Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AQIQAH DAN KHITAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

HUKUM PERIBADATAN ISLAM

Dosen Pengampu:

Dr. Imam Ibnu Hajar, S. Ag., M. Ag.

Disusun oleh :

Muhammad Rochmad Fithori 05010420012

Andini Puri 05020420025

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Aqiqah dan Khitan” ini.
Makalah  ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata
kuliah Hukum Peribadatan Islam. Salam dan salawat kami kirimkan kepada junjungan kita
tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya serta seluruh kaum
muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh kedangkalan
dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dan tenaga penulis. Semoga segala bantuan,
dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat bernilai
ibadah di sisi Allah Subhana wa Taala. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfat  bagi
kita semua, khususnya  bagi penulis sendiri.

Surabaya, 25 september 2021

Tim penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Pengertian dan dasar hukum Aqiqah dan Khitan................................................................5
1. Pengertian Aqiqah dan Khitan...............................................................................................5
2. Dasar hukum Aqiqah dan Khitan...........................................................................................5
B. Ketentuan dan tatacara Aqiqah dan Khitan.........................................................................6
1. Ketentuan dan tatacara Aqiqah..............................................................................................6
2. Ketentuan dan tatacara Khitan...............................................................................................8
C. Hikmah disyariatkan Aqiqah dan Khitan.............................................................................8
1. Hikmah Aqiqah......................................................................................................................8
2. Hikmah Khitan......................................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah aqiqah adalah penyembelihan hewan pada hari ke 7 kelahiran anak .
Aqiqah juga dapat di laksanakan pada saat anak itu dewasa .Penyembelih hewan
aqiqah hukumnya sunnah muakkad .Ibadah aqiqah mengandung banyak sekali
hikmah dan manfaat ,diantaranya adalah merupakan ungkapan rasa syukur kepada
Allah SWT atas kehadiran seorang anak , dapat menumbuhkan jalinan kasih dan sikap
hormatanak kepada orang tuanya

Khitan adalah syariat Islam yang menjadi sunnah Nabi Muhamad SAW.
bahkan dalam syariat Nabi Ibrahim as. Dalam Al Hadits banyak sekali dijumpai
perintah yang mewajibkan khitan. Anak yang sudah mencapai usia baligh wajib
melakukannya, karena secara syar’i dirinya sudah dianggap menjadi seorang
mukallaf. Perintah khitan sebetulnya adalah ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim as.atas
perintah Allah SWT. Dalam pandangan Islam, anak adalah perhiasan Allah SWT
yang diberikan kepada manusia. Hadirnya akan membuat bahagia
ketikamemandangnya, hati akan terasa tentram dan suka cinta setiap bercanda dengan
mereka, dialah bunga di kehidupan dunia. Khitan bukan hal asing di kalangan umat
Islam. Ia menjadi penting karena di samping menjadi perintah Allah, ia juga menjadi
persyaratan kesempurnaan seseorang dalam melaksanakan ibadah seperti, shalat lima
waktu, membaca Al Quran, haji dan ibadah lain yang mensyaratakan kesucian dari
hadats dan najis.Oleh karena itu, seorang anak yang telah berstatus Mukallaf
bertanggung jawabatas semua kewajiban melaksanakan shalat, puasa dan lain-lain.
Karena ia sendiriyang terkena kewajiban shalat, makanya dirinya pula yang harus
menunaikanshalat tersebut dan bukan kedua orang tua.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan dasar hukum Aqiqah dan Khitan?


2. Bagaimana ketentuan dan tatacara Aqiqah dan Khitan?
3. Bagaimana hikmah disyariatkan Aqiqah dan Khitan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan dasar hukum Aqiqah dan Khitan

4
2. Untuk mengetahui ketentuan dan tatacara Aqiqah dan Khitan
3. Untuk mengetahui hikmah disyariatkan Aqiqah dan Khitan

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian dan dasar hukum Aqiqah dan Khitan
1. Pengertian Aqiqah dan Khitan
a. Pengertian Aqiqah
Aqiqah berasal dari kata Al-'Aqqu, menurut bahasa berarti membelah
dan memotong. Aqiqah juga sebagai nama rambut kepada bayi yang baru
lahir, dinamakan demikian karena rambut itu akan digunting atau dipotong.
Aqiqah menurut istilah adalah menyembelih hewan berupa kambing pada
hari ke-7 dari kelahiran anak baik laki-laki maupun perempuan. hewan yang
disembelih juga disebut aqiqah,karena ia dipotong pada tempat
sembelihannya dan dibelah ketika dikuliti.
b. Pengertian Khitan

Secara etimologis, khitan berasal dari bahasa arab khatana َ‫ خَنَت‬yang


berarti “memotong”. Dalam ensiklopedi islam kata khatana berarti
memotong atau “mengerat”. Menurut Ibnu Hajar bahwa al-khitan adalah isim
masdar dari kata khatana yang berarti “memotong”, khatn yang berarti
“memotong sebagian benda yang khusus dari anggota badan yang khusus
pula”. Kata “memotong” dalam hal ini mempunyai makna dan
batasanbatasan khusus. Maksudnya, bahwa makna dasar kata khitan adalah
bagian kemaluan yang harus dipotong. Secara terminologis khitan adalah
membuka atau memotong kulit (quluf) yang menutupi ujung kemaluan
dengan tujuan agar bersih dari najis.
2. Dasar hukum Aqiqah dan Khitan
a. Hukum Aqiqah
Aqiqah dilaksanakan sebagai penebusan anak yang baru lahir baik itu
anak laki-laki maupun anak perempuan. Aqiqah dilaksanakan afdhalnya di
hari ketujuh kelahiran anak. berikut ini dasar hukum perintah aqiqah Dari
Samuroh bin jundub' rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda: “Setiap
anak tergadaikan dengan akikahnya, disembelihkan untuknya pada hari
ketujuh' digundul rambutnya dan diberi nama.” (HR. Abu Daud, An Nasai,
Ibnu Majah, Ahmad, Syaikh Al albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

6
Apabila pelaksanaan aqiqah luput di hari ketujuh, ada beberapa
pendapat ulama yang memperbolehkan aqiqah dilaksanakan diluar hari
ketujuh. Dari ulama malikiyah berpendapat bahwa aqiqah jadi gugur apabila
luput dari hari ketujuh. Sedangkan ulama hambali berpendapat bahwa jika
luput dari hari ketujuh, aqiqah dilaksanakan pada hari keempat belas atau ke
dua puluh satu.
Kalangan ulama Syafiiyah mengatakan bahwa aqiqah masih menjadi
tanggung jawab orangtua hingga anak usia baligh. Apabila sudah dewasa,
maka aqiqah menjadi gugur. namun anak memiliki pilihan untuk
mengaqiqahi diri sendiri. Penulis kitab mughnil muhtaj, Asy Syarbini
rahimahullah berkata, Jika telah mencapai usia baligh, hendaklah anak
mengakikahi diri sendiri untuk mendapati yang telah luput." (Mughnil
Muhtaj, 4:391)
b. Hukum Khitan
Mengenai hukum khitan, ada beberapa pendapat dari para ulama
fiqih. Apakah khitan itu khusus untuk laki-laki, atau juga untuk kaum wanita.
Dalam hal ini ma"hab Syafi'i mengatakan khitan itu wajib bagi laki-laki dan
wanita. Adapun madzhab seperti madzab maliki dan madzhab hanafi
berpendapat tidak wajib. Untuk lebih jelasnya maka hukum khitan itu ada 3
pendapat:

1. Sebagian berpendapat khitan itu wajib hanya untuk laki-laki saja,


kaum wanita tidak wajib.
2. Sebagian berpendapat khitan itu wajib baik untuk laki-laki maupun
kaum wanita.
3. Sebagian berpendapat khitan tidak wajib. Hukum khitan hanyalah
sunat, baik untuk laki-laki maupun wanita.

B. Ketentuan dan tatacara Aqiqah dan Khitan


1. Ketentuan dan tatacara Aqiqah
a. Dilaksanakan dihari ke 7, 14, atau 21
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa aqiqah atau
pemotongan hewan untuk menggantikan bayi yang baru lahir hendaknya
dilaksanakan pada hari ke tujuh, ke empat belas dan hari kedua puluh satu
sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini dari Abu buraidah r.a.

7
Aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh' atau keempat belas' atau kedua
puluh satunya. (HR Baihaqi dan Thabrani).

b. Jumlah Hewan Aqiqah


Laki-laki dan perempuan memang sama-sama makhluk ciptaan Allah
SWT namun terdapat perbedaan diantara keduanya seperti halnya saat
pelaksanaan aqiqah. Ketentuan aqiqah dalam islam adalah jika yang lahir
adalah bayi laki-laki maka jumlah hewan kambing yang disembelih adalah
dua ekor sementara bagi bayi perempuan, orangtuanya hanya perlu
menyembelih satu hewan aqiqah. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi
Muhammad SAW "Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari kakeknya,
Rasulullah bersabda “Barangsiapa diantara kalian yang ingin menyembelih
(kambing karena kelahiran bayi maka hendaklah ia lakukan untuk laki-laki
dua kambing yang sama dan untuk perempuan satu kambing.” (HR. Abu
Dawud, Nasa’i, Ahmad)
c. Jenis Hewan Aqiqah
Hewan yang disembelih pada saat aqiqah adalah kambing atau domba
tidak memandang jantan ataupun betina boleh disembelih sebagai hewan
aqiqah. Sebagaimana perintah rasulullah SAW dalam hadist berikut ini
tentang hewan yang disembelih. Dari Aisah ra berkata: “Nabi SAW
memerintahkan mereka agar disembelihkan aqiqah dari anak laki-laki dua
ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor”. (Shahih
riwayat At Tirmidzi)
d. Disunahkan mencukur rambut
Saat melakukan aqiqah pada hari ketuju, keempat belas, maupun hari
kedua puluh satu, bayi juga hendaknya dicukur rambutnya dan diberi nama.
Hal ini sudah banyak dilakukan oleh masyrakat muslim khususnya di
Indonesia. Sebagai muslim hendaknya memberikan nama yang baik kepada
anak dan mencukur rambutnya sesuai sunah rasul agar nanti anaknya bisa
tumbuh menjadi anak yang sholeh atau sholehah.
e. Dibagikan setelah dimasak
Tidak seperti saat perayaan idul Adha dimana daging kurban dibagikan
sebagai daging mentah, sedangkan daging hewan aqiqah sebaiknya dimasak

8
dan diberikan dalam keadaan matang. Daging yang telah dimasak tersebut
selanjutnya bisa diberikan kepada mereka yang berhak dan yang memiliki
hubungan kekerabatan atau tetangga. Perkara ini disebutkan dalam hadits
berikut : “Sunnahnya dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor
kambing untuk anak perempuan. Ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya.
Lalu dimakan oleh keluarganya dan disedekahkan pada hari ketujuh” (HR
al-Bayhaqi).

2. Ketentuan dan tatacara Khitan


a. Cara Khitan bagi Pria
Cara dalam mengkhitan anak laki-laki adalah dengan memotong kulul
(kulit) yang menutupi ujun zakar atau kepala zakar.
b. Khitan bagi perempuan
Cara dalam berkhitan perempuan adalah dengan memotong bagian
bawah kulit lebih dan menutupi klitoris/klentit/itil yang berada diatas vagina
perempuan yang berbentuk seperti jengger ayam.

C. Hikmah disyariatkan Aqiqah dan Khitan


1. Hikmah Aqiqah
Hikmah Aqiqah menurut Syaikh Abdullah Nashih Ulwan dalam kitab
Tarbiyatul Aulad Fil Islam:
a) Menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu alahi wa sallam
dalam meneladani nabiyyullah Ibrahim alaihissalam tatkala Allah
Subhanahu wa Ta'ala menebus putra Ibrahim yang tercinta Ismail
alaihissalam.
b) Dalam aqiqah ini mengandung unsur perlindungan dari syaitan yang dapat
mengganggu anak yang terlahir itu, dan ini sesuai dengan makna hadits,
yang artinya Setiap anak itu tergadai dengan aqiqahnya. Sehingga Anak
yang telah ditunaikan aqiqahnya insya Allah lebih terlindung dari
gangguan syaithan yang sering mengganggu anak-anak. Hal inilah yang
dimaksud oleh Al Imam Ibunu Al Qayyim Al Jau"iyah bahwa lepasnya
dia dari syaithan tergadai oleh aqiqahnya
c) Aqiqah merupakan tebusan hutang anak untuk memberikan syafaat bagi
kedua orang tuanya kelak pada hari perhitungan. Sebagaimana Imam
Ahmad mengatakan Dia tergadai dari memberikan Syafaat bagi kedua
orang tuanya engan aqiqahnya.

9
d) Merupakan bentuk taqarrub (pendekatan) diri kepada Allah Subhanahu wa
Taala sekaligus sebagai wujud rasa syukur atas karuniayang
dianugerahkan Allah Subhanahu wa Taala dengan lahirnya sang anak.
e) Aqiqah sebagai sarana menampakkan rasa gembira dalam melaksanakan
syari’at islam dan bertambahnya keturunan mukmin yang akan
memperbanyak umat rasulullah SAW pada hari kiamat
f) Aqiqah memperkuat ukhuwah (persaudaraan) diantara masyarakat.

2. Hikmah Khitan
Agama Islam telah mengajarkan kebersihan dengan bersandarkan kepada
contoh dari Nabi Saw. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari
Abu Malik al-Hadis bin Assim al-Asy'ari sebagai berikut: “Dari ibnu Malik al-
Asy'ari berkata" rasulullah saw bersabda kebersihan adalah sebagian dari
iman".
Sesungguhnya bukan hanya badan saja yang perlu dibersihkan akan tetapi
pakaian, makanan dan tempat juga harus dijaga kebersihannya dari kotoran dan
najis. Oleh karena itu khitan pada hakekatnya mengandung arti kesucian serta
kebersihan dari kotoran-kotoran dan penyakit yang mungkin melekat pada
kemaluan yang belum dikhitan. Khitan merupakan salah satu daripada pendidikan
kesehatan (healt of education) yang sangat penting artinya dalam ajaran Islam.
Dalam Majmu' Fatawa dijelaskan bahwa maksud dilaksanakannya khitan
bagi laki-laki adalah untuk mensucikannya dari hal-hal najis didalam qulfah.
Sedangkan tujuan dari khitan wanita adalah untuk mengontrol dorongan
sahwatnya. Sebab apabila wanita masih mempunyai klitoris, maka dorongan
nafsu akan memuncak. Maka bisa dikatakan wanita yang masih memiliki klitoris
lebih banyak melirik kaum laki-laki. Maka seringkali terjadi perbuatan mesum di
kalangan bangsa Tartar dan Afrika.
Di Indonesia khitan perempuan oleh masyarakat etnis banten diyakini bahwa
khitan perempuan dilakukan dengan beberapa tujuan diantaranya adalah agar
anak perempuan yang dikhitan kelak akan menjadi anak yang plinger
(bercahaya), cantik, menarik dan kelak akan menjadi istri yang sempurna. Dan
juga untuk menjaga perilaku anak perempuan agar tidak menjadi perempuan yang
genit dan binal.

10
Dalam ilmu kedokteran atau ilmu medis khitan memiliki beberapa manfaat.
Menurut dr Shabri al-Qobani Khitan adalah suatu aturan medis yang besar karena
dapat menjaga dari berbagai macam penyakit, menurut beliau khitan dipandang
dari segi medis mengandung beberapa manfaat diantaranya:
1. Dengan memotong qulfah seorang bisa terlepas dari pengeluaran minyak
dan lemak yang bisa memancing rasa mual dan mencegah pembusukan.
2. Dengan memotong qulfah seseorang bisa terlepas dari infeksi pada penis
saat terjadi ereksi.
3. Khitan dapat mengurangi terjadinya penyakit kanker.
4. Dengan khitan memungkinkan kita untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya ompol yang biasa terjadi pada kebanyakan anak kecil (balita)
5. Secara tidak langsung khitan dapat memperkuat hubungan seksual.

Dari beberapa penelitian dapat diketahui orang yang dapat


berhubungan seksual relatif lebih lama dari pada orang tidak berkhitan.
Sehingga orang yang berkhitan lebih bisa merasakan kenikmatan dan
memberikan kepuasan pada istrinya. Dari beberapa sumber yang kami
peroleh ada beberapa manfaat yang terkandung di dalam khitan, menurut
Majdi as-Sayid Ibrahim. Khitan juga mengandung manfaat diantaranya
adalah bahwa dengan memotong quluf kulit yang menutup kepala penis akan
mempermudah dalam membersihkan kepala penis setelah buang air kecil.
Karena apabila quluf tidak dipotong maka akan tersisa air kencing didalam
quluf tersebut, sehingga akan menimbulkan bakteri yang akan menyebabkan
penyakit kelamin.

11
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Aqiqah menurut istilah adalah menyembelih hewan berupa kambing pada hari
ke-7 dari kelahiran anak baik laki-laki maupun perempuan. Ketentuan dan tatacara
Aqiqah . Dilaksanakan dihari ke 7, 14, atau 21. Jika bayi laki-laki menyembelih 2
ekor kambing sementara bayi perempuan satu hewan aqiqah. Salah satu hikmah
aqiqah dapat memperkuat ukhuwah (persaudaraan) diantara masyarakat.

Khitan adalah bagian kemaluan yang harus dipotong. Hukum khitan itu ada 3
pendapat: (1) Sebagian berpendapat khitan itu wajib hanya untuk laki-laki saja, kaum
wanita tidak wajib. (2) Sebagian berpendapat khitan itu wajib baik untuk laki-laki
maupun kaum wanita. (3) Sebagian berpendapat khitan tidak wajib. Hukum khitan
hanyalah sunat, baik untuk laki-laki maupun wanita. Salah satu hikmah khitan dapat
menjaga dari berbagai macam penyakit kanker.

B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang aqiqah dan khitan ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan pentingnya khitan bagi kesehatan.
Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik di masa yang
akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/396801386/Memahami-Ajaran-Islam-Tentang-Qurban-
Aqiqah-Dan-Khitan

https://muslim.or.id/29239-khitan-sunat-disyariatkan-dalam-islam.html

https://muslimah.or.id/9833-parenting-islami-28-khitan-untuk-anak-laki-laki-dan-perempuan-
01.html

https://www.haibunda.com/parenting/20201003060256-61-166252/hukum-aqiqah-bayi-dan-
waktu-yang-disunahkan-untuk-melaksanakannya

https://www.haibunda.com/parenting/20201003060256-61-166252/hukum-aqiqah-bayi-dan-
waktu-yang-disunahkan-untuk-melaksanakannya

https://www.orami.co.id/magazine/tata-cara-menggelar-aqiqah-yang-disunahkan/

https://www.yayasanhadjikalla.co.id/umum/manfaat-sunat-khitan-menurut-sunnah-rasul-dan-
teori-kesehatan/

13

Anda mungkin juga menyukai