Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

INTELIGENSI

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pengantar Psikologi

Dosen Pengampu : Aan Fadia Annur, M. Pd.

Disusun oleh : Kelompok 7

Iis Ma`rifatul Janah (2120312)

Athrasina Shabrina (2120313)

Fajar Adi Purnomo (2120314)

Bayu Anantha (2120338)

Kelas H

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PEKALONGAN

2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Inteligensi” tanpa suatu halangan apapun.

Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas dari Ibu Aan Fadia
Annur, M. Pd. pada mata kuliah Pengantar Psikologi di IAIN Pekalongan. Selain
itu, penulis juga berharap supaya makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca mengenai Inteligensi

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Aan Fadia


Annur, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Psikologi. Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Demikian kata pengantar makalah kami buat, penulis berharap semoga dapat
memberikan manfaat bagi semua. Terlepas dari hal tersebut, penulis menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dan
terima kasih.

Pekalongan, 16 November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Inteligensi..............................................................................3
B. Aspek-aspek inteligensi..........................................................................4
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi........................................8
D. Sejarah Pengukuran Inteligensi............................................................. 10
E. Inteligensi dan Bakat............................................................................ 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern saat ini, masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai


istilah yang menggambarkan tentang kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan
untuk memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi. Gambaran tentang anak
yang berinteligensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa
yang selalu naik kelas dengan nilai yang baik, siswa yang selalu mendapat
peringkat satu, ataupun siswa yang “jempolan” di dalam kelasnya. Bahkan
gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra pada anak yang wajahnya bersih,
berpakaian rapi, matanya bersinar ataupun berkacamata. Sebaliknya, gambaran
anak yang memiliki inteligensi rendah membawa citra seseorang yang lamban
dalam berfikir, sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan mulut lebih banyak
menganga disertai tatapan mata yang bingung.

Pandangan awam sebagaimana dijelaskan di atas, walaupun tidak


memberikan arti yang jelas tentang inteligensi, namun pada umumnya tidak
berbeda jauh dari makna inteligensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para
ahli. Adapun definisinya, makna inteligensi memang mendeskripsikan tentang
kepintaran dan kebodohan.

Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi


sebagaimana istilah tersebut digunakan oleh orang awam. Sebagian orang
berpendapat bahwa inteligensi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai
aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari kita bertemu dengan banyak sekali
orang-orang. Dari sekian banyak orang yang kita temui pasti ada perbedaan di
antara mereka. Sebagian orang ada yang begitu mudah beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya dan sebagian lagi ada yang tidak atau kurang begitu mampu
beradaptasi dan selalu menyalahkan keadaan. Perbedaan itulah yang disebut
kecerdasan inteligensi.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa maksud dari Inteligensi ?


2. Apa saja aspek-aspek Inteligensi?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Inteligensi ?
4. Bagaimana sejarah pengukuran Inteligensi?
5. Apa maksud dari Inteligensi dan Bakat?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Inteligensi.


2. Untuk Mengetahui Aspek-aspek inteligensi.
3. Untuk MengetahuiFaktor-faktor Inteligensi.
4. Untuk Memahamai Sejarah Pengukuran Inteligensi.
5. Untuk Mengetahui Intelegensi dan Bakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Inteligensi

Inteligensi berasal dari bahasa Inggris, “Intelligence”, yang juga berasal


dari bahasa Latin, “Intellectus dan Intelligentia” yang artinya memahami,
menghubungkan, atau menyatukan satu sama lainnya. Teori tentang inteligensi
pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951
yang mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang
dapat melengkapi akal pikiran manusia. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani
disebut dengan “Nous” sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”
bahwa inteligensi adalah aktivitas atau perilaku yang menjadi perwujudan dari
daya untuk memahami suatu hal. Menurut pengertian istilah, inteligensi berarti
kecerdasan yaitu kemampuan seseorang dalam berfikir dan belajar, menemukan
pemecahan masalah, caranya memproses sesuatu hal, dan kemampuan yang
dimiliki untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut KBBI,
inteligensi adalah daya reaksi atau penyesuaian yang cepat dan tepat, baik secara
fisik maupun mental, terhadap pengalaman baru, membuat pengalaman dan
pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta
atau kondisi baru; kecerdasan.

H.H. Goddard pada tahun 1946 mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat


kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
langsung dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang. 1
Suryasubrata mendefinisikan inteligensi sebagai kapasitas yang bersifat umum
dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau
masalah yang sedang dihadapi.2 Pengertian inteligensi yang paling banyak dianut
para ahli adalah apa yang dikemukakan oleh Wechsler, yang mengatakan bahwa
intelegensi merupakan pembangkit atau kapasitas global individu untuk bertindak

1
Saifuddin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 5.
2
Sumadi Suryasubrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2004), 45.

3
bertujuan, berpikir rasional, dan berhubungan efektif dengan lingkungannya.3
Menurut Rudolf Amathauer, inteligensi ialah suatu struktur khusus dalam
keseluruhan kepribadian seseorang, suatu keutuhan yang berstruktur yang terdiri
atas kemampuan jiwa-mental dan diungkapkan melalui prestasi, serta memberikan
kemampuan kepada individu untuk bertindak. Inteligensi hanya dapat dikenal
melalui ungkapan-ungkapan, yaitu melalui prestasi.4

Secara umum, intelegensi diartikan sebagai kemampuan yang dibawa sejak


lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
tertentu. Inteligensi meliputi aspek-aspek kemampuan bagaimana individu
memperhatikan, mengamati, mengingat, memikirkan, menghafal dan bentuk-
bentuk kejiwaan lainnya. 5
B. Aspek-aspek Inteligensi

Aspek-aspek inteligensi menurut Gardner yaitu:

1. Inteligensi berbahasa atau linguistik

Yaitu kemampuan berpikir dengan kata-kata dan kalimat baik lisan maupun
tulisan. Anak dengan kecerdasan ini memiliki kepekaan terhadap makna dan
susunan kata-kata dan mereka juga memiliki perbendaharaan kata yang luas.
Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
berbahasa adalah:

a. Senang membaca buku, bercerita, atau mendongeng.


b. Senang berkomunikasi, berbicara, berdialog, berdiskusi, dan senang
berbahasa asing.
c. Pandai menghubungkan atau merangkai kata-kata atau kalimat baik
maupun tulisan.

3
A. Sutardjo Wiramihardja, Pengantar Psikologi Klinis, (Bandung: Refika Aditama, 2007), 95.
4
Ibid.
5
Ivan Veriansyah, Sarwono, Moh. Gamal Rindarjono. HUBUNGAN TINGKAT INTELEGENSI (IQ)
DAN MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SEKOLAH
MENENGAH ATAS NEGERI SINGKAWANG KOTA TAHUN AJARAN 2016/2017. Jurnal GeoEco ISSN:
2460-0768 Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 41-50

4
d. Pandai mengingat dan menghafal.
e. Mudah mengungkapkan perasaan baik lisan maupun tulisan. Contoh: ahli
pidato, pelawak, penulis cerita, dan MC.
2. Inteligensi logis-matematis

Yaitu kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung seperti menelaah


masalah secara logis, ilmiah, dan matematis. Kecerdasan ini membuat anak
memiliki kemampuan mengenali pola-pola suatu kejadian dan susunannya,
mereka senang bekerja dengan angka, ingin mengetahui sejauh mana cara kerja
suatu benda. Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan
inteligensi logis-matematis:

a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka-teki.


b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun skenario.
d. Mampu berfikir logis, baik induktif maupun deduktif.
e. Senang silogisme.
f. Senang berfikir abstrak dan simbolis.
g. Mengoleksi benda-benda dan mencatat koleksinya.
3. Inteligensi visual spasial.

Yaitu kemampuan berpikir pada citra dan gambar. Anak dengan kecerdasan
ini memiliki kemampuan memahami alam secara akurat dan menciptakan ulang
aspek-aspek alam seperti menggambar pemandangan. Karakteristik individu yang
menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual spasial adalah:

a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik, tabel.


b. Peka terhadap citra, warna, dan sebagainya.
c. Pandai memvisualisasikan ide dan imajinasinya aktif.
d. Mudah menemukan jalan dalam ruang.
e. Mempunyai persepsi yang tepat dari berbagai sudut.
f. Senang membuat rumah-rumahan dari balok.

5
g. Mengenal relasi benda-benda dalam ruang. Contoh: arsitektur, pembuat
film, pilot, pematung, dan pelukis.
4. Inteligensi musikal

Yaitu kemampuan berpikir dengan nada, ritme, irama, dan melodi juga pada
suara alam. Anak dengan kecerdasan ini memiliki kepekaan terhadap pola titi
nada, melodi, dan ritme. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan
dalam inteligensi musikal adalah:

a. Pandai menggubah dan menciptakan musik.


b. Gemar mendengar dan atau memainkan alat musik.
c. Senang dan pandai bernyanyi atau bersenandung.
d. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
e. Mudah menangkap musik.
f. Peka terhadap suara dan musik.
g. Dapat membedakan bunyi berbagai alat musik.
h. Bergerak sesuai irama, seperti mengetukkan jari sesuai irama. Contoh:
musikus, komposer, dan konduktor.
5. Inteligensi kinestetik tubuh

Yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan


motorik otak yang mengendalikan tubuh seperti kemampuan untuk
mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan. Contoh:
penari, akrobatik, pemahat, pesenam, dan olahragawan. Karakteristik individu
yang menunjukkan kemampuan inteligensi kinestetik adalah:

a. Senang menari dan akting.


b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimik wajah.
e. Cenderung menggunakan bahasa tubuh.
f. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
g. Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari, dan berolahraga.

6
h. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
i. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
6. Inteligensi intrapersonal

Yaitu kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi


diri dan bermetakognisi. Kecerdasan ini menjadikan anak memiliki kemampuan
menggunakan kehidupan emosional untuk memahami dirinya sendiri dan orang
lain. Anak dengan kecerdasan intrapersonal biasanya suka mencatat apapun yang
dipikirkan dan dirasakan, mampu menentukan dan memutuskan sendiri langkah
yang akan dipilih, menyadari kelebihan dan kelemahannya, serta gemar
menikmati rekreasi sendirian. Karakteristik individu yang menunjukkan
kemampuan dalam intelegensi intrapersonal adalah:

a. Mampu menilai diri sendiri atau introspeksi diri dan bermeditasi.


b. Mudah mengelola dan menguasai perasaannya.
c. Sering mengamati dan mendengarkan.
d. Bisa bekerja sendirian dengan baik.
e. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita-cita dan rencana hidup yang
jelas.
f. Berjiwa independen atau bebas.
g. Mudah berkonsentrasi.
h. Keseimbangan diri.
i. Senang mengekspresikan perasaan-perasaan yang berbeda.
j. Sadar akan realitas spiritual.
7. Inteligensi interpersonal (sosial)

Yaitu kemampuan berkomunikasi dan berinterkasi dengan orang lain, mudah


memahami orang lain dan mementingkan relasi. Anak dengan kecerdasan ini
biasanya memiliki banyak teman, menyukai permainan yang memiliki banyak
teman, cenderung jadi penengah di antara teman-temannya, menjadi pemain tim
yang istimewa karena mampu bekerja sama dengan baik atau terampil

7
berhubungan dengan orang lain. Karakteristik individu yang mempunyai
kemampuan inteligensi interpersonal:

a. Mampu berorganisasi dan menjadi pemimpin dalam suatu organisasi.


b. Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok, dan
bekerja sama dalam tim.
c. Senang permainan berkelompok daripada individual.
d. Tempat mengadu orang lain.
e. Berkomunikasi verbal dan non verbal.
f. Suka memberi feedback
g. Mudah mengenal dan membandingkan perasaan dan pribadi orang lain.
Contoh: motivator dan negosiator.
8. Inteligensi naturalis

Yaitu kemampuan untuk memahami gejala alam. Anak dengan kecerdasan ini
mampu mengenali dan mengelompokkan sejumlah binatang atau tanaman, suka
mengumpulkan batu-batuan, senang berhubungan dengan alam seperti merawat
tanaman atau binatang. Karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan
dalam inteligensi naturalis yaitu:

a. Senang terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang,


berinteraksi dengan binatang, dan berburu.
b. Pandai melihat perubahan alam, meramal cuaca, dan meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Inteligensi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa setiap individu memiliki tingkat
intelegensi yang berbeda. Hal ini seperti yang disebutkan di atas ada pandangan
yang menekankan pada bawaan (pandangan kualitatif) dan ada yang menekankan
pada proses belajar (pandangan kuantitatif) sehingga dengan adanya perbedaan
pandangan tersebut dapat diketahui bahwa intelegensi dipengaruhi oleh faktor-
faktor sebagai berikut:

1. Pengaruh faktor bawaan

8
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa individu-individu yang berasal
dari suatu keluarga, atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi
tinggi ( + 0,50 ), orang yang kembar ( + 0,90), yang tidak bersanak saudara ( +
0,20 ), anak yang diadopsi korelasi dengan orang tua angkatnya ( + 0,10 – +0,20 ).

2. Pengaruh faktor lingkungan

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Oleh


karena itu ada hubungan antara pemberian makanan bergizi dengan inteligensi
seseorang. Pemberian makanan bergizi ini merupakan salah satu pengaruh
lingkungan yang amat penting selain guru, rangsangan-rangsangan yang bersifat
kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting,
seperti pendidikan, latihan berbagai keterampilan, dan lain-lain (khususnya pada
masa-masa peka).

3. Pengaruh faktor kematangan

Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.


Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya.

4. Pengaruh faktor pembentukan

Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi


perkembangan inteligensi.

5. Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan


bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif)
yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.

6. Kebebasan

Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu


dalam memecahkan masalah.

9
Semua faktor tersebut di atas bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan
inteligensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada
salah satu faktor tersebut, karena inteligensi adalah faktor total. Keseluruhan
pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan inteligensi seseorang.6

D. Sejarah Pengukuran Inteligensi

Pada abad XIV di Cina, telah berlangsung usaha untuk mengukur kompetensi
para pelamar jabatan pegawai negara. Untuk dapat diterima sebagai pegawai, para
pelamar harus mengikuti ujian, ujian tertulis mengenai pengetahuan konvusion
klasik dan mengenai kemampuan menulis puisi. Ujian ini berlangsung sehari
semalam di tingkat distrik. Kurang dari 7% pelamar yang biasanya lulus tingkat
distrik kemudian harus mengikuti ujian berikutnya yang berupa menulis prosa dan
sajak. Dalam ujian ke 2 ini kurang dari 10% peserta yang lulus. Akhirnya barulah
ujian tingkat akhir diadakan di Peking dimana di antara para peserta terakhir ini
hanya lulus 3% saja. Lulusan ini kemudian bekerja sebagai pegawai negara.
Dengan demikian dari ke 3 tahap ujian tersebut hanya 5 di antara 100.000 pelamar
yang akhirnya menjadi pegawai. Mungkin suatu kebetulan, bahwa awal
perkembangan pengukuran mental berpusat pada kempuan yang bersifat umum
yang kita kenal sebagai tes inteligensi. Usaha pengukuran inteligensi berkembang
dalam kurun waktu yang kurang lebih serempak di Amerika Serikat dan Prancis.

Di Amerika, usaha pertama tersebut dimulai oleh tokoh pencetus istilah “tes
mental”, James Mckeen Cattell (1860-1944), yang menerbitkan bukunya “Mental
Test and Measuremens” di tahun 1890. Buku ini berisi serangkaian tes inteligensi
yang terdiri atas 10 jenis ukuran.

1) Latar Belakang Tes Inteligensi

E. Seguin (1812 – 1880) disebut sebagai pionir dalam bidang tes inteligensi
yang mengembangkan sebuah papan yang berbentuk sederhana untuk
menegakkan diagnosis keterbelakangan mental. Kemudian usaha ini distandanisir

6
https://www.universitaspsikologi.com/2018/04/definisi-sejarah-faktor-mempengaruhi-
inteligensi.html

10
oleh Henry H. Goddard (1906). E. Seguin digolongkan kepada salah seorang yang
mengkhususkan diri pada pendidikan anak terkebelakang dan disebut juga bapak
dari tes performansi. Joseph Jasnow (1863 – 1944) merupakan salah satu dari
beberapa orang yang pertama kali mengembangkan daftar norma-norma dalam
pengukuran psikologis. G.C. Ferrari (1896) mempublikasikan tes yang bisa
dipakai untuk mendiagnosis keterbelakangan mental. August Oehr mengadakan
penelitian inhmetasi antara berbagai fungsi psikologis (h. 14). E. Kraepelin,
seorang psikotes menyokong usaha ini, empat macam tes yang dikembangkan di
antaranya yaitu: Koordinasi motorik, Asosiasi kata-kata, Fungsi persepsi, dan
Ingatan. E. Kraepelin juga mengembangkan tes inteligensi yang berkaiatan
dengan tes penataran aritmatik dan kalkulasi sederhana tahun 1895. Di samping
itu, berkembang pula tes yang dipakai untuk kelompok (group). Hal ini diawali
dengan tes verbal untuk seleksi tentara (wajib militer) yang disebut dengan Army
Alpha. Untuk yang buta huruf atau tidak bisa berbicara bahasa Inggris
dipergunakan Army Beta sekitar tahun 1917 – 1918, tes ini dipakai hampir dua
juta orang.

2) Jenis-jenis Tes Intelegensi

Berdasarkan penataannya ada beberapa jenis tes inteligensi, yaitu:

1. Tes Inteligensi individual, beberapa di antaranya: Stanford – Binet


Intelegence Scale. Wechster – Bellevue Intelegence Scale (WBIS).
Wechster – Intelegence Scale For Children (WISC), Wechster – Ault
Intelegence Scale (WAIS), dan Wechster Preschool and Prymary Scale of
Intelegence (WPPSI).
2. Tes Inteligensi kelompok, beberapa di antaranya: Pintner Cunningham
Prymary Test, The California Test of Mental Makurity, The Henmon –
Nelson Test Mental Ability, Otis – Lennon Mental Ability Test, dan
Progassive Matrices.
3. Tes Inteligensi dengan tindakan perbuatan, yaitu dengan tujuan program
layanan bimbingan di sekolah yang akan dibahas adalah tes inteligensi

11
kelompok berupa : The California Test of Mental Maturity (CTMM), The
Henmon – Nelson Test Mental Ability, Otis – Lennon Mental Ability Test,
and, Progassive Matrices.

Ada klasifikasi atau standar tingkat IQ yang cukup berpengaruh yaitu


klasifikasi dari Wechsler yang menciptakan tes WISC yang diperuntukan bagi
anak-anak pada tahun 1949. Adapun kalsifikasi IQ-nya.

Name IQ
Very superior 130 +
Superior 120 – 129
Bright normal 110 – 119
Average 90 – 109
Borderline 80 – 89
Dull normal 70 – 79
Mental defective 69 and below
E. Inteligensi dan Bakat

Inteligensi berhubungan dengan bakat. Siswa yang berbakat merupakan siswa


yang cerdas yang tentunya mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi.
Kemampuan intelektual siswa juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi
keterbakatan. Menurut para ilmuan siswa-siswi yang memiliki rentangan nilai IQ
tinggi merupakan orang-orang yang berbakat tinggi juga memiliki talenta yang
lebih daripada siswa pada umumnya. Tentu kemampuan siswa ini juga
berpengaruh besar pada hasil belajar atau prestasi siswa. Prestasi siswa adalah
hasil belajar atau realisasi kemampuan potensial yang dicapai oleh siswa dalam
kurun waktu tertentu. Seseorang tidak dapat mendapatkan suatu prestasi akademik
atau hasil belajar yang baik begitu saja tanpa adanya usaha dan hal yang
mendorong untuk dapat melakukan sesuatu sehingga akan mendapatkan prestasi
belajar yang memuaskan. Faktor internal seperti inteligensi dan bakat seseorang
juga berpengaruh pada prestasi akademik siswa. Inteligensi dan bakat tentu sudah
tidak diragukan lagi memiliki pengaruh pada prestasi siswa.

12
Inteligensi membantu siswa dalam memecahkan permasalahan di
lingkungannya, sedangkan bakat akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
seorang siswa pada aspek atau bidang-bidang tertentu. Bakat merupakan
kecerdasan khusus yang dimiliki oleh seseorang. Tiap orang dapat memiliki jenis
bakat yang berbeda-beda, yaitu ada yang memiliki bakat di bidang musik,
olahraga, maupun dengan orang yang memiliki bakat numerik atau berhitung.
Bakat akan sangat dapat membantu seseorang dalam kesuksesan di masa yang
akan datang. Bakat adalah suatu potensial bawaan dimana jika dilatih dengan baik
dan telaten maka dapat menjadi suatu keahlian seseorang dan dapat meraih
kesuksesan. Bakat yang merupakan potensial khusus ini memiliki pola perilaku
masing-masing dalam pengembangannya. Seorang siswa yang memiliki tingkat
keterbakatan yang tinggi akan lebih mampu dalam memamahami suatu informasi
atau ilmu dan pengetahuan serta kemampuan yang berhubungan dengan persoalan
dalam aspek tersebut daripada dengan siswa lain. Oleh karena itu, pelatihan
khusus untuk mengembangkan bakat seorang siswa sangatlah dibutuhkan juga
peran orangtua sangat penting dan harus bijaksana dalam pengembangan bakat
tersebut dan juga tidak memaksakan kehendak siswa tersebut untuk melanjutkan
pendidikan pada bidang yang tidak disukai dan bukan pada keahlian atau
kemampuan siswa tersebut tanpa persetujuan siswa itu sendiri karena kesalahan
yang disebabkan oleh ketidakbijaksanaan ini dapat mempengaruhi prestasi
akademik siswa tersebut.

Setiap siswa memiliki bakat masing-masing yang dapat mendukung mereka


untuk berprestasi di bidang yang mereka mampu dan tekuni sesuai dengan
kapasitas kemampuan masing-masing siswa tersebut. Jadi, secara umum dapat
kita ketahui bahwa bakat itu hampir sama dengan inteligensi, tetapi bakat
merupakan kecerdasan khusus pada aspek dan bidang-bidang tertentu sedangkan
inteligensi merupakan kecerdasan khusus yang tentu dimiliki oleh semua orang
dengan tingkat yang berbeda-beda. Namun, pada kenyataannya di ruang kelas
dapat ditemui berbagai siswa dengan tingkat inteligensi dan bakat yang beragam.
Terdapat anak-anak yang memiliki tingkat inteligensi dan keterbakatan yang

13
tinggi sehingga tidak akan sulit untuk siswa tersebut dapat memahami
pembelajaran di kelas. Terdapat juga siswa-siswi dengan tingkat inteligensi dan
keterbakatan yang rendah yang tentunya siswa tersebut memiliki beberapa
kesulitan dalam pembelajaran sehingga sulit untuknya memahami materi dan
informasi yang diberikan guru di ruang kelas. Oleh karena itu, guru juga harus
mengetahui bagaimana cara memperlakukan siswa-siswi dengan tingkat
inteligensi yang beragam di ruang kelas sehingga setiap siswa dapat memiliki
prestasi belajar yang memuaskan.

Inteligensi dan bakat tentu memiliki pengaruh besar dalam tingkat kecerdasan
dan kemampuan seorang siswa, tetapi hal ini tentu tidak menjadi faktor utama
dalam menentukan keberhasilan dan kesuksesan seorang siswa. Inteligensi dan
bakat sangat mempengaruhi prestasi akademik siswa, karena memiliki modal
potensi yang memudahkan siswa tersebut untuk dapat memahami informasi dalam
belajar sehingga dapat menghasilkan prestasi akademik yang tinggi dan optimal.
Selain dari faktor internal yaitu inteligensi dan bakat, faktor lain juga tentu
berpengaruh besar dalam prestasi akademik seorang siswa. Seperti motivasi
belajar serta lingkungan yang mendukung. Kondisi intelektual seseorang juga
dapat mempengaruhi keberhasilan dan prestasi seseorang yang menyangkut
dengan kemampuan seperti bakat dan juga kemampuan seseorang serta
kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan dan materi pembelajaran yang
telah diberikan. Selain itu faktor dari luar diri siswa juga berpengaruh pada
prestasinya seperti lingkungan sosial dan juga lingkungan masyarakatnya. Hal ini
dapat mempegaruhi tingkat konsetrasi dari seorang siswa dalam belajar sehingga
dapat berpengaruh besar dalam prestasi akademiknya di sekolah.

Selain itu, siswa-siswi yang belajar di sekolah dan melakukan kegiatan belajar
untuk memperoleh pendidikan dan juga prestasi akademik yang memuaskan tentu
didukung oleh orangtua dan guru juga dari lingkungannya untuk mendidik,
memberi motivasi dan fasilitas sehingga siswa tersebut dapat belajar dengan baik
dan mendapatkan prestasi yang optimal.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inteligensi diartikan sebagai kemampuan yang dibawa sejak lahir yang


memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
tertentu. Inteligensi meliputi aspek-aspek kemampuan bagaimana individu
memperhatikan, mengamati, mengingat, memikirkan, menghafal dan bentuk-
bentuk kejiwaan lainnya. Aspek-aspek inteligensi menurut Gardner di antaranya
yaitu: logical mathematic, linguistic, musical, spatial dan lainnya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi inteligensi yaitu: pengaruh faktor bawaan, pengaruh faktor

Inteligensi dan bakat merupakan salah satu hal yang mempengaruhi prestasi
akademik seorang siswa. Tingkat tinggi dan rendahnya inteligensi dan bakat dapat
diukur untuk dapat memudahkan seseorang siswa mengetahui cara belajar dan
talenta serta kemampuan yang dimilikinya. Rata-rata seorang siswa dengan
keterbakatan yang tinggi juga memiliki tingkat inteligensi yang tinggi sehingga
dapat memudahkan dirinya untuk dapat mencapai keberhasilan dan memiliki
kesempatan lebih besar untuk menjadi sukses.

B. SARAN

Kajian-kajian tentang inteligensi masih sangat perlu untuk ditingkatkan lagi,


karena pemahaman mengenai inteligensi sangat penting bagi guru sebagai tenaga
pendidik untuk dapat memahami cara berpikir peserta didiknya, orang tua, bahkan
peserta didik itu sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.
Suryasubrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja
Grafindo.
Wiramihardja, A. Sutardjo. 2007. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung:
Refika Aditama.
Ivan Veriansyah, Sarwono, Moh. Gamal Rindarjono. HUBUNGAN
TINGKAT INTELEGENSI (IQ) DAN MOTIVASI BELAJAR GEOGRAFI
DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS
NEGERI SINGKAWANG KOTA TAHUN AJARAN 2016/2017. Jurnal GeoEco
ISSN: 2460-0768 Vol. 4, No. 1 (Januari 2018) Hal. 41-50
Rohmah, Umi. (2011). Tes Intelegensi dan Pemanfaatannya Dalam Dunia
Pendidikan. Jurnal Cendekia, 9(1), 125-139.

Afniola, S. Ruslan, R., & Artika, W. (2020). INTELEGENSI DAN BAKAT


PADA PRESTASI SISWA. Al-Din: Jurnal Dakwah dan Sosial Keagamaan, 6(1).

https://www.universitaspsikologi.com/2018/04/definisi-sejarah-faktor-
menpengaruhi-inteligensi.html

16

Anda mungkin juga menyukai