Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DAKWAH RASULULLAH PERIODE MADINAH

Untuk Menambah Nilai Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:
RIZKI RAMADHANI
Aat Wartini
Asti Tri Hastuti
Devi Anjar
Firman Aprianto A.
Heri Kuswandi
Kena Nurani
Sandi Subagja

KELAS X –TKR 2
SMA NEGERI 1 SAMBOJA
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Dakwah Rasulullah Periode Madinah.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita
mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, amin.!
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada pembina dan teman-teman
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami
sangat menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran  yang bersifat membangun untuk
kelancaran tugas-tugas selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami  berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.
 

 
 
 

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...............................................................................................2

C. Tujuan Penulisan................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

A. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah......................................................3

B. Perang pada zaman Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah......................5

C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah.........................................7

D. Haji Wada’ Dan Wafatnya Rasulullah SAW...................................................12

E. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah.............................................13

BAB III PENUTUP..................................................................................................15

A. Kesimpulan.......................................................................................................15

B. Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat

Islam. Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan

dimurkai Allah SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang

disuruh Allah SWT dan diridai-Nya.

Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),

karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan

kekerasan, sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.

Kemudian umat Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar

memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.

Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan

umat Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal

tahun pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri

kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah:

1. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan

kaum kafri Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan

rumahnya di Mekah untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau

sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.

2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta

beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di

jalan Allah SWT, untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam)

1
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:

1. Bagaimana gambaran tentang dakwah Rasulullah S.A.W Periode Madinah?

2. Perang apa saja yang terjadi pada masa dakwah Rasulullah S.A.W Periode

Madinah?

3. Bagaimana Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah?

4. Apa yang dimaksud Haji Wada dan kapan Wafatnya Rasullulah S.A.W?

5. Bagaimana Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah?

C. Tujuan Penulisan

Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Memahami lebih dalam tentang dakwah Rasulullah S.A.W periode Madinah

2. Memahami perang-perang yang terjadi pada masa dakwah Rasulullah S.A.W

periode Madinah

3. Memahami Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

4. Memahami Haji Wada’ Dan Wafatnya Rasulullah SAW

5. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh

tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai

dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.

Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain

ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah,

juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode

Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam

tentang masalah sosial kemasyarakatan.

Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah

orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar.

Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk

Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan

tidak termasuk bangsa Arab. Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan

hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia, Allah

SWT berfirman:

Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk

(menjadi) rahmat   bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah

masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran

Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah,

kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu

oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan

3
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah. Mengenai

dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan

agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-

ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang

senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di

akhirat.

Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya

yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang

masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula

orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha

menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan

agama Isla dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy

penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka. Setelah

ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah

Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan

para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang

kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi,

karena Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-

benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi

kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para

pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta

rampasan pernag, tetapi bertujuan untuk:

1. Membela diri, kehormatan, dan harta.

4
2. Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang

hendak menganutnya.

3. Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia

dan Romawi.

B. Perang pada zaman Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu

negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha

menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para

penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa

Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi.

Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk menumpas

dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa

Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal

diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu :

1. Perang Mut’ah

Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam

mendapat kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari

Romawi. Beberapa pahlawan gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan

ribu orang itu. Melihat kenyataanyang tidak berimbang ini, Khalid ibn Walid,

yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan

pasukan untuk menarik diri dan kembali ke Madinah. Selama dua tahun

perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau seluruh

Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif. Hampir seluruh Jazirah

Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan, menggabungkan diri dalam

Islam. Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa terpojok. Perjanjian

Hudaibiyah ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat

5
dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy

membatalkan perjanjian tersebut.

2. Perang Tabuk

Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara

Jazirah Arab, Syria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam

pasukan besar itu bergabung Bani Ghassan dan Bani Lachmides. Untuk

menghadapi pasukan Heraklius ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan

diri siap berperang bersama Nabi sehingga terhimpun pasukan Islam yang

besar pula. Melihat besarnya pasukaDi sini beliau membuat beberapa

perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian, daerah perbatasan

itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk merupakan perang

terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.

3. Perang Badar

Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah

dan kaum musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini

merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum

muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah

berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.

Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan

senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat

kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja,

kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak

pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas

dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang

lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur

sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah

SWT (Q.S. 3: 123).

6
Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan

Badar, Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu

bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran:

123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum

muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian

yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam

Madinah.

Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi

Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan

tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca

dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang

masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan

kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga. Tidak lama setelah perang

Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui

yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan

melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja

kekuatan semata. Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani

Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah.

Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode

Madinah adalah:

1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain

meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu

7
orang yang berdakwah  itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan

ajarannya.

2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT

dalam Surah An-Nahl, 16: 12  Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan

Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih

mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl, 16: 125)

3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai

dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104 Artinya: “Dan

hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran, 3: 104)

4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan

dengan untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.

Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus

menerapkan pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah

Rasulullah SAW, juga hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW dalam

membentuk masyarakat Islam tau masyarakat madani di Madinah. Masyarakat

Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam

pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang

baldatun tayyibatun wa rabbun gafur, yakni masyarakat yang baik, aman,

tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan rida Allah SWT dan

ampunan-Nya. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat

Islam seperti tersebut adalah:

1. Membangun Masjid

8
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah

ialah Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah.

Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20

September 622 M).

Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu,

beliau mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan

dakwah Islam. Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para

sahabatnya adalah Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara

gotong-royong oleh kaum Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu

pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan peletakan batu kedua,

ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni:

Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu

Thalib k.w. Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW

adalah sebagai berikut:

a) Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah,

dan akhlak

b) Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat,

salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.

c) Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam

yang bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis

d) Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan

sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan

e) Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai

tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya

kepada yang berhak menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-

anak yatim terlantar.

9
f) Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tmpat

pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang

menderita luka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah

mencata adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah

SAW yang bernama “Rafidah”  Rasulullah SAW menjadikan masjid

sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya. Masalah-

masalah yang dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk

memajukan Islam, dan strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam

agar memperoleh kemenangan.

2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar

Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang

berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk

asli Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.

Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin

Khatab tentang mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga

terwujud persatuan yang tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap

orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Ansar

menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah

SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar. Rasulullah SAW memberi

contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai saudaranya. Apa yang

dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:

a) Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam

yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba

sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW

b) Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid

c) Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)

d) Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar)

10
3. Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-Islam

Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya

terdiri dari tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani

Nazir dan Bani Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam.

Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan

termasuk akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan,

ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti

dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak mensyirikkan Allah, tolong-

menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain. Selain itu, bagi kaum

bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan mereka

dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai. Piagam ini

mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan

Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam

yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.

Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-

Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain:

a) Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak

pribadi, keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan

penduduk Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang

membuat kerusakan dan memberi keamanan kepada orang yang

mematuhi peraturan

b) Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan

beragama

c) Veluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum

Yahudi dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka

hendaknya saling membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila

11
Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus bantu-

membantu dalam mempertahankan kota Madinah

d) Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala

perkara dan perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan

kepada Rasulullah SAW untuk diadili sebagaimana mestinya.

D. Haji Wada’ Dan Wafatnya Rasulullah SAW

1. Haji Wada’

Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, haji wada’,

tahun 10 H (631 M), Nabi saw menyampaikan khotbahnya yang sangat

bersejarah. Isi khotbah itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali

dengan haq dan larangan mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa

dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan menganiaya; perintah

untuk memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan perintah

menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman Jahiliyah harus

saling dimaafkan; balas dendam dengan tebusan darah sebagaimana berlaku di

zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan; persaudaraan dan persamaan di antara

manusia harus ditegakkan; hamba sahaya harus diperlakukan dengan baik,

mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan memakai seperti apa yang

dipakai tuannya; dan yang terpenting adalah bahwa umat Islam harus selalu

berpegang kepada dua sumber yang tak pernah usang, Al-Qur’an dan sunnah

Nabi.

Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam.

Selanjutnya, prinsip-prinsip itu bila disimpulkan adalah kemanusiaan,

persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi ,kebajikan dan solidaritas.

12
2. Wafatnya Rasulullah saw.

Setelah itu, Nabi saw segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur

organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas

keagamaan dan para dai dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk

mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat.

Dua bulan setelah itu, Nabi saw menderita sakit demam. Tenaganya

dengan cepat berkurang. Pada hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H / 8

Juni 632 M, Rasulullah SAW wafat di rumah istrinya Aisyah ra.

Dari perjalanan sejarah Nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi

Muhammad SAW, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang

negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam

waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan

seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.

E. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah

Substansi-substansi tersebut dapat dilihat dari perubahan yang dibawa

oleh Rasulullah SAW meliputi atas segala segi dan bidang kehidupan, antara

lain:

1. At-Tauhid (keesaan)

Pada zaman jahiliyah, bangsa arab menyembah patung, dan berhala.

Mereka tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling terpecah belah.

Kemudian datanglah Rasulullah SAW membawa risalah Al-Qur’an yang

menjelaskan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah

SWT yang telang menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab Al-Qur’an telah

menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan mereka, hingga mereka

menyembah Allah SWT.

2. Al-Ikhfa (persaudaraan)

13
Persaudaraan merupakan adasar yang penting dalam masyarakat

Islam. Setelah bangsa arab memilih Islam, mereka mengganti identitas baru

yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam). Atas dasar ini pula kaum

muhajirin dan ansor dipersaudarakan.

3. Al-Musyawwanah (persamaan)

Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa sekuruh manusia adalah

keturunan Adam yang diciptakan dari tanah. Seorang Arab tidak lebih mulia

dari seorang yang bukan Arab, begitu pun sebaliknya. Orang yang paling

mulia adalah orang yan bertaqwa kepada Allah SWT. Atas dasar inilah setiap

warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan, dan kebebasan.

4. At-Tasamuh (toleransi)

Hal ini bias kita lihat pada piagam Madinah, dimana umat Islam

berdampingan dengan kaum yahudi atau bangsa apapun di dunia atas dasar

saling menghormati dengan pemeluk agama lain.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hijrah adalah berpindah. Maka dari itu istilah hijrah di sini dapat di

artikan segbagai pindahnya Rasull dari mekah ke madinah. Hijrah tersebut

Berlangsung tanggal 12 Rabiul awal tahun pertama hijrah, dakwah Rasulullah

SAW periode Madinah berlangsung selama 10 tahun dari tanggal 12 Rabiul

Awal tahun pertama hijrah sampai wafatnya rasulullah yakni tanggal 13 rabiul

awal ke 11 hijrah.

B. Saran

Untuk lebih mempertebal keimanan kita terhadap rasululah SAW. Kita

harus selalu meyakini apa yang dilaksanakan oleh rasullulah yang menjadi rasul

allah sebagai landasan untuk kita bertindak, agar setiap apa yang kita lakukan

atau laksanakan sesuai dengan sunah rasul.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/220455179/Makalah-Dakwah-Nabi-Periode-Madinah

https://www.scribd.com/doc/309251133/Makalah-Sejarah-Dakwah-Nabi-

Muhammad-Saw-Periode-Madinah

16

Anda mungkin juga menyukai