Anda di halaman 1dari 16

Tela'ah Materi PAI MTs/MA

Bidang Sejarah Kebudayaan Islam

Sejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dan Kemajuan Islam saat
Nabi Muhammad SAW Wafat

Nama : Fia Azmia

NIM : 2120122

Mata Kuliah : Tela'ah Materi PAI MTs/MA - E


MAKALAH

SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW HIJRAH KE MADINAH DAN


KEMAJUAN ISLAM SAAT NABI MUHAMMAD SAW WAFAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Telaah Materi PAI MTs/MA

Dosen Pengampu: Muhammad Hufron, M.S.I

Disusun Oleh:

Fia Azmia (2120122)

KELAS E

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada penulis. Serta berkat taufiq dan
hidayah-Nya pula kami mampu menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sejarah
Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah dan Kemajuan Islam Saat Nabi
Muhammad Wafat” ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam senantiasa kami
panjatkan kepada junjungan Nabi besar, Nabi Muhammad SAW. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya semoga kita semua tergolong umat beliau dan
mendapatkan syafaatnya di Yaumil akhir kelak.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Hufron, M. S.I selaku
dosen pengampu mata kuliah Telaah Materi PAI MTs/MA yang telah memberikan
arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, penulis tidak
akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk
kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Pekalongan, 9 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Pengertian Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah ..................................... 3

B. Latar Belakang Nabi Muhammad Melakukan Hijrah ke Madinah ..................... 3

C. Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah ..................................... 6

D. Strategi yang dilakukan Nabi Muhammad dalam Menyebarkan Islam di


Madinah ...................................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 11

B. Saran ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, sauatu perkembangan besar bagi


kemajuan dakwah Islam muncul. Perkembangan masa itu datang dari
sejumlah penduduk Yasrib yang berhaji ke Mekkah. Pertama atas nama
penduduk Yasrib, mereka meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke
Yasrib. Mereka berjanji akan membela Nabi dari segala ancaman. Nabi pun
menyetujui usul yang akan mereka ajukan. Dan persetujuan ini disepakati
dalam suatu perjanjian. Perjanjian ini disebut perjanjian Aqobah kedua,
setelah kaum musyrikin Quraisy mengetahui adanya perjanjian antara nabi dan
orang-orang Yasrib, mereka kian gila melancarkan intimidasi terhadap kaum
muslimin.

Hal ini membuat Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk hijrah ke


Yasrib. Lalu nabi pun hijrah ke Yasrib karena kafir Quraisy sudah
merencanakan membunuhnya. Sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama
kota Yasrib di ubah menjadi Madinatun Nabi (kota Nabi) atau Madinatul
Munawaroh (Kota yang bercahaya) karena dari sinilah Islam memancar ke
seluruh dunia, di sinilah Madinah menjadi kota yang penting dalam sejarah
peradaban Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah?

2. Apa saja yang melatar belakangi Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah
ke Madinah?

3. Bagaimana perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah?

4. Apa saja strategi yang dilakukan Nabi Muhammad dalam menyebarkan


Islam di Madinah?

1
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

2. Memahami latar belakang Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah ke


Madinah.

3. Mengetahui perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

4. Mengetahui strategi yang dilakukan Nabi Muhammad dalam menyebarkan


Islam di Madinah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

Hijrah menurut bahasa berasal dari bahasa latin yaitu ”hegira” dan
dikenal dalam bahasa arab ‫هجر‬- ‫يهجر‬- ‫ هجرة‬yang berarti memutuskan hubungan
dengan orang lain. Dari pengertian menurut bahasa tersebut dapat dipahami
bahwa hijrah pada dasarnya dimaksudkan untuk menyingkirkan diri dari
tindakan-tindakan dan teror yang bersifat fisik yang dapat mencelakan diri
sendiri. Sementara hijrah menurut Nurcholis Madjid adalah tekad dalam
meninggalkan kepalsuan, pindah sepenuhnya kepada kebenaran, dengan
kesediaan untuk berkorban dan menderita, kerena keyakinan kemenangan
terakhir akan dianugrahkan Allah kepada pejuang kebenaran itu. Jadi
pengertian hijrah dalam hal ini menyangkut aspek spiritual dan kejiwaan,
yakni suatu tekad yang tidak mengenal kalah dalam menegakkan kebenaran.1

B. Latar Belakang Nabi Muhammad Melakukan Hijrah ke Madinah

Secara sosiologis historis, terdapat beberapa faktor yang melatar


belakangi hijrah Nabi Muhammad SAW. Diantara faktor tersebut antara lain
yakni didahului dengan adanya bai’at-bai’at (janji-janji setia) yang diikuti oleh
orang-orang dari Madinah. Padahal tidak banyak orang yang mengetahui
tentang Arabia. Hal ini karena Arabia hanyalah daerah yang tidak menarik
bagi bangsa-bangsa lain.2

Suasana Yastrib yang begitu kondusif merupakan berita gembira bagi


Nabi Muhammad SAW sebelum melakukan hijrah. Hal ini karena suku Aus
dan Khazraj di Yatsrib telah masuk Islam dan bersedia menerima Nabi dan
ajarannya. Dua suku tersebut masuk Islam dalam tiga gelombang. Gelombang

1
Silvi Nur Islamiyah, Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib Beserta Karakteristik Kaum
Anshor dan Muhajirin, https://www.academia.edu/60764464/HIJRAH_NABI_KE_YATSRIB, diakses
pada 8 April 2022 pukul 12.46
2
Sujiat Zubaidi, et al, Kritik Epistemologi dan Model Pembacaan Kontemporer, (Yogyakarta:
LESFI, 2013), hal. 302.

3
pertama terjadi pada tahun ke-10 kenabian. Saat itu beberapa orang dari
mereka datang ke Makkah untuk melakukan ziarah ke Baitullah. Mereka di
sambut oleh Nabi Muhammad SAW dan beliau memperkenalkan diri kepada
mereka. Kemudian Nabi mengadakan pertemuan di Aqabah dengan mereka.
Dalam pertemuan tersebut mereka menyatakan beriman dan masuk Islam.3

Gelombang kedua terjadi pada tahun ke-12 kenabian (621M).


Jumlahnya 12 laki-laki dan satu wanita. Saat itu mereka mengadakan
pertemuan dan membuat perjanjian dengan Rasulullah SAW yang di kenal
dengan perjanjian Aqabah pertama. Perjanjian ini dalam sejarah Islam juga
terkenal dengan sebutan perjanjian wanita, karena ada seorang wanita bersana
Afra binti Abid bin Tsa’labah ikut di dalam perjanjian tersebut.

Gelombang ketiga terjadi pada tahun ke-13 kenabian (622M).


Sebanyak 73 penduduk Yatsrib berkunjung ke Makkah dan mengajukan
permohonan kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau hijrah ke Yatsrib.
Perjanjian ini terkenal dengan perjanjianbAqabah kedua. Mereka berjanji
kepada Nabi SAW akan patuh dan setia kepada beliau, akan konsisten
membela Nabi Muhammad SAW dengan segenap kemampuan mereka, baik
harta benda bahkan nyawa mereka sekalipun yang menjadi taruhannya.

Selain itu, selama 13 tahun hidup di kota Mekkah, Rasulullah SAW


serta para pengikutnya sering mengalami cobaan besar dan siksaan yang
sangat pedih, disamping itu hak kemerdekaan mereka dirampas, mereka diusir
dan harta benda mereka disita. Siksaan pedih berupa dera cambuk sangat
meresahkan para sahabat dan kaum muslimin pada umumnya. Badan mereka
dipanggang, kabel sejenis serabut diikatkan pada tubuh karena mereka tunduk
kepada Allah, seperti Bilal bin Rabah orang yang kuat imannya dan bersih
hatinya. Disiksa oleh Umay bin Khalaf untuk meninggalkan agama Islam,
namun ia tetap teguh mempertahankan keimanannya. Itulah tekanan yang
sangat dahsyat yang dialami Rasulullah beserta pengikutnya selama

3
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M),
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), hal. 156.

4
menyampaikan dakwah demi tersebarnya risalah tauhid di tengah-tengah
kaum kafir Quraisy.

Namun ancaman dan tindakan kekerasan yang dialami Rasulullah


SAW tersebut masih bisa dilalui dengan penuh kesabaran dan keteguhan iman.
Tekanan itu baru dirasakan sangat meresahkan bagi Rasulullah SAW Setelah
Khadijah, istri Rasululah SAW meninggal dunia. Dirinya telah kehilangan
istri tercinta, tempat curahan kasih sayangnya. Kesedihan itu kembali
bertambah setelah tidak lama berselang paman Rasulullah SAW yaitu Abu
Thalib juga bepulang ke rahmatullah. Kematian Abu Thalib ini menyebabkan
Rasullah SAW telah kehilangan pelindung setia yang senantiasa
melindunginya dari berbagai macam ancaman. Kepergian Abu Thalib untuk
selama-lamanya ini telah memberi peluang kepada kaum kafir Quraisy untuk
tidak segan-segan melakukan tindakan kekerasan kepada Rasulullah SAW
berserta para pengikutnya. Kaum Quraisy semakin gila melancarkan
intimidasi terhadap kaum muslimin.

Keadaan tersebut telah membuat kehidupan umat Islam di Mekah


sudah tidak kondusif lagi, oleh karena itu setelah melakukan perjanjian aqabah
yang ke dua di mana ada 73 jama’ah haji yang datang dari yatsrib meminta
kepada Nabi SAW agar berkenan pindah ke yatsrib, mereka berjanji akan
melindungi Nabi SAW dari segala macam ancaman. Hal ini membuat Nabi
SAW segera memerintahkan para sahabatnya untuk hijrah ke yatsrib. Dalam
waktu dua bulan hampir semua kaum muslimin sekitar 150 orang telah
meninggalkan kota Mekkah.

Menurut al-Faruqi bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah


SAW Ke Madinah adalah gerakan untuk mencari keselamatan. Dan ini
merupakan upaya untuk mencari tempat yang dapat dijadikan sebagai titik
tolak bagi perkembangan keimanan baru sekaligus untuk menata ulang
masyarakat muslim, baik sebagai tatanan sosial maupun negara. Hal tersebut
dipertegas oleh Abdullah al-Hatib, bahwa hijrah selain penghindaran dari
fitnah dan cobaan, juga juga untuk menjalin ikatan yang kuat, menghimpun

5
kekuatan, memperoleh daerah strategis untuk membentuk suatu kekuatan
politik.

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa latar belakang hijranya


Rasulullah SAW beserta kaum muslimin tidak lain adalah untuk
menyelamatkan diri dan juga juga menyelamatkan agama Islam, risalah
kebenaran yang sedang berada dalam tanggung jawabnya. Hijrah tersebut
bukan berarti lari dari tanggung jawab karena tidak tahan menerima tantangan,
melainkan hijrah itu dilakukan, semata-mata untuk mencari tempat yang
kondusif untuk selanjutnya menyusun kekuatan baru demi tercapainya
kemenangan yang diharapkan.

C. Perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara


Nabi Muhammad SAW. dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan
Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum
Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW.

Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku


diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu
terdengar oleh Nabi SAW., sehingga Ia merencanakan hijrah bersama
sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang
diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi
Thalib diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat tidurnya
agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.

Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW.
keluar dari rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan
kaum Quraisy. Nabi SAW. menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu.
Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil
sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3
malam menunggu keadaan aman.

Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena
mengira Nabi SAW sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu
6
Bakar dari persembunyiannya. Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang
diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2 ekor unta yang
memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW. bersama
Abu Bakar menuju Yatsrib dengan mengambil jalan ke arah selatan untuk
menuju ke Yaman bukan ke arah utara yang langsung ke Madinah. Hal ini
dilakukan untuk mengelabuhi kaum Quraisy yang masih mencari Nabi
Muhammad SAW.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba,
sebuah desa yang jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat
selama beberapa hari. Mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di
halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah masjid yang kemudian
terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang dibangun Nabi
SAW sebagai pusat peribadatan.

Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW.


Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut
perhitungan mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang,
seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke
tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba, menantikan dan
menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Rombongan Nabi


SAW tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal bertepatan pada 17
September 622 M. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-elukan
kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan
lagu Thala’ al-Badru, yang isinya:

“Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit). Kami
wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang
yang diutus kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami
taati. Setiap orang ingin agar Nabi SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”
Tetapi Nabi SAW hanya berkata: “Aku akan menginap dimana untaku
berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.” Ternyata unta itu
berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
7
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih
rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya
Nabi SAW tinggal di rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin
bergotong-royong membangun rumah untuknya.

Peristiwa ini menjadi awal permulaan dari dakwah sebelumnya.


Dimana di Makkah kurang mendapatkan respon positif dari penduduknya,
hingga Allah menjanjikan kegembiraan dan kemenangan dengan hijrahnya
Nabi Muhammad SAW ke Madinah.4 Sejak saat itu nama kota Yatsrib diubah
menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering pula menyebutnya
Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar
Islam memancar ke seluruh dunia.

D. Strategi yang dilakukan Nabi Muhammad dalam Menyebarkan Islam di


Madinah

Dampak perubahan peradaban yang paling signifikan pada masa


Rasulullah adalah perubahan tatanan sosial. Suatu perubahan mendasar dari
masa amoral menuju moralitas yang beradab. Dalam tulisan Ahmad al-
Husairy diuraikan bahwa peradaban pada masa nabi dilandasi dengan asas-
asas yang diciptakan sendiri oleh Nabi Muhammad di bawah bimbingan
wahyu. Di antara dampak positifnya adalah dengan pembangunan masjid yang
di kenal dengan masjid Nabawi.5

Pembangunan masjid ini merupakan bagian dari strategi dakwah


pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW untuk melebarkan sayap Islam,
karena masjid memiliki peranan penting dalam sejarah Islam. Di samping
sebagai tempat untuk beribadah, masjid juga merupakan madrasah yang
menghasilkan pemimpin Muslim yang berkompeten serta menjadi pembawa
panji keislaman. Di sisi lain, masjid juga menjadi tempat pemilihan khalifah,

4
Ummu Salamah Ali, Peradaban Islam Madinah (Refleksi terhadap Primordialisme Suku
Auz dan Khazraj), Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 15, No. 2,
September 2017, hal. 195
5
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2016), hal. 63

8
baiat, dan diskusi tentang semua persoalan umat sekaligus menjadi pusat
pemerintahan.

Adapun strategi kedua adalah dengan membangun ukhuwwah


islamiyyah yaitu mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin. Kaum
Anshar adalah penduduk asli madinah. Sedangkan kaum muhajirin adalah
kaum yang ikut hijrah dari mekah ke madinah. Dalam hal ini Ibnu Katsir
mengutip riwayat Imam Ahmad, dalam karyanya al-Bidaayah wa al-Nihaayah,
bahwa Rasulullah SAW mempersaudarakan antara kaum Anshar dan
Muhajirin di rumah Anas bin Malik. Kaum Anshar dengan lapang dada
membantu kaum Muhajirin dalam hal apapun, seperti tempat tinggal bahkan
harta benda sekalipun. Persaudaraan ini kemudian mampu menghilangkan
sekat kesukuan, dan saling tolong menolong terhadap sesama.6

Setelah berhasil menguatkan persaudaraan antara Muslim Anshar dan


Muhajirin, strategi yang ke tiga adalah membuat perjanjian dengan non-
Muslim. Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah terdiri dari tiga
kelompok, yaitu bangsa Arab Muslim, bangsa Arab non-Muslim dan orang
Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara tiga kelompok tersebut, Nabi
mengadakan perjanjian atau kesepakatan dalam piagam yang disebut “Piagam
Madinah”, yang isinya antara lain:

a. Semua kelompok yang menandatangani piagam merupakan suatu bangsa.

b. Jika salah satu kelompok di serang musuh, maka kelompok lain wajib
untuk membelanya.

c. Masing-masing kelompok tidak dibenarkan membuat perjanjian apapun


dengan orang Quraisy.

d. Masing-masing kelompok bebas menjalankan agamanya tanpa campur


tangan kelompok lain.

6
Imad al-Din Abi Fida’ Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir, Al-Bidaayah wa al-Nihaayah, Jilid IV,
(Hijr: Markaz al-Buhuts wa al-Dirasat al-Arabiyyah wa al-Islamiyyah, 1997), hal. 554-561.

9
e. Kewajiban penduduk Madinah, baik kaum Muslimin, non-muslim,
maupun bangsa Yahudi, saling membantu secara moril dan materiil.

f. Nabi Muhammad adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan beliau


menyelesaikan masalah yang timbul antar kelompok.7

Setelah tatanan masyarakat Madinah terwujud, maka strategi


selanjutnya adalah meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial. Dalam
bidang politik, Nabi Muhammad SAW meletakkan sistem permusyawaratan
(syura) sebagai dasar yang sangat ideal dalam kehidupan demokrasi. Adapun
dalam bidang ekonomi, beliau meletakkan sistem yang dapat menjamin
keadilan sosial. Lalu dalam bidang sosial-kemasyarakatan, Rasulullah SAW
meletakkan dasar dan sistem yang sangat penting, seperti persamaan derajat
manusia dihadapan Allah SWT yang mana tidak ditentukan oleh latar
belakang suku, ras, bangsa, pangkat, kedudukan, strata sosial dan atribut-
atribut duniawi lainnya. Karena derajat dan martabat manusia dihadapan Allah
SWT ditentukan oleh kualitas takwa kepadaNya.8

7
Faisal Ismail, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII M),
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), hal. 44-45
8
Ibid, hal. 161-163

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perjalanan hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah


merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Hijrah Rasul
menjadi bagian yang urgen dalam merencanakan dakwah Islam yang strategis
dan kondusif. Terlebih penduduk Madinah yang siap dan setia mendukung
Nabi SAW, bahkan rela berkorban dengan seluruh harta, jiwa dan raga mereka.
Kesiapan itu menunjukan keberhasilan Rasul dalam mementaskan jiwa
primordialisme kesukuan terutama di kalangan suku Aus dan Khazraj.

Kesuksesan itu tidak terlepas dari strategi-strategi jitu yang dibangun


Rasul SAW berasaskan pada akidah dan tauhid. Disamping itu, Islam sebagai
agama kasih sayang sangat menentang kekerasan. Maka tidak heran jika taktik
dan strategi yang diaplikasikan Rasul SAW mendapat sambutan dari
masyarakatnya, sehingga menjadi jalan mulus bagi Rasul dalam menjadikan
Madinah sebagai Negara Islam yang penuh kedamaian, keadilan,
kesejahteraan, dan saling toleran dengan segala kemajemukan yang ada.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, Penulis menyadari bahwa makalah


ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis sangat mengharapkan kritikan yang
dapat mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Ummu Salamah. 2017. Peradaban Islam Madinah (Refleksi terhadap


Primordialisme Suku Auz dan Khazraj). Kalimah: Jurnal Studi Agama-Agama
dan Pemikiran Islam, Vol. 15, No. 2, September.
Imad al-Din Abi Fida,’Ismail Ibnu Umar Ibnu Katsir. 1997. Al-Bidaayah wa al-
Nihaayah, Jilid IV. Hijr: Markaz al-Buhuts wa al-Dirasat al-Arabiyyah wa al-
Islamiyyah.
Ismail, Faisal. 2017. Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII
M). Yogyakarta: IRCiSoD.
Islamiyah, Silvi Nur. Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib Beserta Karakteristik
Kaum Anshor dan Muhajirin.
https://www.academia.edu/60764464/HIJRAH_NABI_KE_YATSRIB,
diakses pada 8 April 2022 pukul 12.46.
Supriyadi, Dedi. 2016. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Zubaidi, Sujiat. et al. 2013. Kritik Epistemologi dan Model Pembacaan Kontemporer.
Yogyakarta: LESFI.

12

Anda mungkin juga menyukai