Nama Kelompok :
1. Syarif
2. Restu
3. Yanti
4. Riska
5. Latif
6. Izati
Kelas : XII
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga kam dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas membuat makalah yang di
berikan Guru “Al-qur’an dan Hadist ” dengan judul “Hadis dan Ayat tentang Giat
Bekerja”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Dan juga kepada pembaca yang telah
menggunakan makalah ini sebagai panduan belajar.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan para pembaca untuk
memberikan tambahan pengetahuan, dan wawasan khususnya dalam
pelajaran Al-Qur’an dan Hadist. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik
yang sekiranya dapat membangun demi kemajuan kami.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia diwajibkan untuk melakukan usaha dan berperilaku
baik.Usaha yang dilakukan haruslah sungguh-sungguh dengan niat ikhlas.
Tidak boleh setengah - setengah karena hasilnya tidak akan maksimal.
Dalam Islam juga diwajibkan untuk berikhtiar dan tidak hanya pasrah.
Allah akan memberikan karunia terhadap setiap usaha yang dikerjakan dan
juga disertai dengan doa.
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-
akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-
akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di
atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari
pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang
lemah. Allah swt menyukai mukmin yang kuat bekerja.” Nyatanya kita
kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan
ungkapan - ungkapan tadi.
Dalam zaman yang modern ini, kita dituntut untuk selalu berusaha,
tidak hanya rajin, tapi lebih dari itu, asalkan tidak melanggar dan
melampaui batas – batas dalam Islam.
Untuk itu, disini kami akan memaparkan mengenai etos kerja
secara lebih rinci.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kerja / etos kerja?
2. Bagaimana kerja dalam islam?
3. Bagaimana jihad dalam islam?
4. Apa surat yang membahas tentang kerja?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
bersabda, “Sungguh orang yang mau membawa tali atau kapak
kemudian mengambil kayu bakar dan memikulnya diatas
punggung lebih baik dari orang yang mengemis kepada orang
kaya, diberi atau ditolak” (HR Bukhari dan Muslim).
c) Bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga (sa’yan ala iyalihi).
Karena memenuhi kebutuhan keluarga hukumnya fardlu ain, tidak
dapat diwakilkan, dan melaksanakannya juga termasuk dalam
jihad. Hadis Rasulullah menyebutkan “Tidaklah seseorang
memperoleh hasil terbaik melebihi yang dihasilkan tangannya.
Dan tidaklah sesuatu yang dinafkahkan seseorang kepada diri,
keluarga, anak, dan pembantunya kecuali dihitung sebagai
sedekah” (HR Ibnu Majah).
d) Bekerja guna meringankan beban hidup tetangga (ta’aththufan ala
jarihi). Islam mendorong kerja keras untuk kebutuhan diri dan
keluarga, tetapi Islam melarang kaum beriman bersikap egois.
Islam menganjurkan solidaritas sosial, dan mengecam keras sikap
tutup mata dan telinga dari segala penderitaan di lingkungan
sekitar.
3
dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah tentu akan mendapatkan
pahala ibadah.
Rasulullah saw bersabda , yang artinya : Allah swt tidak akan
menerima amalan, melainkan amalan yang ikhlas dan yang karena
untuk mencari keridaan-Nya(H.R.Ibnu Majah )
- Mencintai pekerjaannya. Karena pekerja yang mencinta
pekerjaanya, biasanya dalam bekerja akan tenang, senang,
bijaksana, dan akan meraih hasil kerja yang optimal.
Rasulullah saw bersabda, yang artinya Sesungguhnya Allah cinta
kepada seseorang di antara kamu yang apabila mengerjakan
sesuatu pekerjaan maka ia rapihkan pekerjaan itu.
- Mengawali setiap kegiatan kerjanya dengan ucapan basmalah.
Nabi saw bersabda yang artinya :Setiap urusan yang baik
(bermanfaat, yang tidfak dimulai dengan ucapan basmalah
(bismillahirrahmanirrahim,maka terputus berkahnya.(H.R.Abdul
Qahir dari Abu Hurairah)
- Melaksanakan setiap kegiatan kerjanya dengan cara yang halal.
Nabi saw bersabda, yang artinya :Sesungguhnya Allah adalah Dzat
yang baik,mencintai yang baik (halal), dan tidak menerima
(sesuatu) kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah
memerintahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang
diperintahkan kepada para utusan-Nya (H.R.Muslim dan
Tirmidzi)
- Tidak (Haram) melakukan kegiatan kerja yang bersifat
mendurhakai Allah. Misalnya bekerja sebagai germo, pencatat riba
(renten), dan pelayan bar.Artinya :“Tidak ada ketaatan terhadap
makhluk untuk mendurhakai sang pencipta”.(H.R.Ahmad bin
Hambai dalam musnadnya, dan hakim dalan Al-Mustadrokanya,
kategori hadis shahih)
- Tidak membebani diri, alat-alat produksi, dan hewan pekerja
dengan pekerjaan-pekerjaan di luar batas kemampuan.
4
- Memiliki sifat-sifat terpuji seperti jujur, dapat dipercaya, suka
tolong menolong dalam kebaikan, dan professional dalam kerjanya
- Bersabar apabila menghadapi hambatan-hambatan dalam
kerjanya.Sebaliknya, bersyukur apabila memperoleh keberhasilan.
- Menjaga keseimbangan antara kerja yang manfaatnya untuk
kehidupan di dunia dan yang manfaatnya untuk kehidupan di
akhirat. Seseorang yang sibuk bekerja sehingga meninggalkan
shalat lima waktu, tidak sesuai dengan Islam.
Rasulullah saw bersabda yang artinya,”Kerjakanlah untuk kepentingan
duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, tetapi
kerjakanlah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati
besok.”(H.R.Ibnu Asakin)
5
mau bekerja keras dan berdo’a maka Allah pasti akan memberikan
nikmat dan rizki-Nya.
Bekerja atau berikhtiar merupakan kewajiban semua
manusia.Karena itu untuk mencapai tujuan hidup manusia harus
bekerja keras terlebih dahulu. Dalam lingkup belajar, kerja keras
sangat diperlukan sebab belajar merupakan proses ang membutuhkan
waktu. Orang akan sukses apabila ia giat belajar, tidak bermalas-
malasan.
Intinya adalah semua manusia wajib berkerja keras. Nabi Daud
adalah pandai besi, Nabi Zakariya adalah tukang kayu, Nabi
Muhammad SAW adalah pengembala hingga akhirnya ia jadi
pedangang yang berhasil.
Dalam hadis disebutkan :
4. Produktivitas Kerja
Produksi dalam Islam harus dikendalikan oleh kriteria objektif
maupun subjektif.Kriteria objektif tercermin dalam bentuk
kesejahteraan yang dapat diukur dari segi uang. Sedangkan kriteria
subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi etika
ekonomi yang didasarkan atas perintah-perintah al-Qur`an dan as-
Sunnah.
Ekonomi Islam memahami produksi itu sebagai sesuatu yang
mubah dan jelas berdasarkan as-Sunnah. Sebab,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membuat mimbar.
Dari Sahal berkata, “Rasulullah telah mengutus kepada seorang
wanita, (kata beliau): ‘Perintahkan anakmu si tukang kayu itu untuk
membuatkan sandaran tempat dudukku, sehingga aku bisa duduk di
6
atasnya.” (Riwayat Imam Bukhari).Pada masa Rasulullah SAW,
orang-orang biasa memproduksi barang, dan beliau pun mendiamkan
aktivitas mereka.Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya
pengakuan (taqrir) terhadap aktivitas berproduksi mereka.
Ada 3 prinsip sebagai konsep Islam dalam membina manusia
menjadi muslim produktif, duniawi dan ukhrawi
- Yang pertama, mengubah paradigma hidup dan ibadah. Dalam
Islam, hidup bukanlah sekedar menuju kematian, karena mati
hanyalah perpindahan tempat, dari dunia ke alam baqa. Sedang
hidup yang sesungguhnya adalah hidup menuju kepada kehidupan
yang abadi yakni, akhirat.
- Yang kedua, memelihara kunci produktifitas, yaitu hati.Hati
merupakan ruh bagi semua potensi yang kita miliki. Pikiran dan
tenaga tidak akan tercurahkan serta tersalurkan dalam suatu bentuk
‘amalan shalihan (pruduktifitas) jika kondisi hati mati atau rusak.
Hati yang terpelihara dan terlindungi akan memancarkan energi
pendorong untuk beramal lebih banyak dan lebih berkualitas
- Yang ketiga, bergerak dari sekarang. Prinsip bergerak dari sekarang
ini menunjukan suatu etos kerja yang tinggi dan semangat beramal
yang menggebu
Dengan bekerja (beraktifitas), itulah kunci kebahagiaan (bisa
menjadi kaya). Namun demikian, beraktifitas atau bekerja harus sesuai
dengan kehendak Allah SWT, sesuai aturan main yang telah ditetapkan
al Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Sebab Allah, Rasul Nya dan
orang-orang beriman melihat karya nyata setiap orang. Artinya, kerja
dan hasil yang dikerjakan merupakan manifestasi (perwujudan)
keyakinan seorang muslim bahwa produktifitas bukan hanya untuk
memuliakan dirinya atau untuk menampakkan kemanusiaannya, tetapi
juga sebagai perwujudan amal saleh yang memiliki nilai ibadah yang
sangat luhur, dan bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana hadis yang
menyatakan, “Sebaik-baik kamu adalah yang memberikan manfaat
kepada orang lain”. HR. Bukhari.
7
C. Jihad dalam Islam
Kerja merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan
manusia dengan sungguh – sungguh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
guna mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Allah SWT
mengajarkan pada umatnyauntuk bekerja secara halal, karena pada
dasarnya bekerja secara halal itu sama halnya dengan jihad, sebagaimana
hadits Rasulullah yang Artinya: “Telah lewat seorang laki – laki dihadap
Rasulullah SAW, maka parasahabat melihat kegagahannya dan giatnya
dalam bekerja. Kemudian mereka bertanya: apakah ini termasuk
fisabilillah? Maka Rasulullah SAW bersabdah: sesungguhnya kalau dia
bekerja untuk anaknya yang masih kecil, maka itu termasuk fisabilillah,
dan sesungguhnya jika dia bekerja untuk kedua orang tuanya dan
kakeknya maka itu termasuk fisabilillah, dan jika ia bekerja untuk
mencukupi dirinya sendiri, maka itu fisabilillah, dan jika ia bekerja untuk
mencari kemegahan dan kemewaan maka dia berada di jalans yetan”.
Adapun Islam memandang bahwa bekerja dengan giat itu
merupakan manifestasi dari kekuatan iman seseorang, sebagaimana firman
Allah SWT QS. At-Taubah: 105 yang artinya: “Dan Katakanlah:
Bekerjalahkamu, Maka Allah danrasul - Nyaserta orang - orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu
diberitakan – Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Selain itu dalam suatu hadits dijelaskan tentang sikap keteladanan
Rasul yang paling bersejarah dimana dijelaskan mengenai kebanggaan
bekerja dan semangat Rasul yang berprestasi atas dasar hasil keringatnya
sendiri.
Rasulullahbersabda :
8
Artinya: “Tiadaseorang pun yang makan makanan yang lebih baik dari
pada makan yang diperoleh dari hasil keringatnya sendiri. Sesungguhnya
Nabi Allah Daud AS itu pun makan dari hasil karyanya sendiri” (HR.
Bukhari)
Islam memandang bahwa suatu pekerjaan tidak memandang
persoalan gender baik laki – laki atau perempuan semuanya sama tetapi yang
membedakannya adalah dasar pengabdiannya yaitu suatu dorongan
keimanannya yang shahih, sebagaimana firman Allah SWT QS An-Nahl: 97
Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki –
laki mau pun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya
akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang Telah mereka kerjakan”.
Dalam pandangan Islam, bekerja merupakan suatu tugas yang
mulia, yang akan membawa diri seseorang pada posisi terhormat, bernilai,
baik di mata Allah SWT maupun di mata kaumnya. Oleh sebab itu lah,
Islam menegaskan bahwa bekerja merupakan sebuah kewajiban yang
setingkat dengan Ibadah, Orang yang bekerja akan mendapat pahala
sebagaimana orang beribadah. Selain itu manusia di tuntut untuk berusaha
dan bekerja keras serta beramal sholeh didunia ini tetapi tidak
meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah SWT, karena yang
dibawa manusia kelak di akhirat hanyalah ketakwaannya, ketaatan nyadan
amal nya kepada Allah SWT bukanlah sebuah kenikmatan yang diperoleh
manusia selama hidupnya di duniaini, dimana Rasulullah SAW bersabda:
“bekerjalah untuk duniamu seakan – akan kamuhidup selamanya, dan
beribadahlah untuk akhiratmu seakan – akan kamu mati besok.”
Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di ataslebih baik
dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada
mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah.
Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja.”
9
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa lebih baik bekerja dari pada
meminta, sesusah – susahnya mencari kerja setidaknya seorang muslim
haruslah bekerja keras, berusaha untuk mendapatkan sesuatu yang
diinginkannya , dimana sesungguhnya Allah menyukai orang - orang yang
pekerja keras dan Allah tidak menyukai orang - orang yang malas.
10
membiasakan diri dengan akhlak terpuji, maka perintah tersebut
hendaknya segera dilaksanakan dengan niat ikhlas dan sesuai dengan
ketentuan syara’
Ilmu pengetahuan mempunyai banyak keutamaan. Perbuatan
ibadah yang tidak dikerjakan sesuai dengan ilmu tentang ibadah
tersebut, tentu tidak akan diterima Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda Artinya : “Barang siapa yang
menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.”(H.R.Muslim)
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan diatas bahwa di dalam islam menganjurkan kita untuk
bekerja guna untuk memenuhi kebutuhan dan meringankan beban hidup.
Bekerja juga termasuk berjihad di jalan Allah. Akan tetapi tidak
meninggalkan kewajiban beribadah kepada Allah swt, karena yang kita
cari di dunia ini bukan hanya materi tetapi pahala yang besar, amalan yang
kita bawa di akhirat nanti.
Islam adalah agama yang sangat sempurna. Agama Islam bukan
hanya memerintahkan untuk beribadah dalam artian sempit ritual, tetapi
juga memerintahkan untuk beribadah dalam artian yang lebih luas lagi,
salah satunya bekerja keras mencari nafkah yang halal yang di gunakan
untuk hal-hal yang halal pula, maka Allah akan memberi balasan yang
sangat luar biasa berupa ridhoNya, diampuni dosanya, di hapus dosanya,
mendapatkan berkah, mendapatkan pahala jihad, dan semakin dicintai oleh
Allah SWT.
Tidak hanya firman Allah yang menerangkan urgensi bekerja,
tetapi juga banyak hadis yang melengkapi dan menyempurnakan perintah
bekerja tersebut. Hadis memiliki banyak fungsi, dalam hal bekerja, hadis-
hadis tersebut menjelaskan tentang keutamaannya, dampak positif, dan
ganjaran dari bekerja.
Karena mempelajari hadis-hadis seputar anjuran mencari nafkah
tadi, kita menjadi lebih tau dan mengerti bagaimana penting dan utamanya
bekerja. Hadis-hadis yang telah disebutkan tadi membuktikan bahwa Allah
senantiasa menyayangi hambaNya yang bekerja dan belajar ikhlas
lillahita’ala
B. Saran
12
Sebagai khalifah di bumi ini, kita sebagai manusia dituntut untuk
mencari karunia Allah, memanfaatkan semua yang ada di bumi demi
kemakmuran dan keberlangsungan hidup kita. begitu pula dengan mencari
ilmu, juga bekerja. Dengan bekerja, kita dapat menjadi muslim yang
bermanfaat karena harta dan tenaga kita bagikan kepada saudara lainnya.
Oleh karena itu, bekerja di bidang apapun, asalkan halal, patut kita
laksanakan dengan ikhlas, sepenuh hati, agar bisa menjadi wali Allah di
dunia yang berkontribusi aktif demi kemajuan hidup umat islam.
13
DAFTAR PUSTAKA
- http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-etos-kerja.html
- http://mujihadin87.blogspot.com/2013/02/makalah-etos-kerja.html
- http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/13/03/21/mjzgo9-
empat-prinsip-etos-kerja-islami
- http://islampontren.blogspot.com/2013/03/al-quran-etos-kerja.html
- Abdul Rasyid, Konsep Etos Kerja Menurut Hadis, hlm.1
- Akh.muwafiksaleh,bekerjadenganhati nurani,hlm.28
- Sayidahmad al hasyimi,syaarahmukhtarul ahaadits,hlm.846
14