Anda di halaman 1dari 15

MULTIPLE INTELLIGENCE/KECERDASAN MAJEMUK

PENGENALAN PESERTA DIDIK

OLEH

Selly Septi Pertama : 1513034001


Eko Media Deneski : 1513034003
Bimo Bramantio : 1513034011
Febri Mulyanti : 1513034019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Peserta Didik juga
untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang
semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan.  Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Pengantar Peserta Didik  yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Bandar Lampung, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................1
1.1    Latar Belakang..................................................................................................1
1.2    Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3    Tujuan Penulisan..............................................................................................2
Bab II Pembahasan ........................................................................................3
2.1 Sejarah/lahirnya Kecerdasan Majemuk......................................................3
2.2 Pengetian Kecerdasan Majemuk.................................................................4
2.3 Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk...............................................................6
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan...........................................14
2.5 Manfaat Kecerdasan Majemuk...................................................................15
2.6 Perkembangan Kecerdasan Majemuk.........................................................16
Bab III Penutup.................................................................................................18
3.1 Kesimpulan ................................................................................................18
3.2 Saran...........................................................................................................18
Daftar Pustaka...................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan.

Menurut Dr. Thomas Amstrong, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang
memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain :
keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas,
Teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) memandang kecerdasan tidak hanya
berdasarkan kemampuan logika atau bahasa saja, namun memiliki kecerdasan-kecerdasan
lain yang selama ini tidak menjadi perhatian. Kecerdasan tidak dilihat sebagai berhasil
dengan baik mengerjakan tes atau mengingat sejumlah tugas tertentu, namun sebagai
kemampuan untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang berharga dalam
lingkungannya. Hal ini terjadi karena seperti yang diungkapkan oleh Kuhn (1962) bahwa : (a)
inteligensi bukanlah harga mati atau secara statis terberi saat lahir; (b) inteligensi dapat
dipelajari, diajarkan, dan ditingkatkan; serta (c) inteligensi merupakan suatu fenomena yang
bersifat multidimensional dan dapat muncul dalam berbagai tingkat dalam
otak/pikiran/system kebutuhan kita.
1.2  Rumusan Masalah

1.2.1        Sejak kapan manusia mulai mengenal kecerdasan majemuk?


1.2.2        Apa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk?
1.2.3        Apa saja jenis-jenis kecerdasan majemuk!
1.2.4        Faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan?
1.2.5        Apa saja yang merupakan faktor pendorong dan penghambat kecerdasan
1.2.6        Kenapa mempelajari kecerdasan majemuk itu penting?

1.3  Tujuan Penulisan


1.3.1    Untuk mengetahui sejarah kecerdasan majemuk atau multiple intelligence
1.3.2    Untuk mengetahui pengertian kecerdasan majemuk
1.3.3    Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan majemuk
1.3.4    Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan
1.3.5    Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat kecerdasan
1.3.6    Untuk mengetahui manfaat mempelajari kecerdasan majemuk
1.3.7    Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengenalan peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence


Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Prof. Howard Gardner
pada yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvar
Graduate School of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University
School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang
perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-
kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang
berlainan.

Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences berawal dari karya Horward Gardner
dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian selama
beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif Capacities). Gardner
menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya
mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun sebagian besar individu menunjukkan penguasaan
yang berbeda, individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan
membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi.
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar
dapat dimasukkan dalam teorinya diantaranya adalah:
1.      Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misalnya Matematika jelas ada lambang, Musik ada
lambang, kinestetik ada lambang atau irama gerak (seperti: lambaian tangan, untuk selamat
tinggal atau mau tidur dan lain-lain). 
2.      Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak seperti IQ yang meyakini
bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat kelahiran atau tidak berubah,
MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa
kanak-kanak, mempunyai periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup
dan berisikan pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring dengan
semakin tuanya seseorang.
3.    Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada wilayah otak
tertentu. Misalnya orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal pada belahan otak kiri, tidak
mampu berbicara atau menulis dengan mudah, namun tanpa kesulitan dapat menyanyi,
melukis dan menari. Orang yang Lobus, Temporalnya yang kanan yang rusak, mungkin
mengalami kesulitan di bidang musik tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan
menulis. Pasien dengan kerusakan pada Lobus Oksipital belahan otak kanan mengkin
mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati detail visual.  

Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya.Artinya tidak harus
Matematis-Logis yang penting atau Spatial atau Musik, atau tergantung budaya masing-
masing misalnya ada kemampun naik kuda, melacak jejak dan lain-lain dalam budaya
tertentu itu sangat penting dan lain-lain

2.2 Pengertian Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence

Sebelum kita mengetahui mengenai apa itu kecerdasan majemuk, terlebih dahulu kita ketahui
apa yang dimaksud dengan kecerdasan. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagi
berikut:
1.      Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam
suasana budaya.
2.      Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang sasaran
harus dicapai.
3.      Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat kea rah sasaran tersebut (Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Tidak hanya mendefinisikan kecerdasan Prof. Howard Gardner mendefinisikan mengenai
kecerdasan majemuk/ganda. Seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard ini
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan ganda (multiple intelligences) adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam
satu latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah,
ia memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan
konteksnya. Kemampuan “memecahkan” masalah tidak hanya berkaitan dengan berhasil atau
tidaknya menghitung perkalian, namun juga meliputi kemampuan membentuk suatu tim,
kemampuan untuk mengatur anggota dalam kelompokguna bersama-sama memecahkan
masalah yang sulit, dan lain-lain. Sementara itu “menciptakan suatu produk” meliputi
kemampuan membentuk sesuatu dari lilin (tanah liat), menciptakan suatu bentuk tarian, dan
sebagainya. Sedangkan “bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu” berkaitan dengan
apa dampaknya bagi lingkungan, keuntungan yang dapat dipetik oleh orang lain. Misalnya,
dapat dinikmati keindahannya, anggota tim dapat bekerja lebih sistematis.
Gardner memandang kecerdasan tidak semata-mata berdasarkan skor tertentu yang telah
memiliki nilai standar melainkan berdasarkan ukuran kemampuan yang dikuasai oleh
individu. Pendekatan ini mencoba memahami bagaimana pikiran individu dalam menjalankan
kehidupan, baik yang berkaitan dengan benda-benda konkret maupun hal-hal yang bersifat
abstrak sehingga bagi Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanyalah
anak yang lebih menguasai satu bidang tertentu atau beberapa bidang lain. Oleh karena itu,
bidang atau kecerdasan tertentu yang kurang dikuasai dapat distimulasi agar lebih terampil.
Namun demikian, Gardner juga mempercayai bahwa setiap individu memiliki kecenderungan
untuk cerdas pada satu bidang tertentu sehingga individu tidak memerlukan usaha yang susah
payah untuk mengembangkannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka Gardner
mengembangkan suatu kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur apakah potensi yang
dimiliki oleh seseorang memang merupakan suatu kecerdasan yang sesungguhnya.
2.3 Jenis-jenis Kecerdasan
Gardner menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang kemudian berkembang menjadi 10
jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu, yaitu :
1.      Kecerdasan Linguistik.
Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya
pendongeng, orator, atau politis) maupun tertulis (misalnya sastrawan, penulis drama, editor,
wartawan). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini meliputi
kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur, fonologi, semantik dan pragmatik.
Ciri-ciri anak dengan kecerdasan linguistic yang menonjol biasanya senang membaca,
pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing, mempunyai
perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang
membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat
nama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-atik kata, kata-kata tersembunyi, scrabble
atau teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan atau pantun) dan senang membaca tentang
ide-ide yang menarik minatnya.
2.      Kecerdasan Matematis-Logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika, akuntan
pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar misalnya, sebagai ilmuwan,
pemrogaman computer, atau ahli logika). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.
2010). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola hubungan logis, pernyataan dan dalil,
fungsi logis dan abstraksi lain.
Seseorang dengan kecerdasan matematis logis yang tinggi biasanya memiliki
ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan
matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang menghitung, suka membuat
perkiraan, menerka jumlah (seperti menerka jumlah uang logam dalam sebuah wadah),
mudah mengingat angka-angka serta skor-skor, menikmati permainan yang menggunakan
strategi seperti catur atau games strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya
(yang dikenal dengan sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis
asah otak atau teka-teki logika, senang menemukan cara kerja komputer, senang mengelola
informasi kedalam tabel atau grafik dan mereka mampu menggunakan komputer lebih dari
sekedar bermain games.
3.      Kecerdasan Spasial
Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat (misalnya, sebagai
pemburu, pramuka, pemandu) dan mentrasformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut
(misalnya, decorator interior, arsitek, seniman, atau penemu). Kecerdasan ini meliputi
kemampuan membayangkan, mempersentasikan ide secara visual atau spasial, dan
mengorientasikan diri secara tepat dalam atriks spasial. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam spasial biasanya lebih mengingat
wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk
membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah
melihat berbagai objek dalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan
sesuatu, senang membongkar pasang, senang membaca atau menggambar peta, senang
melihat foto-foto/gambar-gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia
disekelilingnya, senang mencorat-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan
realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar
dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak hal, senang memecahkan
teka-teki visual/gambar serta ilusi optik dan suka membangun model-model atau segala hal
dalam 3 dimensi. Anak dengan kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga
cenderung kreatif dan imajinatif.
4.      Kecerdasan Kinetis-Jasmani
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan
(misalnya, sebagai aktor, pemain pantonim, atlet, atau penari) dan keterampilan
menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai perajin,
pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan
fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan,
dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan (proprioveptive) dan hal yang
berkaitan dengan sentuhan (tactile & haptic). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.
2010).
Anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh cenderung suka bergerak
dan aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik serta suka bergerak
sambil berpikir, mereka juga senang berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi
teman-temannya, senang berolahraga atau berprestasi dalam bidang olahraga tertentu,
terampil membuat kerajinan atau membangun model-model, luwes dalam menari, senang
menggunakan gerakan-gerakan untuk membantunya mengingat berbagai hal.
5.      Kecerdasan Musikal
Kemampuan menangani bentuk-bentuk musical, dengan cara mempersepsi (misalnya
pemikat music), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya,
sebagai composer), dan mengekspresikan (misalnya sebagai penyanyi). Kecerdasan ini
meliputi kepekaan pada, irama, pola titik nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara
suatu lagu. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam bermusik biasanya senang menyanyi,
senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik, mampu membaca not
balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mampu mendengar perbedaan antara
instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan bersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi
sambil berpikir atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara
disekelilingnya, senang membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung,
bertepuk tangan, menjentikkan jari atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis
lagu-lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu
untuk fakta-fakta tersebut.
6.      Kecerdasan Interpersonal.
Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta
perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak
isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan
menanggapi secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya
mempengaruhi sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu). (Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Jika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya ia suka
mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang
membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan
mengasyikkan, senang membantu sesamanya yang sedang bertikai agar berdamai, percaya
diri ketika bertemu dengan orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri
dan teman-temannya, mudah menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan
mengamati mereka, mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk
bekerja sama atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih
suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, dan senang bersukarela untuk
menolong sesama. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya disukai teman-
temannya karena ia mampu berinteraksi dengan baik dan memiliki empati yang besar
terhadap teman-temannya.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat. (kekuatan dan keterbatasan
diri) ; kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan. Serta
kemampuan berdisplin diri, memahami dan menghargai diri. (Yatim Riyanto, Paradigma
Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiri biasanya lebih
suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan serta meraih sasaran-
sasarannya sendiri, mengetahui bagaimana perasaannya dan mengapa demikian dan
seringkali ia menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal
yang penting baginya. Anak dengan kecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan
bidang yang menjadi kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Anak seperti
ini biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan
cita-citanya di suatu hari nanti.
8.      Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan
sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya formasi
awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan,
kemampuan membedakan benda tak hidup, seperti karet dan sampul kaset CD. (Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya suka binatang,
pandai bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau di lingkungannya, peduli tentang
alam serta lingkungan. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam
bebas, senang memperhatikan alam dimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat
dan acara yang berbeda-beda.
9.      Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan (Gardner, 2003). (Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para
filsuf.
10.  Spiritual
Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesatu yang bersifat transenden atau penyadaran
akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran Tuhan. Kecerdasan ini meliputi
kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi, dan keikhlasan. Misalnya menghayati
batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan
buruk. Mengaktualisasikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan keyakinannya.

a.      Poin-poin kunci dalam teori kecerdasan majemuk


Disamping pembahasan kedelepan kecerdasan perlu diperhatikan beberapa poin tentang
model kecerdasan majemuk berikut ini:
1.      Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
2.      Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat
penguasaan yang memadai.
3.      Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.
4.      Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
b.      Kecerdasan majemuk dan perkembangan kepribadian
Untu menerapkan suatu model pembelajaran di lingkungan sekolah. Guru harus terlebih
dahulu menerapkan model tersebut apabila tidak memiliki pemahaman empiris tentang teori
tersebut dan menjalaninya sendiri sulit bagi guru menerapkan model tersebut pada anak
didik. Ketika guru mulai menerapkannya pada diri sendiri akan akan jelas terlihat bagaimana
kefasihan guru atau kekurang fasihan guru. Menggunakan kedelapan kecerdasan itu dapat
mempengaruhi kecakapan guru ketika menjalankan peran-peran sebagai pendidik. Teori
kecerdasan majemuk adalah model yang sangat tepat baik untuk melihat kekuatan mengajar
maupun untuk mempelajari wilayah-wilayah yang perlu diperbaiki.
c.       Faktor – Faktor Penting Dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :

 Orang tua murid


 Guru
 Kurikulum dan fasilitas
 Sistem penilaian

Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang
optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua,
dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada
anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan
kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.

Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada
dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :

 Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa


 Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.

Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan
hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses
belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru
untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan
antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali
karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.

Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka  langkah – langkah berikutnya
adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu
yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :

 30 % pembelajaran langsung
 30 % belajar kooperatif
 30% belajar independent

Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan
sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran.
Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru
yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan
yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan  instrumen musik, ia
juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.

Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas
pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan
siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.

Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan  pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan
spesifik.

Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda
berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang
menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu
cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi
lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress)  yang diperlihatkan oleh siswa dalam
mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem
seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada
perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah
keterampilan atau pengetahuan.

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi mengenai faktor yang mempengaruhi


intelegensi sampai saat ini belum ada kesamaan pendapat secara utuh dan bulat seperti yang
di sampaikan Torndike dengan teori multifaktor yang menjelaskan bahwa intelegensi itu
tersusun atas beberpa faktor. Menurut beberapa tokoh faktor yang mempengaruhi intelegensi
;
1.      Spearman, intelegensi mengandung dua faktor yaitu; General ability (faktor G) dan specific
ability (faktor S). Teori ini dikenal dengan Two Factor Theory.
2.      Robert J. Sternberg Intelegence is capacity to learn from experience, and ability to adapt to
the surounding environment atau intelegensi ialah kecakapan untuk belajar dari pengalaman
dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Intelegensi (setiap orang berbeda)
1.      Faktor pembawaan, faktor ini ditentuka oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas-batas atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain di tentukan oleh faktor
pembawaan. Oleh karena itu dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar,
dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelatihan dan pengajaran yang sama.
2.      Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan dengan perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan
atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang
diamati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik
lagi.
3.      Faktor pembentukan, pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat di bedakan antara pembentukan yang tidak
disengaja, misal; pengaruh alam disekitarnya.
4.      Faktor kematangan, dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang.
Anak kelas satu SD mengerjakan soal matematika kelas empat SD belum mampu
mengerjakannya, karena soal-soal itu masih terlampau sukar. Organ tubuhnya dan fungsi
jiwanya masih belum matang menyelesaikan saoal tersebut dan kematang berhubungan erat
dengan umur.
5.      Faktor kebebasan, manusia memilih metode tertentu dalam memecahkan memecahkan
masalah yang dihadapi.

2.5              Pendorong dan Penghambat Kecerdasan


Crystallizing Experiences dan Paralyzing Experiences adalah dua proses kunci dalam
perkembangan kecerdasan.

Pengalaman yang mengkristalkan (Crystallizing Experiences) adalah “titik balik” dalam


perkembangan bakat dan kemampuan orang, sering kali titik balik itu terjadi pada awal
masakanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup.

Sedangkan pengalaman yang melumpuhkan (Paralyzing Experiences) untuk menyebut


pengalaman yang mematikan “kecerdasan”, misalnya seorang guru mungkin
mempermalukan siswa di depan kelas.

Pengalaman yang melumpuhkan sering kali dipenuhi oleh perasaan malu, rasa bersalah,
takut, kemarahan dan emosi negatif lain (miller, dalam amstrong, 2002).

Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat


perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:

1.      Akses ke sumber daya atau mentor;


2.      Faktor historis-kultural;
3.      Faktor geografis;
4.      Faktor keluarga;
5.      Faktor situasional;
2.6 Manfaat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Manfaat Multiple Inteligences (kecerdasan majemuk) di dalam proses pendidikan yaitu:


1.     Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk  dalam melaksanakan proses
pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat dilakukan seperti menggambar, menciptakan
lagu, mendengarkan musik, dan melihat pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang vital ke
dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses
belajar  menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini
dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2.     Dengan kecerdasan majemuk, maka seorang pendidik menyediakan kesempatan bagi
siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.

3.      Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam mendukung proses
belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar
akan melibatkan anggota masyarakat.
4.      Siswa akan mampu menunjukkan dan bebagi tentang kelebihan yang dimilikinya.
Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan
siswa sebagai seorang spesialis.
5.     Pada saat seorang pendidik mengajar dalam rangka memahami, siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari
solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
6.      Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara satu dengan yang
lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.

Selain itu berpijak pada teori kecerdasan majemuk, maka manfaat yang dapat dirasakan
secara umum adalah:
1.      Dapat membuat setiap anak merasa senang dalam belajar.
2.      Merangsang potensi kecerdasan setiap anak secara maksimal sesuai dengan jenis
kecerdasannya masing-masing.
3.      Memperlakukan potensi kecerdasan anak secara lebih adil dan proposional.
Bagi seorang guru teori ini sangat bermanfaat dalam memperkaya metode pengajaran secara
kreatif dan inovatif. Dan mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakn kunci utama
untuk kesuksesan masa depan anak. Sebagai orang tua masa kini mereka sering kali
menekan  agar  anak berprestasi secara akademik di sekolah dan menjadi juara.Padahal, peran
orang tua dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih
penting dalam menjadikan seorang anak menjadi cerdas.

Anda mungkin juga menyukai