Anda di halaman 1dari 15

Aspek Psikologi Kecerdasan

( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pengantar psikologi)

Disusun oleh :
1. M. Andrian Maulan (190910301017)
2. Nabilah Septa Damayanti (190910301137)
3. Riska Herlin Andrianti (190910301075)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik- Jurusan Kesejahteraan sosial

Universitas Jember

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, yang maha besar. Atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.

Kami menyusun makalah mengenai PSIKOLOGI KECERDASAN inindengan sebaik-


baiknya, kami mengumpulkan berbagai sumber buku untuk menunjang pembahasan yang komplit
dalam makalah yang kami susun ini.

Meskipun demikian kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan
didalam makalah ini, apabila pembaca selaku guru pembimbing psikologi ibu Senny wayara dienda
putri, mendapatkan kesalahan maupun kekurangan topik pembahsan kami mohon saran dan
kritikannya untuk membantu pembenahan penulisan kami berikutnya.

Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami serta bagi seluruh
pembaca, sehingga memberikan dampak postif dalam menambah wawasan.

Jember, 13 september 13 september2019

Kelompok 8
DAFTAR ISI

Kata pengantar........................................................................................................................

Daftar isi.................................................................................................................................

BAB 1 Pendahuluan...............................................................................................................

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan ................................................................................................................

BAB 2 Pembahasan................................................................................................................

2.1 Pengertian Kecerdasan (inteligensi)....................................................................

2.2 Macam-macam Kecerdasan................................................................................

2.3 Teori Kecerdasan.................................................................................................

2.4 Tingkatan kecerdasan..........................................................................................

BAB 3 Penutup

1.1 Kesimpulan.........................................................................................................
1.2 Saran ..................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecerdasan sering kita dengar di lingkungan dimanapun kita berada. Kecerdasan sering
dikaitkan dengan kepintaran atau kemampuan seseorang dalam menghadapi suatu
permasalahan. Kecerdasan di anggap sebagai suatu hal yang sangat penting di segala aspek
kehidupan. Seakan-akan kecerdasan merupakan hal penentu sebuah kesuksesan, mencapai
suatu hal yang di inginkan, dan suatu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan.
Jadi apa sih kecerdasan itu sendiri? Dalam mengartikan kecerdasan, para ahli mempunyai
pengertian yang beragam. Kecerdasan atau intelegensi dapat dipandang sebagai kemampuan
memahami dunia, berpikir rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat
dihadapkan dengan tantangan.
Ada juga yang berpendapat bahwa pengertian kecerdasan adalah kemampuan general manusia
untuk melakukan tindakan-tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain
itu, kecerdasan dapat juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami,
melakukan inovasi, dan memberikan solusi terhadap dalam berbagai situasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian psikologi inteligensi ?
2. Apa saja macam-macam inteligensi ?
3. Bagaimana teori triarki terhadap perilaku suatu individu?
4. Apa saja tingkatan dalam inteligensi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui tentang psikologi inteligensi
2. Mengetahui macam-macam inteligensi
3. Memahami teori yang berpengaruh terhadap suatu perilaku individu
4. Mengetahui macam-macam tingkatan inteligensi
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikologi Inteligensi

Pengertian Intelegensi
a. S.C. Utami Munandar
Secara umum, ineteligensi dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk berfikir abstrak
2. Kemampuan untuk menangkap hubungan-hubungan dan untuk belajar
3. Kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru

b. Alfred Binet
Alfred Binet dikenal sebagai pelopor dalam menyusun tes intelegensi, mengemukakan
pendapatnya mengenai intelegensi (Effendi dan Praja, 1993). Intelegensi mempunyai tiga
aspek kemampuan, yaitu :
2. Direction, kemampuan untuk memusatkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan
3. Adaptation, kemampuan untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya
atau fleksibel dalam menghadapi masalh
4. Criticism, kemampuan untuk mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi
maupun terhadap dirinya sendiri.

c. George D. Stodard
Stodard mengartikan intelegensi sebagai kecakapan dalam menyatakan tingkah laku, yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Mempunyai tingkat kesadaran
2. Kompleks
3. Abstrak
4. Ekonomis
5. Memiliki nilai-nilai sosial
6. Memiliki daya adaptasi dengan tujuan
7. Menunjukkan kemurnian (original)

d. William Stem
Stem mengemukakan bahwa intelegensi merupakan kapasitas atau kecakapan umum pada
individu secara sadar untuk menyesuaikan pikirannya pada situasi yang di hadapinya.

e. Lewis Medison Terman


Menurut Terman, intelegensi terdiri atas dua faktor, yaitu “General ability (faktor G), yaitu
kecakapan umum” dan “special ability (faktor S), yaitu “kecakapan khusus”. Faktor G dan S
bukan merupakan faktor yang terpisah, melainkan bekerja sama sebagai kesatuan yang bulat.
Teori dari Terman ini dikenal dengan teori dwi faktor (two factor theory).
Beberapa psikolog mengambil definisi intelegensi dari konsep pemahaman orang awam. Bagi
psikolog, intelegensi adalah sebuah kapasitas untuk memahami dunia, berfikir rasional, dan
menggunakan akal dalam menghadapi tantangan.

Beberapa psikolog beranggapan bahwa terdapat dua jenis perbedaan intelegensi: fluid
intelligence dan crystallized intellegence. Fluid intelligence memiliki kemampuan menggambarkan
informasi dan memprosesnya, memberikan alasan dan mengingatnya. Fluid intelligence meliputi
kemampuan memberi alasan yang abstrak. Kita menggunakan fluid intelligence ketika kita mencoba
memecahkan puzzle dengan cepat.

Sebaliknya, crystallized intelligence adalah akumulasi dari informasi, keterampilan, dan


strategi yang telah dipelajari individu melalui pengalaman dan dapat mereka terapkan dalam situasi
yang membutuhkan pemecahan masalah. Intelegensi tersebut mencerminkan kemampuan kita untuk
mengingat kembali informasi dari memori jangka panjang. Crystallized intelligence lebih merupakan
cerminan kebudayaan dimana individu dibesarkan. Perbedaan antara Fluid intelligence dan
Crystallized intelligence terutama dapat terlihat pada masa dewasa akhir, ketika individu
menunjukkan penurunan dalam fluid, bukan Crystallized intelligence.
2.2 Macam-macam Inteligensi

1. Kecerdasan musikal
Kecerdasan berhubungan dengan tugas-tugas musikal.
Contoh kasus :
Ketika ia berumur 3 tahun, Yehudi Menuhin diseludupkan ke orkestra san fransisco oleh orang
tuanya. Saat ia berusia 10 tahun, Menuhin adalah seorang bintang pertunjukan internasional

2. Kecerdasan kinestetik tubuh


Kecerdasan dalam menggunakan seluruh anggota tubuh, seperti penari, aktor, atlet, dan ahli
bedah.
Contoh kasus :
Babe Ruth yang berusia 15 tahun bermain di base tiga. Pada salah satu permainan, pitcher timnya
menjalankan permainan dengan buruk, dan Babe Ruth dengan keras mengkritiknya dari base tiga.
Brother matthias sang pelatih, berteriak, “Ruth, jika kamu benar-benar tahu tentang hal itu, kamu
yang menjadi pitch!” Ruth mengatakan kemudian saat itu juga ia mengambil posisi di tempat
pithcer, ia tahu bahwa ia seharusnya menjadi pithcer.

3. Kecerdasaan logika matematika


Keterampilan dalam pemecahan masalah dan berfikir ilmiah.
Contoh kasus :
Barbara McClintock, yang memenangkan hadiah nobel dalam pengobatan, menggambarkan salah
satu terobosannya, yang datang setelah berfikir tentang suatu pemecahan masalah selama
setengah jam...”Tiba-tiba saya terlompat dan lari kembali menuju ladang( jagung). Di ladang
(saat yang lain masih berada di bawah) saya berteriak, “Eureka, saya mendapatkannya!”.

4. Kecerdasan linguistik
Keterampilan yang berhubungan produksi dan penggunaan bahasa
Contoh kasus :
Saat berusia 10 tahun, T.S. Elliot menciptakan sebuah majalah yang dinamakan Fireside, dimana
ia adalah satu-satunya kontributor.

5. Kecerdasan spasial
Keterampilan dengan konfigurasi spasial, seperti yang digunakan oleh seniman dan arsitek
Contoh kasus :
Penduduk asli di negara Trukese menavigasi lautan tanpa peralatan. Selama perjalanan yang
sesungguhnya, navigator harus menggambarkan secara mental, pulau yang referensinya saat
lewat di bawah bintang tertentu dan dari sanalah ia memperhitungkan sejumlah daerah yang telah
dilewati, prporsi sisa perjalanan, dan koreksi lainnya yang ada di depan.

6. Kecerdasan interpesonal
Keterampilan dalam berinteraksi dengan orang lain, seperti sensitivitas terhadap suasana hati,
temperamen, motivasi, dan perhatian terhadap orang lain.

Contoh kasus :
Ketika Anne Sullivan mulai mengarjakan Hallen Keller yang buta dan tuli, pekerjaan yang
dilakukannya adalah salah satu hal yang dihindari oleh orang lain selama bertahun-tahun. Akan
tetapi, setelah dua minggu setelah mulai memberikan pengajaran kepada Hellen Keller, Sullivian
mencapai keberhasilan yang luar biasa.

7. Kecerdasan intrapersonal
Pengatahuan mengenai aspek internal dari dirinya; akses terhadap emosi dan perasaan individu.
Contoh kasus :
Dalam essainya “A Sketch of the Past” Virginia Woolf menampilkan insight yang mendalam
mengenai kehidupan dalam pribadinya melalui tulisannya, menggambarkan reaksinya pada
beberapa memori yang spesifik dari masa kanak-kanaknya yang masih saja membuatnya terkejut
meskipundi masa dewasanya: “Meskipun saya masih merasa ganjil saat mengalami keterkejutan
ini, saat ini hal tersebut bisa diterima, setelah kejutan pertama, saya selalu merasa kewarasan
terutama adalah hal yang berharga, sehingga saya mengira bahwa kapasitas saya dalam menerima
keterkejutan adalah yang membuat saya menjadi penulis.

8. Kecerdasaan naturalis
Kemampuan dalam mengenali dan mengelompokkan pola dalam alam.
Contoh kasus :
Selama masa prasejarah, pemburu/ pengumpul adakan mengandalkan pada kecerdasan naturalis
untuk mengenali flora dan fauna yang dapat dimakan. Individu yang mahir dalam membedakan
nuansa antara sejumlah besar objek yang memiliki kesamaan mungkin menggambarkan
kemampuan dalam kecerdasan naturslis.

2.3 Teori Inteligensi


Teori majemuk-Gardner
Gardner berpendapat dibandingkan mengajukan pertanyaan “Seberapakah pintar anda?” kita
seharusnya mengajukan pertanyaan Bagaimana kepintaran anda?” ia menyatakan bahwa manusia
memiliki minimal delapan bentuk inteligensi dalam tingkatan yang berbeda-beda. Sealin itu,
meskipun delapan jenis intelegensi dasar ditampilkan secara individual, Gardner menyatakan bahwa
inteligensi yang terpisah-pisah ini tidak bekerja sendiri-sendiri. Normalnya, aktivitas apapun meliputi
beberapa jenis inteligensi yang saling bekerjasama.

Teori (g –faktor)
Para psikolog yang baru menganggap bahwa inteligensi hanya ada satu faktor umum untuk
kemampuan mental yang biasa mereka sebut sebagai g atau faktor g. Secara asumsi umumnya adalah
kemampuan intelektual yang secara global dipengaruhi oleh faktor g. Faktor gagasan inteligensi
umum ini mendasari setiap aspek inteligensi dan itu adalah faktor g yang diukur pada setiap tes
inteligensi.

Teori triarki

Salah satu teori kognitif yang terkenal adalah teori triarki inteligensi yang di perkenalkan oleh
Robbert Sternberg (1988) (triarki berarti tiga bagian). Sternberg (2004) mendefinisikan inteligensi
sebagai “kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam hidup,
berdasarkan definisi keberhasilan yang dimilikiseseorang dalam kaitannya dengan konteks sosio-
budaya pada lingkungan orang tersebut berada”.

Teori Triaki yang dipelopori oleh Robbert Sternberg ini yaitu teori yang berangkat dari
ketidakpuasan terhadapan pandangan teori-teori kecerdasan sebelumnya seperti pandangan dari teori
psikometris dan kognitif semata. Teori ini lebih menekankan pada kesatuan dari berbagai aspek
inteligensi sehingga teorinya lebih berorientasi pada proses. Sternberg menganggap kecerdasan adalah
sesuatu yang bersangkutan dengan pengolahan informasi. Sternberg mempelajari bagaimana
informasi mengalir ke dalam diri seseorang dan bagaimana informasi ini berubah sesuai kebutuhan
lingkungan. Analisis yang dilakukan  akhirnya muncul sebagai model kecerdasan bercabang tiga
(triarchic). Aspek-aspek yang dinyatakannya adalah kecerdasan analitik (componential intelligence),
kecerdasan pengalaman (experiential intelligence) dan kecerdasan praktis (contextual intelligence).

Kelebihan pemahaman inteligensi yang berbasis pada teori ini adalah sebagai berikut:

Memungkinkan seseorang memusatkan kemampuannya pada kekuatan dan memperbaiki atau


mencoba mengatasi masalah berdasarkan kelemahannya.
Memotivasi atau merangsang seseorang dengan cara yang lebih sesuai.
Menggunakan kemampuan yang terintegrasi untuk mencapai kesuksesan dalam hidup sesuai
dengan definisi personal & konteks sosio-kultural.
Beradaptasi, membentuk, dan memilih lingkungan.

Menemukan keseimbangan dalam penggunaan kemampuan analitik, kreatif, dan praktis.


Teori successful intelligence dapat membuat perbedaan, baik dalam kondisi laboratorium,
ruang kelas di sekolah, atau kehidupan keseharian orang.

Teori ini berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara :


1. Inteligensi dan dunia internal seseorang, atau mekanisme mental yang mendasari perilaku
inteligen
2. Inteligensi dan dunia eksternal seseorang, atau penggunaan mekanisme mental untuk
mencapai kesesuaian dengan lingkungan
3. Inteligensi dan pengalaman, perantara antara dunia internal dan eksternal seseorang.

Kelemahan dari konsep teori triarki adalah:

1. Skor tes inteligensi hanya merupakan indikator 1 aspek dari keterampilan intelektual
seseorang.
2. Hanya sesuai untuk pelajar-pelajar yang cerdas (gifted students) karena hanya mengukur
aspek-aspek yang kemampuan memori dan analisa, sedangkan anak dengan kelebihan pada
keterampilan yang lain perlu diberi kesempatan menunjukkan kemampuannya tersebut.

Menurut Sternberg intelegensi terdiri atas tiga aspek yakni inteligensi komponensial,
inteligensi kreatif, dan inteligensi praktis.

1. Inteligensi komponensial
merujuk pada strategi pemrosesan-informasi yang kita miliki saat kita menggunakan
inteligensi kita untuk memikirkan suatu permasalahan. “komponen-komponen” mental ini meliputi :
mengenali dan mendefinisikan masalah, memilih strategi pemecahan masalah, menguasai dan
mengaplikasikan strategi, serta mengevaluasi hasil.
Beberapa penggunaan komponen inteligensi tidak saja mensyaratkan kemampuan analitis,
namun juga kemampuan metakognisi, yakni pengetahuan atau kesadaran terhadap proses kognitif
yang kita miliki serta kemampuan untuk memonitorndan mengontrol proses kognitif tersebut.
Kemampuan metakognitif membantu kita untuk belajar. Siswa yang memiliki kemampuan
metakognitif yang lemah gagal menyadari keberadaan kalimat yang sulit pada diktat, dan mereka
tidak selalu menyadari bahwa mereka belum mengerti makna dari suatu bacaan.
Hal ini mengakibatkan siswa menghabiskan waktu terlalu sedikit pada materi yang sulit, dan
menghabiskan waktu terlalu banyak pada materi yang telah mereka pahami. Sebaliknya, jika siswa
Memiliki kemampuan metakognitif yang baik akan mengevaluasi pemahaman mereka dengan
membaca ulang bacaa yang telah diselesaikan, menelusuri ulang apabila diperlukan dan
mempertanyakan apabila ada hal-hal yang belum mereka pahami, akibatnya mereka belajar dengan
lebih baik.

2. Inteligensi Kreatif atau Inteligensi Experiential


Merujuk pada kreativitas kita dalam menggunakan kemampuan yang telah kita miliki dalam
situasi baru. Mereka yang memiliki “experiential intelligence” mampu beradaptasi dengan situasi-
situasi yang baru dan mampu membuat tugas-tugas berjalan secara otomatis.sebagai contoh, seorang
mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang baik belum tentu berhasil dalam pekerjaannya
setelah lulus, karena saat sekolah tenggat waktu untuk tugas-tugas ditentukan oleh universitas,
sedangkan saat bekerja, mahasiswa tersebut harus menentukan sendiri tenggat waktu untuk
pekerjaan-pekerjaannya. Selain itu, mahasiswa tersebut tidak langsung menerima masukan untuk
pekerjaan yang telah diselesaikan. Hal ini berbeda dengan saat berada di perkuliahan, dimana
mahasiswa tersebut langsung menerima masukan untuk tugas-tugas yang telah diselesaikan.

3. Inteligensi kontekstual atau inteligensi praktis


Merujuk pada penerapan praktis dari inteligensi, yang mensyaraktkan kita memahami konteks
situasi yang berbeda-beda. Inteligensi kontekstual yang baik meningkatkan kemampuan adaptasi kita
terhadap lingkungan (Anda berada di daerah yang rawan kriminalitas sehingga anda bersikap lebih
siaga). Inteligensi kontekstual membantu kita menyadari kapan kita harus mengubah lingkungan
(Anda merencanakan menjadi Dokter, namun kemudian anda menyadari bahwa anda tidak menyukai
jarum suntik, sehingga anda memutuskan menjadi seorang Notaris). Selain itu, inteligensi kontekstual
membantu kita memperbaiki situasi (Kehidupan pernikahan anda tidak berjalan dengan baik sehingga
anda dan pasangan anda memutuskan untuk menjalani konseling pernikahan).
2.4 Tingkatan Inteligensi

Tes Inteligensi

Baimana kita dapat mengetahui kecerdasan atau inteligensi? Dapatkah inteligensi itu diakui?
Bagaimana kita dapat menentukan cerdas tidaknya seseorang? Salah satu cara adalah dengan
menggunakan tes yang disebut tes inteligensi.

Tes inteligensi adalah tes yang bertujuan mengukur inteligensi, dan inteligensi adalah apa yang
diukur oleh tes inteligensi. Kita dapat memutuskan lingkaran yang membingungkan ini dengan
meninjau perkembangan tes inteligensi (atau tes IQ) untuk melihat apa yang dimaksudkan ahli
psikologi dengan perilaku cerdas.

Beberapa ciri dari tiap-tiap tingkat inteligensi tersebut, dapat di jelaskan sebagai
berikut(Mahmud,1990; Effendi dan praja, 19993).

1. Cacat mental (mentally deficient/ feeble minded)


Mereka yang IQ-nya di bawah 70 disebut cacat mental atau lemah pikiran (feeble minded).
Mereka ini menderita amentia atau kurang pikiran,. Yang termasuk dalam kategori cacat mental atau
lemah pikiran adalah tingkat- tingkat: idiot, embisil, dan maron (debil).

2. Idiot (IQ 0-19)


Idiot (idiocy) adalah suatu istilah yuridis dan pedagogis, yang diperuntukkan bagi mereka
yang lemah pikiran tingkat paling rendah.
Menurut para ahli, kira- kira sekali pada setiap dua ribu kelahiran, terjadi idiocy. Semua bentuk idiocy
perlu dilembagakan, dirawat oleh para dokter dan perkerja- pekerja sosial,. Sebab, apabila dipelihara
di rumah, ia tidak mendapatkan perawatan yang intensif, untuk menunjang kesehatannya.

3. Embicile (IQ 20-49)


Seperti halnya idiot, mereka yang embicile juga perlu ditempatkan di lembaga. Sebab, di
lembaga inilah mereka akan belajar berbicara, makan sendiri, dan berpakaian sendiri, menyapu, dan
kegiatan- kegiatan lainnya.

4. Maron (IQ 50-69)


Maron merupakan problem terbesar masyarakat. Pada masa dewasa, maron dianggap
memiliki kecerdasan yang sederajat dengan kecerdasan anak-anak yang berusia 7-10 tahun. Tingkat
inteligensinya bergerak anatra 50 sampai 70.

5. Inferior (IQ 70-79)


Hal ini merupakan kelompok tersendiri dari individu-individu terbelakang. Kecakapan pada
umumnya hampir sama dengan kelompok embicile., namun kelompok ini mempunyai kecakapan
tertentu yang melebihi kecerdasannya, misalnya dalam bidang musik.
Kelompok ini dapat memelihara dirinya sendiri, dan susah payah mereka dapat mengerjakan
sejumlah kecil pekerjaan atau pelajaran sekolah lanjutan pertama, tetapi jarang atau sukar untuk
menyelesaikan kelas terakhir SLTP.
6. Bodoh (IQ 80-89)
Pada umumnya, kelompok ini agak lambat dalam mencerna pelajaran di sekolah. Meskipun
demikian, mereka dapat menyelesaikan pendidikannyapada tingkat SLTP, namun agak sulit untuk
menyelesaikan pendidikan SLTA.

7. Normal/ rata-rata (IQ 90-109)


Kelompok ini merupakan kelompok yang terbesar presentasenya di antara populasi. Mereka
mempunyai IQ yang sedang, normal, atau rata-rata.

8. Pandai (IQ 110-119)


Kelompok ini pada umumnya mampu menyelesaikan pendidikan tingkat universitas atau
perguruan tinggi. Jika bersatu dengan kelompok normal, mereka biasanya merupakan repid learner
atau giveted, yaitu pemimpin di kelasnya.

9. Superior (IQ 120-129)


Ciri-ciri dari kelompok superior ini, antara lain lebih cakap dalam membaca, berhitung,
perbendaharan bahasanya luas, cepat memahami pengertian yang abstrak, dan mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan orang-orang yang termasuk kelompok pandai.
Demikian dengan kesehatan dan ketahanannya lebih baik daripada orang-orang normal.

10. Sangat superior (IQ 130-139)


Kelompok ini termasuk kelompok superior yang berbeda pada tingkat tertinggi dalam
kelompok tersebut. Umumnya, tidak ada perbedaan yang mencolok dengan kelompok superior.

11. Gifted (IQ 140-179)


Yang termasuk dalam golongan ini adalah mereka yang tidak genius, tetapi menonjol dan
terkenal. Bakatnya sudah tampak jelas sejak kecil, dan prestasinya biasanya melebihi teman
dikelasnya.
Sekitar 80% diantara mereka dapat menyelesaikan studi di perguruan tinggi dengan prestasi
yang memuaskan. Jabatan yang dipegangnya pun banyak, dan jarang sakit atau meninggal dunia pada
usia muda.

12. Genius (IQ 180 keatas)


Pada kelompok ini, bakat dan keistimewaannya telah tampak sejak kecil. Misalnya, umur dua
tahun mulai belajar membaca, dan umur empat tahun belajar bahasa asing. Kelompok ini meiliki
kecerdasan yang luar biasa. Walaupun tidak sekolah, mereka mampu menemukan dan memecahkan
suatu masalah. Jumlahnya sangat sedikit, namun terdapat pada semua ras dan bangsa, semua jenis
kelamin, serta dalam semua tingkatan ekonomi.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Inteligensi adalah sebuah kapasitas untuk memahami dunia, berfikir rasional, dan
menggunakan akal dalam menghadapi tantangan.

Macam- macam inteligensi


1. Musikal
2. Kinestik tubuh
3. Logika matematika
4. Linguistik
5. Spasial
6. Interpersonal
7. Intrapersonal
8. Naturalis.

Teori triarki memiliki pengaruh terhadap perilaku suatu individu (inteligensi kompensional)
Seseorang yang memiki kelemahan atau kekurangan dalam dirinya ia akan berusaha untuk
menggali lebih dalam dan memperbaiki dengan terus belajar.

Tingkatan dalam kecerdasan


1. Cacat mental
2. Indiot
3. Embicile
4. Moron
5. Inferior
6. Bodoh
7. Normal
8. Pandai
9. Superior
10. Sangat superior
11. Gifted
12. Genius.

3.2 Saran
Kami tahu bahwa semua memiliki kukurangan dan kelebihan, juga pada ilmu
tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan, antara ilmu satu dan lainnya akan berkaitan
dan saling menyempurnakan. Menambah suatu wawasan menjadi kacamata dunia yang
sangat tak terbatas dan luas. Dengan adanya berbagai macam referensi akan memperkuat dan
memvalidasikan kajian yang kami kupas.
Daftar Pustaka

Sternberg,RobbertFeldman, 2011,pengantar psikologi(understanding psychology), McGraw-Hill


Education (Asia) : Salemba Humanika

Sobur,Alex, 2016,psikologi umum,Bandung: Pustaka Setia

Wade, carole. Dan Tavri, carol,psikologi, indonesia: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai