Dosen Pengampu :
Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd & Dr. Rahayu Ginitasasi, M.Pd
Kelompok 1 (Satu)
Disusun Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Perkembagan dengan
Judul “Intelegensi”. Adapun makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi
pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan
dapat tercapai. Amiin
Bandung, November
2021
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................4
C. Tujuan ............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi ......................................................................................7
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intelegensi...............................................8
C. Perkembangan Intelegensi...............................................................................9
D. Klasifikasi Intelegensi....................................................................................10
E. Multiple Intelegensi menurut Howard Gardner.............................................11
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan maka disusunlah beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan intelegensi?
2. Bagaimana perspektif teoretis tentang intelegensi?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas diharapkan bisa mencapai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian intelegensi
2. Untuk mengetahui perspektif teoritis tentang intelegensi
3. Untuk mengetahui faktor-fakator yang mempengaruhi intelegensi
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Intelegensi
Inteligensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru,
dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern
berpendapat bahwa inteligensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan,
pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada inteligensi seseorang
5
Inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional.
Alfred Binet (dalam Kaplan, 2009) seorang tokoh utama perintis pengukuran
inteligensi bersama Theodore Simon mendefinisikan inteligensi sebagai sisi tunggal
dari karakteristik seseorang yang terdiri atas tiga komponen:
1. kemampuan untuk mengarahkan fikiran atau mengarahkan tindakan,
2. kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan tersebut telah
dilaksanakan, dan
3. kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (autocritism)
6
namun umumnya tidak relevan dalam budaya-budaya tertentu lainnya.(Oommen,
2014)
Sternberg telah mengidentifikasi tiga keterampilan umum yang secara
khusus bersifat adaptif dalam budaya Barat. Keterampilan pertama adalah
memecahkan masalah praktis, seperti mengidentifikasi secara persis apa bentuk
masalah yang dihadapi dalam suatu situasi tertentu, bernalar secara logis mengenai
suatu masalah, dan menghasilkan berbagai kemungkinan solusi terhadap masalah
yang dihadapi. Keterampilan kedua adalah kemampuan verbal, seperti kemampuan
berbicara dan menulis secara jelas, mengembangkan dan menggunakan
perbendaharaan kata secara luas, serta memahami dan belajar dari bahan bacaan yang
baru saja dibaca. Keterampilan ketiga adalah kompetensi sosial, seperti kemampuan
berelasi secara efektif dengan orang lain, peka terhadap kebutuhan dan harapan orang
lain, serta kepemimpinan.
7
dengan usaha mental yang minimal. Otomatisasi merupakan hasil dari kemampuan
melakukan tugas-tugas tertentu secara berulangkali, artinya otomatisasi merupakan
hasil dari pengalaman dan dalam kebanyakan kasus, otomatisasi dapat meningkatkan
performa.
8
Seberapa besarkah peran nature (bawaan) dan nurture (pola asuh) terhadap
perkembangan intelegensi? Pertanyaan-pertanyaan ini telah menjadi sumber
perdebaan selama bertahun-bertahun, khususnya ketika ditemukan perbedaan di
antara berbagai kelompok ras atau etnis. Salah satu hasil penelitian yang cukup
konsisten menemukan bahwa pada umumnya para siswa Afrika-Amerika
memperlihatkan skor IQ yang lebih rendah dibandingkan para siswa Eropa-Amerika.
Dalam buku yang dipublikasikan secara luas The Bell Curve, Herensten dan Murray
(1994) menyatakan bahwa perbedaan ini sebagaian besar terkait faktor keturunan
dengan perkataan lain secara genetik orang-orang Eropa-Amerika lebih beruntung
dibandingkan orang-orang Afrika-Amerika.
Dewasa ini sebagian besar ahli sepakat bahwa setiap perbedaan kelompok
dalam hal IQ mungkin berkaitan dengan perbedaan lingkungan dan secara lebih
khusus, lingkungan ekonomi yang mempengaruhi kualitas gizi baik sebelum maupun
setelah kelahiran, ketersediaan buku dan mainan yang menstimulasi, akses terhadap
kesempatan untuk memperoleh pendidikan, dan sebagainya (Brooks – Gunn,
Klebanov & Duncan, 1996, Byrnes 2003, Loyd 1998). Selain itu, akhir-akhir ini
sejumlah kelompok kian lama kian memperlihatkan kesamaan dalam IQ rata-rata
suatu tren yang dapat dihubungkan hanya dengan kondisi-kondisi lingkungan yang
lebih layak (Neisser et al. 1996).
Lambat-laun, para psikolog semakin menyadari bahwa tidaklah mungkin
memisahkan pengaruh keturunan dan lingkungan. Keduanya saling berinteraksi
dalam mempengaruhi perkembangan kognisi dan inteligensi anak dengan caranya
sendiri-sendiri. Pertama, gen mensyaratkan dukungan lingkungan yang layak agar
dapat bekerja. Dalam kondisi lingkungan yang sangat miskin misalnya, lingkungan
yang kurang memiliki gizi yang cukup dan kurang stimulasi, keturunan hanya
memberikan pengaruh kecil atau bahkan sama sekali tidak berperan bagi
pertumbuhan intelektual anak-anak, namun dalam lingkungan yang lebih baik,
keturunan dapat memberikan pengaruh yang lebih berarti. Kedua, keturunan
cenderung mempengaruhi seberapa rentan dan tahan anak terhadap kondisi
9
lingkungan tertentu. Sebagai contoh beberapa siswa (seperti mereka yang memiliki
hambatan bawaan) mungkin membutuhkan lingkungan belajar yang tenang dan
terstruktur agar dapat menguasai keterampilan pemahaman bacaan yang bagus,
sementara siswa lainnya mungkin dapat menguasai keterampilan membaca yang baik
apapun kualitas lingkungannya. Dan ketiga, anakanak cenderung mencari kondisi
lingkungan yang sesuai dengan kemampuan bawaannya (Flynn, 2003, Halpern &
LaMay,2000 Scarr & McCart 1983). Sebagai contoh, anak-anak yang memiliki
kemampuan penalaran numerik yang bersifat bawaan dapat mengikuti kelas-kelas
matematika tingkat lanjut dan dengan cara-cara lain lagi terus mengembangkan
talenta bawaannya itu. Anak-anak yang memiliki kemampuan berhitung rata-rata
memiliki kecenderungan yang lebih kecil untuk mencari tantangan semacam ini dan
sebagai akibatnya memiliki kesempatan lebih sedikit untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan matematikanya.
C. Perkembangan Inteligensi
Beberapa psikolog berpendapat bahwa inteligensi merupakan suatu
kemampuan tunggal dan umum yang dimiliki seseorang dalam taraf yang bebeda-
beda dan diterapkan keberbagai jenis tugas. Meskipun pengukuran-pengukuran
intelegensi yang bermancam-macam memberikan hasil yang tidak persis sama, hasil-
hasil itu berkolerasi satu sama lain, induvidu yang memperlihatkan skor tinggi disatu
pengukuran cenderung memperlihatkan skor yang tinggi pula di pengukuran lainnya.
Sebagai contoh seorang siswa yang memiliki perbedaharaan kata yang luar biasa
banyaknya barangkali memperlihatkan skor yang sedang pada tes yang mengukur
analisis desain geometris. Bahkan dua tes yang memiliki jenis isi yang berbeda,
misalnya tes yang mengukur perbendaharaan kata dan tes nonverbal yang mengukur
kemampuan menganalisis desain-desain geometris cenderung berkolerasi satu sama
lain. Dengan demikian tidak semua psikolog berpendapat bahwa inteligensi
merupakan suatu kemampuan tunggal yang dimiliki orang-orang dalam berbagai taraf
10
yang berbeda. Melainkan, beberapa psikolog berpendapat bahwa orang dapat lebih
atau kurang intelegen dalam berbagai jenis tugas.
11
3. Fluid and Crystallized Intelligences Menurut Cattel
Raymond Cattel menemukan bukti untuk dua komponen yang berbeda dari
inteligensi umum (G). Pertama, anak-anak berbeda dalam hal fluid intellegence, yaitu
kemampuan memperoleh pengetahuan secara cepat dan beradaptasi terhadap situasi
baru secara efektif. Kedua, anak-anak berbeda dalam hal crystallized intellegence
(intelegensi terkristalisasi), yaitu pengetahuan dan ketrampilan yang terakumulasi
dari berbagai pengalaman, sekolah dan budaya. Dua komponen ini bisa lebih atau
kurang releven untuk menangani jenis-jenis tugas tertentu. Fluid intellegence
berkaitan dengan tugas-tugas yang lebih baru, khususnya tugas-tugas yang
membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan bersifat nonverbal.
Crystallized intellegence lebih diperlukan untuk menangani tugas-tugas yang sudah
sering (atau rutin) dihadapi, khususnya yang sangat dipengaruhi oleh bahasa dan
pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Menurut Cattel, fluid intellegence
umumnya tergantung pada faktor-faktor biologis yang diturunkan; sementara
crystallized intellegence tergantung pada fluid intellegence dan pengalaman, dan
sebagai akibatnya dipengaruhi oleh keturunan maupun lingkungan.
Bertolak dari pembagian Cattel, dalam perkembangan selanjutnya para ahli
lain
berpendapat bahwa intelegensi dapat terdiri dari tiga lapisan. Menurut teori
kemampuan kognitif Cattel-Horn-Carrol, stratum yang paling atas adalah inteligensi
umum (G). Di bawah ini terdapat sepuluh kemampuan yang lebih spesifik dan
mencakap fluid dan/atau crystallized intellegence dalam taraf yang berbeda-beda,
termasuk kemampuan bernalar secara umum, kecepatan pemrosesan, pengetahuan
dunia secara umum, pengetahuan kuantitatif, serta efektivitas dalam memproses input
visual dan auditoris. Selanjutnya, dibawah kemampuan-kemampuan ini, yakni di
stratum yang paling bawah, terdapat lebih dari tujuh puluh kemampuan yang sangat
spesifik, misalnya: kecepatan membaca, pengetahuan mekanik, angka dan kekayaan
asosiasi dalam memori, dan sebagainya. Jelasnya, teori Cattel-Horn-Carroll terlalu
12
kompleks untuk dideskripsikan secara terperinci; meskipun demikian harus disadari
bahwa para psikolog lambat-laun mulai beranggapan bahwa teori ini bermanfaat
untuk memprediksi prestasi siswa di berbagai bidang.
13
mengalami cedera otak kadangkala kehilangan kemampuan yang hanya berkaitan
dengan satu intelegensi.
Terlepas dari benar tidaknya manusia memiliki delapan intelegensi yang
berbeda, yang pasti benar adalah bahwa mereka terdorong untuk memikirkan suatu
topik melalui beberapa cara, mungkin dengan menggunakan kata-kata, gambar,
gerakan tubuh dan sebagainya.
14
7. Teori Hirearki
Model Hirearki dicetuskan oleh Vernon. Dalam menjelaskan teori
inteligensinya, teori ini menempatkan satu faktor kognitif umum (g) dipuncak
hierarki, kemudian dibawahnya terdapat dua faktor inteligensi utama (mayor) yaitu
verbal eduacitional (v:ed) dan practical-mechanical-spatial (k:m). Setiap kelompok
mayor tersebut kemudian terpecah ke dalam beberapa faktor kelompok minor.
Sebagai contoh, v:ed terdiri dari kemampuan seperti kefasihan verbal, kemampuan
numerik, dan mungkin kreativitas. Beberapa faktor kelompok kecil di bawah k:m
adalah pemahaman mekanik, kemampuan psikomotorik, serta hubungan spasial yang
kemudian terpecah lagi menjadi bermacammacam faktor spesifik pada tingkat
hierarki yang paling rendah. Dalam model hirarki kemampuan mental Vernon apabila
semakin tinggi posisi faktor dalam diagram maka semakin luas rentang perilakunya.
15
Word fluency (W): Kecepatan dalam memikirkan kata-kata, seperti dalam
membuat puisi atau dalam memecahkan anagram.
D. Klasifikasi Intelegensi
Howard Gardner menyampaikan bahwasannya setiap kecerdasan mempunyai
ciri-ciri yang dapat dikelompokan dalam satu kategori kecerdasan tertentu. Jika
dihubungkan dengan jenis inti, maka dapat dilihat sebagai berikut:
a. Kecerdasan Linguistik (word smart)
Kecerdasan linguistik yaitu keahlian dalam penggunaan kata dan pengolahan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Beberapa individu yang
pandai mengolah kata secara lisan (misalnya: penyiar, motivator, pendakwah, MC,
dan lain sebagainya). Beberapa individu lain yang pandai dalam mengolah tulisan
(misalnya: penulis buku, pengarang, dan lain sebagainya). Namun, ada juga sebagian
individu yang dapat memahami keduanya.
16
c. Kecerdasan Matematis (logic smart)
Kecerdasan matematis merupakan keahlian dalam berhitung ataupun
menganalisis bilangan, serta memiliki pola pemikiran yang logis dan rasional.
Individu yang dikategorikan sebagai logic smart yaitu individu yang mencari jawaban
atas setiap pertanyaan secara ilmiah.
17
Kecerdasan intrapersonal (self smart) merupakan sebuah pengembangan dalam
setiap individu yang memahami akan dirinya sendiri sebelum bertindak baik potensi
yang ia miliki ataupun potensi yang kurang dalam dirinya. Individu yang memiliki
kecerdasan ini dapat mengambil makna dalam kehidupannya. Alangkah baiknya
kecerdasan ini dikembangkan dalam setiap diri individu dikarekan membantu dalam
menghadapi persoalan dalam kehidupan.
18
orangtua masih memiliki satu sudut pandang saja belum dapat melihat dari berbagai
sudut pandang.
Pada dasarnya Rasulullah Saw. telah memberi contoh dalam membentuk
generasi pilihan yang mengintensifkan tiga kecerdasan yaitu emosional, spiritual, dan
intelektual.
Pembelajaran dapat dikatakan efisien manakala seluruh bagian yang terlibat
dalam proses pembelajaran saling mendukung satu sama lain, sehingga anak akan
mendapatkan pemahaman dari hasil yang dipelajarinya. Teori kecerdasan majemuk
lebih memprioritaskan pembelajaran yang menyenangkan serta memiliki
kebermaknaan karena menghargai seluruh kecerdasan anak. Teori ini pun dapat
memaksimalkan kecerdasan anak menjadi lebih berkembang.
19
a. Letak dalam otak
Jenis Kecerdasan Wilayah Primer dalam Otak
Lobus temporal kiri dan lobus bagian depan
Linguistik
(termasuk Broca & Wernicke)
Musikal Lobus temporal kanan
Matematis Logis Lobus bagian depan kiri dan parietal kanan
Lobus bagian depan, lobus temporal (terutama
Interpersonal
hemisfer kanan), sistem limbik
Spasial Bagian belakan hemisfer kanan
Lobus bagian depan, lobus parietal, sistem
Intrapersonal
limbik
Kinestetik Serebelum, basal ganglia, motor korteks
Wilayah-wilayah lobus parietal kiri yang
Naturalis penting untuk membedakan “makhluk hidup”
dengan “benda mati”
Tabel 1. Sistem Neurologis dalam Otak yang Merupakan Wilayah
Primer Tiap Jenis Kecerdasan
20
c. Sejarah evolusioner dan kenyataan logis evolusioner
d. Dukungan temuan psikometrik
e. Dukungan penelitian psikologi eksperimental
f. Tiap kecerdasan memiliki rangkaian cara kerja dasar
g. Kemudahan menyandikannya ke dalam sistem simbol
Kecerdasan Sistem Simbol
Linguistik Simbol Fenotis/mis
Musikal Notasi musik, kode morse
Matematis - Logis Simbol matematis
Interpersonal Simbol sosial, ekspresi, gerak isyarat
Spasial Simbol Ideografis (tulisan cina)
Intrapersonal Simbol diri (dalam mimpi & karya seni)
Kinestetis Bahasa isyarat, Braille
Naturalis Klasifikasi, peta habitat
Tabel 3. Sistem Simbol pada Tiap Jenis Kecerdasan
21
dikarenakan menurut konsep ini semua anak dilahirkan dengan kecerdasannya
masing-masing.
Jadi, menurut penulis dengan merujuk beberapa pemahaman di atas,
mengartikan bahwa kecerdasan majemuk merupakan kecerdasan yang beragam yang
dimiliki setiap manusia. Sebuah kecerdasan tidak hanya dipandang kecerdasan IQ
saja, tetapi masih banyak kecerdasan lain yang menonjol sesuai dengan kemahiran
setiap orang yang berbeda-beda.
22
proses pengasahan ada yang baik dan tidak. Maka dari itu kecerdasan ini perlu
pengembangan karena setiap individu telah memilki potensi inteligensi yang berbeda
diantaranya; kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial, kecerdasan matematis,
kecerdasan kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Dalam menyempurnakan sebuah kelebihan dan kekurangan setiap individu,
memerlukan sebuah upaya kerjasama dalam keterkaitan kedelapan kecerdasan diatas
untuk hasil yang optimal.
Pada kesimpulannya untuk memfasilitasi perkembangan anak dalam proses
pembelajaran yang bertujuan seoarang anak menjadi bijaksana dan saling menghargai
perlu adanya pengaplikasian Kecerdasan Mejemuk.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahwa Tuhan YME menciptakan setiap manusia dibekali dengan potensi untuk
bisa menjalani hidupnya dengan baik dan sejahtera. Tidak ada manusia yang
ditakdirkan menderita dan tidak bahagia. Setiap manusia memiliki tugas dan peran
yang berbeda sesuai dengan kadarnya masing-masing. Sayang hanya sebagian kecil
orang yang sungguh-sungguh mengenali dirinya.
Dalam pengimplementasian kecerdasan majemuk, bahwa setiap individu
memiliki struktur otak yang sama, tetapi tingkat inteligensi yang berbeda dikarenakan
proses pengasahan ada yang baik dan tidak. Maka dari itu kecerdasan ini perlu
pengembangan karena setiap individu telah memilki potensi inteligensi yang berbeda
diantaranya; kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial, kecerdasan matematis,
kecerdasan kinestetis, kecerdasan musik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Dalam menyempurnakan sebuah kelebihan dan kekurangan setiap individu,
memerlukan sebuah upaya kerjasama dalam keterkaitan kedelapan kecerdasan diatas
untuk hasil yang optimal.
Sebuah perbedaan setiap anak dapat diterima dan dikembangkan, jika bertumpu
pada konsep Multiple Intelligences sebagaimana pernyataan Howard Gardner :
“kita semua begitu berbeda karena pada hakikatnya kita memiliki kombinasi
inteligensi yang berbeda. Jika kita sadari hal ini, setidaknya kita lebih
berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat berbagai problem yang kita
hadapi dalam hidup di dunia.”
Pada kesimpulannya untuk memfasilitasi perkembangan anak dalam proses
pembelajaran yang bertujuan seoarang anak menjadi bijaksana dan saling menghargai
perlu adanya pengaplikasian Kecerdasan Mejemuk.
24
Disinilah peran orangtua dibutuhkan, karena orangtua adalah gerbang
utama dalam pembentukan seorang anak, sehingga lebih memahami
keberagaman kecerdasan anak untuk pengembangan Kecerdasan Majemuk.
B. Saran
Penulis menyadari dalam penulisan makalah, masih jauh dari kesempurnaan.
Karena itu penulis sangat mengharapkan saran dari berbagai pihak agar bersama
kita bisa memajukan pendidikan bangsa melalui karya tulis.
25
DAFTAR PUSTAKA
Habibah, Nur. 2021. Tes Intelegensi. Modul Praktikum. Digunakan sebagai Pegangan
Praktikum Mata Kuliah Tes Intelegensi. Umsida Pres: Sidoarjo. 2021
Jamine, Juli. 2007. Profesinal’s Guide: Teaching With Multiple Intelegences, terj.
Purwanto Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelegences, Bandung:
Nuansa
Oommen, A. (2014). Factors Influencing Intelligence Quotient. Journal of Neurology
& Stroke, 1(4), 1–5. https://doi.org/10.15406/jnsk.2014.01.00023
26