Anda di halaman 1dari 15

DAKWAH RASULULLAH PERIODE

MADINAH

MAKALAH

Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran PAI

Disusun Oleh:
Naila Septi Ariani

KELAS X – MIPA 6
SMA NEGERI 1
TALUN JUNI 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
tentang Dakwah Rasulullah Periode Madinah.
Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan
kita nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para shahabatnya semoga kita
mendapat syafaatnya kelak di hari kiamat, Amin.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada pembina dan teman-teman
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami
sangat menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kelancaran tugas-tugas selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kami dan bagi pembaca khususnya.

Blitar, Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah.......................................................3
B. Perang pada zaman Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah......................5
C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah..........................................7
D. Haji Wada’ Dan Wafatnya Rasulullah SAW....................................................12
E. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah.............................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam.
Pertama hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah
SWT untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang disuruh Allah SWT dan
diridai-Nya. Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam),
karena di negeri itu umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan,
sehingga tidak memiliki kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat
Islam di negeri kafir itu, berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat
Islam, yakni berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun
pertama hijrah, bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M. Tujuan hijrahnya Rasulullah
SAW dan umat Islam dari Mekah (negeri kafir) ke Yastrib (negeri Islam) adalah:
1. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafri
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah
untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum
Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
2. Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT,
untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana gambaran tentang dakwah Rasulullah S.A.W Periode Madinah?
2. Perang apa saja yang terjadi pada masa dakwah Rasulullah S.A.W periode
Madinah?
3. Bagaimana Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Madinah?
4. Apa yang dimaksud Haji Wada dan kapan Wafatnya Rasullulah S.A.W?
5. Bagaimana Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun maksud dan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Memahami lebih dalam tentang dakwah Rasulullah S.A.W periode Madinah.
2. Memahami perang-perang yang terjadi pada masa dakwah Rasulullah S.A.W
periode Madinah.
3. Memahami Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah.
4. Memahami Haji Wada’ Dan Wafatnya Rasulullah SAW.
5. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun,
yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan
wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah. Materi dakwah
yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang
terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang
terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam
periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentangmasalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-
orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-
orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk
di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:

Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)


rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya’, 21: 107)

Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk
Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang
diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa.
Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata
agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di
Madinah. Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk
Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari
ajaran- ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang
senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang
terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam
dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang
tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain
masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Isla dan umatnya dari muka bumi.
Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan
7
sekutu-sekutu mereka. Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana
firman-Nya dalam surah Al- Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian
Rasulullah SAW dan para sahabatnya menusun kekuatan untuk menghadapi peperangan
dengan orang kafiryang tidak dapat dihindarkan lagi.

Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena


Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar- benar Maha
Kuasa menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)

Artinya: “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.” (Q.S. Al-Baqarah, 2:190)

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para


pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta
rampasan pernag, tetapi bertujuan untuk:
1. Membela diri, kehormatan, dan harta.
2. Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
3. Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.

B. Perang pada zaman Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah


Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan
dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia,
tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan
khawatir kekuaan mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa
Persia bertekad untuk menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk
menghadapi tekad bangsa Romawi Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para
pengikutnya tidak tinggal diam sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa
Romawi, yaitu :
1. Perang Mut’ah
Peperangan Mu’tah terjadi sebelah utara lazirah Arab. Pasukan Islam mendapat
kesulitan menghadapi tentara Ghassan yang mendapat bantuan dari Romawi.
Beberapa pahlawan gugur melawan pasukan berkekuatan ratusan ribu orang itu.
Melihat kenyataanyang tidak berimbang ini, Khalid ibn Walid, yang sudah masuk
Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan untuk menarik diri dan
8
kembali ke Madinah. Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah
Islam sudah menjangkau seluruh Jazirah Arab dan mendapat tanggapan yang positif.
Hampir seluruh Jazirah Arab, termasuk suku-suku yang paling selatan,
menggabungkan diri dalam Islam. Hal ini membuat orang-orang Mekah merasa
terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata menjadi senjata bagi umat Islam untuk
memperkuat dirinya. Oleh karena itu, secara sepihak orang-orang kafir Quraisy
membatalkan perjanjian tersebut.
2. Perang Tabuk
Melihat kenyataan ini, Heraklius menyusun pasukan besar di utara Jazirah
Arab, Syria, yang merupakan daerah pendudukan Romawi. Dalam pasukan besar itu
bergabung Bani Ghassan dan Bani Lachmides. Untuk menghadapi pasukan Heraklius
ini banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri siap berperang bersama Nabi
sehingga terhimpun pasukan Islam yang besar pula. Melihat besarnya pasukaDi sini
beliau membuat beberapa perjanjian dengan penduduk setempat. Dengan demikian,
daerah perbatasan itu dapat dirangkul ke dalam barisan Islam. Perang Tabuk
merupakan perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW.
3. Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan
kaum musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan
puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah
dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian
yang dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata
sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi
Muhammad SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar
sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh
utama Nabi Muhammad SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70
tewas dari pihak Quraisy, dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum
muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh
merupakan pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).

Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar,


Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu bertakwalah
kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran:123).

Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum


muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang
dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah. Sementara
9
itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan
masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila
bersedia mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang
tidak memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga. Tidak
lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan
suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan
melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan
semata. Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku
Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu
mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

C. Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah


Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode
Madinah adalah:
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain
meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang
yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam
Surah An-Nahl, 16: 12.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl, 16:
125)

3. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan
petunjuk Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran, 3: 104)

4. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan
untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan
pokok-pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga
hendaknya meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam tau
masyarakat madani di Madinah. Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah

1
masyarakat yang menerapkan ajaran Islam pada seluruh aspek kehidupan, sehingga
terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun tayyibatun wa rabbun gafur, yakni
masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan makmur di bawah naungan rida
Allah SWT dan ampunan-Nya. Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan
masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
1. Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah
Masjid Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barata daya Madinah. Masjid Quba
dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau
mengunjungi Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah
Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum
Muhajirin dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW dan peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima
dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab
r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib k.w. Mengenai fungsi atau
peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
a) Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan
akhlak
b) Masjid merupakan saran ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat
Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
c) Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang
bersumber kepada Al-Qur;an dan Hadis
d) Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama
Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan
e) Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat
penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak- anak yatim terlantar.
f) Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat
pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat
perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencata adanya seorang perawat wanita
terkenal pada masa Rasulullah SAW yang bernama “Rafidah” Rasulullah SAW
menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya. Masalah-
masalah yang dimusyawarahkan antara lain: usaha-usaha untuk memajukan Islam, dan
strategi peperangan melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.
2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar
Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang
berhijrah ke Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli

1
Madinah yang memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin. Rasulullah SAW
bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang
tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajrin mencari dan
mengangkat seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan),
dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai
saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh
sahabat misalnya:
a) Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian
dijadikan anak angkat Rasulullah SAW
b) Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid
c) Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar)
d) Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar)
3. Perjanjian Bantu-Membantu antara Umat Islam dan Umat Non-Islam
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari
tiga golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani
Quraizah) dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Piagam ini mengandungi
32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk akidah, akhlak,
kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di dalamnya
juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti tidak
mensyirikkan Allah, tolong- menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain.
Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi
melayakkan mereka dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau
bukan Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam
yang adil, membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.
Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-Islam
dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain:
a) Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi,
keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk
Madinah berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan
dan memberi keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.
b) Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
c) Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi
dan orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling
membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh,

1
maka seluruh penduduk Madinah harus bantu- membantu dalam mempertahankan
kota Madinah.
d) Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan
perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW
untuk diadili sebagaimana mestinya.

D. Haji Wada’ Dan Wafatnya Rasulullah SAW


1. Haji Wada’
Dalam kesempatan menunaikan ibadah haji yang terakhir, haji wada’, tahun 10
H (631 M), Nabi saw menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah
itu antara lain: larangan menumpahkan darah kecuali dengan haq dan larangan
mengambil harta orang lain dengan batil, karena nyawa dan harta benda adalah suci;
larangan riba dan larangan menganiaya; perintah untuk memperlakukan para istri
dengan baik dan lemah lembut dan perintah menjauhi dosa; semua pertengkaran
antara mereka di zaman Jahiliyah harus saling dimaafkan; balas dendam dengan
tebusan darah sebagaimana berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan;
persaudaraan dan persamaan di antara manusia harus ditegakkan; hamba sahaya
harus diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya
dan memakai seperti apa yang dipakai tuannya; dan yang terpenting adalah bahwa
umat Islam harus selalu berpegang kepada dua sumber yang tak pernah usang, Al-
Qur’an dan sunnah Nabi.
Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan Islam.
Selanjutnya prinsip tersebut bila disimpulkan adalah kemanusiaan, kebersamaan,
keadilan sosial, keadilan ekonomi, kebajikan, dan solidaritas.
2. Wafatnya Rasulullah saw.
Setelah itu, Nabi saw segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para
dai dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam,
mengatur peradilan, dan memungut zakat.
Dua bulan setelah itu, Nabi saw menderita sakit demam. Tenaganya dengan
cepat berkurang. Pada hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H / 8 Juni 632 M,
Rasulullah SAW wafat di rumah istrinya Aisyah r.a. Dari perjalanan sejarah Nabi ini,
dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW, di samping sebagai pemimpin
agama, juga seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap.
Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil
menundukkanseluruh jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.

1
E. Substansi Dakwah Rasulullah SAW di Madinah
Substansi-substansi tersebut dapat dilihat dari perubahan yang dibawa oleh
Rasulullah SAW meliputi atas segala segi dan bidang kehidupan, antara lain:
1. At-Tauhid (keesaan)
Pada zaman jahiliyah, bangsa arab menyembah patung, dan berhala. Mereka
tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling terpecah belah. Kemudian
datanglah Rasulullah SAW membawa risalah Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa
tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah SWT yang telang menciptakan
seluruh isi alam ini. Kitab Al-Qur’an telah menghidupkan jiwa dan merubah
kepercayaan mereka, hingga mereka menyembah Allah SWT.
2. Al-Ikhfa (persaudaraan)
Persaudaraan merupakan adasar yang penting dalam masyarakat Islam. Setelah
bangsa arab memilih Islam, mereka mengganti identitas baru yaitu ukhuwah
islamiyah (persaudaraan Islam). Atas dasar ini pula kaum muhajirin dan ansor
dipersaudarakan.
3. Al-Musyawwanah (persamaan)
Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa sekuruh manusia adalah keturunan
Adam yang diciptakan dari tanah. Seorang Arab tidak lebih mulia dari seorang yang
bukan Arab, begitu pun sebaliknya. Orang yang paling mulia adalah orang yan
bertaqwa kepada Allah SWT. Atas dasar inilah setiap warga masyarakat memiliki hak
kemerdekaan, dan kebebasan.
4. At-Tasamuh (toleransi)
Hal ini bias kita lihat pada piagam Madinah, dimana umat Islam berdampingan
dengan kaum yahudi atau bangsa apapun di dunia atas dasar saling menghormati
dengan pemeluk agama lain.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hijrah adalah berpindah. Maka dari itu istilah hijrah di sini dapat di artikan
segbagai pindahnya Rasull dari mekah ke madinah. Hijrah tersebut Berlangsung tanggal
12 Rabiul awal tahun pertama hijrah, dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
berlangsung selama 10 tahun dari tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah sampai
wafatnya rasulullah yakni tanggal 13 rabiul awal ke 11 hijrah.
B. Saran
Untuk lebih mempertebal keimanan kita terhadap rasululah SAW. Kita harus
selalu meyakini apa yang dilaksanakan oleh rasullulah yang menjadi rasul allah sebagai
landasan untuk kita bertindak, agar setiap apa yang kita lakukan atau laksanakan sesuai
dengan sunah rasul.

1
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/220455179/Makalah-Dakwah-Nabi-Periode-Madinah

https://www.scribd.com/doc/309251133/Makalah-Sejarah-Dakwah-Nabi-Muhammad-
Saw-Periode-Madinah

Mustahdi dan Sumiyati. 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta:
Kemendikbud

Nasihin, dkk. 2007. Ayo Belajar Agam Islam. Jakarta: Airlangga

Anda mungkin juga menyukai