Anda di halaman 1dari 19

IMAN KEPADA ALLAH SEBAGAI DASAR AQIDAH YANG KOKOH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran Aqidah Akhlak
Dosen Pengampu: Noor Isna Alfaien, S.Sos.I., M.Pd.

Disusun Oleh :

1. M Sihabudin Ilham 211105010272


2. Nabila Azhary 211105010290
3. Rania Falah Sungkar 211105010305

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, saya
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Iman Kepada Allah Sebagai Dasar Iman Yang
Kokoh” dengan tepat waktu.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran
Aqidah Akhlak. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah Ilmu dan wawasan Iman
Kepada Allah Sebagai Dasar Iman Yang Kokoh sesuai dengan syariat islam bagi para
pembaca dan juga saya sebagai penulis.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Noor Isna Alfaien, S.Sos.I.,
M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Sistem Pembelajaran Aqidah Akhlak. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh dengan itu saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Beriman Kepada Allah..................................................................................3
B. Iman Kepada Allah Sesuai Dengan Fitrah Manusia.......................................................4
C. Efek Iman Kepada Allah.................................................................................................9
D. Fungsi Iman Kepada Allah............................................................................................12
PENUTUP...............................................................................................................................14
A. Simpulan.......................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Alam semesta beserta isinya, termasuk manusia, merupakan bukti adanya Sang
Pencipta sekaligus sebagai pengaturnya. Setiap muslim pasti mengakui bahwa Allah-lah
Maha Pencipta dan Pengatur segala sesuatu. Pengakuan tersebut merupakansalah satu wujud
keimanan seseorang. Bagi seorang muslim, keimanan kepada Allah merupakan unsur iman
yang paling penting. Wajib bagi seorang muslim mempercayai Allah sebagai satu-satunya
Tuhan. Bagaimana cara mempercayai adanya Allah dan kekuasaan Allah?
Manusia tak mungkin mampu melihat wujud Allah secara langsung, karena dalam
sebuah kisah di Al-Qur’an, ketika Allah menampakkan diri kepada gunung pun, gunung
tersebut luluh dan hancur. Seorang Nabi, yaitu Musa pun tak mampu menyaksikan Allah
secara langsung. Allah memberikan petunjuk kepada manusia untuk memahami Dzat Allah
melalui ayat-ayat Al-Qur’an beserta tanda-tanda di alam semesta.
Pada dasarnya manusia memerlukan bekal untuk mengarungi kehidupan di dunia maupun
akhirat. Iman merupakan bekal utama bagi seseorang untuk menentukan arah kehidupannya. Hidup
tanpa dilandasi iman bagaikan orang tersesat. Orang tersesat tidak mengerti arah mata angin dan tidak
tahu ke mana ia harus melangkah. Betapa pentingnya masalah keimanan ini sehingga sebagai muslim
kita semua harus betul-betul memahami hakikat iman, cara beriman, dan kepada siapa kita harus
beriman.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan beriman kepada Allah ?
2. Apa yang dimaksud beriman kepada Allah dengan fitrah ?
3. Apa saja faktor yang dapat mengubah fitrah manusia ?
4. Apa fungsi iman kepada Allah ?

C. Tujuan
Berdasarkan masalah yang dipaparkan pada rumusan masalah, maka tujuan dari makalah
ini untuk:

1
1. Mengetahui yang dimaksud dengan beriman kepada Allah.
2. Mengetahui yang dimaksud beriman kepada Allah dengan fitrah.
3. Mengetahui saja faktor yang dapat mengubah fitrah manusia.
4. Mengetahui fungsi iman kepada Allah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Beriman Kepada Allah


Secara etimologi, iman berarti pembenaran hati. Secara terminologi, iman berarti
pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
Pembenaran dengan hati artinya, menerima seluruh ajaran yang dibawa Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam. Pengakuan dengan lisan artinya, mengucap dua kalimat syahadat. Yaitu,
bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pengamalan dengan anggota
badan artinya, hati mengamalkannya dengan keyakinan, dan anggota badan mengamalkannya
dengan melaksanakan ibadah.
Iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala tercantum dalam rukun iman dimana posisi
iman kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala berada pada urutan pertama, karna pada dasarnya
tidak ada yang lebih agung dari pada Allah sang Pencipta alam semesta. Di dalam Kitab
Minhajul Muslim, Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri menjelaskan arti Iman kepada Allah
Subhanahu Wa Ta’ala sebagai sikap muslim yang meyakini wujud atau adanya Allah Yang
Maha Suci. Orang yang memiliki Iman kepada Allah.
Q.S. At-Tagabun ayat : 13

‫ٱُهَّلل ٓاَل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ۚ َو َع َلى ٱِهَّلل َفْلَيَتَو َّك ِل ٱْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬
Artinya: (Dialah) Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin
bertawakkal kepada Allah saja.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Hanya Allah semata, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. hanya
kepada Allah semata hendaknya orang-orang yang beriman kepada keesaaNya menyerahkan
segala urusan mereka.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
“(Dia-lah) Allah,” Yang “tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia.”
Maksudnya, Dia-lah yang berhak disembah dan dituhankan. Semua sesembahan selainNya
adalah batil. “Dan hendaklah orang-orang yang Mukmin bertawakal kepada Allah saja.”
Maksudnya, hendaklah orang-orang yang beriman bergantung pada Allah dalam segala hal
yang menimpa mereka dan apa pun yang ingin mereka lakukan, karena tidak ada satu pun hal

3
yang berlaku kecuali atas izin Allah dan tidak ada cara untuk itu kecuali dengan bergantung
pada Allah. Ketergantungan seseorang terhadap Allah tidak berlaku secara sempurna
sehingga ia memperbaiki sangkaannya terhadap Rabbnya serta percaya sepenuh hati bahwa
Allah-lah yang akan mencukupi urusan yang disandarkan padaNya. Ukuran lemah dan
kuatnya tawakal seorang hamba ditentukan oleh kadar keimanannya.
Q.S. Al-A’raf ayat : 172
‫َو ِإْذ َأَخ َذ َر ُّبَك ِم ۢن َبِنٓى َء اَد َم ِم ن ُظُهوِرِهْم ُذ ِّر َّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰٓى َأنُفِس ِهْم َأَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْم ۖ َقاُلو۟ا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َنٓاۛ َأن َتُقوُلو۟ا َيْو َم ٱْلِقَٰي َم ِة‬
‫ِإَّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َٰغ ِفِليَن‬
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)",
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Dan ingatlah (wahai rasul), ketika tuhanmu mengeluarkan anak keturunan adam dari
tulang-tulang sulbi bapak-bapak mereka dan meminta pengakuan mereka tentang keesaan
Allah melalui keyakinan yang Ditanamkan dalam fitrah-fitarah mereka, bahwa sesungguhnya
Dia adalah tuhan mereka, pecipta mereka, serta penguasa mereka, kemudian mereka
mengakui itu dihadapanNya, karena dikhawatirkan mereka akan mengingkari (hakikat
tersebut) pada hari kiamat, sehingga tidak mengakui apapun dari keyakinan-keyakinan
tersebut, dan mereka akan menyangka bahwa sesungguhnya hujjah Allah belumlah tegak
nyata dihadapan mereka, dan sama sekali tidak ada pengetahuan yang mereka miliki
tentangnya. Bahkan sebenarnya mereka itu lalai darinya.

B. Iman Kepada Allah Sesuai Dengan Fitrah Manusia


Fitrah yang istilah arab berarti asal kejadian, kesucian, dan agama yang benar. Fitrah
dengan arti asal kejadian bersinonom dengan kata ‘ibda’ dan khalq. Fitrah manusia atau asal
kejadiannya sebagaimana diciptakan Allah SWT, menurut ajaran Islam adalah bebas dari
noda dan dosa seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti asal kejadian
dihubungkan dengan pernyataan seluruh manusia ketika berada di alam arwah yang
mengakui ketuhanan Allah SWT, seperti digambarkan dalam surat al-A’raf:172-173.
Kemudian fitrah dengan arti kesucian terdapat dalam hadits yang menyebutkan semua
bayi terlahir dalam keadaan fitrah (‘ala al-fitrah), dalam keadaan suci dan tergantung kedua

4
orang tuanya akan dijadikan pemeluk Kristen, Yahudi atau Majusi. Fitrah dengan arti agama
yang benar, yakni agama Allah SWT, adalah arti yang dihubungkan sebagian penafsir al-
Qur’an dengan kata fitrah dalam surat ar-Rūm ayat 30. 1
Di dalam al-Qur’an dan Sunah Rasul, Persoalan Fitrah memperoleh perhatian sangat
besar. Sebab kedua sumber tersebut memiliki perspektif tersendiri tentang manusia ketika
keduanya mengatakan bahwa manusia mempunyai Fitrah. Di dalam al-Qur’an dan Sunah
Rasul, Persoalan Fitrah memperoleh perhatian sangat besar. Sebab kedua sumber tersebut
memiliki perspektif tersendiri tentang manusia ketika keduanya mengatakan bahwa manusia
mempunyai Fitrah. Di dalam al-Qur’an dan Sunah Rasul, Persoalan Fitrah memperoleh
perhatian sangat besar. Sebab kedua sumber tersebut memiliki perspektif tersendiri tentang
manusia ketika keduanya mengatakan bahwa manusia mempunyai Fitrah.
Oleh karena itu, di sinilah pentingnya mempertahankan fitrah dan sekaligus
mengembangkannya bagi kehidupan manusia yang lebih baik. Berkembangnya fitrah dalam
diri manusia sangat tergantung pada masukan dari wahyu yang mempengaruhi jiwa manusia.
Dalam hal ini, baik buruknya fitrah manusia akan tergantung pada kemampuan manusia itu
sendiri dalam berinteraksi dengan ajaran Islam.
Noordin Hassan (1983) mempercayai bahawa beriman kepada Allah SWT itu ialah
fitrah manusia. Ini dijelaskan melalui watak perwatakan dalam sesuatu cerita. Ini dapat
dilihat, sekiranya ada watak antagonis yang mempertikaikan konsep ini dalam perjalanan
cerita (sekiranya drama itu ada cerita), penyelesaian haruslah memihak kepada protagonis,
dan jangan dibiarkan tergantung atau “terbuka”. Ini bermakna, penyelesaian harus berpihak
kepada kebaikan bagi memenangkan ‘amal makruf nahi mungkar’. Sehubungan itu, SM
Zakir (2009) menyatakan maksud Noordin Hassan tentang konsep beriman kepada Allah
SWT dilihat berlandaskan tujuan hidup dalam Islam. Menurut SM Zakir lagi, tujuan hidup
dalam Islam adalah mencari keredhaan Allah SWT kerana menjadi fitrah manusia untuk
beriman kepada Allah SWT. Dalam mencari keredhaan Allah SWT, seseorang haruslah
mengikuti fitrah manusia itu sendiri. Dalam hal ini, Syed Muhammad Al-Naquib Al- Attas
(2010) menegaskan setiap ciptaan Allah SWT menepati pola yang diciptakan-Nya iaitu
sesuatu yang wujud semenjak manusia diciptakan. Dalam hal ini, fitrah merupakan satu
hukum yang mana sekiranya manusia mengikuti fitrahnya akan berada dalam keadaan yang
harmoni manakala manusia yang mengingkari fitrahnya akan menentang hukum yang telah
ditetapkan itu dan akan berada dalam keadaan yang tidak menentu.

1
Saryono, “Konsep Fitrah dalam Perspektif Islam,” Medina-Te, Jurnal Studi Islam 14, no. 2 (2016): 161–174,
http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/ihya/article/view/1734.

5
Sehubungan itu, dalam meletakkan diri seseorang berada dalam keadaan yang
harmoni, manusia haruslah menepati pola yang diciptakan-Nya. Ini dapat dilihat berdasarkan
pola fitrah sebagaimana yang dinyatakan oleh Abdul Mujid dan Jusuf Mudzajir (2002) iaitu
berdasarkan daripada pentafsiran Al-Quran dan hadis dapat membangunkan beberapa jenis
fitrah dan jenis fitrah ini membentuk satu pola fitrah. Dalam hal ini jenis-jenis fitrah yang
wujud terhasil daripada pentafsiran ayat-ayat al-Quran dan hadis dalam konteks berbeda
seperti yang diperlihatkan dalam pola fitrah seperti berikut:
1. Fitrah bermaksud suci (al- thuhr)
2. Fitrah bermaksud berpotensi islam ( al-din al-islami )
3. Fitrah bermaksud mengakui keesaan Allah ( tauhid Allah )
4. Fitrah bermaksud keadaan selamat ( al-salamah ) dan berterusan/lestari ( istiqomah )
5. Fitrah bermaksud perasaan yang tulus ikhlas ( al- ikhlas )
6. Fitrah bermaksud kesanggupan manusia untuk menerima kebenaran ( isti’dad lil qabul )
7. Fitrah bermaksud potensi dasar manusia untuk beribadah ( syu’ur li al- ubudiyah )
8. Fitrah bermaksud ketetapan atau takdir asal manusia mengenai kebahagiaan dan
kesesatannya
9. Fitrah bermaksud sifat-sifat Allah ( asma’al husna )2
Q.S. Al-Bayyinah ayat : 5
‫َو َم ٓا ُاِم ُر ْٓو ا ِااَّل ِلَيْعُبُدوا َهّٰللا ُم ْخ ِلِص ْيَن َلُه الِّدْيَن ۙە ُحَنَفۤا َء َو ُيِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ُيْؤ ُتوا الَّز ٰك وَة َو ٰذ ِلَك ِد ْيُن اْلَقِّيَم ِۗة‬
Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang
lurus.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Mereka tidak diperintahkan dalam seluruh syariat Allah kecuali agar mereka
beribadah kepada Allah semata, mengarahkan ibadah mereka hanya kepada wajah
NYA,menjauhi syirik dengan condong kepada iman,menegakan shalat dan menunaikan
zakat. Itulah agama istiqamah, yaitu agama islam.
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ
Islam Madinah

2
Intan Zahariah Gaisun dan Arba’ie Sujud, “Beriman kepada Allah SWT sebagai fitrah manusia dalam skrip
drama ‘Tiang Seri Tegak Berlima’ karya Noordin Hassan,” Pendeta Journal of Malay Language, Education and
Literature 10 (2019): 1–11.

6
Allah memerintahkan mereka untuk menyembah-Nya dengan penuh keikhlasan dan
meninggalkan segala agama menuju agama Islam saja, beristiqamah di atas ajaran Nabi
Ibrahim yang lurus dan berpegang teguh pada syariat Allah seperti mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. Itulah agama Islam, agama lurus yang jauh dari kesesatan.
Q.S. Ar-Rum ayat : 30
‫َفَأِقْم َو ْج َهَك ِللِّديِن َحِنيًفاۚ ِفْطَر َت ٱِهَّلل ٱَّلِتى َفَطَر ٱلَّناَس َع َلْيَهاۚ اَل َتْبِد يَل ِلَخ ْلِق ٱِهَّللۚ َٰذ ِلَك ٱلِّديُن ٱْلَقِّيُم َو َٰل ِكَّن َأْكَثَر ٱلَّناِس اَل َيْع َلُم وَن‬
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Tegakkanlah wajahmu (wahai Rasul dan orang-orang yang mengikutimu) dan
berjalanlah terus di atas agama yang Allah syariatkan untukmu, yaitu Islam dimana Allah
telah memfitrahkan manusia di atasnya. Keberadaan kalian di atasnya dan berpegangnya
kalian kepadanya adalah berpegang kepada fitrah Allah dalam bentuk iman hanya kepadaNya
semata, tiada pergantian bagi ciptaan dan agama Allah. Inilah jalan lurus yang
menyampaikan kepada ridha Allah, Tuhan semesta alam dan surga-Nya. Akan tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui bahwa apa yang diperintahkan kepadamu (wahai
rasul) adalah agama yang haq, bukan selainnya.
Faktor-Faktor yang Merubah Fitrah Manusia dalam Bertuhan
1) Faktor nasab (keturunan)
Faktor nasab atau keturunan ini telah menempati posisi sentral dalam
penentuan akidah seseorang, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi:
“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani.
Penjelasan hadis di atas sejatinya mengindikasikan bahwa munusia
dilahirkan dalam keadaaan fitrah, yakni beragama Islam. Namun karena faktor
nasab atau kelahiran membuat ia mengadopsi agama yang dianut oleh orang
tuanya. Secara realitas, seorang anak yang kebetulan lahir dari keluarga
beragama Islam, misalnya, akan terlebih dahulu mengimitasi perilaku orang
tuanya yang meyakini bahwa Tuhan hanya satu, yaitu Allah. Begitu pula
dengan anak yang lahir dari keluarga Kristen, akan melakukan apa saja yang
harus dilakukan sebagai seorang Kristen.
2) Faktor pengaruh setan

7
Dalam suatu hadis qudsi disebutkan, bahwa fitrah manusia sejatinya
adalah beragama tauhid, yakni beragama Islam. Namun fitrah tersebut berubah
karena pegaruh setan yang pada akhirnya membuat manusia tidak beriman.
Sudah menjadi kodrat setan untuk menggoda anak-cucu Adam agar selalu
menyimpang dari ajaran Islam dan agar kelak menjadi teman kekal-nya di
neraka
3) Faktor mengikuti hawa nafsu
Faktor lain yang dapat merubah fitrah manusia dalam bertuhan antara
lain karena mengikuti hawa nafsu. Dengan demikian, menuruti hawa nafsu
merupakan salah satu faktor yang dapat dengan mudah mengubah fitrah
manusia dalam bertuhan. Oleh karena itu, hawa nafsu akan terus selalu
mendorong kepada hal-hal yang bersifat buruk dan mendorong manusia
menuju kebinasaan. Apabila seseorang dapat menahan diri dari hawa
nafsunya, maka upayanya itu merupakan penangkal sekaligus obat bagi
penyakit yang diakibatkan nafsunya.3
Cara Memelihara Fitrah Menurut Al-Qur’an
Fitrah (potensi) yang telah Allah SWT berikan kepada setiap manusia
sejak yang ia terlahir kedunia perlu untuk dijaga dan dipelihara agar jangan sampai
terjerumus kejalan yang salah.
1) Kembali kepada Agama Allah SWT.
Manusia hendaknya memahami bahwa dalam menjalani kehidupannya
didunia ini harus ada pedoman yang jelas, memiliki pegangan yang kuat yaitu
berupa agama. Agama merupakan fitrah manusia yang telah Allah SWT
tanamkan pada setiap manusia sejak dialam ruh.
2) Menyucikan jiwa (Tazkiyah an-Nafs).
Orang yang berakhlakul mahmudah terhadap dirinya adalah ketika ia
mampu membersihkan jiwanya dari kotoran-kotoran. Makna membersihkan
kotoran di sini bukan makna dhohiriah, yang dimaksud kotoran disini adalah
segala sesuatu yang akan mencemari dan mengotori akidah dan keimanan
yang dimiliki oleh seorang muslim.
3) Memikirkan ayat-ayat Allah SWT (Qauliyah dan kauniyah).

3
Abd Muqit, “Tuhan Dalam Fitrah Manusia Dan Faktor-Faktor Yang Merubahnya: Kajian Tematik Ayat-Ayat
Dan Hadis Ketauhidan God in Human Nature and the Factors That Change It: the Thematic Study of the Subject
and the Hadith of Tauhid,” Jurnal Yaqzhan 07, no. 02 (2021).

8
Banyak dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mengajak manusia untuk
menggunakan akal untuk mempelajari dan memahami kekuasaan Allah SWT.

C. Efek Iman Kepada Allah


Q.S. Fussilat (41) : 30
‫َٰٓل‬
‫ِإَّن ٱَّلِذ يَن َقاُلوْا َر ُّبَنا ٱُهَّلل ُثَّم ٱۡس َتَٰق ُم وْا َتَتَنَّز ُل َع َلۡي ِهُم ٱۡل َم ِئَك ُة َأاَّل َتَخ اُفوْا َو اَل َتۡح َز ُنوْا َو َأۡب ِش ُروْا ِبٱۡل َج َّنِة ٱَّلِتى ُك نُتۡم ُتوَع ُد وَن‬
Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam
pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah
kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan kepadamu.”
Tafsir Jalalain
(Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami adalah Allah," kemudian
mereka meneguhkan pendirian mereka) dalam ajaran tauhid dan lain-lainnya yang diwajibkan
atas mereka (maka malaikat akan turun kepada mereka) sewaktu mereka mati ("Hendaknya
kalian jangan merasa takut) akan mati dan hal-hal yang sesudahnya (dan jangan pula kalian
merasa sedih) atas semua yang telah kalian tinggalkan, yaitu istri dan anak-anak, maka
Kamilah yang akan menggantikan kedudukan mereka di sisi kalian (dan bergembiralah
dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.).
Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Usus Fi Ath-Thashawwur Al-
Islami menyebutkan delapan dampak atau efek iman kepada Allah. Berikut ini akan
disebutkan secara ringkas.
1) Terbebasnya jiwa manusia dari takut mati.
Hal itu karena seorang mukmin yakin bahwa manusia pasti mati, dan
kematian itu ada di tangan Allah. Kalau ajal manusia telah tiba, maka ajal itu
tidak bisa ditunda sesaatpun juga, dan ia tidak bisa lari dari kematian itu
walaupun, ia berada di benteng yang sangat kuat. Firman Allah :

‫َو َلْن ُيَؤ ِّخ َر ُهَّللا َنْفًسا ِإَذ ا َج اَء َأَج ُلَها‬
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya”. (QS.Al-Munafiqun :11)
2) Terbebasnya jiwa manusia dari takut tidak mendapatkan rizki.
Seorang mukmim yakin bahwa rizki ada di tangan Allah. Seseorang
betapapun tinggi jabatannya dan kedudukannya tidak bisa mengurangi rizki
siapapun juga. Firman Allah :
‫ِإَّن َهَّللا ُهَو الَّر َّز اُق ُذ و اْلُقَّو ِة اْلَم ِتيُن‬

9
“ Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan
lagi sangat kokoh “. (QS. Adz-Dzariyat/51 : 58 ).
3) Terbebasnya jiwa manusia dari sifat egois, kikir dan rakus.
Tabi’at manusia sangat mencintai harta , ia kikir dan rakus. Firman
Allah :
‫َو ُتِح ُّبوَن اْلَم اَل ُح ًّبا َج ًّما‬
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan “ ( QS.
Al-Fajr/89 : 20)
Seorang mukmin yakin bahwa harta yang ada di tangannya, pada
dasarnya milik Allah, ia akan senang hati melaksanakan perintah Allah pada
hartanya seperti zakat, infak dan shadaqah. Seorang mukmin yakin bahwa
mengeluarkan zakat, infak dan shadaqah merupakan sebab mendapatkan ridho
Allah. Pada waktu yang bersamaan ia yakin bahwa zakat, infaq, shadaqah
tidak akan mengurangi harta, bahkan akan menyebabkan harta itu menjadi
berkah dan berkembang.
4) Hati yang selalu ingat kepada Allah.
Seorang muslim yakin bahwa Allah selalu mengetahui dan mengawasi
tingkah laku hamba-Nya, baik yang dilakukan terang-terangan ataupun secara
sembunyi. Orang yang hatinya selalu ingat kepada Allah yang selalu
mengawasinya akan meninggalkan larangan-larangan Allah; ia tidak mencuri,
menipu, berkhianat dan sebagainya. Ia tidak akan mengambil sedikitpun harta
yang bukan miliknya sekalipun harta itu melimpah ruah, dan sekalipun ia
seorang fakir miskin.
5) Terbebasnya manusia dari penghambaan terhadap nilai–nilai jahiliyah.
Islam membagi masyarakat kepada dua bagian : masyarakat Islam dan
masyarakat jahiliyah. Masing-masing masyarakat ini mempunyai standar nilai
dan cirri yang berbeda-beda.
Di antara ciri masyarakat jahiliyah adalah punya sangkaan atau
pandangan yang tidak benar terhadap Allah (QS. Ali-Imron/3 : 154), seperti
keyakinan orang-orang musyrikin jahiliyah bahwa malaikat anak Allah.
Dalam urusan kehidupan manusia, masyarakat jahiliyah tidak berhukum
kepada hukum Allah, tetapi berhukum kepada hukum manusia ( QS. Al-
Maidah/5 : 50 ). Di antara ciri masyarakat jahilyah juga adalah berprilaku

10
jahiliyah, seperti prilaku kaum wanitanya yang memamerkan aurat dan
dandanannya ( QS. Al-Ahzab/33 : 33)
6) Sabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.
Seorang mukmin ketika meyakini bahwa segala urusan ada di tangan
Allah, dan tidak seorangpun yang mampu memberikan manfaat dan bahaya, ia
akan menghadapi segala kesulitan dengan lapang dada penuh kerelaan dan
pasrah diri, sehingga ia bersikap sabar serta mengharapkan pahala dari Allah.
Pada waktu yang sama keimanan dapat meringankan rasa sakit dan
kesedihan.
Firman Allah :
‫َم ا َأَص اَب ِم ْن ُمِص يَبٍة ِإال ِبِإْذ ِن ِهَّللا َو َم ْن ُيْؤ ِم ْن ِباِهَّلل َيْهِد َقْلَبُه َو ُهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS. At-Taghabun/64 : 11)
7) Terbebasnya akal manusia dari segala bentuk khurafat.
Jika seorang mukmin meyakini dengan sepenuh hati bahwa hanya
Allah yang mengetahui hal-hal yang ghaib, memiliki manfaat dan bahaya,
maka sudah barang tentu ia akan terbebas dari anggapan-anggapan bahwa ada
kekuatan selain Allah yang dapat mengetahui hal-hal yang ghaib serta dapat
memberikan manfaat kepada seseorang dan dapat menghindarkannya dari
bahaya. Meminta pertolongan kepada mereka untuk mendapatkan manfaat
seperti mendapatkan pekerjaan, naik jabatan, mendapatkan jodoh dan
sebagainya; atau agar terhindar dari bahaya seperti sembuh dari penyakit,
aman dari orang yang memburunyan dan semacamnya, dengan keyakinan
mereka itu bisa memberikan manfaat dan menghindarkan dari bahaya yang
mengancamnya adalah merupakan perbuatan syirik yang dapat
mengeluarkannya dari keimanan.
8) Terbebasnya jiwa manusia dari sikap dzalim.
Islam mewajibkan umatnya bersikap adil dan sekaligus melarang
mereka bersikap zalim, serta memerintahkan mereka untuk mencegah
kezaliman dari orang lain. Misi umat Islam dalam setiap ekspansi (futuhat)

11
adalah mengeluarkan umat manusia dari sempitnya dunia kepada luasnya
akhirat dan dari zalimnya agama-agama kepada adilnya Islam.4

D. Fungsi Iman Kepada Allah


Q.S. Ar-Ra’du : 28
‫ٱَّلِذ يَن َء اَم ُنوْا َو َتۡط َم ِئُّن ُقُلوُبُهم ِبِذ ۡك ِر ٱِهَّللۗ َأاَل ِبِذ ۡك ِر ٱِهَّلل َتۡط َم ِئُّن ٱۡل ُقُلوُب‬
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.
Tafsir Jalalain
(Yaitu orang-orang yang beriman dan yang merasa tenang) tenteram (hati mereka
dengan mengingat Allah) mengingat janji-Nya. (Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah
hati menjadi tenteram) yakni hati orang-orang yang beriman.
Adapun fungsi Iman kepada Allah SWT bagi kita ialah:
1) Sebagai Penyelamat
Dalam Al-Qur’an Surah Al-Mukminin, Allah SWT berfirman yang
artinya:“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul kami dan orang-orang
yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada berdirinya saksi-saksi (hari
kiamat).”
Sehingga, dengan beriman kepada Allah SWT, dapat menyelamatkan
manusia baik dalam kehidupan di dunia, maupun kehidupan di akhirat kelak,
karena Allah SWT hanya akan menolong hamba-Nya yang beriman dan
bertakwa.

2) Menjadikan Manusia yang Berakhlak Baik


Dengan beriman kepada Allah SWT akan menumbuhkan dalam diri
seseorang itu sifat dan sikap yang baik; perkataan jujur, dapat dipercaya, tidak
sombong, tidak fitnah, tidak mengadu domba, dan lain sebagainya. Mereka
yang benar-benar beriman kepada Allah SWT menyadari bahwa dirinya lemah
tidak ada daya upaya kecuali atas kehendak Allah SWT.

3) Sebagai Pedoman Hidup


Iman merupakan pedoman, penuntun, dan kompas dalam kehidupan
kita. Tiada manusia yang berada di jalan benar jika ia tidak beriman kepada
4
Nurul Hanifah, Implikasi Iman Kepada Allah dan Hubbullah dalam Kehidupan Mukmin Perspektif Al- Qur’an,
2022.

12
Allah SWT. Maka, mereka yang beriman akan memiliki tujuan hidup yang
jelas serta tidak mudah berputus asa. Sebab, bagaimana sikap seseorang akan
terlihat jelas jika ia sedang ditimpa musibah. Mereka yang beriman akan selalu
berpikiran positif kepada Allah atas segala yang mereka hadapi.

4) Menumbuhkan Rasa Rendah Diri


Iman kepada Allah, berarti kita percaya baik dari hati, lisan, maupun
perbuatan akan Dzat Allah SWT dengan segala Keagungan dan
Kesempurnaan-Nya. Karenanya, sebagai manusia yang merupakan salah satu
dari makhluk ciptaan Allah, kita sadar bahwa diri kita ini bukanlah apa-apa
jika bukan karena Kuasa Allah SWT.

5) Menentramkan Hati
Diantara salah satu fungsi iman kepada Allah, sebagaimana yang
tertera di dalam Al-Qur’an surah Ar-Ra’ad ayat 28, dijelaskan bahwa orang-
orang yang beriman, yang mana mereka senantiasa mengingat Allah SWT,
maka hal tersebut membuat hati mereka menajdi tentram. Jadi, jika ingin
memperbaiki maupun mendapatkan suasana hati yang damai, aman, dan
nyaman, maka banyak-banyaklah mengingat Allah SWT.

13
PENUTUP

A. Simpulan
Secara etimologi, iman berarti pembenaran hati. Secara terminologi, iman berarti
pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
Pembenaran dengan hati artinya, menerima seluruh ajaran yang dibawa Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam. Pengakuan dengan lisan artinya, mengucap dua kalimat syahadat. Yaitu,
bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Pengamalan dengan anggota
badan artinya, hati mengamalkannya dengan keyakinan, dan anggota badan mengamalkannya
dengan melaksanakan ibadah.
Fitrah yang istilah arab berarti asal kejadian, kesucian, dan agama yang benar. Fitrah
dengan arti asal kejadian bersinonom dengan kata ‘ibda’ dan khalq. Fitrah manusia atau asal
kejadiannya sebagaimana diciptakan Allah SWT, menurut ajaran Islam adalah bebas dari
noda dan dosa seperti bayi yang lahir dari perut ibunya. Fitrah dengan arti asal kejadian
dihubungkan dengan pernyataan seluruh manusia ketika berada di alam arwah yang
mengakui ketuhanan Allah SWT, seperti digambarkan dalam surat al-A’raf:172-173.
Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris dalam bukunya Usus Fi Ath-Thashawwur Al-
Islami menyebutkan delapan dampak atau efek iman kepada Allah. Berikut ini akan
disebutkan secara ringkas.
1) Terbebasnya jiwa manusia dari takut mati.
2) Terbebasnya jiwa manusia dari takut tidak mendapatkan rizki.
3) Terbebasnya jiwa manusia dari sifat egois, kikir dan rakus.
4) Hati yang selalu ingat kepada Allah.
5) Terbebasnya manusia dari penghambaan terhadap nilai–nilai jahiliyah.
6) Sabar dalam menghadapi kesulitan dan cobaan.
7) Terbebasnya akal manusia dari segala bentuk khurafat.
8) Terbebasnya jiwa manusia dari sikap dzalim.

Adapun fungsi Iman kepada Allah SWT bagi kita ialah:


1) Sebagai Penyelamat
2) Menjadikan Manusia yang Berakhlak Baik
3) Sebagai Pedoman Hidup

14
4) Menumbuhkan Rasa Rendah Diri

5) Menentramkan Hati

B. Saran
Umat islam meyakini adanya Allah SWT dan mengetahui sifat-sifatnya, agar menjadi
mukmin sejati. Dengan modal iman inilah kita akan menjalankan perintah-Nya dan
meninggalkan larangan-Nya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Gaisun, Intan Zahariah, dan Arba’ie Sujud. “Beriman kepada Allah SWT sebagai fitrah manusia dalam
skrip drama ‘Tiang Seri Tegak Berlima’ karya Noordin Hassan.” Pendeta Journal of Malay
Language, Education and Literature 10 (2019): 1–11.
Hanifah, Nurul. Implikasi Iman Kepada Allah dan Hubbullah dalam Kehidupan Mukmin Perspektif Al-
Qur’an, 2022.
Muqit, Abd. “Tuhan Dalam Fitrah Manusia Dan Faktor-Faktor Yang Merubahnya: Kajian Tematik
Ayat-Ayat Dan Hadis Ketauhidan God in Human Nature and the Factors That Change It: the
Thematic Study of the Subject and the Hadith of Tauhid.” Jurnal Yaqzhan 07, no. 02 (2021).
Saryono. “Konsep Fitrah dalam Perspektif Islam.” Medina-Te, Jurnal Studi Islam 14, no. 2 (2016):
161–174. http://www.journal.walisongo.ac.id/index.php/ihya/article/view/1734.

16

Anda mungkin juga menyukai