Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan kasih-Nya Penyusun dapat menyelesaikan makalah Pendidikan
Agama Islam dengan judul “Iman Kepada Allah dan Rasul Allah SWT” tepat pada
waktunya. Makalah ini berisi penjelasan mengenai konsep iman, konsep beriman,
konsep beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan pengaplikasian beriman
kepada Allah dan Rasul Allah SWT dalam kehidupan sehari-hari.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini dapat disusun dan diselesaikan berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penyusun ingin
menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang senantiasa memberi kemudahan dalam setiap urusan yang saya
jalani.
2. Suami tercinta, dan keluarga yang selalu memberikan semangan dan support.

Semoga makalah ini dapat menjadi manfaat untuk semua orang umumnya,
dan untuk penulis khususnya,

Kuningan, November 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... 1

DAFTAR ISI.............................................................................................. 2

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 3

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisan............................................................................... 5

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Konsep Iman..................................................................................... 6

2.2 Konsep Beriman Kepada Allah........................................................... 7

2.3 Konsep Beriman Kepada Rasul Allah SWT......................................... 15

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 26

3.2 Saran.............................................................................................. 26

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 27
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beriman kepada Allah adalah salah satu pokok terpenting yang harus

dilakukan oleh seluruh umat islam, selain beriman kepada Malaikat, kitab-Nya,

Rasul-Nya, iman kepada hari akhir, dan kepada qada’ dan qadhar. Seorang belum

dikatakan beriman kepada Tuhan-Nya apabila ia belum dapat meyakini dalam

hatinya, bahwa Tuhan Allah adalah dzat Yang Maha Esa dengan segala

keagungan dan sifat-sifatnya. Adapun beriman kepada sifat Allah termasuk juga

dalam klasifikasi iman kepada Allah. Maka dari itu, sebagai umat muslim kita

wajib meyakini bahwa Allah mempunyai sifat yang melekat pada-Nya, yang

patut kita percayai dan kita imani.

Iman kepada Rasul-Rasul Allah merupakan suatu kewajiban, karena iman

kepada Rasul-Rasul Allah merupakan rukun iman, yaitu yang ke 4. Iman kepada

Rasul artinya mempercayai dengan sepenuh hati atas kedatangan Rasul,mulai

dari Rasul yang pertama yaitu Nabi Adam as hingga Rasul terakhir yaitu Nabi

Muhammad SAW.

Ajaran yang dibawa oleh para nabi dan Rasul sejak Nabi Adam AS hingga

Nabi Muhammad SAW merupakan suatu rangkaian yang memiliki satu tujuan

yaitu mengesankan Allah SWT. Berupa syariat atau hukum tertentu yang

kemudian disampaikan atau di ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu, kita

sebagai seorang muslim wajib beriman atau mempercayai kepada para Rasul
utusan Allah sehingga dengan hal itu kita akan mengamalkan semua ajaran yang

di bawa oleh Rasul utusan Allah tersebut. Dengan berpegang hidup pada Allah

dan sunah Rasul maka kita akan hidup bahagia di dunia dan juga akhirat.

Namun, di dalam kehidupan sehari-hari terkadang kita hanya mengetahui

tentang pengertiannya saja itupun hanya terbatas, tanpa mengetahui akan

pemahamannya lebih dalam dan penerapannya di dalam kehidupan yang kita

jalani atau di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kita patut dan wajib

mempelajari, memahami dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari,

tentu akan jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.

Maka dari itu, pada makalah ini kami akan membahas mengenai iman

kepada Allah dan Rasul Allah serta membahas tentang cara mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari – hari.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu iman kepada Allah?

2. Apa itu iman kepada Rasul Allah?

3. Bagaimana cara mengaplikasikan iman kepada Allah dalam kehidupan

sehari-hari?

4. Bagaimana cara mengaplikasikan iman kepada Rasul Allah dalam kehidupan

sehari-hari?

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam penulisan ini terdapat beberapa tujuan, diantaranya:


1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui konsep beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta

untuk mengetahui bagaimana mengaplikasikan beriman kepada Allah dan

Rasul Allah.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah:

a. Untuk mengetahui apa pengertian iman kepada Allah

b. Untuk mengetahui apa pengertian iman kepada Rasul Allah

c. Untuk mengetahui cara kita beriman kepada Rasul Allah

d. Untuk mengetahui jumlah Rasul yang wajib kita ketahui beserta sejarah

singkatnya

e. Untuk mengetahui tugas dari para Rasul Allah

f. Untuk mengetahui hikmah dari beriman kepada Rasul Allah

g. Untuk mengetahui bagaimanakah cara kita untuk mengamalkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai bahan informasi untuk dapat dipelajari oleh seluruh pembaca

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Iman

2.1.1 Pengertian Iman

Iman menurut bahasa artinya percaya atau yakin terhadap sesuatu.

Iman menurut istilah adalah pengakuan di dalam hati, diucapkan dengan

lisan dan dikerjakan dengan anggota badan. Hal ini sesuai Hadist Nabi

Muhammad SAW yang artinya: Iman adalah pengakuan dengan hati,

pengucapan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.

(HR Thabrani). Dari penjelasan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa

iman kepada Allah SWT membutuhkan tiga unsur anggota badan yang

tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota

badan. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang mengaku beriman

kepada Allah SWT hanya dalam hati, lisan, hati dan lisan atau anggota

badan saja, maka orang tersebut belum bisa dikatakan orang yang

beriman.

Iman diartikan sebagai kepercayaan kepada Allah, Nabi, Kitab,

Rasul, hari kiamat dan takdir Allah, tidak akan bertentangan dengan ilmu,

ketetepan hati, keteguhan batin, keseimbangan batin, Pengertian Iman

secara etimologi yaitu iktiraf, membenarkan, mengakui, pembenaran

yang bersifat khusus. Secara terminologi iman yaitu pengucapan dengan

lisan, keyakinan dengan hati, pengalaman dengan anggota tubuh,


bertambah dengan melaksanakan ketaatan dan berkurang dengan

melaksanakan kemaksiatan.

2.2 Konsep Beriman Kepada Allah

2.2.1 Pengertian Iman Kepada Allah

Beriman kepada Allah artinya meyakini bahwasanya hanya Allah

Subhanahuwata’ala yang menciptakan , memberi rezeki, mengatur alam

ini, menghidupkan, mematikan, dan bahwasanya seluruh perkara itu

berada ditangan Allah Subhanahuwata’ala. Seluruh makhluk semuanya

berada dibawah aturan dan kekyasaan. Iman kepada Allah adalah rukun

iman yang pertama.

Iman kepada Allah juga merupakan salah satu asas dan inti kaidah

islamiyah. Maka ia adalah pokok, dan semua rukun–rukun akidah

dihubungkan kepadanya atau mengikutinya. Bahwa beriman kepada

Allah adalah beriman pada yang ghaib, dan beriman kepada yang ghaib

memerlukan dalil-dalil yang rasional untuk membuktikan kebenaran

keimanan itu. Selengkapnya akan dibahas pada materi selanjutnya.

2.2.2 Dalil-dalil Tentang Wujjud Allah

Dalil- dalil tentang wujud Allah ada yang berdasarkan akal dan

ada juga yang berdasarkan wahyu dan merupakan dalil lengkap bagi

pengetahuan kita tentang Allah. Berikut adalah dalil-dalil tentang iman

kepada Allah:
Didalam Al-Qur’anul Karim, Allah memberikan keberadaan,

pengaturan, nama, dan sifat-sifat. Allah berfirman :

Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan

langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas

'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya

dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan

bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.

Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Al-A’raf : 54)

Artinya: “ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang

hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat

untuk mengingat Aku.” (Qs. Thaha : 14)

Ketika menentang ketidak benaran pengakuan akan adanya tuhan

selain Allah, ia berfirman:


Artinya: “ Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah,

tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah

yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.”

(Qs.Al- Anbiyaa : 22)

Berdasarkan dalil aqli yang rasional dan dalil naqli yang dapat

didengar manusiapun meyakini Allah dan pengurusannya terhadap segala

sesuatu bentuk ketuhannannya (bagi orang-orang yang terdahulu dan

orang-orang yang datang kemudian). Atas dasar inilah maka kehidupan

muslim, dalam segala aspeknya, sangat bergantung pada keimanan

terhadap Allah SWT.

2.2.3 Mrngenal Allah Subhanahuwata’ala

Bagaimana kita mengenal Allah? Kita dapat mengenal Allah

melalui AL-Qur’an, alam semesta dan asmaul husna.

1. Mengenal Allah melalui Alam Semesta

Firman Allah dalam Surah Al-Fatihah ayat 2:

Penjelasan ayat:

Alhamdu (segala puji), memuji orang adalah karena perbuatannya

yang baik yang dikerjakannya dengan kemampuan sendiri. Maka

memuji Allah berarti menyanjung-Nya karena perbatannya yang baik,

lain halnya dengan syukur yang berarti mengetahui keutamaan


seseorang terhadap nikmat yang diberikannya, kita mengahadapkan

segala puji bagi Allah ialah karena Allah merupakan segala sumber

dari kebaikan yang patut dipuji.

Rab (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang memiliki, mendidik

dan memelihara. Lafad Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan

kecuali jika ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).

‘Alamiin (semesta alam) semua yang diciptakan Tuhan yang

terdiri dari berbagai jenis dan macam. Seperti; alam manusia, alam

hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebaginya.

Allah pencipta semua alam - alam itu.

2. Mengenal Allah melalui Asmaul Husna

Asmaul husna artinya nama-nama Allah yang baik. Untuk bisa

mengenal sesuatu biasanya melalui namanya. Demikian juga mengenal

Allah. Allah SWT memiliki nama-nama yang baik atau dikenal dengan

asmaul husna. Asmaul husna terdapat banyak sekali, tetapi yang

diperkenalkan kepada manusia ada 99. Sembilan puluh sembilan

asmaul husna tersebut terdapat didalam al-qur’an.

2.2.4 Tingkatan Mengimani Allah dan Pengaplikasian Iman Dalam

Kehidupan

Tingkatan mengimani Allah (tauhid) yaitu ada lima tingkatan,

yaitu:
1. Taqlit

Taqlit secara umum adalah mengikuti pendapat orang lain tanpa

mengetahui sumber atau alasannya. Namun untuk kasus Iman Kepada

Allah ialah taqlit atau mengikuti orang tua, karena saat kita masih

belum bisa menemukan dasar atau ilmu dalam Iman Kepada Allah

alangkah lebih baiknya jika kita mengikuti orang tua kita yang sudah

paham soal Iman Kepada Allah, dan itu sebagai cara agar kita juga

bisa belajar tentang Ilmu Agama lainnya yang diajarkan oleh Nabi

Muhammad.

2. Ilmu yang dimiliki

Ilmu yang kita miliki berguna untuk menemukan bukti yang dapat

meyakinkan kita tentang iman kepada Allah, tentang keberadaan Allah

contohnya, dan semua yang dapat meyakinkan kita tentang iman

kepada Allah. Namun ada satu lagi bukti tentang ilmu yang kita miliki

dan yang Allah miliki, yaitu sepintar apapun kita, sejenius apapun kita

pasti ada sebagian hal yang tidak kita ketahui, namun berbeda dengan

Allah, seperti dalam firman Allah yang artinya:

“Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi,

dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

3. Selalu diawasi oleh Allah

Bila kita tidak bisa menerapkan keyakinan bahwa Allah sedang

melihat kita, maka kita akan menjadi hamba yang lupa akan

pengawasan Allah, karena kita mengira bahwa Allah tidak mengetahui


apa yang kita kerjakan.Seperti saat kita sedang berbohong atau

berdusta, itu kita lakuakan karena kita tidak memiliki keyakinan bahwa

Allah sedang melihat apa yang kita lakukan, dan pada umumnya,

orang yang telah melakuakan kebohongan maka ada kecenderungan

untuk melakukannya lagi, lagi, dan lagi.

Mungkin bagi yang melakukan kebohongan atau dusta, baik itu

yang kecil atau besar, lupa bahwa Allah sedang mengawasi kita,

seperti yang tertulis dalam firman-Nya.

“Dan kamu tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran,

pengelihatan dan kulitmu terhadapmu, bahkan kamu mengira bahwa

Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.”

(QS. Fushshilat : 22)

Allah menciptakan telinga, mata, dan kulit bertujuan agar menjadi

saksi atas apa saja yang kita kerjakan selama di dunia, seperti dalam

Al-Qur’an yang berbunyi.

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran,

pengelihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap apa yang telah

mereka lakukan.” (QS. Fushshilat : 20)


Jadi, bila ada dari kita yang kadang masih suka berbohong atau

berdusta, baik dalam hal kecil maupun besar, baiknya segeralah

bertaubat, dan mulai mengamalkan bahwa segala tingkah laku kita

diawasi oleh Allah, sehingga segala yang kita kerjakan haruslah berisi

dengan kebaikan bukan dengan keburukan yang dapat membuat kita

mendapatkan dosa.

4. Melihat Allah dengan mata hati

Manusia dapat melihat benda disekitar dengan ke-dua mata seperti

biasanya, namun saat kita ingin melihat Allah, kita melihat dengan ke-

dua mata maka kita tidak akan melihat Allah, namun Allah hanya bisa

dilihat dengan mata hati sebagai mana Allah berkata dalam firman

Allah yang artinya:

“Dia tidak dapat dicapai dengan pengelihatan mata, sedang Dia

dapat melihat segala pengelihatan itu dan Dialah Yang Mahahalus,

Maha Teliti.”

Kita hanya bisa melihat Allah dengan mata hati apabila kita sudah

merasa diawasi oleh Allah, namun apabila kita tidak merasa diawasi

Allah kita pasti kesulitan untuk melihat Allah dengan mata hati kita.

Dan saat kita tidak dapat melihat Allah dengan mata hati maka kita

bisa saja menjadi tersesat dan keluar dari tuntunan Allah. Sebagaimana

firman Allah yang artinya:

“Dan barang siapa buta (hatinya) di dunia ini, maka di akhirat dia

akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar).”


Untuk dapat melihat Allah hati kita haruslah dalam keadaan

bersih, jika hati kita tidak dalam keadaan bersih akan membuat setan

mudah menyesatkan kita.

5. Semuanya hanya untuk Allah (Zuhud)

Secara harfiah al-zuhud berarti tidak ingin kepada sesuatu yang

bersifat keduniawian.[5] Sedangkan menurut Harun Nasution zuhud

artinya keadaan meninggalkan dunia dan hidup kematerian.[6]

Zuhud termasuk salah satu ajaran agama yang sangat penting dalam

rangka mengendalikan diri dari pengaruh kehidupan dunia. Orang

yang zuhud lebih mengutamakan atau mengejar kebahagiaan hidup di

akhirat yang kekal dan abadi, daripada mengejar kehidupan dunia yang

fana sepintas lalu. Hal ini dapat dipahami dari isyarat ayat yang

berbunyi.

Artinya: “Katakanlah kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan

akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak

akan dianiaya sedikitpun” (Q.S. An-Nisa [4]: 77).


Artinya: “Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih

kekal” (Q.S. Al-A’la [87]: 17).

Dari ayat di atas memberi petunjuk bahwa kehidupan dunia

yang sekejap ini dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang kekal

dan abadi, sungguh tidak sebanding. Kehidupan akhirat lebih baik dari

kehidpan dunia.

Orang yang berpandangan demikian tidak akan mau

mengorbankan kebahagiaan hidupnya di akhirat hanya karena

mengejar duniawi yang sementara. Orang yang demikian akhirnya

akan terpelihara dari melakukan hal-hal yang negatif. Ia selalu berbuat

yang baik-baik saja. Hal ini sejalnya dengan hadis Nabi yang

menyatakan.

“Jika kamu melihat seseorang yang dianugerahi sifat zuhud dalam

dirinya dan selalu lurus sikapnya, maka dekatkanlah orang itu, karena

orang itu yang telah meyakini hikmah.”

2.3 Konsep Beriman Kepada Rasul Allah

2.3.1 Pengertian Iman Kepada Rasul Allah

Pengertian menurut bahasa, rasul berarti utusan Allah. Dapat juga

diartikan sebagai seseorang yang mengikuti berita-berita yang

mengutusnya.

Pengertian menurut istilah, berarti meyakini dengan sepenuh hati

bahwa Allah SWT telah mengutus manusia laki-laki terpilih yang diberi
wahyu oleh Allah SWT dan wahyu tersebut harus disampaikan kepada

umatnya sebagai pedoman dan petunjuk hidup, agar hidupnya selamat

dari dunia hingga kelak di akherat.

Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari

enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud

iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para

rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk

menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat

manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.

Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah

swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya.

Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan

(menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa

nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi,

sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau

membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.\

Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat

7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya:

“ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad)

melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada

mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika

kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7)


"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul

sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan

di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak

dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan

seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan

(semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang

berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)

Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah

diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah

ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus

sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para

rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang

tidak.

Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari

enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud

iman kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para

rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk

menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat

manusia agar dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di

dunia dan di akhirat. Menurut Imam Baidhawi,Rasul adalah orang yang

diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia

kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk

menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai


contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun

hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya

melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi

Musa AS.

Iman kepada Rasul Allah merupakan rukun iman yang keempat.

Karena merupakan rukun iman yang keempat, bagi setiap muslim wajib

untuk mengetahui dan mengimani 25 Nabi dan Rasul tersebut. Nabi

adalah manusia terpilih untuk menerima wahyu dari Allah. Lalu apa

perbedaan Nabi dan Rasul? Nabi menerima wahyu untuk dirinya sendiri,

sedangkan Rasul menerima wahyu dan memiliki tugas untuk

menyampaikannya pada seluruh umat di dunia.

2.3.2 Dalil Iman Kepada Rasul Allah

Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al Anbiya ayat

7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-

rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki

yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada

orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya:

7)

"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul

sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan

di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak

dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan


seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan

(semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang

berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)

Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah

diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak pernah

ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus

sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para

rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang

tidak.

"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai Rasulullah :

berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi sebanyak

124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315

orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)

2.3.3 Fungsi Iman kepada Rasul Allah Swt

Iman kepada Rasul Allah swt. Mengandung empat unsur yang

merupakan tanda-tanda penghayatan terhadap fungsi iman kepada Rasul-

rasul Allah swt, yaitu:

1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barang

siapa yang mengingkari mereka walaupun hanya salah seorang Rasul,

maka dianggap kafir.

Firman Allah dalam Qs:Asy-Syura:105.”Kaum Nuh telah

mendustakan para Rasul.”(Qs: Asy-syura:105).


2. Mengimani Rasul yang telah kita kenal maupun yang tidak kenal

namanya.

Firman Allah dalam Qs:Al-mu-min:78.” Dan sesungguhnya telah

Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada

yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang

tidak Kami ceritakan kepadamu.”(Qs: Al-mu-min:78).

3. Membenarkan berita-berita yang bersumber dari wahyu Allah swt.

4. Mengamalkan syariat-syariat mereka yang diutus Allah swt, kepada

kita

Firman Allah dalam Qs:An-nissa:65.”Maka demi Tuhan, mereka pada

hakikatnya tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim

terhadap perkatra yang meeka perselisihakan, kemudian mereka tidak

merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadapm putusan yang

kamu berikan dan meeka menerima dengan sepenuhnya .”(Qs:An-

nisa:65).

2.3.4 Meneladani Sifat-sifat Rasulullah SAW.

1. Meneladani Sifat Siddiq

Untuk menel;adani sifat siddiq, dalam kehidupan sehari-hari dapat

diusahakan dengan cara selalu berkata benar, tidak berbohong dalam

berbicara dengan siapa pun. Benar dalam hati, ucapan, dan tindakan.

Rasulullah saw, selama hidupnya tidak pernah berbohong, baik

terhadap para sahabatnya maupun terhadap musuhnya.


2. Meneladani Sifat Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya. Apabila kamu pipercaya

melakukanb sesuatu sebaiknya dapat dipercaya, sehingga tugas apa

pun selalu dikerjaan dengan baik dan benar.

3. Meneladani Sifat Fatanah

Fatanah artinya cerdas. Kecerdasan merupakan anugerah Allah yang

diberikan kepada manusia, tetapi tidak merata. ada yang cerdas dan

ada pula yang tidak cerdas. Dalam meneladani sifat ini dapat

dilakukan dengan cara bersungguh-sungguh dalam belajar atau

menuntut ilmu.

4. Meneladani Sifat Tablig

Menyampaikan sesuatu yang benar kepada sesama manusia termasuk

salah satu upaya untuk meneladanisifat tablig. Mnyampaikan

kebenaran dan mencegah kemaksiatan yang dilakukan oreang lain

biasanya mengandung risiko. Keberanian melakukan ini merupakan

salah satu perbuatan yang mulia. Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi

Muhammad saw, ketika berdakwah. Beliau seringkali disambut

dengan cemooh, hinaan, bahkan lemparan batu dan kotoran unta. Ini

semua dilakuakan semata-mata karena perintah Allah swt.


2.3.5 Cara Beriman Kepada Rasul Allah Swt

1. Meyakini dengan penuh tanggung jawab akan kebenaran Nabi

Muhammad dan apa yang oleh beliau bawa, sebagaimana Allah

menandaskan tentang ciri orang bertaqwa:

“Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan

membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Az-

Zumar : 33).

2. Ikhlas mentaati Rasul dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan

menjauhi seluruh larangannya.

“Dan jika kamu taat kepadanya , niscaya kamu mendapat petunjuk.

Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat

Allah) dengan terang”.

3. Mengikuti ajaran pemikiran, pokok-pokok agama, hukum-hukum dan

cabang-cabangnya sesuai dengan yang beliau ajarkan dengan ikhlas.

Allah berfirman:

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka

menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka persilisihkan,

kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap


putusan yang kamu berikan , dan mereka menerima dengan

sepenuhnya. (An-Nisa : 65).

4. Mencintai beliau , keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya.

Rasulullah bersabda, yang artinya.

“Tidaklah beriman seorang sehingga aku lebih dia cintai dari pada

orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia (HR. Al-Bukhari dan

Muslim).

5. Membela dan memperjuangkan ajaran Nabi serta berda’wah demi

membebaskan ummat manusia dari kegelapan/kedhaliman, kebatilan,

kemungkaran dan kemaksiatan menuju kepada cahaya kebenaran.

Sebagaimana firman Allah:

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang

(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada

di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan

melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan

bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala

yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-

belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman

kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya


yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah

orang-orang yang beruntung (Al-’Araf: 157).

6. Meneladani akhlaq dan kepemimpinan Nabi dalam setiap amalnya,

Allah berfirman:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang

baik bagimu (yaitu) orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah (Al-

Ahzab:21).

7. Banyak membaca shalawat dan salam kepada beliau terutama setelah

disebut namanya.

8. Waspada dan berhati-hati dari ajaran-ajaran yang menyelisihi ajaran

Nabi Muhammad seperti waspada dari syirik, tahayul, bid’ah,

khurafat, itulah pernyataan Allah dalam surah An-Nur ayat 63 yang

artinya:

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti

panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain).

Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-

angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya),

maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut

akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur : 63).
9. Mensyukuri hidayah keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan

menjaga persatuan umat Islam dan menghindari perpecahan dengan

berpegang teguh pada Al-Qur’an dan AS-Sunnah shohihah. Itulah

tegaknya agama:

“Dia telah mensyari’atkan bagi kaum tentang agama apa yang telah

diwasiatkan-Nya kepada

Nuh dan dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang

telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu:

Tegakkanlah agama 1341) dan janganlah kamu berpecah belah

karenanya.(Asy-Syura: 13)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Iman adalah pengakuan dengan hati, pengucapan dengan lisan, dan

pengamalan dengan anggota badan. (HR Thabrani). Beriman kepada Allah

artinya meyakini bahwasanya hanya Allah Subhanahuwata’ala yang

menciptakan , memberi rezeki, mengatur alam ini, menghidupkan, mematikan,

dan bahwasanya seluruh perkara itu berada ditangan Allah Subhanahuwata’ala.

Seluruh makhluk sm,uanya berada dibawah aturan dan kekyasaan. Iman kepada

Allah adalah rukun iman yang pertama.

Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam

rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada

para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-

orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya untuk

disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi

memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3.2 Saran

1. Semoga dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari


DAFTAR PUSTAKA

http://islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah.html

http://13hif.blogspot.com/2012/01/hikmah-beriman-kepada-rasul-alllah_13.html

http://www.scribd.com/doc/84883105

islamicpwr.blogspot.com/2012/10/iman-kepada-rasul-allah

Anda mungkin juga menyukai