Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
dan karunia-Nya kepada kita sehingga makalah dengan judul “MAKALAH MADINAH”
dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah ini sebagai tugas dari mata pelajaran agama. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini agar siswa dapat memahami lebih dalam tentang materi tersebut. Makalah ini
tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan kerjasama dari rekan-rekan kelompok serta
bimbingan dari pembimbing kami. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya, sebagaimana kata pepatah “tak ada
gading yang tak retak” kesempurnaan hanyalah milik Allah swt.
Akhirnya perlu kami sampaikan bahwa makalah ini selalu terbuka untuk menerima
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari
pembimbing kami, rekan-rekan maupun yang membaca makalah ini. Terima kasih.

Kebumen, 18 Februari 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 3

A. LATAR BELAKANG....................................................................... 3
B. RUMUSAN MASALAH................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4

A. Pengertian hijrah dan tujuan Rasulullah hijrah.................................. 4


B. Dakwah Rasulullah periode Madinah................................................5
C. Strategi dakwah Nabi Muhammad periode Madinah.......................7
D. Pembinaan Masyarakat Madinah........................................................9
E. Periode Madinah...............................................................................13
F. Perjanjian Hudaibiyah......................................................................14
G. Haji Wada’........................................................................................15
H. Respon masyarakat Madinah terhadap dakwah Rasulullah..............19
I. Sejarah Piagam Madinah..................................................................20

BAB III PENUTUP.....................................................................................24


A.    Kesimpulan........................................................................................24
B.     Saran..................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................25
LAMPIRAN................................................................................................26

     

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekah masih
diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai Tuhan, yang dikenal dengan istilah
paganisme. Selain menyembah berhala, di kalangan bangsa Arab ada pula yang menyembah
agama Masehi (Nasrani), agama ini dipeluk oleh penduduk Yaman, Najran, dan Syam. Di
samping itu agama Yahudi yang dipeluk oleh penduduk Yahudi imigran di Yaman dan
Madinah, serta agama Majusi (Mazdaisme), yaitu agama orang-orang Persia.
Demikianlah keadaan bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW. yang
membawa Islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan zaman
Jahiliah, masa kegelapan dan kebodohan dalam hal agama, bukan dalam hal lain seperti
ekonomi dan sastra karena dalam dua hal yang terakhir ini bangsa Arab mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Di lingkungan inilah Nabi Muhammad SAW. dilahirkan,
disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama Islam, di tengah-tengah
lingkungan yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan berbagai
rintangan yang terus mendera. Namun, beliau tetap teguh dalam menyebarkan agama baru,
yakni agama Islam kepada masyarakat Arab ketika itu.
Fase kenabian Nabi Muhammad SAW. dimulai ketika beliau bertahanus atau menyepi
di gua hira, sebagai imbas dari keprihatinan beliau melihat keadaan bangsa Arab yang
menyembah berhala. Di tempat inilah beliau menerima wahyu yang pertama kali, yaitu
Al-‘Alaq ayat 1-5, maka Nabi Muhammad SAW. telah di angkat menjadi Nabi, utusan Allah.
Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW. belum diperintahkan untuk menyeru kepada umatnya,
namun setelah turun wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Muddatstsir ayat 1-7, Nabi
Muhammad SAW. di angkat menjadi Rasul yang harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah
Nabi Muhammad SAW. dibagi menjadi dua periode, yaitu:

1. Periode Mekah, ciri pokok periode ini, yaitu pembinaan dan pendidikan tauhid (dalam
arti luas),
2. Periode Madinah, ciri pokok periode ini adalah pendidikan sosial dan politik (dalam
arti luas).

B.     Rumusan Masalah


A. Apa pengertian dari hijrah serta apa yang menjadi tujuan Rasulullah SAW beserta umat
Islam berhijrah?
B. Bagaimana dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah?
C. Bagaimana strategi dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW pada periode Madinah?
D. Pembinaan Masyarakat Madinah
E. Periode Madinah
F. Perjanjian Hudaibiyah
G. Haji Wada’
H. Respon Masyarakat Madinah terhadap Dakwah Rasullulah SAW
I. Sejarah Piagam Madinah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A.   Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW Beserta Umat Islam Berhijrah
Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT. untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah SWT dan diridhai-Nya.
Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu
berpindah ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah dan
beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah,
bertepatan dengan tanggal 28 Juni 622 M.
Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ke Yastrib adalah:

 Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah
untuk berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum
Quraisy dengan maksud untuk membunuhnya.
 Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah,
sehingga dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT,
untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad
SAW. dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang
terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk
membunuh Nabi Muhammad SAW.
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh
seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW.,
sehingga Ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta
mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta.
Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat
tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW. keluar dari
rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW.
menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju
sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu
selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi
SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya.
Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan
membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi

4
SAW. bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang
tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang
dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan
perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh
sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan
dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu
Thala’ al-Badru, yang isinya:
“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada
kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi
SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
“Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.” 
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di
depan rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di
rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering
pula menyebutnya Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.  
B.     Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan periode
Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan
kekuasaan duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni
dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya
Rasulullah SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain
ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran
Islam yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun ajaran
Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.

5
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang
yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga orang-orang yang
belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota
Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi
semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di
Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah
SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan
sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam
bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-
ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa
beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji,
menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan
kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak
bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam
dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu
seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu
mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam
surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para
sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak
dapat dihindarkan lagi
Artinya: “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena
Sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa
menolong mereka itu” (Q.S. Al-Hajj, 22:39)
Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi)
janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang melampaui batas.” (QS. Al-Baqarah, 2:190
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya
itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi
bertujuan untuk:

 Membela diri dan kehormatan umat Islam.


 Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
 Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.

Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara
yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan

6
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para pengikutnya tidak tinggal diam
sehingga terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya perang
Mut’ah, perang Tabuk, perang Badar, perang Uhud, perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah,
perang Hunain.
C. Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Madinah
Beberapa cocok dan ragam strategi dakwahyang dilakukan oleh Rasulullah saw.
antara lain:
a) Bersikap lemah lembut dan kasih sayang
b) Selalu mengedepankan pemaafan bagi para pengganggunya
c) Memberikan suri teladan atau contoh yang baik
d) Memiliki semangat tanpa mengenal putus asa
e) Menghargai perbedaan dan dinamika terhadap hal-hal yang memiliki perbedaan
prinsip
f) Menjalin hubungan baik dengan masyarakat di wilayah sekitar Madinah

Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode


Madinah adalah:

1. Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain
meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang
yang berdakwah  itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
2. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam
Surah An-Nahl ayat 125.

÷äí
 Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl, 16: 125)
Ø  Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya sesuai dengan petunjuk
Allah SWT dalam Surah Ali Imran, 3: 104.  
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran, 3: 104)
Ø  Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata, bukan dengan untuk
memperoleh popularitas dan keuntungan yang bersifat materi.
Umat Islam dalam melaksanakan tugas dakwahnya, selain harus menerapkan pokok-
pokok pikiran yang dijadikan sebagai strategi dakwah Rasulullah SAW, juga hendaknya
meneladani strategi Rasulullah SAW dalam membentuk masyarakat Islam atau masyarakat
madani di Madinah.
Masyarakat Islam atau masyarakat madani adalah masyarakat yang menerapkan ajaran Islam
pada seluruh aspek kehidupan, sehingga terwujud kehidupan bermasyarakat yang baldatun

7
tayyibatun wa rabbun ghafur, yakni masyarakat yang baik, aman, tenteram, damai, adil, dan
makmur di bawah naungan ridha Allah SWT dan ampunan-Nya.

Substansi dakwah Rasulullah SAW di Madinah


  
Substansi dakwah Rasulullah SAW di Madinah dapat dapat dilihat dari perubahan yang
di bawa oleh Nabi Muhammad SAW meliputi segala segi dan bidang kehidupan antara lain :
1)     At-Tauhid.  Bangsa Arab di zaman jahiliyah, mereka menyembah patung-patung, batu-batu
berhala dan mereka menyembelih hewan-hewan qurban dihadapan patung-patung untuk
memulyakannya. Mereka tenggelam dalam kemusyrikan dan hidupnya saling berpecah belah,
saling membunuh dan bermusuhan. Kemudian datanglah Rasulullah SAW membawa risalah
Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa tak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Allah
SWT yang telah menciptakan seluruh isi alam ini. Kitab Al-Qur’an benar-benar telah
menghidupkan jiwa dan merubah kepercayaan mereka, hingga mereka hanya menyebah satu
Tuhan yaitu Allah SWT. 
2)     Al-Ikha’ (persaudaraan).Persaudaraan merupakan azas yang sangat penting dalam
masyarakat Islam yang diletakkan Rasulullah SAW. Bangsa Arab yang sebelumnya lebih
menonjolkan identitas kesukuannya, setelah memilih Islam diganti dengan identitas baru
yaitu ukhuwah islamiyah. Atas dasar ini pula kaum muhajirin dan ansor dipersaudarakan
sebagaimana telah diceritakan di depan. Banyak sekali ayat-ayat dan hadits yang menjelaskan
tentang persaudaraan ini.
3)     Al-Musawwamah  (persamaan).Rasulullah SAW dengan tegas mengajarkan seluruh
manusia adalah keturunan Adam yang diciptakan dari tanah, seorang Arab tidak lebih mulia
dari seorang ajam (bukan Arab) demikian pula sebaliknya, orang yang paling mulia adalah
orang yang paling bertaqwa kepada Allah SWT (Al-Hujurot :13). Atas dasar inilah setiap
warga masyarakat memiliki hak kemerdekaan, kebebasan (al-hurriyah). Dengan dasar ini
Rasulullah SAW menganjurkan kepada para sahabatnya untuk memerdekaan hamba-hamba
sahaya yang dimilki oleh bangsawan-bangsawan Quraiys. 
4)     At-Tasamuh (toleransi). Hal ini bisa kita lihat dalam piagam Madinah, dimana umat islam
siap berdampingan dengan kaum Yahudi atau bangsa apapun di dunia atas dasar saling
menghormati dengan pemeluk agama lain (Al-Kafirun : 6) Karena terbukti orang Yahudi
telah mengusik keyakinan umat Islam dan berusaha mencelekai Rasulullah SAW, maka satu
persatu mereka di usir dari Madinah.
5)     At-Tasyawur(musyawarah).Kendatipun Rasulullah SAW. mempunyai kedudukan yang
sangat tinggi dan terhormat dalam masyarakat, acap kali beliau meminta pendapat para
sahabat dalam menghadapi dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
urusan-urusan dunia dan sosial budaya. Manakala argumentasi para sahabat itu dianggap
benar, tidak jarang beliau mengikuti pendapat mereka. (lihar Ali Imron :159, Asy-Syuro’ :
38)
6)     At-Ta’awun (tolong menolong). Tolong menolong sesama muslim, antara lain telah
ditujukan dalam bentuk persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar, juga saling
membantu antara penduduk Madinah dengan fihak lain. (lihat Al-Maidah : 21)
7)     Al-‘Adalah  (keadilan).Hal ini berkaitan erat dengan hak dan kewajiban setiap individu
dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan posisinya masing-masing. Di satu sisi
seseorang memperoleh haknya, sementara disisi lain ia berkewajiban memberikan hak orang
lain kepada yang berhak menerimanya. Prinsip ini berpedoman pada surat Al-Maidah : 8 dan
An-Nisa : 58. 

8
5.      Meneladani Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap  substansi dakwah
Rasulullah SAW pada periode Madinah antara lain sebagai berikut :
a.     Mencintai Rasulullah SAW dengan konsisten dan berkomitmen melaksanakan Al Quran dan
Al-Hadist
b.    Meneladani sunah nabi, seperti gemar menafkahkan harta di waktu lapang maupun sempit,
menahan amarah, dan memaafkan kesalahan orang lain serta tolong-menolong.
c.     Gemar membaca buku, termasuk buku sejarah, khususnya sejarah Nabi Muhammad SAW
dan para sahabatnya.
d.    Memelihara silaturahmi dan rukun sesama manusia, khususnya rukun sesama muslim
e.    Mengunjungi tanah suci Mekah dan Madinah untuk melihat atau napak tilas perjuangan Nabi
Muhammad SAW dengan menunaikan ibadah haji atau umrah.
f.     Mempelajari dan memahami Al Quran dan Hadis serta mengaplikasikan pesan-pesan yang
terdapat di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.
g.    Senantiasa berjihad di jalan Allah dengan mengikuti petunjuk Al Quran, bersikap sabar, dan
tidak merusak.
h.    Aktif atau ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam,
seperti Maulid atau Isra Mikraj dan hari besar lainnya.
i.      Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid), yakni dengan membersihkan dan
mengisinya dengan kegiatan salat berjamaah, pengajian/diskusi, dan lain-lain sehingga
terwujud kehidupan yang Islami.
j.      Menekuni dan mempelajarinya warisan Nabi Muhammad SAW yaitu Al Quran dan
sunahnya serta diaplikasikan  dalam kegiatan sehari-hari

D. Pembinaan Masyarakat Madinah


Diketahui bersama bahwa ketika Rasulullah saw tiba di kota Madinah, maka
bertemulah beberapa unsur kelompok masyarakat yang berbeda, yang merupakan kewajiban
sekaligus tantangan bagi beliau untuk membentuknya menjadi sebuah masyarakat yang
bermartabat, dibangun di atas pondasi yang kokoh, dan memiliki tata aturan yang mengatur
tingkah laku dan cara pergaulan di antara mereka. Pembentukan masyarakat Islami untuk
pertama kalinya, dikerjakan sendiri oleh Rasulullah saw. Dengan demikian beliau memberi
pelajaran kepada kita bagaimana seharusnya masyarakat Islam itu terbentuk, langkah-langkah
apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah dalam membina masyarakat Madinah yang
heterogen itu, menjadi satu keluarga besar, yang memperhatikan seluruh anggota
masyakaratnya tanpa memandang asal suku dan kabilahnya. Itulah keluarga Islam
"masyarakat Islam". Berikut penjelasan beberapa langkah praktis yang dilakukan oleh
Rasulullah dalam membentuk masyarakat Islam itu:

1. Pembinaan Melalui Masjid

Sesampainya di Madinah, Rasulullah saw. segera menegakkan masyarakat islam yang kokoh
dan terpadu, dan sebagai langkah pertama kearah itu, Rasulullah saw membangun masjid.
Tidaklah heran kalu masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi pembentukan
masyarakat Islam, karena masyarakat Islam tidak akan terbentuk kokoh dan rapi kecuali
dengan adanya komitmen terhadap sistem, aqidah dan tatanan Islam, hal ini hanya bisa
ditumbuhkan melalui semangat masjid. Masjid itu bukan sekedar tempat untuk melaksanakan
shalat semata, tetapi juga menjadi sekolah bagi orang-orang Muslim untuk menerima
pengajaran dan bimbingan-bimbingan Islam, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk

9
mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa
Jahiliyah, sebagai tempat untuk mengatur segala urusan dan sekaligus sebagai gedung
parlemen untuk bermusyawarah dan menjalankan roda pemerintahan.

2. Pembinaan Melalui Persaudaraan Sesama Kaum Muslimin

Sebagai langkah selanjutnya, Rasulullah mempersaudarakan para sahabatnya dari kaum


Muhajirin dan Anshar. Sebab masyarakat manapun, tidak akan berdiri tegak, kokoh tanpa
adanya kesatuan dan dukungan anggota masyarakatnya. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah
dengan maksud merekatkan hubungan antara kabilah-kabilah kaum Muhajirin dan lebih
khusus merekatkan hubungan suku Aus dan suku Khazraj yang sering berperang sebelum
kedatangan Rasulllah ke Madinah. Menurut Imam Abdur Rahman al-Khats'ami dalam
kitabnya Ar-Raudhul Unuf menyebutkan: "maksud dari persaudaraan ini adalah untuk
menghilangkan kesepian lantaran meninggalkan kampung halaman mereka, dan menghibur
karena berpisah dengan keluarga, disamping agar mereka saling membantu satu sama lain".
Untuk melihat gambaran kedekatan dan itsar di antara mereka. Allah SWT
menggambarkannya dengan indah dalam al-Qur'an, surat al-hasyr ayat 9:

"Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada
mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan
(orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung."
(Q.S. Al-Hasyr:9)

3. Perjanjian Kaum Muslimin Dengan Orang-orang di Luar Islam

Setelah Rasulullah mengokohkan persatuan kaum Muslimin, dan telah berhasil


memancangkan sendi-sendi masyarakat Islam yang baru, dengan menciptakan kesatuan
aqidah, politik dan sistem kehidupan di antara orang-orang Muslim, maka langka selanjutnya
yang dilakukan oleh Rasulullah adalah menawarkan perjanjian damai kepada golongan atau
pihak di luar Islam. Perhatian beliau pada saat itu adalah bagaimana menciptakan keamanan,
kebahagiaan dan kebaikan bagi semua manusia, mengatur kehidupan di daerah itu dalam satu
kesepakatanSecara garis besar perjanjian antara rasulullah dengan golongan di luar Islam
yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Madinah, dapat disebutkan empat prinsip
hukum yang terkandung di dalamnya, yaitu :

Menurut Badri Yatim, Piagam Madinah yang lengkapnya itu terdiri dari empat bagian, yaitu:

 Bagian pertama: terdiri dari 28 pasal, isinya banyak menyangkut hubungan anshar dan
Muhajirin;
 Bagian kedua: menyangkut tentang hubungan umat Islam dengan kaum Yahudi;
 Bagian ketiga: ditulis setelah perjanjian Hudaibiyah, karena banyak orang yang
pindah ke Madinah;
 Bagian keempat: berkenaan dengan kabilah yang baru masuk Islam, isinya
menjelaskan bahwa terhadap kabilah yang baru masuk Islam berlaku apa yang sudah
berlaku bagi kabilah yang sudah lama memeluk Islam.

10
Usaha-usaha Rasulullah SAW dalam mewujudkan masyarakat Islam seperti tersebut adalah:
v  Membangun Masjid
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid
Quba, yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba dibangun pada
tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah SAW menetap di Madinah, pada setiap hari Sabtu, beliau mengunjungi
Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah
Masjid Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong-royong oleh kaum Muhajirin
dan Ansar, yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
peletakan batu kedua, ketiga, keempat dan kelima dilaksanakan oleh para sahabat terkemuka
yakni: Abu Bakar r.a., Umar bin Khatab r.a., Utsman bin Affan r.a. dan Ali bin Abu Thalib
r.a.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:

1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah, dan akhlak.
2. Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima waktu, shalat Jumat, shalat
Tarawih, shalat Idul Fitri dan Idul Adha.
3. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber
kepada Al-Qur’an dan Hadis.
4. Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesama
Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
5. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat
penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak
menerimanya, terutama para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
6. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan
para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang
melawan orang-orang kafir.

v  Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Ansar


Muhajirin adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke
Madinah. Ansar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasulullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab tentang
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Ansar, sehingga terwujud persatuan yang tangguh.
Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan mengangkat
seorang dari kalangan Ansar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas
karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Ansar.
Rasulullah SAW memberi contoh dengan mengajak Ali bin Abi Thalib sebagai saudaranya.
Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:

 Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang
pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang
kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW.
 Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
 Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Ansar).
 Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).

11
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Ansar, termasuk Muhajirin
setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang- sepasang, layaknya
seperti saudara senasab.
Persaudaraan secara sepasang–sepasang seperti tersebut, ternyata membuahkan hasil
sesama Muhajirin dan Ansar terjalin hubungan persaudaraan yang lebih baik. Mereka saling
mencintai, saling menyayangi, hormat-menghormati, dan tolong-menolong dalam kebaikan
dan ketakwaan.
Kaum Ansar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa
tempat tinggal, sandang-pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin tidak
diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat
hidup mandiri. Misalnya, Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin
Khattab dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh
Rasulullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut Suffa dan
mereka dinamakan Ahlus Suffa (penghuni Suffa). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi
oleh kaum Muhajirin dan kaum Ansar secara bergotong-royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu
antara lain mempelajari dan menghafal Al-Qur’an dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada
yang lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum Muslimin dengan kaum kafir,
mereka ikut berperang.
v  Perjanjian dengan masyarakat Yahudi Madinah
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga
golongan, yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir dan Bani Quraizah) dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan,
Nabi Muhammad SAW mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang
menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas dikeluarkan.
Setiap golongan masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan.
Kemerdekaan beragama dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan keamanan negeri itu dari serangan luar.
Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah yang muslim atau bukan
Muslim. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta digrandungi oleh musuh-musuh Islam. Piagam ini dikenal dengan sebutan
Piagam Madinah.
Menurut Ibnu Hisyam, Rasulullah SAW membuat perjanjian dengan penduduk Madinah non-
Islam dan tertuang dalam Piagam Madinah. Piagam Madinah itu antara lain berisi:

1. Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi,
keagamaan dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah
berhak menjatuhkan hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan memberi
keamanan kepada orang yang mematuhi peraturan.
2. Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
3. Seluruh penduduk kota Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi dan
orang-orang Arab yang belum masuk Islam sesama mereka hendaknya saling
membantu dalam bidang moril dan materiil. Apabila Madinah diserang musuh, maka
seluruh penduduk Madinah harus bantu-membantu dalam mempertahankan kota
Madinah.
4. Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan
perselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Rasulullah SAW
untuk diadili sebagaimana mestinya.
12
v  Pembangunan pranata sosial dan pemerintahan.
Pada saat Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah, masyarakatnya terbagi menjadi
berbagai kelompok besar, yaitu kelompok Muhajirin dan kelompok Anshar, Yahudi, Nasrani,
dan penyembah berhala. Pada awalnya, mereka semua menerima kedatangan Nabi dan umat
Islam. Namun setelah masyarakat muslim berkembang menjadi besar dan berkuasa, mereka
mulai menaruh rasa dendam dan tidak suka.
Untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut, Nabi saw mencoba menata sistem sosial
agar mereka dapat hidup damai dan tenteram. Untuk kalangan umat Islam, Nabi saw telah
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar. Sementara untuk kalangan non muslim,
mereka diikat dengan peraturan yang dirancang Nabi dan umat Islam yang tertuang di dalam
Piagam Madinah.
Pada masa Rasulullah, penduduk Madinah mayoritas sudah beragam Islam, sehingga
masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan.
Rasulullah SAW selain sebagai seorang Nabi dan Rasul, juga tampil sebagai seorang Kepala
Negara (khalifah).
Sebagai Kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi setiap sistem
politik Islam, yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-
wakil rakyat dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati
oleh seluruh rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari
tuntutan Al-Qur’an dan Hadis.

E. PERIODE MADINAH
Tidak dapat dipungkiri, Madinah adalah sebuah kota yang majemuk. Di dalamnnya ada
berbagai etnis yang memeluk berbagai agama. tidak heran konflik antaretnis atau antarumat
beragama pun seringkali terjadi. Hal inilah yang kemudian mendorong Rasulullah saw.
mengajak seluruh masyarakat Madinah untuk membuat semacam kode etik yang disepakati
oleh semua pihak, sehingga dapat menjadi acuan dalam menegakkan hukum di bumi
Madinah. Tidak lama kemudian, ajakan itu terealisasi juga. Perjanjian yang berisi tentang hak
dan kewajiban setiap golongan warga Madinah itu kemudian dikenal dengan sebutan
“Piagam Madinah”. Adapun hal-hal pokok yang tertulis dalam perjanjian ini adalah sebagai
berikut:

 Kaum muslimin Madinah adalah satu umat, dan akan memerangi siapa pun yang
melalukan kezaliman, kejahatan, dan permusuhan terhadap mereka;
 Kaum Musyrikin Madinah tidak wajib melindungi harta dan jiwa kaum kafir Quraisy,
dan tidak akan merintangi tindakan kaum mukminin atas mereka;
 Kaum Yahudi wajib turut seta bersama kaum mukminin dalam peperangan ;
 Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf dipandang sebagai bagian dari kaum mukminin;
 Kaum Yahudi tetap pada agama mereka, dan demikian pula dengan kaum muslimin;
 Kaum Yahudi dari berbagai kabilah Yahudi di Madinah diperlakukan sama dengan
orang-orang Yahudi dari Bani ‘Auf;
 Kaum Yahudi dan muslimin harus memikul biayanya masing-masing dalam
menjalankan kewajibannya memberikan pertolongan secara timbal balik ketika
melawan pihak lain yang memerangi salah satu pihak yang terikat dalam perjanjian
itu;
 Semua pihak harus senantiasa saling berbuat kebajikan dan saling mengingatkan
ketika ada yang berbuat zalim;

13
 Semua pihak wajib saling membantu dalam melawan pihak yang menyerang
Madinah;
 Setiap orang dijamin keselamatannya untuk meninggalkan atau tetap tinggal di
Madinah, kecuali yang berbuat kejahatan;
 Bahwasanya Allah-lah pelindung pihak yang berbuat kebajikan dan taqwa.

Dengan perjanjian ini, kita lihat bahwa keberadaan Rasulullah saw. di Madinah ternyata
tidak hanya berperan sebagai rasul, melainkan ia juga berperan sebagai seorang negarawa.
Dengan piagam inilah kesatuan dan persatuan yang kokoh dikalangan masyarakat Madinah
dapat tercipta. Meskipun beberapa kali kaum Yahudi menghianati perjanjian ini, dan
melakukan taktik untuk memecah belah persatuan kaum Muslimin di Madinah, namun
keberadaa piagam ini tetap tidak tergoyahkan. Hal ini tampak jelas ketika kaum muslimin
tetap bersatu dalam melewati serangkaian peristiwa, seperti pada perang Badar, Uhud, dan
Khandaq. Secara garis besar, langkah dakwahh yang dilakukan Rasulullah saw. di Madinah
bermuara pada satu tujuan, yaitu menciptakan perdamaian seutuhnya di bumi Madinah, hal
itu dapat kita lihat melalui tiga hal berikut ini:

 Diperdamaikannya antara Aus dan Khazraj;


 Dipersaudarakannya kaum Muhajirin dan Anshar; serta
 Dipersatukannya masyarakat Madinah melalui Piagam Madinah.

F. Perjanjian Hudaibiyah
Perkembanngan yang terjadi di Jazirah Arab semakin menguntungkan pihak kaum Muslimin.
Sedikit demi sedikit sudah mulai terlihat sinyal-sinyal kemenangan yang besar dan
keberhasilan dakwah Islam. ketika masih di Madinah, Rasulullah saw. bermimpi bahwa
beliau bersama para sahabat memasuki Masjidil Haram, mengambil kunci Ka’bah,
melaksanakan Tawaf dan Umrah, sebagian sahabat ada yang mencukur, dan sebagian yang
lain ada yang memendekkan rambutnya. Beliau menyampaikan mimpinya ini kepada para
sahabat, dn mereka tampak senang. Menurut perkiraan mereka, pada tahun ini pula mereka
bisa memasuki Mekkah. Tidak lama kemudian, beliau mengumumkan hendak melakukan
Umrah. Orang-orang Badui yang mendengar niat Rasul in ijuga berdatangan untuk
bergabung. Kemudian Rasul mencuci pakaian dan menaiki unta beliau yang bernama Al-
Qashwa. Keberangkatan Raasul tepat pada hari senin tanggal 1 Dzulqa’idah 6H dan diantara
istri beliau yang ikut adalah Ummu Salamah, dan adapun jumlah sahabat yang ikut ada 1400
orang.

1. Isi Perjanjian Hudaibiyah

 Gencatan senjata selama sepuluh tahun.


 Orang Islam dibenarkan memasuki Makkah pada tahun berikutnya, tinggal di Makkah
selama tiga hari sahaja dengan hanya membawa senjata bersarung.
 Bekerja sama kepada perkara yang membawa kebaikan.
 Orang Quraisy yang lari ke pihak Islam tanpa kebenaran keluarga dikembalikan
semula.
 Orang Islam yang lari ke pihak Quraisy tidak perlu dikembalikan.
 Kedua-dua pihak boleh membuat perjanjian dengan mana-mana kabilah Arab tetapi
tidak boleh membantu peperangan.

14
2. Hikmah Perjanjian Hudaibiyah

 Berkembangnya syiar Islam.


 Kehidupan masyarakat aman dan damai.
 Pengiktirafan Rasulullah dan negara Islam di Madinah.
 Membuka jalan kepada pembebasan Mekah daripada Musyrikin Quraisy.
 Orang Islam dapat membuat perhubungan dengan kabilah Arab yang lain.

 Fathul Mekkah (Pembebasan Kota Mekkah) (20 Ramadhan 8 Hijriah)


Fathul Mekkah merupakan peristiwa yang paling dinantikan kaum muslimin. Sebab itu
kejadian ini dianggap kemenangan yang terpenting bagi Islam dan kaum muslimin.
Dengan kemenangan itu, Allah memuliakan Nabi-Nya secara khusus dan umat Islam pada
umumnya. Peristiwa Fathul Mekkah ini terjadi setelah melalui rangkaian tahun yang terus-
menerus diisi dengan dakwah, jihad dan penyampaian risalah Islam. Dengan begitu,
Fathul Mekkah menjadi salah satu fase dakwah yang terpenting dalam Islam. Selain itu,
Fathul Mekkah seakan menjadi puncak perjuangan Rasulullah berada diwilayah tersebut,
sekaligus menjadi awal perjuangan generasi setelahnya untuk menyempurnakan dakwah
Islam ke seluruh penjuru dunia. Inilah yang dilakukan para Khulafaur Rasyidin setelah
Rasulullah. Hasil Penting dari Peristiwa Pembebasan Mekkah, yaitu:

 Rasulullah bersama kaum muslimin menghancurkan berhala di Ka’bah dan


sekitarnya. Dengan demikian, berakhirlah paganisme di wilayah jazirah Arab.
 Masuknya Quraisy ke pangkuan Islam menjadikan kabilah-kabilah Arab di seluruh
Jazirah Arab bisa bertemu Rasulullah untuk masuk Islam. Peristiwa inilah yang
dilakukan Rasulullah selama dua tahun: tahun 9 sampai 10 H. Banyak kabilah yang
berdatangan kepada Rasulullah untuk mengikrarkan keIslaman mereka.

G. Haji Wada’
Haji Wada’ (Haji Perpisahan Nabi Muhammad Saw.) merupakan haji terakhir bagi
Rasulullah saw. yang dilaksanakan pada tahun 10 Hijriyah(632 Masehi). Rasulullah saw.
mengumumkan niatnya untuk melaksanakan haji yang mabrur. Maka manusia datang
berbondong-bondong ke Madinah, yang semua hendak ikut beliau. Pada hari sabtu 14 hari
sebelum habisnya bulan Dzulqa’idah, beliau berkemas-kemas untuk berangkat, dengan
menyiapkan bekal perjalanan, berminyak dan mengenakan mantel. Tahun kesebelas Hijrah,
haji pertama Rasulullah dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musyrik pun yang ikut
didalamnya, Untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan
sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus inilah haji
terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25
Dzulqadah , Rasulullah disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah,
kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak. Setelah seluruh manasik
haji dilakukan, Rasul memerintahkan untuk kembali ke MadinahAl-Munawarah tanpa
mengambil waktu untuk istirahat, agar perjuangan ini terasa murni karena Allah dan di jalan-
Nya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah menuju Mekah saat bulan


Dzul Qa’dah tersisa empat hari lagi. Beliau berangkat setelah menunaikan shalat zuhur dan
sampai di Dzil Hulaifah sebelum ashar. Di tempat itu, beliau menunaikan shalat ashar dengan
qashar, kemudian mengenakan pakaian ihram.

15
Setelah menempuh delapan hari perjalanan, sampailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam di tanah kelahirannya, tanah suci Mekah al-Mukaramah. Beliau berthawaf di Ka’bah,
setelah itu sa’i antara Shafa dan Marwa.
Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat menuju Mina.
Beliau shalat zuhur, ashar, maghrib, dan isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan
menunaikan shalat subuh juga di tempat itu.
Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser,
condong ke Barat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai memberikan khotbah. Dan
tempat dimana beliau berkhothbah, dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke-2 H
oleh penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirah. Di akhir khotbahnya,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ال بِإِصْ بَ ِع ِه ال َّسبَّابَ ِة يَرْ فَ ُعهَا إِلَى ال َّس َما ِء‬ َ َ‫ك قَ ْد بَلَّ ْغتَ َوأَ َّديْتَ َون‬
َ َ‫ فَق‬. َ‫صحْ ت‬ َ َّ‫َوأَ ْنتُ ْم تُسْأَلُونَ َعنِّى فَ َما أَ ْنتُ ْم قَائِلُونَ ؟ قَالُوا نَ ْشهَ ُد أَن‬
‫ت‬ َ َ ْ َّ ْ
ٍ ‫ ثالَث َمرَّا‬.» ‫اس « اللهُ َّم اشهَ ِد اللهُ َّم اشهَ ْد‬ َّ َّ َ ُ ُ
ِ ‫َويَنكتهَا إِلى الن‬ْ

Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: kami
bersaksi bahwa sesungguhnya engkau talah menyampaikan (risalah), telah menunaikan
(amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk kearah
langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak
3x” (HR. Muslim).

Masjid Namirah saat hari Arafah


Setelah beliau berkhotbah, Allah Ta’ala menurunkan ayat:
ِ ‫يت لَ ُك ُم‬
‫اإل ْسالَ َم ِدينًا‬ ُ ‫ض‬ ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬ ُ ‫اليَو َم أَ ْك َم ْل‬

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah:
3).

Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya,
“Apa yang menyebabkanmu menangis?”

Umar menjawab, “Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan.”

Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
dekat. Apabila syariat telah sempurna, amak wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah
terputus, maka tiba saatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke haribaan
Rabnya Jalla wa ‘Ala. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari sini juga kita mengetahui keagungan Kota Mekah; di sanalah syariat yang suci ini
dimulai dan di sana pula syariat disempurnakan.

Dalam kesempatan lainnya, -di Mina- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali


berkhotbah:
“Sesungguhnya setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit
dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci).
Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi
adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari).

16
Kemudian beliau bersabda, “Bulan apa ini?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan
Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Beliau diam sampai-sampai kami mengira beliau akan
mengganti nama bulan ini.

Lalu beliau kembali bersabda, “Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?” Para sahabat menjawab,
“Betul.”

Beliau melanjutkan, “Negeri apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti
nama tempat ini.

Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini negeri al-haram?” Kami menjawab, “Iya, ini tanah
haram.”

Beliau melanjutkan, “Lalu, hari apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti
nama hari ini.

Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini hari nahr (menyembelih kurban)?” Kami menjawab,
“Iya, ini hari nahr.”

Kemudian beliau bersabda,

‫ أَال‬،‫ إِلَى يَوْ ِم ت َْلقَوْ نَ َربَّ ُك ْم‬،‫ فِي َشه ِْر ُك ْم هَ َذا‬،‫ فِي بَلَ ِد ُك ْم هَ َذا‬،‫ َكحُرْ َم ِة يَوْ ِم ُك ْم هَ َذا‬،‫ض ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم َح َرا ٌم‬
َ ‫ َوأَ ْع َرا‬،‫فَإ ِ َّن ِد َما َء ُك ْم َوأَ ْم َوالَ ُك ْم‬
‫هَلْ بَلَّ ْغتَ ؟‬

“Sesungguhnya darah dan harta kalian haram seperti sucinya hari kalian ini di negeri kalian
ini dan di bulan kalian ini sampai hari dimana kalian berjumpa dengan Rabb kalian.
Bukankah aku telah menyampaikan?”

Para sahabat menjawab, “Iya, Anda telah menyampaikan.”

‫ْض‬ ُ ‫ فَال تَرْ ِجعُوا بَ ْع ِدي ُكفَّارًا يَضْ ِربُ بَ ْع‬،‫ فَرُبَّ ُمبَلَّ ٍغ أَوْ عَى ِم ْن َسا ِم ٍع‬،‫ب‬
َ َ‫ض ُك ْم ِرق‬
ٍ ‫اب بَع‬ َ ِ‫فَ ْليُبِلِّ ِغ ال َّشا ِه ُد ْالغَائ‬

“Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena
terkadang yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian
kembali kufur sepeninggalanku, sebagian kalian saling membunuh sebagaian lainnya.”

Setelah khotbah ini, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencukur rambutnya kemudian


menunggangi kendaraannya berangkat menuju Mekah untuk melakukan thawaf ifadhah dan
shalat zuhur di Mekah. Di sana beliau meminum air zamzam. Setelah itu, kembali lagi ke
Mina dan bermalam di sana.
Pada tanggal 11 Dzul Hijjah, saat matahari mulai tergelincir ke barat, beliau menuju jamarat
untuk melempar jumrah. Dan di sana beliau kembali berkhotbah. Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dari Abi Nadhrah, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

17
َ ‫ َوالَ ألَحْ َم َر ع‬،‫ َوالَ لِ َع َج ِم ٍّي َعلَى َع َربِ ٍّي‬،‫ أَالَ الَ فَضْ َل لِ َع َربِ ٍّي َعلَى أَ ْع َج ِم ٍّي‬،‫ َوإِ َّن أَبَا ُك ْم َوا ِح ٌد‬،‫ إِ َّن َربَّ ُك ْم َوا ِح ٌد‬،‫يَا أَيُّهَا النَّاُس‬
‫َلى‬
‫ َوالَ أَس َْو َد َعلَى أَحْ َم َر إِالَّ بِالتَّ ْق َوى‬،َ‫أَس َْود‬

“Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada
kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang
Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit
hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan.”

Kemudian beliau bertanya, “Bukankah aku telah menyampaikan?”

Para sahabat menjawab, “Rasulullah telah menyampaikan.”

Setelah itu beliau mengingatkan kembali tentang haramnya mengganggu harta,


menumpahkan darah, dan menciderai kehormatan. Lalu memerintahkan para sahabat untuk
menyampaikannya kepada yang tidak hadir.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mina di hari tasyrik yang ke-3. Setelah itu
menuju ke Mekah untuk melaksanakan thawaf wada’. Kemudian beliau langsung berangkat
menuju Madinah. Dan berakhirlah prosesi haji yang beliau lakukan.

Hikmah dari Haji Wada’:


1. Rasulullah ingin mengajarkan kepada umatnya tentang tata cara melaksanakan haji
yang diajarkan oleh Islam setelah diharamkannya beberapa unsur Jahiliyah, seperti
berdesak-desakan, bersiul-siul, dan bertelanjang saat melakukan thawaf setelah
dibersihkannya semua berhala yang ada di Ka’bah.
2. Ada beberapa hal yang dilakukan rasulullah dalam haji wada’ ini:
i. Rasulullah ingin bertemu dengan seluruh Muslimin yang datang kepada beliau
dari berbagai penjuru.
ii. Menyampaikan kepada mereka berbagai ajaran dan prinsip Islam dengan kalimat
yang singkat dan padat.
3. Menganjurkan kepada kaum Muslimin untuk menyampaikan semua hal yang telah
beliau sampaikan kepada siapa saja yang belum mmendengarnya, di manapun mereka
berada, hingga datangnya Hari Kiamat kelak.
4. Tujuan Rasulullah melaksanakan ibadah haji adalah juga untuk memberikan contoh
praktis kepada seluruh umat manusia tentng tata cara menjalankan rukun Islam yang
kelima. Karena itu, khutbah beliau pada haji ini banyak menerangkan tentang hukum-
hukum haji dan beberapa prinsip dan ajaran dasar Islam.
Beberapa prinsip ajaran Islam yang ditegaskan dan diwasiatkan Rasulullah kepada
umatnya saat itu adalah sebagai berikut.
i. Pengumuman tentang hak-hak asasi seorang Muslim, bahwa jika, darah, harta,
dan kehormatan seorang Muslin adalah suci.
ii. Pemberitahuan tentang diharamkannya kezaliman, riba, dan seluruh tradisi
Jahiliyah yang membahayakan.
iii. Pengumuman tentang hak-hak asasi kaum perempuan dan perintah untuk
mengakui keberadaan perempuan secara baik-baik. Di samping itu juga ada
penjelasan tentang hak-hak suami yang harus dipenuhi oleh istrinya.
iv. Pemberitahuan tentang diharamkannya mewasiatkan harta pusaka kepada ahli
waris. Disebutkan juga beberapa hukum harta pusaka sebagaimana yang
termaktub di dalam Alquran.
18
v. Pemberitahuan tentang diharamkannya mengadopsi anak angkat dan
memperlakukannya seperti anak sendiri atau menisbatkan nama anak tersebut
kepada si pengasuh (tabanni). Hal ini juga merupakan isyarat diharamkannya
penisbatan nama seorang anak kepada seseorang yang bukan ayah kandungnya
sendiri.
vi. Penentuan bahwa nasab seorang anak hasil zina mengikuti orang yang berada di
atas kasur kelahirannya (suami sah ibunya). Adapun pezina atau orang yang
menzinai ibu si anak harus dihukum rajam dan tidak berhak mengakuinya sebagai
anak.
vii. Pemberitahuan kepada seluruh umat Islam bahwa seorang Muslim adalah orang
yang mampu menjaga lisan da tangannya dari perbuatan yang tidak
menyenangkan Muslim lainnya. Seorang mukmin adalah orang yang dapat
memegang amanat dalam menjaga harta dan jiwa Muslimin lainnya. Orang yang
berhijrah adalah orang-orang yang berusaha menjauhkan dirinya dari berbagai
kesalahan dan dosa. Sedangkan mujahid adalah orang yang membimbing jiwanya
dengan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Allah, menjalankan amanat
yang diberikan kepadanya, kemudian menyampaikan amanat itu kepada orang
yang dituju.
viii. Peringatan bagi seluruh umat Islam untuk tidak berbohong dan menuduh
Rasulullah pernah berbuat dusta. Untuk itu, beliau bersabda, "Barangsiapa
mendustakan aku, niscaya ia akan kekal di tempatnya di neraka."
ix. Wasiat bagi seluruh umat Islam agar berpegang teguh kepada Alquran dan
sunnah. Rasulullah bersabda, "Dan aku telah meninggalkan sesuatu, yang jika
kalian berpegang teguh padanya, niscaya kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitab
Allah dan sunnah Rasul-Nya."
x. Pesan bahwa seluruh Muslim adalah bersaudara. Oleh karena itu, Rasulullah
mengajarkan kepada setiap Muslim untuk tidak mengambil harta Muslim lainnya,
kecuali dengan cara yang baik.
xi. Perintah kepada umat Islam untuk selalu tunduk dan patuh kepada pemimpinnya,
apapun ras, warna kulit, atau kedudukan sosialnya. Tentunya selama para
pemimpin tersebut berjalan pada koridor yang telah ditetapkan oleh ajaran Allah
(Alquran).
xii. Anjuran agar kita senantiasa berlomba-lomba hanya dalam ketakwaan dan bukan
dalam kemaksiatan.
xiii. Pesan agar kita berlemah-lembut kepada orang-orang yang lemah.
xiv. Pesan bahwa ada tiga hal yang dapat menjauhkan hati manusia dari sifat dendam
dan dengki, yakni ikhlas dalam beramal (berbuat hanya karena Allah), mengikuti
nasihat pemimpin, dan terus merapatkan diri dengan barisan kaum Muslimin.

H. Respon masyarakat Madinah terhadap dakwah Rasulullah


Sejak Nabi Muhammad saw. tinggal menetap di Madinah, beliau terus berusaha
menyebarkan ajaran Islam kepada semua penduduk di kota tersebut, termasuk kepada
penduduk Yahudi, Nasrani, dan penyembah berhala. Hal ini dilakukan Nabi Muhammad saw.
selain karena kewajiban yang harus dilaksanakannya, juga karena ia melihat mayoritas
masyarakat Madinah menyambut dengan baik saat beliau dan umat Islam tiba di kota
tersebut.

Setiap saat beliau selalu berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah dan
tidak mengenal takut, apalagi putus asa. Dakwah yang dilakukannya itu mendapat sambutan
beragam, ada yang menerima dan kemudian masuk Islam dan ada pula yang menolak secara

19
diam-diam, misalnya orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan kehadiran Nabi
Muhammad saw. dan orang Islam. Penolakan ini mereka lakukan secara diam-diam karena
tidak berani berterus terang untuk menentang Nabi dan umat Islam yang mayoritas tersebut.
Masyarakat Madinah menyambut baik kedatangan Nabi dan umat Islam di Madinah,
terutama kabilah Aus dan Khazraj. Kedua suku Arab tersebut sejak awal telah menyatakan
kesetiaannya kepada Nabi dan bersedia membantu beliau dalam menyebarkan ajaran Islam
kepada masyarakat Madinah. Hal ini dapat dilihat dari perjanjian Aqabah yang mereka
lakukan, baik perjanjian Setelah menerima ajaran Islam, kedua suku yang suka berperang ini
akhirnya bersatu di bawah panji Islam. Mereka bersama-sama Rasulullah saw. dan umat
Islam lainnya berjuang menegakkan syariat Islam. Mereka rela berkorban nyawa dan harta
demi syiar Islam.
Sementara kelompok masyarakat Yahudi Madinah sejak awal memang sudah kurang
peduli dengan kedatangan Nabi Muhammad saw. dan umat Islam, karena mereka menduga
posisi mereka akan tergeser. Pada awalnya orang Yahudi menerima apa yang terjadi karena
untuk alasan keamanan dan politik. Namun sekutu mereka, yaitu Aus dan Khazraj telah
memeluk Islam. Kedua suku ini tidak membutuhkan lagi bantuan masyarakat Yahudi, karena
telah mendapatkan pimpinan yang ideal buat mereka, yaitu Muhammad saw. Dari sinilah
muncul benih-benih permusuhan antara umat Islam dan Yahudi di Madinah. Mereka mulai
membujuk orang-orang Arab Aus dan Khazraj yang telah masuk Islam untuk kembali ke
agama lama mereka dan mereka kembali bersatu untuk menyerang ajaran-ajaran Islam
dengan maksud menghalangi penyebaran Islam ke masyarakat lain.
Dalam suasana seperti itu, seorang rabbi Yahudi dari Bani Qainuqa bernama Husein bin
Sallam, masuk Islam. Secara diam-diam ia datang menemui Nabi Muhammad saw. dan
menyatakan ikrarnya untuk masuk Islam. Kemudian Nabi Muhammad saw. memberi nama
baru untuk dirinya, yaitu Abdullah. Karena ia adalah seorang rabbi terkemuka dan
berpengaruh di sukunya maka Nabi menyembunyikan rabbi tersebut di rumah Nabi
Muhammad saw. Hal ini dilakukan untuk melindungi dirinya dari serangan kaumnya.
Untuk mengetahui apakah ia benar-benar seorang rabbi berpengaruh, Nabi Muhammad
saw. mengutus orang guna menyelidiki kebenaran tersebut. Hasilnya, ia adalah benar-benar
seorang rabbi yang disegani dan dihormati. Setelah mereka menyatakan bagaimana mereka
memandang tinggi derajat sang rabbi, barulah Husein bin Sallam keluar. Ia mengajak
kaumnya menerima ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw., karena itu adalah ajaran yang
benar yang sesuai dengan kitab Taurat yang mereka yakini. Ia menyatakan bahwa dirinya
beserta keluarga telah menjadi pengikut setia Nabi Muhammad saw. Namun, permintaan
sang rabbi itu ditolak.
Setelah kejadian itu, mulai terjadi perdebatan sengit antara Nabi Muhammad saw. dengan
para pemimpin agama Yahudi. Mereka tidak hanya menyerang Nabi Muhammad saw., tetapi
juga para sahabat, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar. Mereka mulai menyusun
kekuatan untuk melemahkan umat Islam.

I. Sejarah Piagam Madinah


Rasulullah ingin membuat kerukunan hidup antarumat beragama dan masyarakat.
Tentunya dengan aturan. Di Piagam Madinah ini, juga ada poin tambahan yang
dikembangkan seiring dengan perkembangan & kebutuhan masyarakat. Dinamis. Di 1 bagian
disebutkan bahwa golongan Yahudi tertentu bekerja sama dengan umat Islam dalam bela
negara, perang, dan jaga keamanan. Tapi dengan syarat mereka juga ikut andil dalam
pembiayaan perang. Golongan Yahudi itu bagian masyarakat Islam, tapi mereka bebas
menjalankn agama mereka. Seperti umat Islam, klo ada dari golongan Yahudi ini yang
berbuat salah, orang itu akan dihukum & warga Yahudi yang lain tidak boleh membelanya

20
Piagam Madinah merupakan bentuk piagam pertama yang tertulis secara resmi dalam sejarah
dunia. Sebagai gambaran awal, Piagam Madinah adalah undang-undang untuk mengatur
sistem politik&sosial masyarakat pada waktu itu. Rasulullah yang memperkenalkan konsep
itu.

Sejarah mencatat, Islam telah mengenal sistem kehidupan


masyarakat majemuk.Kebhinnekaan.Yakni melalui piagam ini. Ketika itu, umat Islam
memulai hidup bernegara setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Yatsrib, yang berubah
nama menjadi Madinah. Di madinah, Nabi SAW meletakkan dasar kehidupan yang kuat bagi
pembentukan masyarakat baru di bawah kepemimpinan beliau. Masyarakat baru ini adalah
masyarakat majemuk, asalnya dari 3 golongan penduduk.
Pertama, kaum Muslim; Muhajirin&Anshar. Mereka adalah kelompok mayoritas.  Kedua,
kaum musyrik, orang2 yang berasal dari suku Aus & Khazraj yang belum masuk Islam.
Kelompok ini golongan minoritas. Ketiga adalah kaum Yahudi.
Setelah 2 tahun hijrah, Rasulullah mengumumkan aturan & hubungan antarkelompok
masyarakat yang hidup di Madinah.  Melalui Piagam Madinah, Rasulullah SAW ingin
memperkenalkan konsep negara ideal yang diwarnai dengan wawasan
transparansi,partisipasi. Melalui Piagam Madinah ini, Rasulullah SAW juga berupaya
menjelaskan konsep kebebasan. Dan tanggung jawab sosial-politik secara bersama. Karena
itu, istilah civil society yang dikenal sekarang itu erat kaitanny dengan sejarah kehidupan
Rasulullah di Madinah. Dari istilah itu, juga punya makna ideal dalam proses berbangsa &
bernegara. Tercipta masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis.
Piagam Madinah yang dideklarasikan Nabi SAW ini ada 4 bagian. Bagian pertama
ada 28 pasal. Isinya lebih banyak berkaitan dengan orang Muhajirin & Anshar. Dlm bagian
pertama ini,ada pnjelasan bahwa semua masalah yang tidak terselesaikn
musyawarah,diserahkan kepada Nabi SAW Beliau sebagai kepala negara.
Bagian kedua, mengatur hubungan antara umat Islam & golongan Yahudi dengan detil.
Tujuannya untuk menjaga stabilitas masyarakat Madinah yang bersatu.
Bagian ketiga, sebagian besar isi Piagam Madinah bagian ini adalah pengulangn penjelasn
dari pasal yang ada di bag. 1 & 2, dengan rumusan yang sedikit beda. Isinya, Madinah adalah
Kota Suci, haram perang & tumpah darah. Ada pula tentang kewajiban menjaga keamanan
kota dari serangan musuh.
Bagiam keempat, ada 7 pasal. Disebutkan kabilah yang baru masuk Islam diberlakukan
hukum yang berlaku terhadap kabilah lain yang lebih dulu. Bagian ini ditulis setelah Perang
Khandaq ketika banyak kabilah kecil Madinah masuk Islam, terutama yang berasal dari orang
Arab, dari suku Aus.
Piagam Madinah merupakan peraturan yang bersifat terbuka
dan demokratis.Semua golongan & kelompok masyarakat punya aturan yang telah disepakati
bersama. Saat itu,. Artinya,siapapun yang dinyatakn bersalah,melanggar aturan, tidak berhak
dibela oleh agama yang jada keyakinan orang itu. Sama dalam hukum.
Semua pemimpin kelompok saat itu ikut tandatangan piagam ini, termasuk kel.Yahudi; Bani
Qainuqa, Nadhir, Quraizhah. Bahkan, Nabi SAW ketika itu mengangkat sekretaris dari
yahudi. Tujuannya agar mudah dalam kirim & baca surat yang menggunakan bahasa Ibrani &
Asiria. Namun golongan Yahudi ini berkhianat, bersekongkol dengan musuh. Karena itu,
sekretaris ini diganti Zaid bin Tsabit. Ketika negara Madinah terbentuk, banyak orang
Mekkah dan musuh Islam yang risau. Mereka khawatir, umat Islam akan balas
dendam. Mereka juga khawatir, kafilah dagang mereka yang pergi ke Syam akan diganggu
sehingga masa depan perdagangan mereka jadi hancur.

21
Piagam Madinah dengan konsep majemuknya telah berhasil membuat aturan tentang
hubungan sosial-msyrkt(perdagangan, dll) yang mencakup semua golongan.

Isi Piagam Madinah


Berikut ini adalah point-poin piagam yang di bawakan secara ringkas :

A. Point-Point Yang Berkait Dengan Kaum Muslimin


1. Kaum mukminin yang berasal dari Quraisy dan Yatsrib (Madinah), dan yang bergabung
dan berjuang bersama mereka adalah satu umat, yang lain tidak.
2. Kaum mukminin yang berasal dari Muhâjirîn , bani Sa’idah, Bani ‘Auf, Bani al Hârits,
Bani Jusyam, Bani Najjâr, Bani Amr bin ‘Auf, Bani an Nabît dan al Aus boleh tetap berada
dalam kebiasaan mereka yaitu tolong-menolong dalam membayar diat di antara mereka dan
mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin. 
3. Sesungguhnya kaum mukminin tidak boleh membiarkan orang yang menanggung beban
berat karena memiliki keluarga besar atau utang diantara mereka (tetapi mereka harus-
penting) membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diat.
4. Orang-orang mukmin yang bertaqwa harus menentang orang yang zalim diantara mereka.
Kekuatan mereka bersatu dalam menentang yang zhalim, meskipun orang yang zhalim adalah
anak dari salah seorang diantara mereka.
5. Jaminan Allah itu satu. Allah k memberikan jaminan kepada kaum muslimin yang paling
rendah. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu diantara mereka, tidak dengan yang
lain.
6. Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kaum mukminin berhak mendapatkan
pertolongan dan santunan selama kaum Yahudi ini tidak menzhalimi kaum muslimin dan
tidak bergabung dengan musuh dalam memerangi kaum muslimin

B. Point Yang Berkait Dengan Kaum Musyrik


Kaum musyrik Madinah tidak boleh melindungi harta atau jiwa kaum kafir Quraisy
(Makkah) dan juga tidak boleh menghalangi kaum muslimin darinya.

C. Point Yang Berkait Dengan Yahudi

1. Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.


2. Kaum Yahudi dari Bani ‘Auf adalah satu umat dengan mukminin. Kaum Yahudi berhak
atas agama, budak-budak dan jiwa-jiwa mereka. Ketentuan ini juga berlaku bagi kaum
Yahudi yang lain yang berasal dari bani Najjâr, bani Hârits, Bani Sâ’idah, Bani Jusyam, Bani
al Aus, Bani dan Bani Tsa’labah. Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka
(Yahudi).
3. Tidak ada seorang Yahudi pun yang dibenarkan ikut berperang, kecuali dengan idzin Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
4. Kaum Yahudi berkewajiban menanggung biaya perang mereka dan kaum muslimin juga
berkewajiban menanggung biaya perang mereka. Kaum muslimin dan Yahudi harus saling
membantu dalam menghadapi orang yang memusuhi pendukung piagam ini, saling memberi
nasehat serta membela pihak yang terzhalimi

22
D. Point-Point Yang Berkait Dengan Ketentuan Umum
1. Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga pendukung piagam ini. Dan
sesungguhnya orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang
tidak melakukan sesuatu yang membahayakan dan tidak khianat . Jaminan tidak boleh tidak
boleh diberikan kecuali dengan seizin pendukung piagam ini
2. Bila terjadi suatu persitiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang
dikhawatirkan menimbulkan bahaya, maka penyelesaiannya menurut Allah Azza wa Jalla,
dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam

3. Kaum kafir Quraisy (Mekkah) dan juga pendukung mere ka tidak boleh diberikan jaminan
keselamatan 
4. Para pendukung piagam harus saling membantu dalam menghadapi musuh yang
menyerang kota Yatsrib 
5. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah juga aman, kecuali
orang yang zhalim dan khianat. Dan Allah Azza wa Jalla adalah penjamin bagi orang yang
baik dan bertakwa juga Muhammad Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Tujuan Dan Prinsip Dalam Piagam Madinah


            A. Tujuan Piagam Madinah
 Menghadapi masyarakat majemuk di Madinah.
 Membentuk peraturan yang dipatuhi bersama semua penduduk.
 Ingin menyatukan masyarakat dari berbagai kaum.
 Mewujudkan perdamaian dan melenyapkan permusuhan.
 Mewujudkan keamanan di Madinah.
 Menentukan hak-hak dan kewajiban Nabi Muhammad dan penduduk setempat.
 Memberikan garis panduan pemulihan kehidupan kaum Muhajirin.
 Membentuk Kesatuan Politik dalam mempertahankan Madinah.

E. Prinsip-Prinsip Piagam Madinah


Dalam Piagam Madinah terdapat beberapa Prinsip penting yang terkandung
didalamnya diantaranya adalah :
 Al-Quran dan Sunnah adalah sumber hukum negara.
 Kesatuan Ummah dan Kedaulatan Negara.
 Kebebasan bergerak dan tinggal di Madinah.
 Hak dan tanggungjawab dari segi ketahanan dan mempertahankan Negara.
 Dasar hubungan baik dan saling bantu-membantu antara semua warganegara.
 Tanggungjawab individu dan negara pemerintah dalam menegakkan keadilan sosial.
 Beberapa undang-undang keselamatan seperti hukumanQisas dan sebagainya telah
dicatatkan
 Kebebasan beragama
 Tanggungjawab negara terhadap orang bukan Islam
 Kewajipan semua pihak terhadap perdamaian[6].

23
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa dakwah
Rasulullah SAW periode Madinah itu merupakan dakwah lanjutan yang dilakukan Rasulullah
SAW pada saat beliau hijrah dari kota Mekah ke kota Madinah. Dimana dalam periode
Madinah ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat
Islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan.
B. Saran
            Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan makalah kami dimasa yang akan datang.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/14565/2/BAB_I.pdf
https://www.anekamakalah.com/2013/12/makalah-periode-
madinah.html
http://almawaddahcity.blogspot.com/2014/05/makalah-dakwah-
rasulullah-periode.html

25
LAMPIRAN

26

Anda mungkin juga menyukai