Anda di halaman 1dari 20

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

MULTIPLE INTELLIGENCES

Oleh:
Kelompok 6 (Kelas V C)

1. I KADEK DODI PERMANA PUTERA (1413011121)


2. FILDZA RAHMI (1513011029)
3. NI MADE INDAH PUSPITA SANTHI (1513011065)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya dan usaha yang dilakukan penulis diberikan kemudahan
dan kelancaran dalam pembuatan makalah ini sehingga dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah Perkembangan
Peserta Didik. Adapun judul makalah ini adalah “Multiple Intelligences”.
Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak khususnya pembaca sangat kami harapkan. Melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ni Made Sri Mertasari, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pengantar Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika yang
telah membimbing serta memotivasi penulis dalam pembuatan makalah
ini.
2. Pihak keluarga yang telah mendukung dalam doa, dan memberikan banyak
motivasi kepada penulis.
3. Teman-teman sekelas yang juga telah berperan dalam proses pembuatan
makalah ini sebagai rekan sharing sebaya.
Akhir kata, penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang
kurang berkenan dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua pihak.
Om Santih, Santih, Santih, Om

Singaraja, September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... ii


Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
2.1 Hakikat Multiple Intelligences .................................................................. 3
2.2 Implikasi Multiple Intelligences dalam Pendidikan ................................ 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 14
3.1 Simpulan ................................................................................................... 14
3.2 Saran ......................................................................................................... 15
DAFTAR RUJUKAN
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan seseorang secara sadar dan
terencana untuk mengembangkan potensi peserta didik dan melengkapi diri di
kemudian hari. Pendidikan itu sangat penting bagi kehidupan atau masa depan
seorang anak. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pada dasarnya, manusia memiliki beberapa kecerdasan utama sejak terlahir
ke dunia sesuai dengan pembagian kecerdasan pada otak. Dalam mengasah
kecerdasan yang manusia miliki maka diperlukan pendidikan beserta sistemnya
yang sesuai. Dalam belajar, setiap individu pasti melibatkan pikirannya dan juga
di dalam pikirannya itu terdapat intelegensi atau kecerdasan. Intelegensi adalah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang dapat digunakan untuk menyesuaikan
diri terhadap kebutuhan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai
dengan tujuanya. Intelegensi ini sangat penting bagi kehidupan seseorang, karena tanpa
intelegensi tersebut, seseorang tidak akan mampu untuk membedakan sesuatu, baik itu
hal yang nyata ataupun hal yang tidak nyata. Salah satu cara mengukur tingkatan
intelegensi seseorang ialah dengan melakukan tes IQ. Namun intelegensi
seseorang tidak hanya berpatokan pada tes IQ akan tetapi perkembangan
intelegensi seseorang juga perlu melihat aspek-aspek yang ada sehingga
intelegensi yang dimiliki dapat berkembang secara optimal.
Anak didik menjadi cerdas karena seluruh intelegensinya berkembang
secara berimbang. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 yang
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sistem

1
pendidikan nasional yang mengukur tingkat kecerdasan anak didik yang semata-
mata hanya menekankan kemampuan logika. Jadi, sebenarnya pendidikan
nasional haruslah menerapkan kecerdasan majemuk supaya dapat
mengembangkan kecerdasan peserta didik secara optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis untuk mencoba membahas tentang
Multiple Intelligences. Dalam makalah ini, akan dibahas pula implikasinya dalam
dunia pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana hakikat multiple intelligences?
1.2.2 Bagaimana implikasi multiple intelligences dalam pendidikan?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui hakikat multiple intelligences .
1.3.2 Untuk mengetahui implikasi multiple intelligences dalam pendidikan.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut,
1.4.1 Bagi Penulis
Bagi penulis, penulisan ini dapat membatu penulis dalam melengkapi
tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
1.4.2 Bagi pembaca
Bagi pembaca, penulisan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
memahami materi tentang multiple intelligences.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Multiple Intelligences


2.1.1 Pengertian Multiple Intelligences
Dalam kepustakaan psikologi dan pendidikan kita bisa menemukan
beragam definisi mengenai intelegensi atau kecerdasan. Keragaman tersebut
karena teori mengenai kecerdasan atau intelegensi senantiasa berkembang
dari waktu ke waktu. (Rijal, Rahayu, Yuliana; 2012). Sperman (dalam
Suryabrata, 2004), dalam bukunya yang terkenal, yaitu The Abilities of Man
(1927) mengumpulkan atau mengelompokkan konsepsi-konsepsi mengenai
intelegensi yang bersifat spekualitatif-filsafati menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Memberikan definisi mengenai intelegensi umum.
b. Memberikan definisi mengenai daya-daya jiwa khusus yang merupakan
bagian-bagian dari intelegensi.
c. Memberikan definisi intelegensi sebagai taraf umum daripada sejumlah
besar daya-daya khusus.
Penjelasan secara lebih terperinci mengenai pengelompokan
konsepsi-konsepsi mengenai intelegensi adalah sebagai berikut.
a. Intelegensi Umum
 Ebbinghaus (1887) memberi definisi intelegensi sebagai
kemampuan untuk membuat kombinasi.
 Terman (1921) memberi definisi intelegensi sebagai kemampuan
untuk berpikir abstrak.
 Thorndike memberi definisi intelegensi sebagai hal yang dapat
dinilai dengan taraf ketidaklengkapan daripada kemungkinan-
kemungkinan dalam perjuangan hidup individu.
b. Intelegensi Sebagai Kesatuan Daripada Daya-Daya Jiwa Formal
Walaupun secara konsepsional teori psikologi daya itu telah
ditinggalkan orang, namun pengaruh aliran tersebut sampai kini masing
sangat terasa. Konsepsi-konsepsi daya mengenai intelegensi ini dapat
dikatakan merupakan kelanjutan pengaruh psikologi daya itu. Jadi menurut

3
konsepsi ini intelegensi adalah persatuan (kumpulan yang dipersatukan)
daripada daya-daya jiwa yang khusus. Karena itu, pengukuran mengenai
intelegensi juga dapat ditempuh dengan cara mengukur daya-daya jiwa
khusus itu, misalnya daya mengamati, daya mereproduksi, daya berpikir,
dan sebagainya.
c. Intelegensi Sebagai Taraf Umum Daripada Daya-Daya Jiwa
Khusus
Konsepsi-konsepsi ini timbul dari keyakinan, bahwa apa yang
diselidiki dengan tes intelegensi itu adalah intelegensi umum. Jadi
intelegensi diberi definisi sebagai taraf umum yang mewakili daya-daya
khusus (Suryabrata, 2004).
Intelligence (kecerdasan) adalah istilah yang sulit untuk didefinisikan
hingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda di antara para
ilmuwan. Dalam pengertian yang populer, kecerdasan sering didefinisikan
sebagai kemampuan mental umum untuk belajar dan menerapkan
pengetahuan dalam memanipulasi lingkungan, serta kemampuan untuk
berpikir abstrak. (Bainbridge dalam Yaomi, 2012). Multiple intellegences
atau biasa disebut dengan kecerdasan jamak adalah berbagai keterampilan
dan bakat yang dimiliki siswa untuk menyelesaikan berbagai persoalan
dalam pembelajaran. (Fleetham dalam Yaomi, 2012).
Definisi lain tentang kecerdasan mencakup kemampuan beradaptasi
dengan lingkungan baru atau perubahan lingkungan saat ini, kemampuan
untuk mengevaluasi dan menilai, kemampuan untuk memahami ide-ide
yang kompleks, kemampuan untuk berpikir produktif, kemampuan untuk
belajar dengan cepat, belajar dari pengalaman, dan bahkan kemampuan
untuk memahami hubungan. Kecerdasan juga dipahami sebagai tingkat
kinerja suatu sistem untuk mencapai tujuan. Suatu sistem dengan
kecerdasan lebih besar, dalam situasi yang sama, lebih sering mencapai
tujuannya. Cara lain untuk mendefinisikan dan mengukur kecerdasan bisa
dengan perbandingan kecepatan relatif untuk mencapai tujuan dalam situasi
yang sama. (Fritz dalam Yaomi, 2012).

4
Prof. Howard Gardner, seorang ahli psikologi kognitif dari
Universitas Harvad, meneliti tentang intelegensi atau kecerdasan manusia.
Ia mengatakan bahwa IQ tidak boleh dianggap sebagai tinggi atau rendah
seperti tekanan darah manusia, dan kecerdasan seseorang tidak dapat diukur
secara mutlak dengan tes-tes IQ. Ia mengatakan bahwa tes IQ hanya mampu
mengukur kemampuan seseorang dalam mengerjakan tes IQ tersebut saja.
Selanjutnya, ia menemukan bahwa setiap orang memiliki beberapa
kecerdasan, tidak hanya satu kecerdasan. Ia menyebutnya dengan
intelegensi ganda atau Multiple Intelligenes.
Menurut Fleetham (dalam Yaomi, 2012), multiple intellegences
adalah berbagai keterampilan dan bakat yang dimiliki siswa untuk
menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembelajaran. Jadi, dapat
disimpulkan pertama, kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan
berpikir yang terdiri dari beberapa bagian dan merupakan satu kesatuan dan
dimiliki oleh seseorang. Kedua, kecerdasan majemuk adalah kemampuan
seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru dan belajar
dari pengalaman. Ketiga, kemampuan seseorang untuk memecahkan suatu
persoalan dan menghasilkan produk baru dalam situasi yang nyata.
Pada dasarnya setiap anak memiliki kedelapan intelegensi tersebut.
Hanya saja, sering tidak semuanya terasah dengan baik oleh orang tua,
pendidik di sekolah, ataupun sistem pendidikan (kurikulum) nasional,
sehingga kurang berkembang. Padahal dengan mengembangkan seluruh
potensi intelegensi anak sejak dini, berarti kita memberi anak jalan untuk
lebih mudah mencapai puncak sukses kelak di kemudian hari. Kebanyakan
anak memiliki sejumlah intelegensi yang dominan dengan gaya belajar yang
berbeda yang diekspresikan dengan cara yang berbeda. Jika kita melihat
anak tidak tertarik pada satu bidang tertentu, dimungkinkan anak tersebut
mempunyai lebih dari satu intelegensi primer. Namun, dapat juga berarti
sebaliknya, anak tersebut belum cukup matang untuk mengembangkan satu
minat yang kuat.

5
2.1.2 Karakteristik Multiple Intelligences
Ada delapan karakteristk intelegensi/kecerdasan yang dikemukakan
oleh Howard Gardner. Kedelapan karakteristik tersebut dijabarkan sebagai
berikut.
1. Intelegensi Berbahasa (Linguistik)
Intelegensi berbahasa mencakup kemampuan-kemampuan berpikir
dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata
dan kalimat baik lisan maupun tulisan.
2. Intelegensi Logis-Matematis
Intelegensi logis-matematis adalah kemampuan berfikir dalam
penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara
logis, ilmiah, dan matematis.
3. Intelegensi Visual Spasial
Intelegensi visual spasial yaitu kemampuan berpikir dalam citra dan
gambar, seperti kemampuan untuk membayangkan bentuk suatu objek.
4. Intelegensi Musikal
Intelegensi musikal adalah kemampuan berpikir dengan nada, ritme,
irama, dan melodi pada suara alam.
5. Intelegensi Kinestetik Tubuh
Intelegensi kinestetik tubuh, yaitu kemampuan yang berhubungan
dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan
tubuh seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan
dengan mudah dan cekatan.
6. Intelegensi Intrapersonal
Intelegensi intrapersonal adalah kemampuan berpikir untuk
memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi.
Intelegensi ini menjadiakan anak memiliki kemampuan menggunakan
kehidupan emosional untuk memahami dirinya sendiri. Anak dengan
kecerdasan ini suka mencatat apapun yang dipikirkan dan dirasakan, mampu
menentukan dan memutuskan sendiri langkah yang akan dipilih menyadari
kelebihan dan kekurangannya.

6
7. Intelegensi Interpersonal
Intelegensi interpersonal adalah kemampuan berkomunikasi dan
berinteraksi dengan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini biasanya
memiliki banyak teman, menyukai permainan yang banyak teman, dan
cenderung jadi penengah diantara teman-temannya.
8. Intelegensi Naturalis
Intelegensi naturalis adalah kemampuan untuk memahami gejala
alam. Anak yang memilliki kecerdasan seperti ini mampu mengenali dan
mengelompokkan sejumlah binatang dan tanaman, biasanya berada di luar
ruangan, suka mengumpulkan batu-batuan dan menangkap serangga, dan
senang merawat tanaman.
Kecerdasan-kecerdasan yang menjadi bagian dari multiple
intelligences dikatagorikan berdasarkan hal-hal berikut.
a. Letak dalam otak
Gardner mengamati bahwa orang-orang yang pernah mengalami
kecelakaan atau penyakit tertentu mempengaruhi wilayah otak tertentu pula.
Cedera ini mengganggu kecerdasan tertentu, tetapi sama sekali tidak
mempengaruhi kecerdasan yang lain. Orang yang mengalami cidera di
wilayah Broca (lobus kiri depan), misalnya akan mengalamai kesulitan
memproduksi ujaran, tetapi masih dapat mengerjakan soal matematika,
menari, mengekspresikan perasaan, dan menjalin hubungan dengan orang
lain. Berikut ini merupakan sistem neurologis dalam otak yang merupakan
wilayah primer tiap jenis kecerdasan.
Tabel 1. Wilayah Kecerdasan dalam Otak
Jenis Kecerdasan Wilayah Primer dalam Otak
Linguistik Lobus temporal kiri dan lobus bagian
depan
Matematis-logis Lobus bagian depan kiri dan parietal
kanan
Spasial Bagaian belakang hemisfer kanan
Kinestetik-jasmani Serebelum, basal ganglia, motor korteks
Musikal Lobus temporal kanan

7
Interpersonal Lobus bagian depan, lobus temporal
(terutama hemisfer kanan), sistem limbik
Intrapersonal Lobus bagian depan, lobus parietal, sistem
limbik
Naturalis Wilayah lobus parietal kiri yang penting
untuk membedakan makhluk hidup dan
benda mati

b. Adanya bukti personalitas


Gardner memberi contoh profil pada orang-orang tertentu yang sangat
menonjol pada satu jenis kecerdasan tertentu, tetapi rendah dalam
kecerdasan lain atau savant. Contohnya adalah seperti tokoh dalam film
Rainman yang mampu menghitung angka dengan amat cepat tetapi tidak
mampu merawat diri sendiri, kemampuan bahasa yang tidak berkembang,
dan rasa percaya diri yang rendah. Ada pula orang yang dapat membuat
patung dengan sangat indah tetapi tidak bisa membaca atau mempunyai
nada suara sempurna tapi harus ditolong saat mengikat tali sepatu.
c. Waktu kemunculan dan perkembangan
Kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan yang bernilai budaya dan
seseorang mengikuti pola perkembangan tertentu. Musik berkembang lebih
awal dan bertahan lama (sampai tua), kecerdasan visual dalam wujud
melukis dapat muncul pada usia dewasa.
Table 2. Waktu Kemunculan dan Perkembangan Kecerdasan

Kecerdasan Kemunculan Perkembangan


Linguistik Meledak pada masa anak-anak terus
berlanjut hingga usia lanjut.
Matematis – Logis Memuncak pada masa remaja dan awal
dewasa, menurun setelah 40 tahun
Spasial Usia 9-10 tahun dan peka artistik
sampai tua
Kinestetis – Jasmani Bervariasi, bergantung pada komponen
kekuatan, fleksibilitas, domain

8
gimnastik
Musikal Berkembang paling awal, si genius
kadang mengalami krisis perkembangan
Interpersonal Masa kritis tiga tahun pertama
Intrapersonal Pembentukan batas diri dan orang lain
masa 3 tahun pertama
Naturalis Muncul secara dramatis pada sebagian
anak dapat dikembangkan melalui
sekolah atau pengalaman

d. Sistem Simbol
Setiap kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki simbol
masing-masing yaitu sebagai berikut.
Table 3. Sistem Simbol Kecerdasan
Kecerdasan Sistem Simbol
Linguistik Simbol fonetis/sistem bunyi suatu
bahasa
Matematis-Logis Simbol matematis
Spasial Simbol ideografis
Kinestetis Bahasa isyarat, Braille
Musikal Notasi musik, kode morse
Interpersonal Simbol sosial, ekspresi, gerak isyarat
Intrapersonal Simbol diri (dalam mimpi & karya
seni)
Naturalis Klasifikasi, peta habitat

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Multiple Intelligences


Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor
individu siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah program-
program yang di rancang oleh guru. Guru harus mengembangkan
intelegensi anak dengan menggunakan metode pembelajaran yang

9
bervariasi. Hal ini dikarenakan mengingat perkembangan dan kemampuan
seorang individu berbeda satu sama lainnya. Ada seseorang yang mampu
menangkap dan memecahkan masalah dengan cepat, namun dia sedikit
ceroboh. Dan ada juga seseorang lain yang sangat lambat dalam
memecahkan masalah, namun dia sangat teliti dalam menghadapi
masalahnya tersebut. Ini hanya sebagian kecil saja contoh perilaku atau
perbedaan tingkat intelegensi yang ada dalam diri individu sendiri.
Lingkungan juga turut andil dalam perkembangan kemampuan (intelegensi)
tersebut, mengingat bahwa seorang anak tidak hanya berada dalam
lingkungan sekolah saja, melainkan mereka juga hidup dalam lingkungan
lain seperti, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang pastinya
turut memengaruhi kehidupan dan perkembangan intelegensi mereka.
Intelegensi seseorang dengan yang lain cenderung berbeda-beda.
Hal ini karena beberapa faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi inteligensi antara lain sebagai berikut.
1. Pembawaan
Pembawaan ini ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa
sejak lahir. Batas kesanggupan kita adalah dapat tidaknya memecahkan
suatu soal. Pembawaan inilah yang ditentukan oleh orang tua kita.
Meskipun mendapat latihan dan perlakuan yang sama, tetapi hasilnya
tetaplah berbeda.
2. Kematangan
Kematangan ini berhubungan erat dengan umur. Kita tahu bahwa tiap
organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan,
baik itu organ fisik maupun psikis. Suatu organ dikatakan matang jika ia
mampu menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tidak mampu
memecahkan suatu soal tertentu karena masih terlalu sukar baginya. Hal ini
disebabkan karena organ-organ tubuhnya serta fungsi-fungsi psikisnya
belum matang mengenai hal itu.

3. Pembentukan

10
Pembentukan merupakan segala hal yang berada di luar diri seseorang
yang dapat mempengaruhi intelegensi seseorang. Dalam hal ini dibedakan
kedalam dua pembentukan, yaitu pembentukan sengaja seperti yang
dilakukan di sekolah-sekolah, dan pembentukan tidak sengaja yang
merupakan pengaruh dari alam sekitar.
4. Minat dan Pembawaan Khas
Minat dalam diri seseorang mengarahkan perbuatan pada suatu tujuan
dan merupakan dorongan bagi perbuatan tersebut. Dalam diri manusia pun
sering kita tahu adanya motif-motif yang mendorong manusia berinteraksi
dengan dunia luar. Hal inilah yang lama-kelamaan menimbulkan minat pada
suatu hal. Suatu hal yang diminati oleh manusia dapat memberikan
dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
5. Kebebasan
Kebebasan dalam hal ini berarti bahwa manusia itu boleh memilih
metode yang akan ia gunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapinya. Hal ini juga berimplikasi bahwa manusia boleh memilih
masalah sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu
dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak
dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.

2.2 Implikasi Multiple Intelligences dalam Pendidikan


Dengan berkembangnya konsep multiple intelligences dan dengan
diterimanya teori tersebut dalam dunia pendidikan , maka mau tidak mau pendidik
perlu membantu tumbuh kembang anak dalam berbagai rencana, pelaksanaan, dan
evaluasi program yang memberi wadah bagi perkembangan semua jenis
kecerdasan mereka.
Dalam konsep multiple intelligences, perbedaan individual peserta didik
diterima dan di layani dengan suatu keyakinan berpijak sebagaimana dinyatakan
Howard Gardner bahwa “kita semua begitu berbeda karena pada hakikatnya
kita memiliki kombinasi intelegensi yang berbeda. Jika kita sadari hal ini,
setidaknya kita lebih berpeluang untuk mampu mengatasi secara tepat berbagai

11
problem yang kita hadapi dalam hidup di dunia”. Teori Multiple Intelligences
melahirkan suatu paradigma baru dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan
atau pembelajaran. Pertama, perubahan pola pikir para guru. Pola pikir yang
dimaksud dalam hal ini adalah para guru harus mengubah cara berpikir bahwa di
dalam kelas tidak ada siswa yang bodoh, apalagi beranggapan bahwa sebagian
siswa cerdas, sebagian sedang-sedang saja, dan sebagian lainnya tidak cerdas.
Dengan kata lain, guru harus memandang bahwa pada dasarnya semua siswa
adalah cerdas, cerdas dalam aspek yang berbeda-beda. Kedua, perubahan desain
dan strategi pembelajaran. Karena berasumsi bahwa intelegensi siswa beragam,
maka guru mata pelajaran apapun perlu memasukkan dan mengolah materi yang
akan diajarkan sesuai dengan intelegensi siswa-siswa tersebut. Guru perlu
mengajar dengan model bervariasi, karena ada siswa yang mudah belajar dengan
cara melihat dengan komposisi warna-warna tertentu, ada yang mudah
menangkap dengan cara memberikan gerakan-gerakan, ada yang dapat dengan
mendengar atau hanya dengan abstraksi saja. Sehingga siswa merasa dibantu
secara tepat.
Sebagai sebuah konsep baru, aplikasi teori kecerdasan ganda di kelas
masih dalam proses eksploratif. Masing-masing guru dapat menerapkannya
dengan berbagai cara. Menurut Armstrong (2004) belum ada petunjuk standar
yang harus diikuti. Gagasan-gagasan yang digunakan oleh para ahli selama ini
barulah sebatas usulan, seperti Armstrong sendiri mengusulkan pembelajaran
dilakukan secara tematis dengan memperhatikan keunikan atau jenis kecerdasan
yang menonjol pada setiap anak.
Multiple intelligences sebagai suatu konsep baru berdampak pada
pembuatan desain dan kurikulum sekolah. Teori Multiple Intelligences
menganjurkan bahwa ada beberapa kecerdasan manusia yang relatif independen
dan dapat dijadikan model dan dikombinasikan dalam keserbaragaman cara agar
sesuai dengan masing-masing individu dan budaya. Independensi masing-masing
jenis kecerdasan ini dapat ditunjukkan pada kasus orang tidak dapat menguasai
matematika, tetapi dia amat cepat membuat atau memahami arti keindahan sebuah
lukisan atau komposisi lagu.

12
Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam menerapkan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences antara lain sebagai berikut.
1. Memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa
Memberdayakan semua intelegensi pada setiap mata pelajaran diibaratkan
meng-input melalui jalur ke dalam otak memori siswa. Contohnya TIK berikut :
siswa dapat mempelajari proses fotosintesis melalui tujuh intelegensi. Intelegensi
yang tercakup dalam TIK tersebut adalah intelegensi linguistik, logis-matematis,
visual spasial, kinestetik tubuh, intrapersonal, interpersonal, dan naturalis. Dengan
demikian, tingkat belajar siswa akan lebih tinggi dibandingkan jika siswa hanya
membaca buku atau mendengar penjelasan dari guru saja.
2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan
intelegensi yang menonjol pada setiap siswa.
Langkah ini dapat diterapkan jika guru telah mengidentifikasi intelegensi
siapa yang menonjol pada siswa-siswanya. Dengan demikian strategi
pembelajaran yang dipilih lebih bersifat individual atau personal. Untuk siswa
yang lebih menonjol pada intelegensi linguistik maka guru harus merancang
program pembelajaran yang dapat merangsang dan mengembangkan intelegensi
siswa dalam kemampuan berbahasa dan seterusnya.
Hambatan yang mungkin dialami beberapa guru pada saat pengembangan
program pembelajaran yang menerapkan teori multiple intelligences, antara lain
sebagai berikut.
1. Guru belum mempunyai wawasan yang cukup tentang multiple intelligences.
2. Guru butuh dukungan dari pimpinan sekolah atau pengelola sekolah untuk
mengembangkan program-program pembelajaran yang berbasis multiple
intelligences karena untuk persiapan pengembangan program pembelajaran
memerlukan waktu lama serta bimbingan narasumber.
3. Dukungan dari sekolah yang belum maksimal, dalam penyediaan sarana
belajar seperti alat peraga atau media pembelajaran dan ruang belajar yang
kondusif dan lain-lain tergantung kegiatan-kegiatan apa yang akan
dilaksanakan serta sumber materi apa yang akan digunakan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Kecerdasan majemuk adalah suatu kemampuan berpikir yang terdiri dari
beberapa bagian dan merupakan satu kesatuan dan dimiliki oleh seseorang, untuk
menyesuaikan diri dengan situasi-situasi baru dan belajar dari pengalaman dan
menghasilkan produk baru dalam situasi yang nyata. Ada delapan karakteristik
intelegensi atau kecerdasan yang dikemukakan oleh Gardner, yakni : (1)
intelegensi linguistik; (2) intelegensi logis-matematis; (3) intelegensi visual
spasial; (4) intelegensi musikal; (5) intelegensi kinestetik tubuh; (6) intelegensi
intapersonal; (7) intelegensi interpersonal; dan (8) intelegensi naturalis. Faktor-
faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi adalah faktor internal dan
eksternal yang diantaranya pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan
pembawaan khas, dan kebebasan.
Teori Multiple Intelligences melahirkan suatu paradigma baru dalam
penyelenggaraan kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Pertama, perubahan
pola pikir para guru. Pola pikir yang dimaksud dalam hal ini adalah para guru
harus mengubah cara berpikir bahwa di dalam kelas tidak ada siswa yang bodoh.
Kedua, perubahan desain dan strategi pembelajaran. Guru perlu mengajar dengan
model bervariasi. Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences antara lain : (1)
memberdayakan semua intelegensi yang dimiliki setiap siswa; dan (2)
mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan intelegensi yang
menonjol pada setiap siswa. Hambatan yang mungkin dialami beberapa guru pada
saat pengembangan program pembelajaran yang menerapkan teori multiple
intelligences, antara lain : (1) Guru belum mempunyai wawasan yang cukup
tentang multiple intelligences. (2) Guru butuh dukungan dari pimpinan sekolah.
(3) Dukungan dari sekolah yang belum maksimal.

14
3.2 Saran
Mengingat betapa pentingnya konsep multiple intellegences dalam kaitan
dengan kehidupan sehari-hari, maka kita sebagai calon guru hendaknya dapat
memahami konsep multiple intellegences dengan baik. Sehingga nantinya ketika
kita menjadi seorang tenaga kependidikan yang mampu menanamkan konsep
multiple intellegences kepada siswa dengan baik, agar proses pembelajaran
tersebut dapat berjalan dengan baik dan optimal.
Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di sekolah
adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan. Maka perlu adanya
pembinaan para guru khususnya tentang multiple intellegences agar bisa
mencerdaskan siswa terutama pendidikan yang ada di lingkungan sekolah.

15
DAFTAR RUJUKAN

Amstrong, Michael dan Baron. 2004. Performance Management. Alih Bahasa:


Toni Setiawan. Tugu Publisher. Yogyakarta.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah; Konsep
Dasar. Jakarta : Depdiknas.
Musfiroh, Tadkiroatun. Multiple Intelligences an Implikasinya dalam Pendidikan.
Fakhriyah, Fina. 2013. Implementasi Multiple Intelligences dalam Pembelajaran
Tematik di Sekolah Dasar.
Spearman, C. 1927. The Abilities of Man: Their Nature and Measurement. New
York: Macmillan.
Sudjarwo S. 1989. Beberapa Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta :
Mediyatama Sarana Perkasa.
Suryabrata, Sumadi. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT Raya Grafindo
Persada.
Yaomi, Muhammad. 2012. Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences.
Jakarta: PT Dian Rakyat.
PERMASALAHAN

1. Teori Multiple Intelligences melahirkan suatu paradigma baru dalam


penyelenggaraan kegiatan pendidikan atau pembelajaran. Salah satunya,
perubahan pola pikir para guru. Pola pikir yang dimaksud dalam hal ini
adalah para guru harus mengubah cara berpikir bahwa di dalam kelas tidak
ada siswa yang bodoh, apalagi beranggapan bahwa sebagian siswa cerdas,
sebagian sedang-sedang saja, dan sebagian lainnya tidak cerdas. Dengan kata
lain, guru harus memandang bahwa pada dasarnya semua siswa adalah
cerdas, cerdas dalam aspek yang berbeda-beda. Bagaimana tanggapan
mengenai hal tersebut ?
2. Sejak kecil Michael Ifianto, atau yang lebih dikenal dengan Miki, ia suka
menggambar, mulai kelas 2 SD ia sering ikut lomba menggambar di berbagai
event di Surabaya dan sering menjadi juara. Ia ikut les menggambar. Waktu
SMP Miki sering menggambar di saat pelajaran sehingga nilai-nilainya jelek.
Ketika tidak naik kelas, ia pun pindah sekolah. Di sekolah barunya ini guru
BK nya bilang supaya ia berusaha lulus saja dari sekolah. Di sekolah ia
mengaku tidak pernah termasuk siswa yang dianggap “cerdas”. Benarkah ia
tidak cerdas? Bagaimana sebagai seorang guru apakah harus memaksa atau
biarkan sesuai bakatnya berkembang?
3. Seorang siswa SMA kelas III IPS yang bernama Agus. Di sekolah ia memliki
IQ yang lumayan tinggi atau bisa dikatakan pintar, tetapi baru-baru ini ia
mengalami kecelakan yang menyebabkan ia mengalami cedera di bagian
kepala. Apakah intelligences seseorang akan menurun setelah mengalami
kecelakaan atau penyakit yang menyangkut otak?
4. Jika seseorang siswa memiliki multi intelegences lalu dalam waktu
pembuatan kelompok di kelas, siswa tersebut berkelompok dengan siswa
biasa lainnya. Saat pengerjaan tugas kelompok siswa yang memiliki multi
intelegences mengerjakan sendiri, siswa yang lainnya mendapatkan jawaban
yang sudah ada. Sebagai seorang guru bagaimana siasat kalian mengatasi hal
tersebut?

Anda mungkin juga menyukai