Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
dan karunia-Nya kepada kita sehingga makalah dengan judul “MAKALAH MADINAH”
dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini sebagai tugas dari mata pelajaran agama. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini agar siswa dapat memahami lebih dalam tentang materi tersebut. Makalah ini
tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari rekan-rekan kelompok serta
bimbingan dari pembimbing kami. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya, sebagaimana kata pepatah “tak ada
gading yang tak retak” kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari
pembimbing kami, rekan-rekan maupun yang membaca makalah ini. Terima kasih.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3
A. LATAR BELAKANG....................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25
LAMPIRAN................................................................................................26
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Periode Mekah, ciri pokok periode ini, yaitu pembinaan dan pendidikan tauhid (dalam
arti luas),
2. Periode Madinah, ciri pokok periode ini adalah pendidikan sosial dan politik (dalam
arti luas).
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW Beserta Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT. untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah SWT dan diridhai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah,
bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ke Yastrib adalah:
Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah
untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum
Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT,
untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).
Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad
SAW. dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang
terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk
membunuh Nabi Muhammad SAW.
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh
seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW.,
sehingga Ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta
mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW. keluar dari
rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW.
menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju
sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu
selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi
SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya.
Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan
membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi
4
SAW. bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang
tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang
dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan
perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh
sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan
dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu
Thala’ al-Badru, yang isinya:
“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada
kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi
SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
“Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.”
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di
depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di
rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering
pula menyebutnya Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
B. Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan
kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya
Rasulullah SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran
Islam yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun ajaran
Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
5
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di
Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah
SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-
ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam
dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu
seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu
mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para
sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak
dapat dihindarkan lagi
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah, 2:190
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya
itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi
bertujuan untuk:
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
6
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam
sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya perang
Mut’ah, perang Tabuk, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah,
perang Hunain.
C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Madinah
Beberapa cocok dan ragam strategi dakwahyang dilakukan oleh Rasulullah saw.
antara lain:
a) Bersikap lemah lembut dan kasih sayang
b) Selalu mengedepankan pemaafan bagi para pengganggunya
c) Memberikan suri teladan atau contoh yang baik
d) Memiliki semangat tanpa mengenal putus asa
e) Menghargai perbedaan dan dinamika terhadap hal-hal yang memiliki perbedaan
prinsip
f) Menjalin hubungan baik dengan masyarakat di wilayah sekitar Madinah
1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain
meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang
yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam
Surah An-Nahl ayat 125.
÷äí
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)
Ø Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk
Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
Ø Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-
pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga hendaknya
meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat
madani di Madinah.
Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam
pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun
7
tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan
makmur di bawah naungan ridha Allah SWT dan ampunan-Nya.
8
5. Meneladani Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap substansi dakwah
Rasulullah SAW pada periode Madinah antara lain sebagai berikut :
a. Mencintai Rasulullah SAW dengan konsisten dan berkomitmen melaksanakan Al Quran dan
Al-Hadist
b. Meneladani sunah nabi, seperti gemar menafkahkan harta di waktu lapang maupun sempit,
menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain serta tolong-menolong.
c. Gemar membaca buku, termasuk buku sejarah, khususnya sejarah Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya.
d. Memelihara silaturahmi dan rukun sesama manusia, khususnya rukun sesama muslim
e. Mengunjungi tanah suci Mekah dan Madinah untuk melihat atau napak tilas perjuangan Nabi
Muhammad SAW dengan menunaikan ibadah haji atau umrah.
f. Mempelajari dan memahami Al Quran dan Hadis serta mengaplikasikan pesan-pesan yang
terdapat di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
g. Senantiasa berjihad di jalan Allah dengan mengikuti petunjuk Al Quran, bersikap sabar, dan
tidak merusak.
h. Aktif atau ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam,
seperti Maulid atau Isra Mikraj dan hari besar lainnya.
i. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid), yakni dengan membersihkan dan
mengisinya dengan kegiatan salat berjamaah, pengajian/diskusi, dan lain-lain sehingga
terwujud kehidupan yang Islami.
j. Menekuni dan mempelajarinya warisan Nabi Muhammad SAW yaitu Al Quran dan
sunahnya serta diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari
Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan masyarakat islam yang kokoh
dan terpadu, dan sebagai langkah pertama kearah itu, Rasulullah saw membangun masjid.
Tidaklah heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan
masyarakat Islam, karena masyarakat Islam tidak akan terbentuk kokoh dan rapi kecuali
dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam, hal ini hanya bisa
ditumbuhkan melalui semangat masjid. Masjid itu bukan sekedar tempat untuk melaksanakan
shalat semata, tetapi juga menjadi sekolah bagi orang-orang Muslim untuk menerima
pengajaran dan bimbingan-bimbingan Islam, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk
9
mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa
Jahiliyah, sebagai tempat untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung
parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.
"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung."
(Q.S. Al-Hasyr:9)
Menurut Badri Yatim, Piagam Madinah yang lengkapnya itu terdiri dari empat bagian, yaitu:
Bagian pertama: terdiri dari 28 pasal, isinya banyak menyangkut hubungan anshar dan
Muhajirin;
Bagian kedua: menyangkut tentang hubungan umat Islam dengan kaum Yahudi;
Bagian ketiga: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah, karena banyak orang yang
pindah ke Madinah;
Bagian keempat: berkenaan dengan kabilah yang baru masuk Islam, isinya
menjelaskan bahwa terhadap kabilah yang baru masuk Islam berlaku apa yang sudah
berlaku bagi kabilah yang sudah lama memeluk Islam.
10
Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
v Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid
Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi
Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah
Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin
dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka
yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib
r.a.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
2. Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat
Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Hadis.
4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama
Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat
penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan
para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang
melawan orang-orang kafir.
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang
kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW.
Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar).
Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).
11
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin
setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya
seperti saudara senasab.
Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil
sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling
mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.
Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa
tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak
diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat
hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin
Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh
Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut Suffa dan
mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi
oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu
antara lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada
yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum Muslimin dengan kaum kafir,
mereka ikut berperang.
v Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga
golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan,
Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang
menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan.
Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.
Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah yang muslim atau bukan
Muslim. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta digrandungi oleh musuh-musuh Islam. Piagam ini dikenal dengan sebutan
Piagam Madinah.
Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-
Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain berisi:
1. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi,
keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah
berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi
keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.
2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
3. Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling
membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka
seluruh penduduk Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota
Madinah.
4. Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan
perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW
untuk diadili sebagaimana mestinya.
12
v Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.
Pada saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi menjadi
berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok Anshar, Yahudi, Nasrani,
dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua menerima kedatangan Nabi dan umat
Islam. Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka
mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka.
Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Nabi saw mencoba menata sistem sosial
agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan umat Islam, Nabi saw telah
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Sementara untuk kalangan non muslim,
mereka diikat dengan peraturan yang dirancang Nabi dan umat Islam yang tertuang di dalam
Piagam Madinah.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga
masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan.
Rasulullah SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga tampil sebagai seorang Kepala
Negara (khalifah).
Sebagai Kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem
politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-
wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari
tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.
E. PERIODE MADINAH
Tidak dapat dipungkiri, Madinah adalah sebuah kota yang majemuk. Di dalamnnya ada
berbagai etnis yang memeluk berbagai agama. tidak heran konflik antaretnis atau antarumat
beragama pun seringkali terjadi. Hal inilah yang kemudian mendorong Rasulullah saw.
mengajak seluruh masyarakat Madinah untuk membuat semacam kode etik yang disepakati
oleh semua pihak, sehingga dapat menjadi acuan dalam menegakkan hukum di bumi
Madinah. Tidak lama kemudian, ajakan itu terealisasi juga. Perjanjian yang berisi tentang hak
dan kewajiban setiap golongan warga Madinah itu kemudian dikenal dengan sebutan
“Piagam Madinah”. Adapun hal-hal pokok yang tertulis dalam perjanjian ini adalah sebagai
berikut:
Kaum muslimin Madinah adalah satu umat, dan akan memerangi siapa pun yang
melalukan kezaliman, kejahatan, dan permusuhan terhadap mereka;
Kaum Musyrikin Madinah tidak wajib melindungi harta dan jiwa kaum kafir Quraisy,
dan tidak akan merintangi tindakan kaum mukminin atas mereka;
Kaum Yahudi wajib turut seta bersama kaum mukminin dalam peperangan ;
Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf dipandang sebagai bagian dari kaum mukminin;
Kaum Yahudi tetap pada agama mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin;
Kaum Yahudi dari berbagai kabilah Yahudi di Madinah diperlakukan sama dengan
orang-orang Yahudi dari Bani ‘Auf;
Kaum Yahudi dan muslimin harus memikul biayanya masing-masing dalam
menjalankan kewajibannya memberikan pertolongan secara timbal balik ketika
melawan pihak lain yang memerangi salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian
itu;
Semua pihak harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan
ketika ada yang berbuat zalim;
13
Semua pihak wajib saling membantu dalam melawan pihak yang menyerang
Madinah;
Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal di
Madinah, kecuali yang berbuat kejahatan;
Bahwasanya Allah-lah pelindung pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.
Dengan perjanjian ini, kita lihat bahwa keberadaan Rasulullah saw. di Madinah ternyata
tidak hanya berperan sebagai rasul, melainkan ia juga berperan sebagai seorang negarawa.
Dengan piagam inilah kesatuan dan persatuan yang kokoh dikalangan masyarakat Madinah
dapat tercipta. Meskipun beberapa kali kaum Yahudi menghianati perjanjian ini, dan
melakukan taktik untuk memecah belah persatuan kaum Muslimin di Madinah, namun
keberadaa piagam ini tetap tidak tergoyahkan. Hal ini tampak jelas ketika kaum muslimin
tetap bersatu dalam melewati serangkaian peristiwa, seperti pada perang Badar, Uhud, dan
Khandaq. Secara garis besar, langkah dakwahh yang dilakukan Rasulullah saw. di Madinah
bermuara pada satu tujuan, yaitu menciptakan perdamaian seutuhnya di bumi Madinah, hal
itu dapat kita lihat melalui tiga hal berikut ini:
F. Perjanjian Hudaibiyah
Perkembanngan yang terjadi di Jazirah Arab semakin menguntungkan pihak kaum Muslimin.
Sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat sinyal-sinyal kemenangan yang besar dan
keberhasilan dakwah Islam. ketika masih di Madinah, Rasulullah saw. bermimpi bahwa
beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram, mengambil kunci Ka’bah,
melaksanakan Tawaf dan Umrah, sebagian sahabat ada yang mencukur, dan sebagian yang
lain ada yang memendekkan rambutnya. Beliau menyampaikan mimpinya ini kepada para
sahabat, dn mereka tampak senang. Menurut perkiraan mereka, pada tahun ini pula mereka
bisa memasuki Mekkah. Tidak lama kemudian, beliau mengumumkan hendak melakukan
Umrah. Orang-orang Badui yang mendengar niat Rasul in ijuga berdatangan untuk
bergabung. Kemudian Rasul mencuci pakaian dan menaiki unta beliau yang bernama Al-
Qashwa. Keberangkatan Raasul tepat pada hari senin tanggal 1 Dzulqa’idah 6H dan diantara
istri beliau yang ikut adalah Ummu Salamah, dan adapun jumlah sahabat yang ikut ada 1400
orang.
14
2. Hikmah Perjanjian Hudaibiyah
G. Haji Wada’
Haji Wada’ (Haji Perpisahan Nabi Muhammad Saw.) merupakan haji terakhir bagi
Rasulullah saw. yang dilaksanakan pada tahun 10 Hijriyah(632 Masehi). Rasulullah saw.
mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji yang mabrur. Maka manusia datang
berbondong-bondong ke Madinah, yang semua hendak ikut beliau. Pada hari sabtu 14 hari
sebelum habisnya bulan Dzulqa’idah, beliau berkemas-kemas untuk berangkat, dengan
menyiapkan bekal perjalanan, berminyak dan mengenakan mantel. Tahun kesebelas Hijrah,
haji pertama Rasulullah dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musyrik pun yang ikut
didalamnya, Untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus inilah haji
terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25
Dzulqadah , Rasulullah disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah,
kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak. Setelah seluruh manasik
haji dilakukan, Rasul memerintahkan untuk kembali ke MadinahAl-Munawarah tanpa
mengambil waktu untuk istirahat, agar perjuangan ini terasa murni karena Allah dan di jalan-
Nya.
15
Setelah menempuh delapan hari perjalanan, sampailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di tanah kelahirannya, tanah suci Mekah al-Mukaramah. Beliau berthawaf di Ka’bah,
setelah itu sa’i antara Shafa dan Marwa.
Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat menuju Mina.
Beliau shalat zuhur, ashar, maghrib, dan isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan
menunaikan shalat subuh juga di tempat itu.
Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser,
condong ke Barat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai memberikan khotbah. Dan
tempat dimana beliau berkhothbah, dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke-2 H
oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirah. Di akhir khotbahnya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ال بِإِصْ بَ ِع ِه ال َّسبَّابَ ِة يَرْ فَ ُعهَا إِلَى ال َّس َما ِء َ َك قَ ْد بَلَّ ْغتَ َوأَ َّديْتَ َون
َ َ فَق. َصحْ ت َ ََّوأَ ْنتُ ْم تُسْأَلُونَ َعنِّى فَ َما أَ ْنتُ ْم قَائِلُونَ ؟ قَالُوا نَ ْشهَ ُد أَن
ت َ َ ْ َّ ْ
ٍ ثالَث َمرَّا.» اس « اللهُ َّم اشهَ ِد اللهُ َّم اشهَ ْد َّ َّ َ ُ ُ
ِ َويَنكتهَا إِلى النْ
Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: kami
bersaksi bahwa sesungguhnya engkau talah menyampaikan (risalah), telah menunaikan
(amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk kearah
langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak
3x” (HR. Muslim).
“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah:
3).
Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya,
“Apa yang menyebabkanmu menangis?”
Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
dekat. Apabila syariat telah sempurna, amak wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah
terputus, maka tiba saatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke haribaan
Rabnya Jalla wa ‘Ala. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari sini juga kita mengetahui keagungan Kota Mekah; di sanalah syariat yang suci ini
dimulai dan di sana pula syariat disempurnakan.
16
Kemudian beliau bersabda, “Bulan apa ini?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau diam sampai-sampai kami mengira beliau akan
mengganti nama bulan ini.
Lalu beliau kembali bersabda, “Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?” Para sahabat menjawab,
“Betul.”
Beliau melanjutkan, “Negeri apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti
nama tempat ini.
Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini negeri al-haram?” Kami menjawab, “Iya, ini tanah
haram.”
Beliau melanjutkan, “Lalu, hari apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti
nama hari ini.
Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini hari nahr (menyembelih kurban)?” Kami menjawab,
“Iya, ini hari nahr.”
أَال، إِلَى يَوْ ِم ت َْلقَوْ نَ َربَّ ُك ْم، فِي َشه ِْر ُك ْم هَ َذا، فِي بَلَ ِد ُك ْم هَ َذا، َكحُرْ َم ِة يَوْ ِم ُك ْم هَ َذا،ض ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم َح َرا ٌم
َ َوأَ ْع َرا،فَإ ِ َّن ِد َما َء ُك ْم َوأَ ْم َوالَ ُك ْم
هَلْ بَلَّ ْغتَ ؟
“Sesungguhnya darah dan harta kalian haram seperti sucinya hari kalian ini di negeri kalian
ini dan di bulan kalian ini sampai hari dimana kalian berjumpa dengan Rabb kalian.
Bukankah aku telah menyampaikan?”
ْض ُ فَال تَرْ ِجعُوا بَ ْع ِدي ُكفَّارًا يَضْ ِربُ بَ ْع، فَرُبَّ ُمبَلَّ ٍغ أَوْ عَى ِم ْن َسا ِم ٍع،ب
َ َض ُك ْم ِرق
ٍ اب بَع َ ِفَ ْليُبِلِّ ِغ ال َّشا ِه ُد ْالغَائ
“Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena
terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian
kembali kufur sepeninggalanku, sebagian kalian saling membunuh sebagaian lainnya.”
17
َ َوالَ ألَحْ َم َر ع، َوالَ لِ َع َج ِم ٍّي َعلَى َع َربِ ٍّي، أَالَ الَ فَضْ َل لِ َع َربِ ٍّي َعلَى أَ ْع َج ِم ٍّي، َوإِ َّن أَبَا ُك ْم َوا ِح ٌد، إِ َّن َربَّ ُك ْم َوا ِح ٌد،يَا أَيُّهَا النَّاُس
َلى
َوالَ أَس َْو َد َعلَى أَحْ َم َر إِالَّ بِالتَّ ْق َوى،َأَس َْود
“Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada
kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang
Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit
hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mina di hari tasyrik yang ke-3. Setelah itu
menuju ke Mekah untuk melaksanakan thawaf wada’. Kemudian beliau langsung berangkat
menuju Madinah. Dan berakhirlah prosesi haji yang beliau lakukan.
Setiap saat beliau selalu berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah dan
tidak mengenal takut, apalagi putus asa. Dakwah yang dilakukannya itu mendapat sambutan
beragam, ada yang menerima dan kemudian masuk Islam dan ada pula yang menolak secara
19
diam-diam, misalnya orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan kehadiran Nabi
Muhammad saw. dan orang Islam. Penolakan ini mereka lakukan secara diam-diam karena
tidak berani berterus terang untuk menentang Nabi dan umat Islam yang mayoritas tersebut.
Masyarakat Madinah menyambut baik kedatangan Nabi dan umat Islam di Madinah,
terutama kabilah Aus dan Khazraj. Kedua suku Arab tersebut sejak awal telah menyatakan
kesetiaannya kepada Nabi dan bersedia membantu beliau dalam menyebarkan ajaran Islam
kepada masyarakat Madinah. Hal ini dapat dilihat dari perjanjian Aqabah yang mereka
lakukan, baik perjanjian Setelah menerima ajaran Islam, kedua suku yang suka berperang ini
akhirnya bersatu di bawah panji Islam. Mereka bersama-sama Rasulullah saw. dan umat
Islam lainnya berjuang menegakkan syariat Islam. Mereka rela berkorban nyawa dan harta
demi syiar Islam.
Sementara kelompok masyarakat Yahudi Madinah sejak awal memang sudah kurang
peduli dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. dan umat Islam, karena mereka menduga
posisi mereka akan tergeser. Pada awalnya orang Yahudi menerima apa yang terjadi karena
untuk alasan keamanan dan politik. Namun sekutu mereka, yaitu Aus dan Khazraj telah
memeluk Islam. Kedua suku ini tidak membutuhkan lagi bantuan masyarakat Yahudi, karena
telah mendapatkan pimpinan yang ideal buat mereka, yaitu Muhammad saw. Dari sinilah
muncul benih-benih permusuhan antara umat Islam dan Yahudi di Madinah. Mereka mulai
membujuk orang-orang Arab Aus dan Khazraj yang telah masuk Islam untuk kembali ke
agama lama mereka dan mereka kembali bersatu untuk menyerang ajaran-ajaran Islam
dengan maksud menghalangi penyebaran Islam ke masyarakat lain.
Dalam suasana seperti itu, seorang rabbi Yahudi dari Bani Qainuqa bernama Husein bin
Sallam, masuk Islam. Secara diam-diam ia datang menemui Nabi Muhammad saw. dan
menyatakan ikrarnya untuk masuk Islam. Kemudian Nabi Muhammad saw. memberi nama
baru untuk dirinya, yaitu Abdullah. Karena ia adalah seorang rabbi terkemuka dan
berpengaruh di sukunya maka Nabi menyembunyikan rabbi tersebut di rumah Nabi
Muhammad saw. Hal ini dilakukan untuk melindungi dirinya dari serangan kaumnya.
Untuk mengetahui apakah ia benar-benar seorang rabbi berpengaruh, Nabi Muhammad
saw. mengutus orang guna menyelidiki kebenaran tersebut. Hasilnya, ia adalah benar-benar
seorang rabbi yang disegani dan dihormati. Setelah mereka menyatakan bagaimana mereka
memandang tinggi derajat sang rabbi, barulah Husein bin Sallam keluar. Ia mengajak
kaumnya menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw., karena itu adalah ajaran yang
benar yang sesuai dengan kitab Taurat yang mereka yakini. Ia menyatakan bahwa dirinya
beserta keluarga telah menjadi pengikut setia Nabi Muhammad saw. Namun, permintaan
sang rabbi itu ditolak.
Setelah kejadian itu, mulai terjadi perdebatan sengit antara Nabi Muhammad saw. dengan
para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak hanya menyerang Nabi Muhammad saw., tetapi
juga para sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar. Mereka mulai menyusun
kekuatan untuk melemahkan umat Islam.
20
Piagam Madinah merupakan bentuk piagam pertama yang tertulis secara resmi dalam sejarah
dunia. Sebagai gambaran awal, Piagam Madinah adalah undang-undang untuk mengatur
sistem politik&sosial masyarakat pada waktu itu. Rasulullah yang memperkenalkan konsep
itu.
21
Piagam Madinah dengan konsep majemuknya telah berhasil membuat aturan tentang
hubungan sosial-msyrkt(perdagangan, dll) yang mencakup semua golongan.
22
D. Point-Point Yang Berkait Dengan Ketentuan Umum
1. Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga pendukung piagam ini. Dan
sesungguhnya orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang
tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dan tidak khianat . Jaminan tidak boleh tidak
boleh diberikan kecuali dengan seizin pendukung piagam ini
2. Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang
dikhawatirkan menimbulkan bahaya, maka penyelesaiannya menurut Allah Azza wa Jalla,
dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
3. Kaum kafir Quraisy (Mekkah) dan juga pendukung mere ka tidak boleh diberikan jaminan
keselamatan
4. Para pendukung piagam harus saling membantu dalam menghadapi musuh yang
menyerang kota Yatsrib
5. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah juga aman, kecuali
orang yang zhalim dan khianat. Dan Allah Azza wa Jalla adalah penjamin bagi orang yang
baik dan bertakwa juga Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dakwah
Rasulullah SAW periode Madinah itu merupakan dakwah lanjutan yang dilakukan Rasulullah
SAW pada saat beliau hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah. Dimana dalam periode
Madinah ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat
Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan makalah kami dimasa yang akan datang.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/14565/2/BAB_I.pdf
https://www.anekamakalah.com/2013/12/makalah-periode-
madinah.html
http://almawaddahcity.blogspot.com/2014/05/makalah-dakwah-
rasulullah-periode.html
25
LAMPIRAN
26