Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AKIDAH

IMAN KEPADA ALLAH

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH :


Dr. ABDUL FATTAH, S.Th.I., M.Th.I

OLEH :
A Alifa Zahra Salsabila NIM : 105281100522
Ainun Astika NIM : 105281101322

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena atas berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Iman Kepada
Allah”.

Dalam penyusunanan makalah ini penulis masih banyak merasa kekurangan


baik dalam teknik penulisan maupun materi, mengingant kemampuan yang dimiliki
penulis masih jauh dari kata sempurna maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis diharapkan agat makalah ini menjadi lebih baik dari segi isi maupun
segi lainnya.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
dating. Penulis mohon maaf bila ada hal yang kurang berkenan dalam penulisan
makalah ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih

2
DAFTAR ISI

Contents
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH AKIDAH.....................................................................................1
IMAN KEPADA ALLAH...........................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................................6
A. Pengertian Iman kepada Allah.....................................................................................................6
B. Wujudullah (Wujud Allah)..........................................................................................................7
C. Tauhidullah................................................................................................................................10
D. Hakikat dan dampak Laailaha Illallah......................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan................................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta beserta isinya, termasuk manusia, merupakan bukti


adanya Sang Pencipta sekaligus sebagai pengaturnya. Setiap muslim pasti
mengakui bahwa Allah-lah Maha Pencipta dan Pengatur segala sesuatu.
Pengakuan tersebut merupakan salah satu wujud keimanan seseorang. Bagi
seorang muslim, keimanan kepada Allah merupakan unsur iman yang paling
penting. Wajib bagi seorang muslim mempercayai Allah sebagai satu-
satunya Tuhan.

Manusia tak mungkin mampu melihat wujud Allah secara langsung,


karena dalam sebuah kisah di Al-Qur’an, ketika Allah menampakkan diri
kepada gunung pun, gunung tersebut luluh dan hancur. Seorang Nabi, yaitu
Musa pun tak mampu menyaksikan Allah secara langsung. Allah
memberikan petunjuk kepada manusia untuk memahami Dzat Allah melalui
ayat-ayat Al-Qur’an beserta tanda-tanda di alam semesta.

Pada dasarnya manusia memerlukan bekal untuk mengarungi


kehidupan di dunia maupun akhirat. Iman merupakan bekal utama bagi
seseorang untuk menentukan arah kehidupannya. Hidup tanpa dilandasi
iman ibarat orang tersesat. Orang tersesat tidak mengerti arah mata angin
dan tidak tahu ke mana harus melangkah. Betapa pentingnya masalah
keimanan ini sehingga sebagai muslim kita semua harus betul-betul
memahami hakikat iman, cara beriman, dan kepada siapa kita harus beriman.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan di
bahasa pada makalah yang berjudul iman kepada Allah ini adalah
 Pengertian iman kepada Allah
 Wujudullah (wujud Allah)
 Tauhidullah
 Hakikat dan dapak Laailaha Illallah

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Untuk menegetahui apa yang dimaksud dengan iman kepada Allah
b. Untuk menegetahui apa yang dimaksud dengan Wujudullah
c. Untuk menegetahui apa yang dimaksud dengan Tauhidullah
d. Untuk menegetahui hakikat dan dampak Laailaha Illallah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Iman kepada Allah

Secara bahasa, iman berarti membenarkan (tashdiq), sementara


menurut istilah adalah ”mengucapkan dengan lisan, membenarkan dalam
hati dan mengamalkan dalam perbuatannya”. Adapun iman menurut
pengertian istilah yang sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap
kedalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari- hari. Iman juaga berarti percaya dan meyakini dengan sepenuh hati,
mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan perbuatan. Tanda-
tanda keimanan dalam diri seseorang dapat terlihat dari amal perbuatan yang
dikerjakan karena kepribadian diri seseorang merupakan pancaran dari iman
yang ada di dalam diri seseorang. Iman kepada Allah Swt. merupakan pokok
dari seluruh iman yang tergabung dalam rukun iman. Dengan demikian,
keimanan kepada AllahSwt. harus tertanam dengan benar kepada diri
seseorang. Sebab jika iman kepada Allah Swt. tidak tertanam dengan benar,
kekeliruan ini akan berlanjut terhadap keimanan kepada malaikat, kitab,
rasul, hari kiamat, serta qadla’ dan qadar-Nya.

Ar- Raghib al- Ashfahani, Ahli Kamus Al- Qur’an mengatakan bahwa
kata iman didalam Al- Qur’an terkadang digunakan untuk arti iman yang
hanya terbatas pada perbuatan saja, sedangkan hati dan ucapannya tidak
digunakan untuk arti iman yang diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan
dan diamalkan dalam perbuatan sehari- hari. Iman dalam arti semata-mata

6
ucapan dengan lidah tanpa dibarengi dengan hati dan perbuatan dapat dilihat
dari arti QS. Al-Baqarah, 2 :8-9,yaitu

Yang artinya “Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami


beriman kepada Allah dan Hari Kemudian’, padahal mereka itu
sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. 2:8) Mereka hendak
menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu
diri sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. 2:9)

B. Wujudullah (Wujud Allah)


Secara etimologi wujudullah terdiri dari dua kata yaitu wujud dan
Allah. Wujud sendiri mempunyai arti keberadaan dan di sambung dengan
kata Allah, Sehingga dapat di simpulkan arti dari wujudullah adalah
keberadaan Allah. Secara terminologi wujud adanya Allah SWT adalah
sesuatu yang bersifat aksiomatis artinya dapat diterima sebagai kebenaran
tanpa adanya pembuktian. Akan tetapi pada dasarnya wujudullah bersifat
badihiyah yaitu segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembukian
tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu
tidak perlu lagi pembuktian.
Semua yang ada dilingkungan alam semesta ini dapat digunakan sebagai
bukti tentang adanya Tuhan (Allah SWT), bahkan benda-benda yang
terdapat disekiar alam semesta, dan unsur-usurnya dapat pula mengokohkan

7
dan membuktikan bahwa benda-benda itu pasti memiliki pencita dan
pengatunya.
1. Pembuktian dengan fitrah bahwa Allah itu ada
Sesungguhnya manusia itu ketika dilahirkan telah memiliki fitrah untuk beriman
kepada Allah tanpa perlu diajarkan terlebih dahulu oleh siapapun. Fitrah
sucinya ini baru berubahketika dia sudah mulai besar dan diajari oleh
lingkungannya terdekatnya. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Tidaklah setiap anak yang
dilahirkan melainkan dia berada dalamkeadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya sebagai pengikut Yahudi, Nasrani atau majusi.” [HR. Bukhari
(1358) dan Muslim (2658)].

2. Pemuktian dengan akal bahwa Allah itu ada


Makhluk itu tidak akan bisa mencipakan dirinya sendiri kerena makhluk itu
tidaklah ada sebelum ia diciptakan. Kalau demikian keadaannya maka mana
munkin dia bisa menjadi pencipta. Kalau makhluk itu bukan pencipta maka tentu
ada sesuatu selain makhluk yang menciptakannya, yaitu Allah SWT. Hal ini telah
diterangkan oleh Allah SWT. secara jelas di dalam Al Quran.

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun (pencipta) ataukah mereka yang


menciptakan (diri mereka sendiri) ?” [QS. At-Thur : 35].
Dalam ayat ini Allah menegaskan apakah orang-orang kafir mengingkari Allah
sebagai Pencipta yang menjadikan semesta alam ini, atau mereka menganggap
bahwa mereka itu diciptakan sebagus itu tanpa adanya pencipta. Namun, akal
menetapkan bahwa setiap yang ada berasal dari tiada. Ini menunjukkan suatu bukti
bahwa ada sesuatu yang mengadakannya pasti ada yang menciptakannya. Ataukah

8
mereka menganggap bahwa diri mereka sendiri yang menciptakan mereka.
Anggapan mereka seperti ini tentulah bertentangan dengan akal yang sehat, sebab
setiap sesuatu itu harus ada yang menyebabkan adanya dan yang menciptakannya.

3. Pembuktian dengan indera bahwa Allah SWT itu ada


Setiap manusia tentu pernah berdoa kepada Tuhannya, kemudian dikabulkan
apa yang menjadi permintaannya. Kita bisa melihat dan merasakan bahwa doa
orang-orang yang mengalami kesulitan dan kesusahan dikabulkan oleh Allah SWT.
Juga mukhjizat yang dimiliki para Nabi Allah yang telah disaksikan oleh umat-umat
terdahulu, yang menunjukkan dengan jelas atas adanya zat yang mengirimkan
mukhjizat-mukhjizat tersebut kepada mereka.

4. Pembuktian dengan syariat bahwa Allah SWT itu ada


Bukti dari segi syariat juga telah sangat jelas karena seluruh kitab suci yang turun
dari langit yaitu kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al-Quran dengan jelas dan terang
menyebutkan keberadaan Allah SWT.
Menurut Said Nursi meskipun Allah mempunyai kesempurnaan dan kekuasaan
tidak tertandingi yang sejatinya tidak terjangkau oleh nalar manusia yang lemah, Dia
tetap ingin menunjukkan kesempurnaan dan kekuasaan-Nya pada setiap fitur alam
semesta melalui manifestasi nama-nama, sifat-sifat, dan tindakan-Nya. Secara
sistematis dan koheen, segala sesuatu di alam semesta baik pada tataran
makrokosmos maupun mikrokosmos merefleksikan kesempurnaan karya dan
Pencipta itu sendiri (Alanshori, 2019).

9
C. Tauhidullah
Tauhidullah berasal dari kata bahasa Arab yaitu wahhada artinya mengesakan
Allah. Adapun makna tauhid secara terminology adalah mengesakan Allah dengan
sesuatu yang khusus baginya yaitu sifat Uluhiyah, Rububiyah dan Asma Washifanya
(Sidiq, 2021).

1. Tauhid Rbubiyah
Tauhid Rububiyah artinya mengesakan Allah dengan meyakini wujud atau
keberadaannya Dia-lah sang pencipta, sang pemberi rizki, yang memberi
kehidupan, kematian, sang pengatur alam, apa yang dia kehendaki akan
terjadi, dan apa yang Dia tidak kehendaki maka tidak akan terjadi, dan
Dia maha kuasa atas segala sesuatu

2. Tauhid Uluhiyah
Kata Uluhiyah diambil dari kosakata al-Ilahu artinya yang di sembah,
di cintai, ditaati dan yang berhak untuk di Ibadahi. Yang dimaksud
tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah swt pada segala aktifitas
ibadah seperti berdo’a, merasa takut, menaruh harapan, bertawakkal,
nadzar dan sebagainya. Karena Allah SWT itu esa dan yang berhak untuk
di ibadahi.

3. Tauhid Asmaa washifaa


Tauhid Asmaa washifaa artinya mengimani nama-nama dan sifat-sifat
Allah swt yang ada dalam al-Quran dan hadits dan membenarkannya.
Allah swt berfirman:

10
Artinya: “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah
yang Maha Mendengar dan Melihat.” (QS. Asy-Syura : 11)
Nama-nama dan sifat-sifat Allah juga bisa kita pelajari di dalam 99
Asmaul Husna. Namun sesungguhnya nama-nama dan sifat-sifat Allah
swt tidak dibatasi oleh jumlah bilangan tertentu dan tidak ada satu
orangpun yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah swt.

D. Hakikat dan dampak Laailaha Illallah


Makna dari kalimat Laailaha Illallah adalah tiada Tuhan yang haq
untuk dijadikan ilah atau sesembahan kecuali Allah. Kalimat ini
mengandung dua pengertian, yaitu : Penolakkan atas segala bentuk
sesembahan selain Allah dan menetapkan satu-satunya sesembahan yang
haq hanyalah Allah semata. Di dalam Al-Quran, Allah berfirman, “Maka
ketahuilah (ilmuilah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain
Allah.” (QS Muhammad (47) : 19). Berdasarkan ayat ini, maka belajar
tentang makna dari kalimat laailaha Ilallah adalah kewajiban pertama bagi
seorang muslim sebelum belajar tentang rukun-rukun Islam yang lain
Mengapa kita perlu mempelajari makna kalimat laailaha Ilallallah
terlebih dahulu, sebelum mempelajari rukun-rukun Islam yang lainnya,
karena kalimat laailaha Ilallallah ini adalah merupakan kunci pokok bagi
keselamatan, keamanan, kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan hidup
seorang manusia, baik di dunia, maupun di akhirat (Darmawijaya, 2017).
Seorang manusia yang mengucapkan kalimat laa ilaha illallah dengan penuh
keikhlasan dan kesadaran, maka ia akan masuk surga. Dalam sebuah hadits

11
yang salah satunya diriwayatkan oleh Imam Abu Daud di sabutkan bahwa
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang
mengucapkan laa ilaaha illallah dengan ikhlas maka ia akan masuk ke dalam
surga”.
Beberapa dampak dari dua kalimat syahadat yaitu;
1. Memperoleh ketenangan menjalankan hidup ini tanpa terpengaruh
oleh situasi dan kondisi bagaimanapun.

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram


dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mangingat Allah
hati manjadi tentram.” (QS.Ar-Rad : 28)
2. Memotivasi seseorang untuk hidup selalu optimis dengan
bimbingan hidayah Allah

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah


Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan
berkata),’Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
bersedih hati dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga
yang telah dijanjikan kepadamu” (Q.S. Fussilat : 30)
3. Hidup yang penuh berkah yang dirasakan oleh mereka yang
mengamalkan dengan sebaik-baiknya kalimat syahadat

12
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pasti
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi” (Q.S. al-A’raf : 96).
4. Tidak boleh dibunuh. Seperti yang tercantum dalam hadits
Rasulullah, “ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai
dia bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang berhak disembah)
melainkan Allah dan bahwa Muhammad utusan Allah “.
5. Harta dan jiwanya dijamin oleh Islam.
6. Seseorang yang telah bersyahadat mempunyai konsekuensi bahwa
dia harus melaksanakan apa yang diperintahkan dan yang dilarang
oleh Allah, sesuai yang telah tercantumkan di al-Quran atau yang
telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya.
Menurut istilah, iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan
dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (per-buatan). Dengan
demikian, iman kepada Allah dapat diartikan dengan membenarkan
dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat
keagungan dan kesempurnaan-Nya. Selanjutnya, pengakuan ini
diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan
secara nyata.
Seseorang yang meyakini Allah Swt. sebagai Tuhannya, ia akan
setiap saat menyadari bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya pasti
diketahui oleh Allah Swt. Dengan demikian, orang tersebut selalu
berusaha agar yang ia kerjakan mendapatkan keridaan di sisi-Nya. Hal
ini karena keimanan kepada Allah Swt. harus meliputi tiga unsur,
yaitu keyakinan dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian
dengan anggota badan.
Jika ada seseorang yang hanya meyakini dalam hati terhadap
keberadaan Allah Swt., tetapi tidak membuktikannya dengan amal
perbuatan serta ikrar dengan lisan, berarti keimanannya belum
sempurna. Ketiga unsur keimanan tersebut memang harus terpadu
tanpa bisa dipisahkan.

14
B. Saran
Dengan memahami sifat-sifat Allah kita akan lebih mengenali
Allah dan menambah iman kita. Selain itu, kita juga dapat merasakan
adanya Allah melalui fenomena alam, mempelajari sejarah-sejarah
para Nabi terdahulu khususnya terkait mukhjizat-mukhizat yang
dimiliki para Nabi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Agus Muhammad. (Tanpa Tahun). Pembuktian Wujudullah.scribd.com


dikutip dari Pembuktian Wujudullah | PDF (scribd.com)

Amien Nurhakim. (2021) Penjelasan Hadist Mengucapkan ‘Laa Ilaaha


Illallah’ masuk surga islam.no.or.id dikutip dari
https://islam.nu.or.id/ilmu-hadits/penjelasan-hadits-
mengucapkan-la-ilaha-illallah-maka-masuk-surga-SdyNr

Alanshori, M. Z., & Suyuthi, A. (2019). MAKNA LA ILAHA ILLA


ALLAH MENURUT SAID NURSI (Tinjaun dalam
Perspektif Kosmologis dan Ontologi). Akademika, 13(02).

Darmawijaya, D. (2017). LAA ILAHA ILLALLAH IDEOLOGI


PERUBAHAN HOLISTIK (STUDI KASUS PERUBAHAN
KEPRIBADIAN UMAR BIN KHATTAB DARI PRIBADI
JAHILIYAH MENJADI PRIBADI ILAHIYAH). Humano:
Jurnal Penelitian, 7(1), 23-36

Sidiq, Y. H. (2021). KONSEP TAUHIDULLAH SEBAGAI


SUBSTANSI PENDIDIKAN ISLAM. al-Urwatul Wutsqo:
Jurnal Ilmu Keislaman dan Pendidikan, 2(2), 21-31.

16

Anda mungkin juga menyukai