Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TAFSIR AYAT DAKWAH

TENTANG

AYAT-AYAT DAKWAH PADA KEIMANAN

KELOMPOK 12

NURFATWI ANGGRAINI 2230302044

NURUL FITRIYANI 2230302045

DOSEN PENGAMPU :

YOGI IMAM PERDANA, LC., M.Ag.

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga pemakalah mampu menyusun makalah
dengan judul “Ayat-Ayat Dakwah pada Keimanan” dapat selesai dengan tepat
waktu. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas perkuliahan dan
agar dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pada kesempatan kali ini, pemakalah sebagai penyusun makalah
mengucapkan terima kasih kepada bapak Yogi Imam Perdana, LC. M.Ag. selaku
dosen pengampu pada mata kuliah “Tafsir Ayat Dakwah” yang telah memberikan
tugas sehingga penulis memahami materi dengan baik dan membuat makalah tepat
waktu. Dan terima kasih juga pemakalah ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini.
Pemakalah menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan baik dari penulisan maupun materi. Oleh karena
itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun agar menjadi lebih baik kedepannya.

Batusangkar, 06 Desember 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1

C. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Ayat-Ayat tentang Keimanan ...................................................................... 3

B. Macam-Macam Aspek Keimanan ............................................................... 6

C. Metode-Metode dalam Mengajak pada Keimanan ................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 14

A. Kesimpulan................................................................................................ 14

B. Saran .......................................................................................................... 14

DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Iman adalah kata yang umum didengar dalam pendidikan agama
islam. Bahkan mungkin, pelajaran pendidikan agama islam yang pertama
kali kita dengar adalah tentang keimanan. Tetapi apa sebenarnya iman itu?
Sudahkah kita memahami dan mengaplikasikannya? Hal ini tentu menarik
untuk dibahas secara lebih lanjut karena ajaran agama islam bermula dari
keimanan.
Tak hanya itu, keimanan juga erat kaitannya dengan ketakwaan.
Mempelajari keimanan akan selalu beriringan dengan mempelajari
ketakwaan. Jika keimanan seseorang bertambah begitu juga dengan
ketawaannya, begitupun sebaliknya. Oleh karena itu, memperkuat
keimanan adalah suatu keharusan bagi seorang muslim.
Besar kecilnya keimanan seseorang pada dasarnya hanya orang
tersebut yang mengetahuinya. Tetapi, ada beberapa ciri-ciri yang dapat
diketahui seberapa besar keimanan seseorang tersebut. Tak hanya itu, proses
terbentuknya iman yang ada pada seseorang juga dapat diamati dan
dipelajari sebagai acuan seberapa besar keiman yang ada pada diri kita
sendiri. Keimanan dan ketakwaan perlu dipelajari dengan mendalam untuk
menjaga kita dari pikiran, perkataan, atau perbuatan yang dapat membuat
kita melanggar ajaran Allah SWT.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ayat-ayat tentang keimanan?
2. Apa sjaa macam-macam aspek keimanan?
3. Bagaimana metode dalam mengajak pada keimanan?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ayat-ayat tentang keimanan.
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam aspek keimanan.
3. Untuk mengetahui metode dalam mengajak pada keimanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ayat-Ayat tentang Keimanan


Term iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-
imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia
artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang
benar atau nyata adanya. Iman dapat dimaknai iktiraf, membenarkan,
mengakui, pembenaran yang bersifat khusus. Menurut WJS.
Poerwadarminta iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau
keteguhan hati.
Abul ‘Ala al-Mahmudi menterjemahkan iman dalam Bahasa inggris
Faith, yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of
doubt yang artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya
tidak terdapat keraguan apapun. HAR Gibb dan JH Krammers memberikan
pengertian iman ialah percaya kepada Allah SWT, percaya kepada utusan-
Nya, dan percaya kepada amanat atau apa yang dibawa/berita yang dibawa
oleh utusannya.
Apabila kita perhatikan penggunaan kata Iman dalam AlQur’an,
akan mendapatinya dalam dua pengertian dasar yaitu:
1. Iman dengan pengertian adalah membenarkan berita yang datang dari
Allah SWT dan Rasul-Nya. Dalam suatu hadist shahih diceritakan
bahwa Rasulullah ketika menjawab pertanyaan jibril tentang iman yang
artinya bahwa yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada
Allah SWT, malaikatnya,kitab-kitabnya, Rasul-rasulnya, hari kiamat
dan engkau beriman bahwa Qadhar baik dan Qadhar buruk adalah dari
Allah SWT.
2. Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal segala
perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah
digariskan oleh syara’.

3
Dalam al-Qur’an surah al-Hujurat ayat 15 yang berbunyi:

‫إِ نَّ مَا ا لْمُ ؤْمِ نُو نَ ا لَّ ذِي نَ آ مَ نُوا بِال لَّ هِ وَرَسُو لِ هِ ثُ مَّ لَ مْ يَرْ تَا بُوا وَ جَا هَ دُوا‬

﴾١٥ ﴿ َ‫بِ أَ مْ وَا لِهِ مْ وَ أَنْفُ سِ هِ مْ فِي سَ بِي لِ ال لَّ هِ ۚ أُو لََٰ ئِ كَ هُ مُ ال صَّا دِ قُو ن‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada
Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa
mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang
yang benar.

Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa Iman adalah membenarkan


Allah SWT dan Rasul-Nya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah SWT
dengan harta dan jiwa. Pada akhir ayat tersebut “mereka Itulah orang-orang
yang benar” merupakan indikasi bahwa pada waktu itu ada golongan yang
mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini sungguh telah berdusta dan
mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan sebenarnya. Mereka
menganggap bahwa iman itu hanya pengucapan yang dilakukan oleh bibir,
tanpa pembuktian apapun.
Pengertian iman secara istilahi ialah kepercayaan yang meresap ke
dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan
sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang rukun
iman.
Keimanan kepada keesaan Allah itu merupakan hubungan yang
semulia-mulianya antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu,
mendapatkan petunjuk sehingga menjadi orang yang beriman, adalah
kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh seseorang. Keimanan itu bukanlah
semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja atau semacam
keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah

4
merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati
nurani, dari situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya
yang disorotkan oleh matahari. Iman bukan sekedar ucapan lisan seseorang
bahwa dirinya adalah orang mukmin. Sebab orang-orang munafik pun
dengan lisannya menyatakan hal yang sama, namun hatiya mengingkari apa
yang dinyatakan itu.
Firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 8-9 yaitu:

ْ‫وَمِ نَ ال نَّا سِ مَ نْ يَ قُو لُ آ مَنَّا بِال لَّ هِ وَبِا لْيَ وْ مِ ا لْآ خِرِ وَمَا هُ م‬

‫﴾ يُ خَا دِ عُو نَ ال لَّ هَ وَا لَّ ذِي نَ آ مَ نُوا وَمَا يَخْدَعُو نَ إِ لَّا‬٨ ﴿ َ‫بِ مُ ؤْمِنِي‬

﴾٩ ﴿ َ‫أَ نْفُ سَهُ مْ وَ مَا يَ شْ عُ رُو ن‬


Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami
beriman kepada Allah dan hari kemudian," pada hal
mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orangorang
yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya
sendiri sedang mereka tidak sadar.

Iman juga bukan sekedar amal perbuatan yang secara lahiriyah


merupakan ciri khas perbuatan orang-orang beriman. Sebab orang-orang
munafik pun tak sedikit yang secara lahiriyah mengerjakan amal ibadah dan
berbuat baik, sementara hati mereka bertolak belakang dengan perbuatan
lahirnya, apa yang dikerjakan bukan didasari keikhlasan mencari Ridha
Allah SWT.
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Menuturkan bahwa iman adalah
membenarkan dan meyakini Allah SWT sebagai tuhan yang memiliki dan
yang disembah. Iman sebenarnya merupakan jalan untuk memuyakan akal
pikiran manusia, dengan cara menerima semua ketentuan Allah SWT pada
setiap sesuatu, baik yang kelihatan atau tidak kelihatan, yang di tetapkan
maupun yang di naikan. Iman juga menuntut aktif menggapai hidayah,

5
mendekatkan diri kepada-Nya, dan beraktifitas selayaknya aktifitas para
kekasih-Nya (hambanya yang saleh).

B. Macam-Macam Aspek Keimanan


Menurut rukun iman ada enam (6) aspek keiman, yaitu:
1. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah membenarkan adanya Allah SWT,
dengan cara meyakini dan mengetahui bahwa Allah SWT wajib adanya
karena dzatnya sendiri (Wajib Al-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa,
Raja yang Maha kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang Qadim dan
Azali untuk selamanya. Dia Maha mengetahui dan Maha kuasa
terhadap segala sesuatu, berbuat apa yang ia kehendaki, menentukan
apa yang ia inginkan, tiada sesuatupun yang sama dengan-Nya, dan dia
Maha mengetahui.
Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 285:

ِ‫آ مَ نَ ال رَّ سُو لُ بِمَا أُ نْزِلَ إِ لَيْ هِ مِ نْ رَبِّ هِ وَا لْ مُ ؤْمِنُو نَ ۚ كُل آ مَ نَ بِال لَّ ه‬

‫وَمَلَا ئِ كَتِ هِ وَكُ تُ بِ هِ وَ رُ سُ لِ هِ لَا نُ فَرِّ قُ بَيْ نَ أَ حَد مِنْ رُ سُ لِ هِ ۚ وَ قَا لُوا‬

﴾٢٨٥ ﴿ ُ‫سَ مِعْنَا وَ أَ طَعْنَا ۚ غُ فْرَا نَ كَ رَبَّ نَا وَ إِ لَ يْكَ ا لْ مَصِي‬


Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-
Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-
bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari
rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami
dengar dan Kami taat." (mereka berdoa) "Ampunilah
Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat
kembali."

6
Jadi iman kepada Allah adalah mempercayai adanya Allah SWT
beserta seluruh ke-Agungan Allah SWT dengan bukti-bukti yang nyata
kita lihat, yaitu dengan diciptakannya dunia ini beserta isinya.

2. Iman Kepada para Malaikat


Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang di
maksud iman kepada malaikat adalah meyakini adanya malaikat,
sebagai hamba Allah SWT yang selalu tunduk dan beribadah. Allah
SWT berfirman dalam Surah At- Tahrim ayat 6:

‫يَا أَيُّ هَا ا لَّ ذِي نَ آ مَ نُوا قُوا أَنْفُ سَ كُ مْ وَ أَ هْلِي كُ مْ نَا رًا وَ قُو دُ هَا‬

‫ال نَّا سُ وَا لْ حِ جَا رَةُ عَلَ يْهَا مَلَا ئِ كَةٌ غِلَا ظٌ شِ دَا دٌ لَا يَعْصُو نَ ال لَّ هَ مَا‬

﴾٦ ﴿ َ‫أَ مَرَهُ مْ وَ يَفْعَلُو نَ مَا يُ ؤْمَرُو ن‬


Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”.

Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, mengatakan dalam bukunya:


malaikat adalah makhluk agung, jumlahnya banyak dan tak terbilang,
tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah semata. Allah SWT
meciptakan mereka dari cahaya, menciptaka mereka dengan tabiat baik,
tidak mengenal kejahatan, dan mereka tidak dperintahkan atapun
melakukan itu. Karena itu mereka taat kepada Rabb, tidak mendurhkai
apapun yang diperintahkan, dan melakukan perintah yang disampaikan.
Mereka bertasbih memahasucikan Allah siang dan malam tanpa kenal
lelah, tidak jemu untuk beribadah kepada Allah SWT ataupun
sombong.

7
Beriman dengan para malaikat adalah salah satu rukun iman.
Mereka adalah sejenis makhluk Allah SWT yang selalu taat kepada-
nya, tidak akan menentang perintahnya dan tidak makan atau minum.
Mereka juga senantiasa jaga dan tidak pernah tidur sekejappun, baik
siang maupun malam.

3. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah


Makna beriman kepada kitab-kitab ilahi yang merupakan bagian
dari akidah mukmin ialah membenarkan secara pasti kalam khusus
Allah SWT yang Dia Wahyukan kepada Rasul pilihan-Nya, kemudian
disatukan dan disusun menjadi lembaran-lembaran atau kitab-kitab
suci. Lembaran-lembaran dan kitab-kitab yang dketahui wajib diimani
secara rinci, dan yang tidak diketahui wajib diimani secara garis besar.
Satu-satunya referensi yang menjadi sumber untuk mengetahui kitab-
kitab Ilahi secara rinci adalah al-Qur’an, karena al-Qur’an dalah kitab
yang terjaga sedemikian rupa, tidak ada penambahan ataupun
pengurangan, tidak ada perubahan ataupun penggantian sama sekali di
dalamnya. Al-Qur’an akan terus terjaga dengan penjagaan Allah SWT
hingga mendekati ambang batas akhir kehdupan dunia ini. Allah SWT
berfirman dalam surah Al-Hijr 9:

﴾٩ ﴿ َ‫إِ نَّا نَ حْنُ نَزَّ لْ نَا ال ذِّ كْرَ وَ إِنَّا لَ هُ لَ حَا فِ ظُو ن‬
Artinya: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qu’ran,
dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

Beriman kepada kitab-kitab wajib secara syar’i maupun logika.


Adapun ia wajib secara syar’i, karena Allah SWT memerintahkannya
secara pasti dan tidak menunjukkan apa pun selain harus taat kepada-
Nya dalam hal ini, melarang durhaka kepada-Nya, melalui firman
terkait perintah untuk beriman. Yang dimaksud dengan iman kepada
kitab-kitab Allah adalah membenarkan bahwa kitab-kitab tersebut telah

8
diturunkan oleh Allah SWT. Kitab tersebut diturunkan melalui firman-
firman-Nya. Ada yang disampaikan secara langsung kepaa para Rasul
tanpa perantara, ada yang disampaikan melalui perantara malaikat, dan
ada yang dia tulis sendiri.
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT ialah meyakini bahwa kitab-
kitab tersebut datang dari sisi Allah SWT yang diturunkan kepada
sebagian Rasulnya. Dan bahwasanya kitab-kitab itu merupakan firman
Allah SWT yang Qadim, dan segalasegala yang termuat didalamnya
merupakan kebenaran. Kita tahu kitab-kitab yang diturunkan kepada
Rasul itu ada empat yaitu kitab Taurat yang diturunkankepada Nabi
Musa, Injil kepada Nabi Isa, Zabur kepada Nabi Daud dan Al-Qur’an
kepada Nabi Muhammad SAW.

4. Iman Kepada para Rasul


Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah SWT
telah mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk
kepada manusia, dan Nabi yang wajib kita percayai itu ada dua puluh
lima. Firman Allah SWT tentang iman kepada para Rasul dalam al-
Qur’an surah an-Nisa ayat 165:

ٌ‫رُ سُ لًا مُ بَ شِّ رِي نَ وَ مُ نْذِ رِي نَ لِ ئَلَّا يَ كُو نَ لِل نَّا سِ عَلَى ال لَّ هِ حُ جَّ ة‬

﴾١٦٥ ﴿ ‫بَ عْ دَ ال رُّ سُ لِ ۚ وَكَا نَ ال لَّ هُ عَزِي زًا حَ كِي مًا‬


Artinya: “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak
ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasu-rasul itu. allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana”
Salah satu tugas Rasul ialah sebagai pembawa berita gembira
dan sebagai pemberi peringatan seperti yang sudah ada pada
surah an-Nisa ayat 165. Sehingga tidak adanya lagi alasan bagi

9
manusia untuk membantah apa-apa yang sudah diperintahkan
oleh Allah SWT.

5. Iman Kepada Hari Akhir


Hari akhir ialah Hari kiamat, termasuk kebangkitan (alba’ts), yaitu
keluarnya manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup, sesudah
jazad mereka dikembalikan dengan seluruh bagiannya seperti dulu kala
di dunia.
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an pada surah al-Hajj ayat 7:

﴾٧ ﴿ ِ‫وَ أَ نَّ ال سَّا عَ ةَ آ تِيَ ةٌ لَا رَ يْبَ فِي هَا وَ أَ نَّ اللَّ هَ يَ بْ عَ ثُ مَ نْ فِي ا لْقُ بُو ر‬
Artinya: “dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti akan datang,
tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan
membangkitkan siapapun yang didalam kubur”

Ayat ini menegasan bahwa hari akhir bukanlah omong kosong


tetapi kejadian yang benar adanya. Hanya saja manusia tidak ada yang
tahu waktu terjadinya. Hari akhir adalah rahasia Allah SWT dan hanya
Dia sajalah yang mengetahui kapan akan terjadinya hari akhir.

6. Iman Kepada Taqdir (Qadha dan Qadhar)


Iman kepada Qadha dan Qadhar adalah percaya bahwa segala hak,
keputusan, perintah, ciptaan Allah SWT yang berlaku pada makhluknya
termasuk dari kita (manusia) Jadi sebagai seorang mu’min kita wajib
percaya kepada rukun-rukun iman yang akan menjadi benteng yang
kokoh dalam kehidupan kita di dunia. Firman Allaj SWT dalam al-
Qur’an surah al-Furqan ayat 2:

ْ‫ا لَّ ذِي لَ هُ مُ لْ كُ ال سَّ مَا وَا تِ وَا لْأَ رْ ضِ وَ لَمْ يَ تَّ خِ ذْ وَ لَدًا وَ لَمْ يَكُ ن‬

﴾٢ ﴿ ‫لَ هُ شَرِي كٌ فِي ا لْ مُ لْ كِ وَخَلَ قَ كُ لَّ شَ يْءٍ فَقَدَّ رَ هُ تَ قْ دِي رً ا‬

10
Artinya: “yang kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi,
dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu
bagi-Nya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah
menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan
ukuranukurannya dengan serapi-rapinya”

Kita memang harus yakin bahwa Alah SWT lah Tuhan kita, Islam
sebagai agama, Muhammad sebagai Rasul, al-Qur’an sebagai
kitabullah dan petunjuk, serta kita berpegang teguh kepada agama
islam, beriman kepada semua yang telah diciptakan Allah SWT.

C. Metode-Metode dalam Mengajak pada Keimanan


Ada berbagai macam metode, menurut Moh. Ali Aziz terdapat tiga (3)
bentuk dakwah, yaitu: dakwah lisan (dakwah bil lisan), dakwah tulis
(dakwah bil qalam), dan dakwah tindakan (dakwah bil hal). Berdasarkan
ketiga bentuk tersebut maka metode dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah telah dipakai oleh semua Rasul Allah dalam
menyampaikan ajaran Allah SWT hingga sekarang metode ini masih
menjadi salah satu metode yang sering digunakan pendakwah dalam
mengajak seseorang pada keimanan walaupun alat komunikasi modern
telah tersedia.

2. Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan sebagai bentuk bertukar pikiran tentang
suatu permasalahan keagamaan sebagai pesan dakwah antara beberapa
orang dalam tempat-tempa tertentu. Sehinngga mendorong mitra
dakwah untuk berpikir dan mengeluarkan pendapatnya dan ikut
menyumbangkan gagasan untuk pers]masalahan agama yang
terkandung banyak kemungkinan jawaban.

11
3. Metode Konseling
Konseling adalah pertalian timbal balik diantara dua orang individu
dimana seorang (konselor) berusaha membantu yang lain (klien) untuk
mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungannya
dengan maslahmasalah yang dihadapinya pada saat ini dan pada waktu
yang akan datang. Metode konseling merupakan wawancara secara
individual dan tatap muka antara konselor sebagai pendakwah dan klien
sebagai mitra dakwah untuk memecahkan masalah. Metode konseling
dalam dakwah diperlukan mengingat banyak masalah yang terkait
dengan keimanan dan pengalaman keagamaan yang tidak bisa
diselesaikan dengan metode ceramah ataupun diskusi.

4. Metode Karya Tulis


Metode ini termasuk dalam kategori dakwah bil qalam (dakwah
dengan karya tulis). Tanpa tulisan, peradaban dunia akan lenyap dan
punah. Metode karya tulis merupakan buah dari keterampilan tangan
dalam menyampaikan pesan dakwah.

5. Metode Pemberdayaan Masyarakat


Salah satu metode dalam dakwah bi al-hal (dakwah dengan aksi
nyata) adalah metode pemberdayaan masyarakat, yaitu dakwah dengan
upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong, memotivasi,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta
berupaya untuk mengembangkannya dengan dilandasi proses
kemandirian.

6. Metode Karyawisata
Dakwah yang dilakukan dengan membawa mitra dakwah ke
tempat-tempat yang memiliki nilai historis keIslaman atau lembaga-
lembaga penyelenggara dakwah dengan tujuan agar mereka dapat

12
menghayati arti tujuan dakwah dan menggugah semangat baru dalam
mengamalkan dan mendakwahkan ajaran Islam kepada orang lain.

7. Metode Kelembagaan
Metode kelembagaan mrupakan metode pembentukan dan
pelestarian norma dalam wadah organisasi sebagai intrumen dalam
dakwah. Mengubah perilaku anggota melalui institusi. Perbedaan
motode kelembagaan dan pemberdayaan terletak pada arah kebijakan
suatu instansi.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana yu’minu-
imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa Indonesia
artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang
benar atau nyata adanya. Iman dapat dimaknai iktiraf, membenarkan,
mengakui, pembenaran yang bersifat khusus. Menurut WJS.
Poerwadarminta iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau
keteguhan hati.
Iman juga bukan sekedar amal perbuatan yang secara lahiriyah
merupakan ciri khas perbuatan orang-orang beriman. Sebab orang-orang
munafik pun tak sedikit yang secara lahiriyah mengerjakan amal ibadah dan
berbuat baik, sementara hati mereka bertolak belakang dengan perbuatan
lahirnya, apa yang dikerjakan bukan didasari keikhlasan mencari Ridha
Allah SWT.
Aspek keimanan ada enam, yaitu: iman kepada Allah, iman kepada
para malaikat, iman kepada kita-kitab Allah, iman kepada rasul Allah, iman
kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadhar. Ada berbagai
macam metode yang digunakan untuk mengajak pada keimanan, yaitu:
metode ceramah, metode diskusi, metode konseling, metode karya tulis,
metode pemberdayaan masyarakat, metode karyawisata, dan metode
kelembagaan.

B. Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga kami mengharapkan
kritik, saran dan tambahan pengetahuan untuk kesempurnaan makalah ini
sehingga dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Pemakalah juga meminta
maaf terhadap penulisan dan pemilihan kata-kata yang terdapat dalam
makalah ini.

14
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Al-Jazairi, Syakh Abu Bakar Jabir. 2014. Aqidatu Mu’min Kupas Tuntas Aqidah
Seorang Mu’min. Solo: Daar An-Naba’.

Al-Maududi, Abu A’la. 1985. Toward Understanding. Comiti Riyadh: Islamic


Dakwah.

Gibb, HAR; JH Krammers. 1974. Shorter Encyclopaedia of Islam. E.J. Brill:


Leiden.

Hakami, Syaikh Hafidz bin Ahmad. 2001. 222 Kunci Aqidah yang Lurus. Jakarta
Selatan: Mustaqim.

Hasan, Nurul. 2018. Metode Dakwah Jamaah Tabligh dalam Meningkatkan


Keimanan Masyarakat di Dusun Dawuhan Desa Suco Lor Maesan
Bondowoso. Skripsi. Fakultas Dakwah. Prodi Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Jember: IAIN Jember.

HD, Kaelany. 2000. Iman, Ilmu dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta.

Poerwadarminta, WJS. 2000. Kamus Umum Bahasa indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

Rahman, Abdul; Abdul Khalid. 2000. Garis Pemisah antara Kufur dan Iman.
Jakarta: Bumi Aksara.

Suriasumarti, Jujun S. 2001. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Obor Indonesia.

15

Anda mungkin juga menyukai