaya untuk memelihara atau memperoleh kembali pengenalan yang
memadai akan Allah, juga tidak berdaya untuk membebaskan dirinya dari dosa
dengan memakai bantuan filsafat dan kesenian, serta mengajarkan kepadanya bahwa
pengampunan serta pemulihan hubungan dengan Allah hanya dapat terjadi
berdasarkan pengorbanan seorang pengganti. Sejarah menunjukkan betapa tidak
sempurnanya pemahaman dunia akan kebenaran-kebenaran ini; sekalipun demikian
pemahaman yang tidak sempurna pun sudah cukup bagi Allah untuk memperkenalkan
Sang Juruselamat kepada umat manusia. Sarana-sarana yang dipakai oleh Allah untuk
mencapai tujuan ini banyak sekali. Sekalipun Allah tidak berubah, namun sering kali
cara-cara yang dipakai-Nya itu berubah. Ia telah memakai suatu lingkungan yang
sempurna, hati nurani, pemerintahan manusiawi, janji-janji yang membangkitkan
iman, serta hukum Musa. Saat ini Allah memakai penyataan yang lebih lengkap dari
Perjanjian Baru, dan di kemudian hari Allah sendiri akan memerintah dengan tongkat
besi. Cara-cara yang disebut di atas hanya mengakibatkan kegagalan dan berakhir
dengan hukuman. Inilah yang akan terjadi juga pada zaman sekarang dan pada zaman
yang akan datang. Hal ini Nampak jelas kalau kita melihat dengan lebih teliti
bagaimana Alkitab membagi waktu dalam berbagai periode.

a. Dalam Zaman Perjanjian Lama


Pada mulanya Allah menempatkan orang tua pertama kita di taman
Eden, suatu lingkungan yang amat sempurna. Allah telah menciptakan mereka
berdua tanpa sifat daging atau duniawi dan menyediakan segala sesuatu yang
perlu bagi kebahagiaan dan kekudusan mereka. Allah mengharuskan mereka
menempuh ujian yang sederhana sambil mengingatkan mereka terhadap
akibat-akibat ketidaktaatan. Allah mempunyai hubungan pribadi dengan
mereka. Namun, ketika Iblis datang dengan menyamar sebagai ular untuk
mempengaruhi manusia dan melanggar perintah Allah sehingga mereka kini
bersalah di hadapan Allah. Sifat mereka kini tercemar; mereka mati secara
rohani; dan mereka mewariskan dampak-dampak dosa mereka kepada seluruh
keturunannya. Mereka kini tidak lagi memiliki pengenalan yang benar akan
Allah, tetapi pikiran mereka menjadi sia-sia, dan hati mereka yang bodoh
menjadi gelap. Allah mengusir mereka dari taman itu setelah mengutuk ular
dan tanah.
Hati nurani kini menjadi aktif, dan manusia diberi kesempatan untuk
menunjukkan bahwa hukum Allah yang tertulis dalam sifat manusia sudah
cukup untuk menuntun manusia kembali kepada Allah. Akan tetapi, Kain
sendiri menjadi pembunuh; dan sekalipun untuk sementara garis keturunan Set
menunjukkan kesalehan, tidak lama kemudian kesalehan itu pun lenyap.
Kehidupan semua manusia menjadi rusak dan segala kecenderungan hatinya
jahat semata-mata. Tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Suara hati
nurani ternyata tidak cukup kuat untuk mendorong manusia mencari kehadiran

6
Allah serta jalan keselamatannya. Allah terpaksa menjatuhkan hukuman ke
atas bumi. Hanya Nuh dan keluarganya yang selamat; yang lain musnah oleh
air bah yang luar biasa yang dikirim oleh Allah sebagai hukuman kepada
manusia karena dosanya.
Setelah air bah Allah memberikan penerangan kepada Nuh tentang
cara-cara manusia harus menyelenggarakan pemerintahan. Manusia harus
memerintah atas nama Allah, dan manusia akan diarahkan oleh Allah sendiri
melalui hukum-hukum yang adil dan kudus. Akan tetapi, manusia
mengadakan federasi yang besar serta mendirikan sebuah menara untuk
menyembah berhala. Kemuliaan dan kesombongan manusia nampaknya telah
merupakan tujuan utama dalam membangun menara Babel. Manusia telah
berhenti memerintah atas nama Allah dan telah mulai memerintah atas
namanya sendiri. Oleh karena itu, Allah turun kembali untuk menghukum
bangsa manusia yang tidak taat serta mengacaukan bahasa mereka. Kemudian
orang-orang itu dicerai-beraikan ke seluruh permukaan bumi sehingga
timbullah bangsa-bangsa yang berbeda-beda. Berbagai pemerintahan yang
timbul kini tidak lagi memikirkan Allah, dan manusia merosot ke tingkat
pemujaan berhala.
Kemudian Allah memanggil Abraham untuk meninggalkan negerinya
serta mengikuti Dia ke sebuah negeri yang baru. Abraham taat kepada Allah,
dan Allah membuat perjanjian dengan dia. Allah berjanji akan memberikan
Abraham keturunan yang amat banyak, memberikan kepada keturunannya
tanah yang telah didiaminya sebagai orang asing, dan menjadikan dia berkat
bagi semua bangsa. Janji yang terakhir itu memandang ke depan kepada
kedatangan Mesias, namun tidak terbatas pada peristiwa tersebut. Abraham
dan keturunannya harus menjadi berkat rohani bagi bangsa-bangsa sepanjang
masa.
Di Gunung Sinai Allah menawarkan perjanjian kerja dan umat Israel
telah menyatakan bersedia menerima tawaran perjanjian kerja tersebut.
Mereka berjanji bahwa "segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan"
(Keluaran 19:8). Akan tetapi, jelaslah bahwa bangsa itu tidak
mempertimbangkan kebejatan hati manusia ataupun kuasa Iblis. Sebelum
Musa dapat memberikan dua loh batu berisi Sepuluh Perintah Allah, Israel
telah membuat sebuah berhala dan mulai menyembahnya.
Ketika Yesus Mesias mereka datang, mereka menolak Dia dan
menuntut agar Ia disalibkan oleh orang-orang Romawi. Akhirnya, Allah
mengutus orang-orang Roma yang sama ini untuk menghancurkan kota dan
bait suci mereka serta mencerai-beraikan mereka ke seluruh muka bumi.
Mereka menghormati hukum Taurat dengan bibirnya, namun hati mereka jauh
dari Allah. Telah terbukti bahwa ketentuan-ketentuan hukum tidak dapat
membuat manusia mencari Allah, demikian pula pengorbanan hewan tidak
dapat mengubah hati manusia.

b. Pada Zaman Sekarang

7
Suatu perubahan besar telah terjadi dalam cara yang digunakan untuk
masa kini. Masa sekarang ini adalah zaman gereja. Setelah semua cara yang
sebelumnya dipakai, akhirnya Sang Juruselamat sendiri yang datang. Dengan
kematian-Nya, Tuhan Yesus mengadakan pendamaian untuk dosa orang-orang
percaya dari zaman Perjanjian Lama dan dari zaman Perjanjian Baru (Roma
3:21-26). Sekarang Allah menawarkan kepada setiap orang keselamatan
melalui Yesus Kristus. Sebelum zaman ini, rencana keselamatan hanya
dipahami secara samar-samar; kini seluruh rencana itu telah terpampang
sehingga siapa saja dapat mengetahuinya. Yang diminta dari setiap orang
hanyalah kesediaan untuk menerima apa yang telah dipersiapkan Allah di
dalam Kristus. Bila seseorang dengan iman menerima tawaran hidup itu, orang
itu akan dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Roh Kudus kemudian
melanjutkan karya yang dimulai dalam pembaharuan serta menyempurnakan
kekudusan di dalam diri orang percaya. Walaupun rencana ini sederhana dan
jelas, baik Alkitab maupun pengamatan kita memberi tahu bahwa manusia
tidak dengan cepat menanggapi ajakan Injil.

c. Pada Masa Depan


Perubahan yang lebih besar lagi dijanjikan untuk masa Kerajaan Seribu
Tahun. Dahulu Ia telah datang dan menawarkan untuk menjadi raja dan
juruselamat Israel, namun sebagian besar bangsa itu tidak memperhatikan
tawaran-Nya samasekali. Ia akan kembali dengan kemuliaan dan akan
memerintah dunia ini dengan kekuasaan-Nya. Sebagai Putra Daud, Kristus
akan mendirikan sebuah kerajaan di bumi ini. Israel akan menjadi pusat
kerajaan itu dan Yerusalem menjadi ibukotanya. Semua bangsa akan berziarah
ke Gunung Sion. Periode ini akan diawali dengan pertobatan dunia, karena
Kristus akan menghukum semua bala tentara yang melawan Dia di
Harmagedon, menghukum bangsa-bangsa yang mengirim angkatan perang
mereka, dan akhirnya Iblis akan diikat. Hanya orang-orang yang sudah
diselamatkan di bumi yang akan memasuki kerajaan Allah. Akan tetapi,
banyak orang akan lahir selama berlangsungnya Kerajaan Seribu Tahun dan
mereka tidak akan percaya Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ada yang
berpura-pura taat kepada Tuhan. Dosa akan diberantas dengan tongkat besi,
tetapi banyak orang akan patuh secara lahiriah saja. Kemunafikan banyak
orang akan tampak pada akhir masa Kerajaan Seribu Tahun, karena ketika
Iblis dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya, orang-orang yang tidak
sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan dengan segera akan mengikut Iblis.
Hukuman akan menimpa pemberontakan yang baru ini, dan Iblis dilemparkan
ke dalam lautan api. Juga Kerajaan Seribu Tahun tidak berhasil menjadikan
dunia ini benar. Hanya kasih karunia Allah yang bekerja dalam hati seseorang
pada tiap zaman dapat mengubah kehidupannya secara permanen; dan karena
tidak semua orang pada tiap zaman akan menerima kasih karunia itu, maka
tidak semua orang yang akan diselamatkan.10
10
Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika (Malang: Gandum Mas, 1992), 307-312.

8
BAB III
KESIMPULAN

Manusia adalah ciptaan Allah yang sangat berharga dan Dia sangat mengasihi umat-
Nya. Namun manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rm. 3:23),
sehingga manusia memerlukan keselamatan. Keselamatan tidak dapat diperoleh dengan usaha
manusia itu sendiri, bahkan dengan kesalehan sekalipun, sebab Allah menginginkan
kesempurnaan untuk dapat masuk dalam kerajaan surga. Karena kasih-Nya kepada manusia
Allah nmemberikan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai jalan memperoleh
keselamatan yang telah Allah janjikan bagi manusia (Yoh. 3:16 dan Yoh. 14:6).
Allah telah menyediakan bagi kita sebuah rencana sebelum manusia datang ke bumi.
Rencana keselamatan adalah suatu perencanaan atau program yang Allah tetapkan untuk
membebaskan, melepaskan, orang-orang dari belenggu dosa melalui Kristus. Jalan
keselamatan datang dengan peran taraan Yesus, seperti firman Tuhan berkata "di dalam Dia
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di
hadapan-Nya". Yesus Kristus yang diutus untuk menjadi manusia, mati ganti kita, bangkit
kembali dari antara orang mati, naik kepada Allah Bapa, menerima kedudukan yang berkuasa
di sebelah kanan Allah, dan menghadap Allah atas nama orang percaya. Ia akan datang
kembali untuk menyempurnakan penebusan. Syarat memperoleh keselamatan itu adalah
imannya kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai