Anda di halaman 1dari 9

HIDUP DAN MATI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar

Dosen Pengampu : M. Khasani, M.pd

Disusun oleh : Kelompok 11

1. Bayu Anantha (2120338)


2. Risma Izza Miladia (2120337)
3. Luthfiyah Astuti Koho (2120342)

Kelas H
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya
sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Tidak lupa sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad Saw. Adapun
tujuan penulisan makalah yang kelompok kami buat adalah untuk memenuhi tugas yang
diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam
menyelesaikan tugas Ilmu Budaya Dasar kelompok kami mengambil tema “Hidup dan
Mati”.

Pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. Bapak Rektor IAIN Pekalongan Dr. H. Ade Dedi Rohayana, M.Ag.


2. Bapak M. Khasani, M.pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Budaya
Dasar yang telah mendukung selesainya makalah ini.
3. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dukungan serta bantuannya
hingga terselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa hasil tulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis senantiasa meminta maaf dan penulis mengharapkan kepada para pembaca
memaklumi makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan
dapat mengambil intisari yang ada dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat pula bagi kita
semua.

15 Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Contents

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

Latar belakang masalah............................................................................................4

Rumusan Masalah....................................................................................................4

Tujuan pembuatan masalah......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

BAB III PENUTUPAN............................................................................................9

KESIMPULAN........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup adalah kehidupan manusia di dunia yang ditandai antara lain dengan
pertumbuhan fisik, pertambahan usia, pemenuhan kebutuhan biologis, hubungan
silaturrahmi, kepemilikan harta, kedudukan, kemegahan, dan seterusnya yang
kemudian pikun dan pada gilirannya akan mati.sedangkan mati adalah maut sebagai
putusnya segala relasi, sebagai kritik atas hidup, sebagai pelepasan, sebagai awal
hidup baru, dan Tuhan merupakan penguasa hidup dan maut.

Membicarakan tentang kehidupan dan kematian manusia harus memiliki


angan-angan ataupun keinginan dalam menentukan hidupnya dan untuk
mempersiapkan diri untuk kehidupan yang abadi yaitu kehidupan akhirat. Kita
sebagai manusia sebelumnya harus mengerti terlebih dahulu makna hidup, makna
mati, keutaman hidup dan mempersiapkan diri untuk mati. Untuk itu dalam makalah
ini kami akan membahas tentang hidup dan mati.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kehidupan?
2. Apakah yang di maksud dengan kematian?
3. Apa saja keutamaan dari kehidupan?
4. Bagaimana langkah-langkah menyiapkan diri untuk kematian?
C. Tujuan pembuatan masalah
1. Untuk mengetahui definisi kehidupan.
2. Untuk mengetahui definisi kematian.
3. Untuk memahami keutamaan dari kehidupan.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah menyiapkan diri untuk kematian .
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertin Hidup dan mati

kata hidup (al-hayah) kata ini mengandung makna hidup, kehidupan, tumbuh
berkembang, kekal, atau berguna. Kata hayat dalam al-Qur’an selalu dikaitkan dengan
kehidupan manusia di dunia yang ditandai antara lain dengan pertumbuhan fisik,
pertambahan usia, pemenuhan kebutuhan biologis, hubungan silaturrahmi,
kepemilikan harta, kedudukan, kemegahan, dan seterusnya yang kemudian pikun dan
pada gilirannya akan mati. Kata hayat termasuk kata yang banyak disebutkan dalam
al-Qur’an. Dan, al-Qur’an bahkan menginformasikan bahwa kata tersebut diulang
sebanyak tujuh puluh enam (76) kali. Enam puluh delapan (68) kali di antaranya
dihubungkan dengan kata al-dunya, sehingga tersusun menjadi kata al-hayah al-
dunya, yang berarti kehidupan dunia sebagai lawan dari kehidupan akhirat.

Istilah lain untuk proses kematian adalah sakaratul maut. Sakaratul maut
artinya bingung, ketakutan dan kedahsyatan saat sedang dicabut rohnya dari badan
yang perlahan-lahan bergeser ke paha, sampai ke kerongkongan, kemudian mata
terbelalak ke atas mengikuti lepasnya roh. Fungsi Kematian Adakah fungsi kematian
bagi manusia? Bila jawabannya didasarkan atas akal, Tentu sulit menjawabnya.
Fungsi kematian ada apabila jawabannya bersumber dari ajaran-ajaran agama. Ajaran
agama tidak memandang semata-mata sebagai kematian fisik, tetapi berfungi
rohaniah, yaitu untuk memberikan pembalasan kepada manusia sesuai dengan amal
perbuatannya sewaktu ia hidup. Orang yang mengikuti ajaran agama dengan
sebenarnya dan sebaik-baiknya akan dijamin masuk surga, dan sebaliknya orang yang
tidak mengikuti ajaran agama akan masuk neraka. Kalau demikian, kematian itu dapat
merupakan bencana atau nikmat. Fungsi kematian adalah untuk menghentikan budi
daya, prestasi, dan sumbangan seluruh potensi kemanusiaannya. Maka kematian itu
bukan akibat kesalahannya atas dosanya kepada orang lain, atau tumbal, melainkan
karena takdir.

Kematian merupakan pengalaman akhir dari hidup seseorang. Kesimpulan,


konsepsi, atau pengertian tentang kematian lebih banyak diperoleh dari sumber-
sumber agama seperti wahyu atau ajaran agama lainnya. E. Makna Kematian Menurut
B.S. Mardiatmadja (1987), makna di balik maut (kematian) itu adalah maut sebagai
putusnya segala relasi, sebagai kritik atas hidup, sebagai pelepasan, sebagai awal
hidup baru, dan Tuhan merupakan penguasa hidup dan maut. Selanjutnya
Mardiatmadja menguraikan: Maut Sebagai Putusnya Segala Relasi Maut adalah
putusnya segala relasi karena segala relasi terputus dengannya.
Mati merupakan perpisahan, sebab si mati tidak dapat bertemu dengan kita,
dan kita tidak dapat bertemu dengan si mati. Si mati tidak dapat melakukan sesuatu
yang tidak sempat dilakukannya, demikian pula yang hidup tidak dapat mengerjakan
sesuatu untuk si mati, misalnya membalas kebaikannya, memujinya, dan sebaginya.
Maut Sebagai Kritik Atas Hidup Maut adalah arah utama dari hidup. Segala macam
dimensi kebangsaan menjadi lenyap. Yang cantik, kekar, cerdas, dan sebagainya,
menjadi layu dan lenyap. Tidak ada sedikit pun harta benda yang dimiliki terbawa ke
kuburan. Hanya batu nisan dan upacara penguburan yang membedakan antar si kaya
dan si miskin. Si mati sama saja, baik orang terhormat atau pun gembel. Maut adalah
kesamarataan yang adil kepada semua manusia. Segala macam keangkuhan, tirani
atau kekuasaan menjadi ciut di hadapan maut. Maut Sebagai Pelepasan Pahit getirnya
mengarungi kehidupan di zaman modern, semakin sukarnya mengadapi tuntutan
zaman seperti sekolah, mencari nafkah, mencari kerja, tuntutan lingkungan dan
sebagainya keadaan lingkungan yang kejam, penindasan, pemerasan, bahkan memadu
cinta pun mungkin semakin terasa mengandung racun, semuanya itu dihayati
sehingga sampai pada pemikiran bahwa maut merupakan pelepasan dari penderitaan
hidup. Maut Sebagai Awal Hidup Baru Dalam suatu keyakinan agama, mati itu adalah
awal dari hidup. Bahkan dalam bahasa agama, orang yang mati dalam jalan membela
agamnya tidak dikatakan mati, tetapi mereka itu hidup.

Jadi, mati dalam hal ini merupakan peralihan ke hidup baru. Tuhan Sebagai
Penguasa Hidup dan mati Seseorang yang menganut agama atau suatu kepercayaan
mengakui bahwa Tuhan adalah penguasa hidup dan mati. Keyakinan ini tidak berlaku
bagi seorang yang bernama Nabi Isa a.s. Nabi Isa, dengan membawa suatu tanda
(mukjizat), mampu meniupkan roh sehingga burung menjadi hidup, dan
menghidupkan orang yang mati dengan seizin Allah. Nabi Isa dapat melakukan
demikian, tetapi itu pun seizin Tuhan, artinya bahwa hidup dan mati itu milik Tuhan.

B. Keutamaan Hidup

Apa yang membuat manusia benar-benar mendapatkan rasa bahagia dalam hidupnya ?
kuncinya hanya satu, jika manusia mampu mengenali kesejatian diri dan mengerti
keutamaan dalam hidupnya, pengenalan ini terlahir jika manusia mampumemiliki
sikap rasa menerima diri. Rasa menerima diri hadir jika manusia mampu menerima
sepenuhnya keadaan dirinya di dalam realitas kehidupan dunia , tidak melihat
kekurangan diri, hidup dengan berfikir jernih tanpa harus terpengaruh dengan
program-program ilusi dunia. ketenangan dan kedamaian selalu dirasakan di dalam
sikap rasa menerima diri, dengan rasa menerima diri manusia selalu hidup tanpa
ambisi dan tegangan , dengan begitu manusia bisa mengenali kesejatian dirinya dan
keutamaan hidupnya.kesejatian diri adalah suatu sikap dimana manusia mampu
menjadi dirinya yang asli, serta mampu mengenali dirinya dan kehidupanya tanpa
harus jatuh terhadap kehidupan dunia yang membuatnya tidak mengenali siapa
dirinya sendiri.
C. Menyiapkan Diri Untuk Mati

Orang mati atau meninggal tidak lagi makan, minum, mendengar, mengenal, berpikir,
tidak merasa apa yang ada menurut pandangan, tidak berkembang, tidak bernafas,
tidak menikah, tidak melahirkan anak dan Orang hidup sebaliknya. Maka siapakah
yang memberikan kehidupan pada benda-benda mati? Dan siapakah yang
memutuskan kematian pada makhluk pada makhluk hidup? Berhala-berhala mati,
tidak memiliki kematian atau kehidupan. Alam mati, tidak memiliki kematian dan
kehidupan, akal atau pengelolaan. Sesungguhnya semua yang hidup akan dipaksa
mati. Dia harus mati. Karena kematian dan kehidupan tidak ada di tangannya, akan
tetapi di tangan Allah. Pemilik segala sesuatu. Melakukan apa yang diinginkan
Firman Allah :

“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dia menghidupkan dan mematikan,


dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Hadiid : 2)

“Dan dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan dialah yang (mengatur)
petukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS. Al
Mukminun : 80)

Sikap Menghadapi Kematian Sikap menghadapi kematian adalah kecenderunagn


perbuatan manusia dalam menghadapi kematian yang diyakininya bakal terjadi.
Sikapnya bermacam-macam, sesuai dengan keyakinan dan kesadarannya.

1. Orang yang menyiapkan dirinya dengan amal perbuatan yang baik karena menyadari
bahwa kematian bakal datang dan mempunyai makna rohaniah.

2. Orang yang mengabaikan peristiwa kematian, yang menganggap kematian sebagai


peristiwa alamiah yang tidak ada makna rohaniahnya.

3. Orang yang merasa takut atau keberatan untuk mati karena terpukau oleh dunia
materi.

4. Orang yang ingin melarikan diri dari kematian karena menggap bahwa kematian itu
merupakan bencana yang merugikan, mungkin karena banyak dosa, hidup tanpa
norma, atau beratnya menghadapi keharusan menyiapkan diri untuk mati.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan pokok-pokok pikiran tentang mati sebagai
berikut:

a. Mati adalah berhentinya budi daya manusia secara total.

b. Proses kematian menyangkut segi fisik dan segi rohani.

c. Sikap manusia menghadapi kematian bermacam-macam.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Jadi, hidup adalah kata yang mengandung makna hidup, kehidupan, tumbuh
berkembang, kekal, atau berguna. Kata hidup dalam al-Qur’an selalu dikaitkan
dengan kehidupan manusia di dunia yang ditandai antara lain dengan
pertumbuhan fisik, pertambahan usia, pemenuhan kebutuhan biologis,dan lain
lain. Jika manusia mampu mengenali kesejatian diri dan mengerti keutamaan
dalam hidupnya, pengenalan ini terlahir jika manusia mampu memiliki sikap rasa
menerima diri. Sedangkan kematian adalah sakaratul maut yang mana Sakaratul
maut artinya bingung, ketakutan dan kedahsyatan saat sedang dicabut rohnya dari
badan yang perlahan-lahan bergeser ke paha, sampai ke kerongkongan, kemudian
mata terbelalak ke atas mengikuti lepasnya roh. Persiapan diri untuk kematian
yaitu dengan menyiapkan dirinya dengan amal perbuatan yang baik, menganggap
kematian sebagai peristiwa alamiah, dan lain lain.

B. SARAN
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami dari penyusun
berharap agar pembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan baik. Segala
kritikan maupun saran dari pembaca kami terima dengan lapang dada untuk
menambah wawasan serta perbaikan penyusunan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Latif, U. (2016). Konsep Mati dan Hidup dalam Islam. dalam Jurnal Al-Bayan Nomor, 34.

Hadir, D., Bagiku, A., & Arief, R. C. Kematian dan Persiapan Menghadapinya.

Soelaeman, M. Munandar Ilmu Budaya Dasar. Bandung. PT Refika Aditama Notowidagdo,

Drs. H. Rahiman Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran dan Hadits. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada

file:///d:/my%20documents/unduhan/kematian/manusia-dan-kematian-emi-nurhayati.html

Anda mungkin juga menyukai