Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ORANG PERCAYA DISEBUT

KELUARGA ALLAH”

Mata Kuliah : Dogmatika 4


Dosen Pengampu : Ardikal Bali, M. Th

Disusun Oleh Kelompok 5 :


Denada Rapita Tambunan
Devi Maria manik
Lestiani Agustina Hutapea
Merisma Deni Wati Laia
Mazmur Harahap
Gaya Iranto saragih
Yulirman Ziliwu

SEKOLAH TINGGI THEOLOGIA ARASTAMAR RIAU

(STT STAR)

1
DAFTAR ISI

Cover .............................................................................................................................1

Daftar Isi .......................................................................................................................2

Kata Pengantar ............................................................................................................3

BAB I..............................................................................................................................4

PENDAHULUAN ........................................................................................................4

A. Latar belakang................................................................................................4

B. Rumusan masalah...........................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................4

BAB II ...........................................................................................................................5

PEMBAHASAN............................................................................................................5

A. Konsep pengertian orang percaya..................................................................5


B. Konsep pengertian keluarga Allah.................................................................6
C. Hak-hak istimewa anak Allah........................................................................7
D. Tanggung jawab anak Allah..........................................................................10

BAB III ..........................................................................................................................11

PENUTUP .....................................................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kepada Yesus Kristus, karena atas kekuatan dan
pertolonganNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Orang percaya
disebut keluarga Allah. Makalah kami ini membahas tentang, konsep pengertian orang percaya,
konsep pengertian keluarga Allah, hak-hak istimewa anak Allah, tanggung jawab anak Allah.
Dan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Dogamtika 4, Di STT STAR dengan dosen
Pengampu Ardikal Bali, M. Th
Penulis meyakini bila sesuatu tidak ada yang sempurna. Begitupun dengan makalah kami
ini, oleh sebab itu, kritik membangun kami terima untuk memperbaiki makalah ini. Demikianlah
kata pengantar dari penulis, kiranya makalah ini dapat bermanfaat dan dapat kita gunakan
sebagai alat yang dapat kita terapkan dimana dibutuhkan.

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Didalam ke-Kristenan, hidup dalam membangun kerohanian yang dewasa tidak hanya
dibentuk dari individu kerohanian seorang itu saja. Tetapi dibutuhkan pihak eksternal yang
diharapkan mampu memberi dukungan untuk membangun kerohanian individu seseorang
tersebut. Disini kita sebagai anggota keluarga Allah harus mampu mengambil peran dan
posisi untuk saling mendukung, mendorong, dan memberi motivasi dalam menumbuhkan
iman Kristen dalam sesama umat manusia.

Siapa saja yang dapat dikatakan dalam anggota kerajaan Allah untuk membangun ke-
Kristenan sesama manusia? Yaitu orang percaya, orang yang percaya kepada Allah artinya
adalah orang yang memiliki keyakinan dalam mengimani bahwa Allah yang menjadi
juruslamat bagi seluruh manusia. Ketika percaya demikian akan pengenalan kita kepada
Allah yang menciptakan langit dan bumi maka kita akan disebut dalam anggota keluarga
Allah.

Yang menjadi topik pembahasan hangat dalam sajian makalah ini adalah pertanyaan
Mengapa orang percaya disebut keluarga Allah. Untuk membahas thema berikut kami
kelompok penyaji telah mempersiapkan sajian-sajian yang dapat menjawab pertanyaa kita
bersama kenapa orang percaya disebut keluarga Allah, untuk itu mari kita sama-sama melihat
dan mempelajari dalam makalah penyaji berikut untuk mendapatkan jawaban dari judul
makalah diatas.

2. Rumusan Masalah

a. Menjelaskan konsep pengertian orang percaya?


b. Menjelaskan konsep pengertian keluarga Allah?
c. Bagaimana hak-hak istimewa anak Allah?
d. Memahami tanggung jawab anak Allah?

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami konsep pengertian orang percaya

4
b. Untuk mengetahui dan memahami konsep pengertian keluarga
c. Untuk mengetahui dan memahami, bagaimana hak-hak istimewa anak Allah
d. Untuk mengetahui dan memahami, tanggung jawab anak Allah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Orang Percaya

Percaya adalah perhubungan pribadi antara kita dengan Tuhan. “hidup di dalam
percaya” berarti hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, dengan menaruh kepercayaan
sepenuh-penuhnya kepada Dia. Jadi percaya itu lebih daripada mengakui adanya Tuhan,
menjadi orang yang beragama atau beribadat, menyetujui sejumlah kebenaran tentang
ketuhanan memenuhi berbagai-bagai syarat agama, menjalankan hidup yang baik, menjadi
orang jujur. Dengan perantaraan Alkitab, iman itu dikerjakan oleh Roh Kudus. Roh
membuka mata kita untuk melihat Yesus Kristus dan memahami arti pekerjaanNya. Percaya
berarti memandang kepada Yesus Kristus, Tuhan yang telah disalibkan dan bangkit pula.
Dengan kata lain mengakui Dia sebagai Nabi yang membuat kita menemukan kebenaran
sejati, sebagai Imam yang benar-benar memperdamaikan kita dengan Allah, sebagai Raja
yang memerintah serta melindungi kita selaku warganegara kerajaanNya.1

“Percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, bahwa dia telah turun dari surga ke dunia
untuk mati bagi dosa-dosa kita di kayu salib dan selanjutnya, percaya bahwa Yesus telah
bangkit dari antara orang mati”. Kepercayaan semacam ini tidaklah memadai. Yakobus 2:19
“Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga
percaya akan hal itu dan mereka gemetar.” Ini adalah sesuatu hal yang sangat aneh, sangat
bagus jika kita percaya kepada Allah, akan tetapi setan-setan juga percaya akan adanya satu
Allah. Lalu, apakah setan-setan itu diselamatkan juga? Tidak. Mengapa? Mereka yang
percaya diselamatkan akan tetapi Alkitab memberitahu kita dengan gamblang bahwa setan-
setan percaya namun tidak diselamatkan. Apakah ini suatu bentuk diskriminasi? Semua yang
1
B. J. Boland, Intisari Iman Kristen (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1959) hlm 15
5
percaya diselamatkan, tetapi setan-setan percaya namun tidak diselamatkan. Bukankah ini
suatu bentuk diskriminasi terhadap setan? Mengapa mereka tidak dapat diselamatkan? Dalam
Yakobus 2:20. Di manakah letak persoalannya? Apakah kekurangan dari setan?

Alkitab berkata bahwa iman menuntut adanya tindakan. Seperti yang dikatakan dalam
Yakobus 2:17 – di sini, disebutkan tentang dua macam iman: yang satu adalah iman yang
hidup dan yang satunya lagi adalah iman yang mati. Iman yang hidup dapat menyelamatkan
sedangkan iman yang mati tidak. Jadi menurut Alkitab, hanya iman yang hidup yang
menyelamatkan. Iman yang mati tidak dapat menyelamatkan.

Jadi, ini bukanlah diskriminasi terhadap setan melainkan karena setan memiliki iman
yang mati. Mereka percaya, dan isi dari kepercayaan mereka sangatlah tepat. Sayangnya,
kepercayaan mereka itu mati karena hanya merupakan iman tanpa perbuatan. Itu sebabnya,
bukannya Allah yang bias, dan mendiskriminasikan setan. Setiap orang yang memiliki iman
yang mati tidak akan diselamatkan. 2

B. Konsep Keluarga Allah

Alkitab mengajarkan bahwa Yesus Kristus dan Allah Bapa adalah Satu (Yohanes 1:1-
4), dan bahwa Ia adalah satu-satunya Anak Tunggal Allah (Ibrani 1:1-4). Istilah kekeluargaan
ini mengajar bahwa Allah memandang Yesus sebagai anggota keluarga. Orang percaya yang
telah lahir baru diberitahu bahwa kita, juga, merupakan bagian dari keluarga ini (Roma 9:8; 1
Yohanes 3:1-2). Bagaimana caranya menjadi anggota keluarga Allah? Ketika kita mendengar
injil, mengakui dosa kita, dan menempatkan iman dan kepercayaan kita dalam Yesus Kristus,
di saat itu kita dilahirkan ke dalam kerajaan Allah sebagai anak-anakNya dan menjadi ahli
waris kekal bersama-Nya (Roma 8:14-17).

Bagaimana kita menerima pengampunan dari Tuhan? Meskipun Yesus Kristus


dijuluki sebagai satu-satunya Anak Tunggal Allah, orang percaya disebut sebagai anak yang
lahir ke dalam keluarga Allah yang perlu bertumbuh dewasa dalam iman (Efesus 4:11-16),
dan sebagai anak dan ahli waris yang diangkat ke dalam keluarga-Nya (Galatia 4:4-7). Kasih

2
https://cahayapengharapan.org/arti-percaya/, diakses pada 27 November 2021, 19.46 WIB
6
karunia Allah yang tak terbatas, serta kemurahan-Nya diungkapkan di dalam Efesus 1:5-6,
yang berkata bahwa Ia menebus orang berdosa, yang telah Ia “telah menentukan kita dari
semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-
Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di
dalam Dia, yang dikasihi-Nya.” Sebagai anak-anak Allah, warisan apa yang akan kita
terima? Tidak kurang dari kerajaan Allah (Matius 25:34; 1 Tesalonika 2:12; Ibrani 12:28)!
Efesus 1:3 mengajar bahwa orang percaya telah diberkati dengan semua berkat rohani di
alam surgawi di dalam Kristus.

Berkat rohani ini tak terbatas, kekal, dan berdiam di dalam Kristus, dan oleh karena
kasih karunia Allah kita diberi berkat-berkat ini sebagai anak-anakNya. Sebagai anak jasmani
tentunya kita akan menerima warisan yang ditinggalkan orang tua kita. Namun dalam kasus
rencana Allah, umat percaya telah memperoleh imbalan warisan-Nya karena dapat
menikmati perdamaian dengan-Nya melalui pengorbanan Anak-Nya di atas salib. Adapun
warisan lain yang berupa kediaman Roh Kudus di dalam hati kita ketika kita percaya di
dalam Kristus (Efesus 1:13-14), yang memampukan kita untuk hidup bagi-Nya sekarang
juga, dan meyakinkan kita bahwa keselamatan kita sudah terjamin untuk selamanya (Ibrani
7:24-25).

Menjadi anggota keluarga Allah adalah berkat terbesar yang dilimpahkan atas orang
percaya, yang seharusnya menimbulkan keharuan dan cinta yang mendalam. Kita tidak
mampu melakukan apapun juga untuk melayakkan diri menerima kasih, kemurahan, dan
kasih karunia-Nya; namun, kita dipanggil menjadi putra dan putri Allah yang Hidup (Roma
9:25-26).3

C. Hak-hak Istimewa anak Allah

Hak istimewa seseorang yang demi kristus telah menjadi anak Allah, yang
kejadiannya dari Allah sebab menerima Kristus, ialah bahwa Ia mempunyai hubungan
dengan Allah. Marilah kita telaah hubungan ini:

3
https://diakonia.id/apakah-artinya-menjadi-bagian-dari-keluarga-allah/Pukul 08:34/25/11/2021
7
1. Suatu hubungan yang mesra
Dulu kita terpisah dari Allah, sekarang kita telah dipersatukan dengan Dia.
Dosa-dosa kita telah mengasingkan kita dari Allah. Dosa-dosa kita yang merupakan
dinding penyekat itu telah dirobohkan. Dosa-dosa kita seperti gumpalan awan hitam,
yang mengalingi sinar wajahnya. Tapi sekarang gumpalan awan hitam itu telah
disingkapkan, dan matahari bercahaya-cahaya. Untuk memakai suatu kiasan lain,
yang rajin kita jumpai, dalam surat-surat kiriman Paulus, dulu kita orang-orang
yangsepatutnya terkutuk dibawah hukuman hakim sedunia sekarang oleh Yesus
Kristus kita telah dibenarkan, artinya diperdamaikan dan dinyatakan benar. Hakim
kita telah menjadi Bapa kita.
Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga
kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita anak-anak Allah (1 Yohanes 3:1).
Bapa dan Anak adalah nama-nam yang dipakai Tuhan Yesus untuk menyebut Allah
dan dirinya, dan nama-nama ini justru nama-nama kita yang diperkenankan-Nya
menyebut-Nya. Dalam persekutuan dengan Dia kita diperkenankan mengambil
bagian dalam hubungan-Nya sendiri, yang mesra itu, terhadap Sang BAPA. Hak ini
dinyatakan oleh Cyprian, uskup Karthago yang hidup dalam abad ketiga sesudah
masehi, dengan jelas terang dalam uraiannya tentang Bapa Kami. Betapa besar
kerelaan hati Tuhan itu, betapa besar kemurahan hatinya dan betapa berlimpah-
limpah kebaikan-Nya , sampai dikehendakinya kita berdoa dihadapan Allah dengan
mengatakan Bapa kepan-Nya dan menyebut diri kita anak-anak Allah, sebagaimana
Kristus adalah anak Allah suatu sebutan yang seorangpun dari kita tidak berani
menggunakan dalam doanya.
Dan sekarang kita akhirnya dapat mengulangi doa Bapa kami tanpa menaruh
rasa kemunafikan dalam hati. Dulu kata-kata itu nadanya kosong, sekarang
mendengung dengan arti yang baru dan mulia.
2. Suatu hubungan yang pasti dan tak perlu diragu-ragukan
Hubungan orang Kristen dengan Allah yang seperti Anak dengan Bapa-Nya
itu, bukan saja mesra melainkan dengan pasti dan tak perlu diragu-ragukan. Ia mau
supaya kiya yakin seyakin-yakinnya akan huungan kita dengan Allah, bukan hanya

8
unuk memenangkan hati kita dan membuat kita menjadi berguna bagi orang lain,
melainkan karena Allah sendiri mau supaya kita menaruh kepastian, bebas dari segala
keraguan-keraguan. Dalam surat-Nya yang pertama, Rasul Yohanes ,menyatakan
dengan tegas, bahwa justru untuk menandaskan inilah surat itu ditulisnya. Semuanya
itu kutuliskan kepadamu supaya kamu yang percaya kepada nama anak Allah, tahu,
bahwa kamu memiliki hdup yang kekal(1 Yoh. 5:13). Dasar satu-satunya bagi
pengetahuan kita tentang adanya hungan kita dengan Allah bukan perasaan melainkan
bahwa Ia telah mengatakan-Nya pada kita. Tetapi dimanakah kita akan menemui
firman Allah yang akan meyakinkan kita, bahwa kita ini anak-anak Allah ?
a) Firman Allah tersurat dalam Alkitab. Dalam firmanNya yang tersurat itu, Allah
berjanji akan memberikan hidup yang kekal kepada mereka yang menerima
Kristus. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal
kepada kita dan hidup itu ada didalam AnakNya ( 1 Yoh 5:11, 12 ) Percaya
dengan rendah hati bahwa kita memiliki kehidupan kekal itu, percaya kepada
Allah, itulah kerendahan hati, bukan keagungan dan kehikmatan diri sendiri
( 1 Yoh 5:10 ).
b) Firman Allah itu dapat kita dengar dari hati kitab ( Rm 5:5, 8:15-16 ). Setiap
orang Kristen tahu arti kata itu, dalam pengalaman hidup kita kesaksian Roh
Kudus dalam Alkitab itu di sungguhkan oleh kesaksian Roh Kudus dalam kita.
Ini bukanlah untuk menganjurkan kita percaya kepada perasaan-perasaan kita
yang seba dangkal dan gonta ganti.
c) Firman Allah itu Nampak dalam hidup kita. Roh yang memberi kesaksian dalam
Alkitab dan dalam pengalaman kita, bahwa kita ini adalah anak-anak Allah, maka
Roh itu juga yang melengkapkan kesaksiaanNya itu dalam tingkah laku kita.
Hidup dengan benar dan memperaktekkan kasih terhadap sesama manusia,
istimewah terhadap sesama orang Kristen, adalah ciri-ciri khas seorang anak
Allah.
3. Suatu hubungan yang tetap tak berubah-ubah
Alkitab mengatakan bahwa hubungan itu suatu hubungan yang tepat. Dan jika kita
adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, ( Rm 8:17 ). Dengan perkataan lain, kita

9
ini hanya satu kali saja di benarkan; tapi pengampunan itu kita butuhkan setiap hari, apa
bila Tuhan Yesus membasuh kaki murid-muridnya, maka ia mendemonstrasikan
kebenaran kepada mereka.

D. Tanggung jawab anak Allah

Hidup sebagai anak Allah adalah suatu pemberian yang besar dan ajaib. Tapi juga
kewajiban-kewajiban yang tertentu. Rasul Petrus dalam suratnya mengatakan, dan jadilah
sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang
rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan ( 1 Pet 2:2 ). Pemberian
yang besar di anugrahkan kepada anak Allah itu ialah hubungan dengan Allah itu; tanggung
jawabnya yang besar ialah pertumbuhan. Semua orang sayang kepada anak-anak, tapi tak
ada orang yang waras otaknya suka anak-anak itu tetap sekecil itu. Dan yang menyedihkan
sekarang ialah bahwabanyak orang-orang Kristen yang telah dilahirkan kembali dalam
Kristus tak mau juga bertumbuh-tumbuh. Bahkan ada pula yang menderita kemunduran
rohani menjadi kanak-kanak kembali. Sedangkan maksud Bapa sorgawi kita itu, ialah justru
supaya yang belum dewasa Bapa Sorgawi kita itu ialah justru supaya yang belum dewasa
dalam Kristus ( 1kor 3:1 ) menjadi kesempurnaan dalam Kristus ( kol 1:28 ). Ada dua hal,
dalam mana orang Kristen itu dimaksudkan harus betumbuh. Yang pertama ialah dalam hal
pengertian dan yang kedua dlam hal kesucian, ( Kol 1:10; 2 Ptr 3:18 ). Tiga hal merupakan
tanggung jawab kita paling utama sebagai anak Allah.

a) Kewajiban kita terhadap Allah n


Hubungan kita dengan Bapa Sorgawi itu, meskipun tetap naumun toh tidak statis.
Dia sungguh-sungguh menginginkan anak-anaknya akan tumbuh sempuna
sehingga kian mengenalNya dengan mesra. Kita orang-orang dari zaman ini,
adalah orang-orang yang sibuk dengan segala macam urusan kita itu, kita harus
sanggup mengaturnya sedemikian rupa, sehingga ada waktu intuk bertemu dengna
Allah dan bergaul dengan Dia muka dengan muka. Dalam suatu waktu teduh
yang teratur termasuk pembacaan Alkitan dan berdoa.

b) Kewajiban kita terhadap gereja.


Hidup sebaagi otang Kristen itu bukan suatu usrusan pribadi, yang tak boleh di
campuri orang lain. Apa bila kita dilahirkan kembali menjadi anak Allah, bukan
saja Ia telah menjadi Bapa kita, hmelainkan setiap orang Kristen, dati bangsa atau
golongan Kristus. Salah satu nama yang paling laazim dipakai dalam perjanjian
baru untuk orang Kristen ialah sudara. Maka dari itu janaganlah keliru menggap
sudah cukup jika menjadi anggota geeja Kristus yang am, kita harus menjadi
anggota dari sesuatu cabang setempat dari Gereja itu dan tidaklah cukup untuk itu
10
saja. Tempat setiap orang Kristen ialah dalam gerejanya, yaitu dalam gereja
setempat dimana dia berada, dengan mengambil bagian penuh dalam kebaktian,
persekutuan, dan kesaksiannya.

c) Kewajiban kita terhadap dunia.


Hidup sebagai orang Kristen itu adalah seperti hidup oleh suatu keluarga, dalam
mana anak-anak dlam keluarga itu menikmati persekutuan dengan bapanya dan
seorang dnegan yang lain, tapi janganlah barang sesaatpun timbul dalam pikiran
kita, bahwa kita ini membebaskan kita dari tanggung jawab . setiap orang Kristen
yang sejati merasa dengan sedalam-dalamnya tanggung jawabnya atas sesama
manusia yang masih berada diluar gereja, orang-orang yang disebut dalam
Alkitab dunia, orang-orang yang belum memasuki persekutuan dengan Allah.

11

Anda mungkin juga menyukai