Disusun untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah “Psikologi Umum”
PAI 8 / Semester II
Miftah Al Husna
2020/2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, dimana kita selalu diberikan
beribu-ribu nikmat baik berupa hikmah, hidayah dan kesehatan sehingga makalah kami yang
berjudul "Intelegensi (Kecerdasan)" ini dapat terselesaikan. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Akhir Pardamean Harahap, M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Umum yang telah memberikan tugas ini untuk bahan pembelajaran dan penilaian.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pula kepada pihak-pihak yang telah membantu
penyelesaian penulisan makalah ini, disamping itu kami juga menyadari bahwa makalah yang
kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap manusia telah mendapat anugerah dari Allah subhanahu wa ta'ala berupa potensi
dasar dan kapasitas yang berbeda-beda untuk berperilaku inteligen. Seiring perjalanan hidupnya,
potensi tersebut berkembang sesuai pengalaman-pengalaman yang diperolehnya. Seiring
perkembangan, seorang anak dapat meningkatkan berbagai kemampuan untuk mengurangi
ketergantungan dirinya kepada orang lain dan berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhannya
sendiri.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa latin yaitu intellegentia yang berarti kekuatan akal
manusia (kecerdasan). Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar
dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional. oleh karena itu inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan
manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
1
Binti Maunah, Psikologi Pendidikan, (IAIN Tulungagung Press, 2014), Hlm. 73-75
2
Halim Purnomo, Psikologi Pendidikan, Lembaga Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat (LP3M), 2019, Hlm. 168-
169.
2
1. Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang
bersangkutan.
2. Perbuatan pelajar sifatnya serasi tujuan dan ekonomis. Untuk mencapai tujuan yang
hendak diselesaikan dicarinya jalan yang efisien, artinya dapat menghemat waktu dan
tenaga.
3. Masalah yang dihadapi harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang
bersangkutan. Seperti halnya suatu masalah yang bagi orang dewasa mungkin mudah
memecahkan masalahnya tanpa harus berpikir panjang, namun bagi anak-anak harus
jawabnya dengan otak dan mampu, maka jawaban anak itu disebut dengan intelegen.
4. Keterangan pemecahan harus dapat diterima oleh masyarakat.
5. Perbuatan intelijen seringkali menggunakan daya mengabstraksi.
6. Perbuatan intelijen bercirikan kecepatan dan ketepatan. Proses pemecahan nya relatif
cepat dan tepat sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.
7. Membutuhkan pemutusan perhatian dan menghindarkan perasaan yang mengganggu
pemecahan masalah yang dihadapi.3
3
Ibid, hlm. 172-173.
4
http://ejurnal.esaunggul. ac.id , Hlm. 5-6.
3
ukuran tertentu yang dapat menyatakan tinggi-rendahnya intelegensi yang diukur yaitu IQ
(Intellegence Quotioent). Intelegensi pada setiap orang tidaklah sama, untuk mengukur
perbedaan kemampuan individu tersebut, para psikolog telah mengembangkan sejumlah tes
intelegensi.5
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon psikolog asal Perancis merancang suatu
alat evaluasi (tes intelegensi ) pertama, yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan
Tes Binet-Simon.
Klarifikasi Interval
Genius IQ diatas 140
Superior IQ 130
Cerdas IQ 120
Normal IQ 90-100
Debil IQ 60-79
Embisil IQ 40-55
Ediot IQ kurang 30
Tabel 1. Perbedaan Tingkat IQ Binet-Simon
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikologi dari Amerika mengadakan banyak
perbaikan tes Binet-Simon. Sumbangan uatamanya adalah menetapkan indeks numerik yang
menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age.
Perbaikan ini disebut Tes Stanford Binet. Tes ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan
anak-anak sampai usia 13 tahun.
𝑀𝐴
IQ = X 100
𝐶𝐴
Ket :
MA = Mental age
CA = Chronological age.
Salah seorang tokoh Charles Sperrman mengemukakan bahwa intelegensi tidak hanya
terdiri dari satu faktor umum (general factor) saja, tatapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih
spesifik. Sedangkan reaksi tes Binet-Simon dan tes Stanford Binet bahwa tes ini terlalu umum.
5
Binti Maunah, op.cit,hlm. 85.
4
Oleh karena itu ia mengembangkan alat tes teori faktor ini (Factor Theory of Intellegence)
dengan WAIS (Wechsler Adult Intellegence Scale) untuk orang dewasa dan WISC (Wechsler
Intellegence Scale For Children ) untuk anak-anak.
Klasifikasi Interval
Very superior IQ diatas 130
Superior IQ 120-129
Bright normal IQ 110-119
Average IQ 90-109
Dull normal IQ 80-89
Borderline IQ 70-79
Mental defectifve IQ 69 kebawah
Tabel 2. Perbedaan Tingkat IQ Berdasarkan Tes WISC6
1. Pembawaan
Sebagian kalangan berpendapat bahwa faktor genetik dapat mempengaruhi taraf
intelegensi seseorang. artinya jika kedua orang tua memiliki intelegensi besar
kemungkinan anaknya memiliki intelegensi tinggi pula akan tetapi hal ini tidak terjadi
demikian ada kalanya kedua orang tua memiliki taraf inteligensi tinggi mempunyai anak
dengan taraf inteligensi pada tingkat rata-rata atau bahkan di bawah rata-rata. sebagian
pakar berpendapat bahwa pengaruh orang tua yang demikian besar terhadap
perkembangan intelegensi anak adalah lebih disebabkan oleh upaya orang tua itu sendiri
dalam memberdayakan anak-anaknya.
2. Kematangan
Setiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ (fisik atau psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai
kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. seperti halnya seorang anak yang
tak dapat memecahkan soal-soal tertentu karena suatu hal itu masih terlalu sukar baginya,
organ-organ tubuhnya dan fungsi-fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan
mengenai soal itu.
3. Pembentukan
6
Andi Thahir, Psikologi Belajar, 2014. Hlm. 51-52.
5
pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Dapat Kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang
dilakukan di sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
4. Minat dan Pembawaan khas
Minat mengarahkan perbuatan pada suatu tujuandan merupakan dorongan bagi
perbuatan. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, yaitu motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivies). Dari manipulasi dan
eksplorasi yang dilakukan terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat
terhadap sesuatu. Apa yang menarik minat seseorang mendorongnya untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik.
5. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode, yang dapat
digunakan dalam memecahkan masalah. Artinya manusia mempunyai kebebasan untuk
memilih metode yang yang digunakan untuk memecahkan masalahnya sesuai dengan
kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya
menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.
6. Lingkungan
Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak, tidak hanya gizi yang
dikonsumsi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan
juga sangat mempengaruhi perkembangan otak. Faktor lingkungan dalam banyak hal
memberi andil yang cukup besar dalam kecerdasan anak. Seperti yang dikemukakan oleh
Conny Setiawan, yaitu : "seseorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme
yang disebut intelegensi yang bersumber dari otaknya, kalau struktur otak sudah
ditentukan oleh biologis, maka berfungsinya otak tersebut sangat dipengaruhi oleh
interaksi dengan lingkungannya."7
7
Binti Maunah, op.cit, hlm. 81-83.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.
oleh karena itu inteligensi tidak dapat diamati secara langsung melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Beberapa tes intelegensi yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut: tes Binet-Simon,
tes Stanford Binet, tes WAIS (Wechsler Adult Intellegence Scale) dan WISC (Wechsler
Intellegence Scale For Children ).
7
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasa, materi dan penyusunannya. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan masukkan yang dapat membangun
penulisan makalah ini maupun makalah-makalah selanjutnya.