Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

IMAN KEPADA ALLAH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
ILMU TAUHID
Dosen Pengampu: Achmad Fauzi, M.H.I.

Disusun oleh kelas C

KELOMPOK 2 :

Dimas Khoirul J. : 22382041025

Septi Kamilia :22382042062

Ach Syaukil Muluki :22382041116

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam proses belajar.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah pendidikan Ilmu Tauhid pada program studi Hukum Ekonomi Syariah di
IAIN Madura. Kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang
kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang. Harapan kami
semoga makalah sederhana ini membantu menambah pengatahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Pamekasan, 24 Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ 1


DAFTAR ISI .............................................................................................. 2
BAB I : PENDAHULUAN ......................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pengertian Iman kepada Allah SWT .................................................................... 4
2. Sifat-sifat Allah SWT .......................................................................................... 4
3. Wujud Allah ........................................................................................................ 5
4. Hikmah beriman kepada Allah SWT ................................................................... 5
BAB III : .................................................................................................................... 6
A. Kesimpulan ....................................................................................... 6
B. Saran ................................................................................................. 6
Daftar Pustaka .............................................................................................. 7

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara bahasa tauhid yaitu ilmu yang membahas tentang Allah SWT yang maha Esa. Karena, arti dari tauhid adalah meng-
esakan, dengan maksud meng-esakan Allah SWT adalah dzat-Nya, asma-Nya, dan af’al-Nya. Jadi ilmu tauhid mempelajari bahwa
Allah SWT adalah Esa, Tungga, Satu. Wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada-Nya, sifat-sifat yang sama sekali
wajib dilenyapkan daripada-Nya, meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka, dan apa yang
terlarang dinisbatkan kepada mereka.
Tauhid harus kita pelajari agar kita mengetahui hakikat kita mengimani Allah SWT sebagai tuhan kita dan Nabi Muhammad
SAW sebagai rasul. Tentunya ilmu kita masih sangat jauh, makalah ini juga disusun agar kita bisa berdiskusi tentang suatu persoalan
ini. Semoga disusun-nya makalah ini dapat memberi suatu hasil kepuasan untuk kita semua.
Menambah wawasan kita agar kita dapat lebih memahami apa itu iman, dan seperti apa cara kita beriman kepada Allah SWT.
Iman berarti suatu kepercayaan yang ada didalam hati kita, kepercayaan yang memang kita pegang dan tak ada hal lain yang mampu
menggoyahkan hal tersebut. Sering kali kita mengganggap remeh tentang keimanan yang ada didalam diri kita. Selalu kita katakan
kepada diri kita bahkan kepada orang lain bahwa kita sudah iman, akan tetapi kelakuan kita tak sesuai dengan bagaimana cara kita
selalu mempertahankan keimanan tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Iman kepada Allah SWT ?
2. Apa saja sifat-sifat Allah SWT?
3. Bagaimana wujud Allah SWT ?
4. Apa hikmah beriman kepada Allah SWT ?

C. TUJUAN
1. Untuk menegtahui Pengertian Iman kepada Allah SWT
2. Untuk mengetahui sifat-sifat Allah SWT
3. Untuk mengetahui wujud Allah SWT
4. Untuk mengetahui Hikmah beriman kepada Allah SWT

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman kepada Allah SWT


Iman yang berasal dari bahasa Arab adalah bentuk infinitive (masdar) dari amina-ya’manu berarti percaya, setia,
aman, tentram. Dalam bahasa Inggris biasa dipadanankan dengan faith atau belief. Arti lain dari iman scera etimologi adalah
melindungi. Bisa juga disebut dengan membenarkan, mengakui, atau pembenaran yang bersifat khusus. Iman yaitu
kepercayaan hati tentang suatu hal yang kita khususkan. 1
Iman dalam pengertian termonologis menjadi beragam ketika dpahami oleh masing-masing aliran teologi dalam islam.
Aliran-aliran teologi tersebut mendiskusikan iman pada tiga persoalan pokok yaitu iman sebagai tasdiq (pembenaran hati),
iman sebagai ma’rifat (mengetahui tuhan), dan iman sebagai ‘amal (perbuatan positif). Aliran teologi yang memahami iman
sebatas tasdiq saja, bagi mereka, iman adalah pembenaran hati dengan tuhan dan kebenaran-kebenaran yang diinformasikan
oleh wahyu. 2
Adapun aliran yang memahami iman melampaui pengertian tasdiq dan ma’rifah adalah mu’ta’zilah. Mereka
berpendapat bahwa iman itu harus dengan ‘amal. Kebanyakan dari mereka berpendapat bahwa iman itu mencangkup ketaatan
lahir dan batin dengan mengerjakan semua yang wajib dan sunnah. Sebagian dari mereka memandang bahwa iman itu hanya
sebatas perbuatan wajib saja. 3
Iman kepada allah berarti percaya adanya Allah SWT. Percaya bahwa Allah SWT adalah Dzat yang patut untuk
disembah. Percaya bahwa memang Allah SWT yang telah menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk kita.
Adanya gerak semu matahari, adanya pasang surut air laut, adanya hujan dan panas semua adalah bukti kekuasaan Allah
SWT.
Kita wajib mengimani Allah sebagai tuhan kita, karena-Nnya kita dapat hidup sampai sekarang. Cara kita mengimani
Allah SWT dengan cara selalu mematuhi perintahnya dan menjauhi larangannya. Pertanyaannya, apakah kita sudah
melakukan hal tersbut? Allah menciptakan manusia dengan memberinya pikiran dan nafsu. Kita tidak bisa menghindar dari
hal tersebut. lantas bagaimana cara kita agar bisa memperkuat keimanan terhadap Allah? Ini selalu terlintas dipikiran kita
semua.
Beriman kepada Allah, yaitu mengetahui Allah melalui sifat-sifat yang wajib bagiNya, sifat-sifat mustahil dan sifat
jaiz Nya. Wajib artinya suatu yang menjadi harus bagi diriNya, berdasarkan dalil yang terang. Sifat muastahil adalah suatu
yang tidak mungkin ada pada Allah. Sedangkan sifat jaiz adalah sifat biasi diwujudkan dan bisa pula tidak. 4
B. Sifat-sifat Allah SWT
Allah adalah dzat yang maha sempurna yang telah menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Sebagai dzat yang
maha sempurna, Allah memiliki sifat-sifat yang melekat dalam diri-Nya dan yang istimewa yang membedakan antara allah
SWT dengan makhluk-Nya. Sifat allah berarti keadaan yang hanya ada pada Dzat Allah, sesuai dengan keagungan-Nya. 5Dzat
dan sifat allah tidak bisa dibayangkan bagaimana bentuk, rupa dan ciri-ciri-Nya. Allah memiliki 20 sifat wajib dan 20 sifat
mustahil. Sifat-sifatnya membuat kita semakin memperkuat keimanan kita. Percaya bahwa sifat-sifat yang melekat pada-Nya
juga dapat membuat kita terhindar dari hal buruk.

 Sifat-sifat wajib bagi Allah


Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Allah SWT. Oleh karena itu, Dzat Allah berbeda dengan
makhluk-Nya.Maka sifat-sifat yang dimilikinya pun tentu tidak sama dengan sifat-sifat makhluk yang diciptakan-Nya.
Sifat-sifat wajib yang ada pada Allah tidak terhitung jumlahnya, tetapi yang wajib kita ketahui ada 20 sifat, yang
terbagi dalam 4 bagian yaitu :
1. Sifat Nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah. Sifat nafsiyah hanya ada satu yaitu wujud.

1
Muhammad Amri. Aqidah Akhlak, (Makkasar: Semesta Aksara, 2018)hlm. 08
2
Muhammad Amri. Aqidah Akhlak, (Makkasar: Semesta Aksara, 2018)hlm. 08
3
Muhammad Amri. Aqidah Akhlak, (Makkasar: Semesta Aksara, 2018)hlm. 09
4
Damanhuri Basyir. Tauhid Kalam, (Lamreung: Walisongo Press, 2014)hlm. 38
5
Chamzah. Akidah Akhlak, (Tegal: FGP Press, 2016)hlm. 17

4
2. Sifat salbiyah yaitu sifat yang harus melekat pada Allah SWT yang menunjukkan keberadaan dan kesempurnaan-
Nya. Sifat salbiyah ada 5 yaitu Qidam, Baqa', Mukhalafatu lil hawaditsi, Qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyah
3. Sifat Ma'ani yaitu sifat-sifat wajib Allah yang dapat digambarkan oleh akal pikiran manusia serta dapat meyakinkan
orang lain karena kebenarannya dan dapat dibuktikan dengan panca indera. Sifat ma'ani ada 7 yaitu Qudrat , Iradat,
Ilmu, Hayat, Sama', Bashar, Kalam.
4. Sifat Ma'nawiyah yaitu sifat-sifat yang berhubungan dengan sifat ma"ani. Sifat ma'nawiyah ada 7 yaitu Qadiran ,
Muridan, 'Aliman , Hayyan, Sami'an , Bashiran dan Mutakalliman.

 Sifat-mustahil dimiliki Allah


Sifat Mustahil bagi Allah terdiri dari 20 sifat, yaitu: (1). ‘Adam (2). Huduts, (3). Fana’ (4). Mumatsalah lil
Hawadits, (5). Alla yakuna Qaimam bi nafsih (6). Ta’addud, (7). Ajzu, (8). Karahah, (9). Jahl, (10). Maut, (11),
Shamam, (12). A’ma, (13). Bukm, (14). ‘Aajizun, (15). Kaarihun, (16). Jaahilun, (17). Mayyit, (18). Asham, (19).
A’ma, (20). Abkam. 6
C. Wujud Allah SWT
Zat, artinya rupa atau bentuk. Rupa atau bentuk Allah SWT berbeda dengan semua jensi makhluk dan tidak ada yang
menyamai, tidak bisa kita ilustrasikan, tidak bisa kita pikirkan. Karena segala macam bentuk dan rupa yang pernah kita lihat,
pikirkan, angan-angankan dan kita renungkan tergolong makhluk yang baru, sedangkan Zat Allah adalah dahulu (qadim).
Ada yang memahami bahwa penyebutan Allah itu berasal dari kata “lahu” yang berarti baginya yang didahului dengan
kata “al” sehingga menjadi allahu, artinya hanya bagiNya-lah (tiada lain) pemilik semesta ini beserta segala isinya.
Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa nama dan sebutan Allah bagi dzat pencipta dan pemilik alam semesta itu
berasal dari pengambilan kalimat “al” dan “ilahun” sebutan Allah, istilah al-quran menunjukan sejelas-jelasnya bahwa Allah
adalah tuhan yang esa, tunggal, dan satu-satunya.
Allah, tidaklah seseorang menyebut nama ini dengan suatu yang sedikit. Penamaan Allah menunjukkan bahwa dia adalah
dzat yang dituhankan dan disembah oleh semua makhluk dengan penuh kecintaan. Allah adalah pencipta dan penguasa alam.
Dengan melihat alam kita bisa merasakan bahwa Allah itu adanya. Luasnya alam semesta dan segala rahasia yang masih belom
bisa kita lihat dengan mata telanjang merupakan bukti keagungannya kekuasannya terhadap semesta dan seluruh isinya.
Tidak ada yang dapat menyamai, dan tidak bisa digambarkan seperti apa. Orang orang pasti memiliki caranya masing-
masing untuk bisa meyakini adanya Allah SWT. Seperti terus beribadah kepadanya, melihat luasnya alam semesta, melihat diri
kita sendiri yang masih bernyawa karena masih dikaruniai hidup oleh-Nya.
D. Hikmah beriman kepada Allah SWT
Ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah swt yaitu, Berbuat segala sesuatu secara rasional.
Menjauhkan diri dari sifat berangan-angan (Thulul Amal). Percaya bahwa segalanya pasti rusak /mati kecuali Allah yang
maha kekal. Percaya bahwa Allah berbeda dengan makhluknya dan juga percaya bahwa tidak ada sesuatupun yang sama
persis, segalanya punya perbedaan Beribadah hanya kepada allah semata sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah
dan dimintai perlindungan. Suka memberi dan tidak mengharap balas jasa. Tidak berbuat syirik /menyekutukan Allah dengan
yang lain Senantiasa jujur,amanah dan dapat dipercaya serta menjauhi sifat-sifat kemunafikan. Senantiasa mengagungkan
Allah, yang memiliki kemahasempurnaan. Takut kepada Allah dengan berusaha untuk mengerjakan apa yang diperintahkan
dan menjauhi segala larangan-Nya. Bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah Bersabar atas segala musibah dan
kesusahan yang dialami, karena semua itu merupakan ujian dari Allah SWT. Ikhlas dalam belajar, bekerja dan beramal
Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Jaiz Allah swt, Ikhlas menerima segala ketentuan yang telah Allah
gariskan. Sabar atas segala musibah dan cobaan Allah. Senantiasa bersyukur kepada Allah. Optimis dalam menghadapi
kehidupan. Tidak pesimis dalam menghadapi setiap permasalahan. Taat beribadah. Patuh dan taat pada semua perintahNYa
dan menjauhi segala larangan-Nya. Menghargai dan menghormati orang lain,tidak membeda-bedakan suku,bangsa ,agama
dan warna kulit, sebab mereka yakin dimata Allah, semua adalah sama dan yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.
Tawakkal kepada Allah yaitu menyerahkan dan menyandarkan diri kepada Allah setelah berusaha serta berpegang teguh
kepada-Nya setelah melakukan usaha (ikhtiar). Senantiasa mengharapkan ridla Allah ( Raja'). Suka menolong. Tidak suka

6
Damanhuri Basyir. Tauhid Kalam, (Lamreung: Walisongo Press, 2014)hlm. 38

5
menghina dan meremehkan orang lain, sebab bisa jadi mereka yang kita hina/kita remehkan suatu saat menjadi orang yang
lebih baik dari kita. Qana'ah (menerima apa adanya atas pemberian Allah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari segi bahasa, syariat mempunyai arti tata hukum. Sedangkan menurut istilah adalah ketentuan norma ilahi yang
mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan
alam. Dalam hal ini, manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai hamba Allah perlu diatur dan ditata sehingga tercipta
keteraturan yang menyangkut hubungan antara manusia dengan Maha Pencipta-Nya. Dari kerangka tersebut sangat jelas
bahwa syariat merupakan jalan untuk tempat penyiraman, jalan yang jelas yang harus diikuti dan jalan yang harus ditempuh
oleh orang yang beriman untuk mendapatkan bimbingan dalam dunia dan pembebasan di akhirat.
Sedangakan tarekat menurut abdul halim mahmud berasal dari kata al – thariqat (jalan) yang mengutamakan
perjuangan, menghapus sifat – sifat tercela, memutuskan segala hubungan duniawi serta maju dengan kemauan yang besar
kepada Allah. Sedangkan Harun Nasution mendefinisikan tarekat sebagai jalan yang harus ditempuh oleh sufi, dengan tujuan
untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Dari pendapat diatas dapat dipahami bahwa tarekat adalah suatu jalan atau
metode tetentu dalam ibadah yang dilakukan oleh seorang sufi dan diikuti oleh para muridnya dengan tujuan bisa berada
sedekat mungkin dengan Allah.
. Hakikat adalah kesaksian terhadap sesuatu yang telah ditentukan dan ditakdirkan-Nya serta yang disembunyikan dan
ditampakkannya. Kebenaran bukan hanya terletak pada akal pikiran dan hati, tetapi juga pada “rasa”, yakni rasa jasmani yang
dapat dirasakan dengan rasa pahit, manis, asam ,asin dan sebagainya. Ada juga yang disebut rasa rohani yang dapat
merasakan gembira, sehat, bingung, ceria dan sebagainya.
Ma’rifat secara bahasa berarti mengetahui atau mengenal sesuatu, sedangkan menurut istilah mengetahui Allah dari
dekat, sehingga hati dapat melihat dan merasakan kehadiran Allah. Dzu al – Nun al – Mishri didalam kitabnya al – Qalam
‘ala al – Basmalah, membagi ma’rifat atau pengetahuan menjadi tiga klasifikasi. Pertama, ma’rifat tauhid yang dialami oleh
orang – orang yang beriman awam. Kedua, ma’rifat alasan dan uraian mengenai Tuhan yang dialami oleh ilmuan, filsuf, dan
sastrawan. Ketiga, ma’rifat tentang sifat – sifat keesaan dan ketunggalan Allah yang dialami oleh para wali dan kekasih Allah.

B. Saran
Penuyusun berharap kepada pembaca dengan adanya penulisan makalah ini, dapat memberikan dorongan motivasi
atau semangat untuk merubah diri menjadi lebih baik. Mudah-mudahan apa yang ada dalam makalah ini dapat memotivasi
atau menambah semangat bagi orang yang mendalami ilmu agama terkhusus untuk bidang Akhlak Tasawuf. Meskipun
penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis yang dimiliki. Oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat di harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa terus
menghasilkan penelitian dan kartya tulis yang bermanfat bagi banyak orang.

6
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Muhammad. 2018. Aqidah Akhlak, Makkasar: Semesta Aksara.


Basyir, Damanhuri. 2014 Tauhid Kalam, Lamreung: Walisongo Press.
Chamzah.2016. Akidah Akhlak, Tegal: FGP Press.

Anda mungkin juga menyukai