Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MULTIPLE INTELLIGENCE

DISUSUN OLEH :
PATIN NURUL AYUNI
NIM. F108131062

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan
dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Peserta
Didik juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu
tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu
kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan dari semua
yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah Pengantar Peserta
Didik yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.

Pontianak, Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan......................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..................................................................................................................6
A. Sejarah Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence..................6
B. Pengertian Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence.........................................7
C. Jenis-jenis Kecerdasan.............................................................................................8
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence.....................................................16
E. Pendorong dan Penghambat Kecerdasan...............................................................17
F. Manfaat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence).........................................17
BAB III..............................................................................................................................20
PENUTUP..........................................................................................................................20
A. Kesimpulan............................................................................................................20
B. Saran.......................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi
individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah
menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan
individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
Menurut Dr. Thomas Amstrong, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi
yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan
itu antara lain : keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas,
Teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) memandang kecerdasan
tidak hanya berdasarkan kemampuan logika atau bahasa saja, namun memiliki
kecerdasan-kecerdasan lain yang selama ini tidak menjadi perhatian. Kecerdasan
tidak dilihat sebagai berhasil dengan baik mengerjakan tes atau mengingat
sejumlah tugas tertentu, namun sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
dan menghasilkan sesuatu yang berharga dalam lingkungannya. Hal ini terjadi
karena seperti yang diungkapkan oleh Kuhn (1962) bahwa : (a) inteligensi
bukanlah harga mati atau secara statis terberi saat lahir; (b) inteligensi dapat
dipelajari, diajarkan, dan ditingkatkan; serta (c) inteligensi merupakan suatu
fenomena yang bersifat multidimensional dan dapat muncul dalam berbagai
tingkat dalam otak/pikiran/system kebutuhan kita.

B. Rumusan Masalah
1. Sejak kapan manusia mulai mengenal kecerdasan majemuk?
2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk?
3. Apa saja jenis-jenis kecerdasan majemuk!
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan?
5. Apa saja yang merupakan faktor pendorong dan penghambat kecerdasan
6. Kenapa mempelajari kecerdasan majemuk itu penting?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui sejarah kecerdasan majemuk atau multiple


intelligence
2. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan majemuk
3. Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan majemuk
4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat kecerdasan
6. Untuk mengetahui manfaat mempelajari kecerdasan majemuk
7. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengenalan peserta didik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence


Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Prof.
Howard Gardner pada yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition
and Education, Harvar Graduate School of Education dan juga profesor di bidang
Neurologi, Boston University School of Medicine. Konsep ini memiliki esensi
bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap
siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.

Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences berawal dari karya


Horward Gardner dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas
hasil penelitian selama beberapa tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human
Cognitif Capacities). Gardner menolak asumsi bahwa kognisi manusia merupakan
satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal. Meskipun
sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang berbeda, individu
memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk
kemampuan pribadi yang cukup tinggi.
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap
kecerdasan agar dapat dimasukkan dalam teorinya diantaranya adalah:
1. Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misalnya Matematika jelas ada lambang,
Musik ada lambang, kinestetik ada lambang atau irama gerak (seperti: lambaian
tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dan lain-lain).
2. Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak seperti IQ
yang meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat
kelahiran atau tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa
kecerdasan itu muncul pada titik tertentu dimasa kanak-kanak, mempunyai
periode yang berpotensi untuk berkembang selama rentang hidup dan berisikan
pola unik yang secara berlahan atau cepat semakin merosot seiring dengan
semakin tuanya seseorang.
3. Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada
wilayah otak tertentu. Misalnya orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal pada
belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau menulis dengan mudah, namun
tanpa kesulitan dapat menyanyi, melukis dan menari. Orang
yang Lobus, Temporalnya yang kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan
di bidang musik tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis.
Pasien dengan kerusakan pada Lobus Oksipital belahan otak kanan mengkin
mengalami kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati
detail visual.
Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya.Artinya tidak
harus Matematis-Logis yang penting atau Spatial atau Musik, atau tergantung
budaya masing-masing misalnya ada kemampun naik kuda, melacak jejak dan
lain-lain dalam budaya tertentu itu sangat penting dan lain-lain

B. Pengertian Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence

Sebelum kita mengetahui mengenai apa itu kecerdasan majemuk, terlebih


dahulu kita ketahui apa yang dimaksud dengan kecerdasan. Howard Gardner
mendefinisikan kecerdasan sebagi berikut:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan
konsekuensi dalam suasana budaya.
2. Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang
sasaran harus dicapai.
3. Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat kea rah sasaran tersebut
(Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Tidak hanya mendefinisikan kecerdasan Prof. Howard Gardner
mendefinisikan mengenai kecerdasan majemuk/ganda. Seorang ahli psikologi
kognitif dari Universitas Harvard ini menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kecerdasan ganda (multiple intelligences) adalah kemampuan untuk memecahkan
masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu latar belakang
budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia
memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai
dengan konteksnya. Kemampuan “memecahkan” masalah tidak hanya berkaitan
dengan berhasil atau tidaknya menghitung perkalian, namun juga meliputi
kemampuan membentuk suatu tim, kemampuan untuk mengatur anggota dalam
kelompokguna bersama-sama memecahkan masalah yang sulit, dan lain-lain.
Sementara itu “menciptakan suatu produk” meliputi kemampuan membentuk
sesuatu dari lilin (tanah liat), menciptakan suatu bentuk tarian, dan sebagainya.
Sedangkan “bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu” berkaitan dengan
apa dampaknya bagi lingkungan, keuntungan yang dapat dipetik oleh orang lain.
Misalnya, dapat dinikmati keindahannya, anggota tim dapat bekerja lebih
sistematis.
Gardner memandang kecerdasan tidak semata-mata berdasarkan skor
tertentu yang telah memiliki nilai standar melainkan berdasarkan ukuran
kemampuan yang dikuasai oleh individu. Pendekatan ini mencoba memahami
bagaimana pikiran individu dalam menjalankan kehidupan, baik yang berkaitan
dengan benda-benda konkret maupun hal-hal yang bersifat abstrak sehingga bagi
Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanyalah anak yang
lebih menguasai satu bidang tertentu atau beberapa bidang lain. Oleh karena itu,
bidang atau kecerdasan tertentu yang kurang dikuasai dapat distimulasi agar lebih
terampil. Namun demikian, Gardner juga mempercayai bahwa setiap individu
memiliki kecenderungan untuk cerdas pada satu bidang tertentu sehingga individu
tidak memerlukan usaha yang susah payah untuk mengembangkannya. Berkaitan
dengan hal tersebut maka Gardner mengembangkan suatu kriteria yang dapat
digunakan untuk mengukur apakah potensi yang dimiliki oleh seseorang memang
merupakan suatu kecerdasan yang sesungguhnya.
C. Jenis-jenis Kecerdasan

Gardner menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang kemudian


berkembang menjadi 10 jenis kecerdasan yang dimiliki setiap individu, yaitu :
1. Kecerdasan Linguistik.
Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya
pendongeng, orator, atau politis) maupun tertulis (misalnya sastrawan, penulis
drama, editor, wartawan). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur,
fonologi, semantik dan pragmatik.
Ciri-ciri anak dengan kecerdasan linguistic yang menonjol biasanya
senang membaca, pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang
belajar bahasa asing, mempunyai perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja,
suka menulis surat atau e-mail, senang membicarakan ide-ide dengan teman-
temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat nama atau fakta,
menikmati permainan kata (utak-atik kata, kata-kata tersembunyi, scrabble atau
teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan atau pantun) dan senang membaca
tentang ide-ide yang menarik minatnya.
2. Kecerdasan Matematis-Logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika,
akuntan pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar misalnya,
sebagai ilmuwan, pemrogaman computer, atau ahli logika). (Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada
pola hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis dan abstraksi lain.
Seseorang dengan kecerdasan matematis logis yang tinggi biasanya
memiliki ketertarikan terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah
mengerjakan matematika dalam benaknya, suka memecahkan misteri, senang
menghitung, suka membuat perkiraan, menerka jumlah (seperti menerka jumlah
uang logam dalam sebuah wadah), mudah mengingat angka-angka serta skor-
skor, menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau games
strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan
sebab-akibat), senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otak
atau teka-teki logika, senang menemukan cara kerja komputer, senang mengelola
informasi kedalam tabel atau grafik dan mereka mampu menggunakan komputer
lebih dari sekedar bermain games.
3. Kecerdasan Spasial
Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat
(misalnya, sebagai pemburu, pramuka, pemandu) dan mentrasformasikan persepsi
dunia spasial-visual tersebut (misalnya, decorator interior, arsitek, seniman, atau
penemu). Kecerdasan ini meliputi kemampuan membayangkan,
mempersentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri secara
tepat dalam atriks spasial. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam spasial biasanya lebih
mengingat wajah ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau
membuat sketsa untuk membantunya menyelesaikan masalah, berpikir dalam
bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai objek dalam benaknya, dia
juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang membongkar pasang,
senang membaca atau menggambar peta, senang melihat foto-foto/gambar-
gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia disekelilingnya,
senang mencorat-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan
realistis, mengingat hal-hal yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-
gambar, belajar dengan mengamati orang-orang yang sedang mengerjakan banyak
hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi optik dan suka
membangun model-model atau segala hal dalam 3 dimensi. Anak dengan
kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan
imajinatif.
4. Kecerdasan Kinetis-Jasmani
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan
perasaan (misalnya, sebagai aktor, pemain pantonim, atlet, atau penari) dan
keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu
(misalnya, sebagai perajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah). Kecerdasan
ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi,
keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun
kemampuan menerima rangsangan (proprioveptive) dan hal yang berkaitan
dengan sentuhan (tactile & haptic). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).
Anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh cenderung suka
bergerak dan aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik
serta suka bergerak sambil berpikir, mereka juga senang berakting, senang meniru
gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya, senang berolahraga atau berprestasi
dalam bidang olahraga tertentu, terampil membuat kerajinan atau membangun
model-model, luwes dalam menari, senang menggunakan gerakan-gerakan untuk
membantunya mengingat berbagai hal.
5. Kecerdasan Musikal
Kemampuan menangani bentuk-bentuk musical, dengan cara mempersepsi
(misalnya pemikat music), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik),
menggubah (misalnya, sebagai composer), dan mengekspresikan (misalnya
sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada, irama, pola titik nada
atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. (Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam bermusik biasanya senang
menyanyi, senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik,
mampu membaca not balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mampu
mendengar perbedaan antara instrumen yang berbeda-beda yang dimainkan
bersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir atau mengerjakan
tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang
membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan,
menjentikkan jari atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-
lagu atau rap-nya sendiri dan mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang
lagu untuk fakta-fakta tersebut.
6. Kecerdasan Interpersonal.
Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud,
motivasi, serta perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada
ekspresi wajah, suara, gerak isyarat; kemampuan membedakan berbagai macam
tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi secara efektif tanda tersebut
dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi sekelompok orang
untuk melakukan tindakan tertentu). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).
Jika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya ia
suka mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika
seseorang membutuhkan, menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta
percakapan yang hangat dan mengasyikkan, senang membantu sesamanya yang
sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan orang baru,
suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah
menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka,
mengetahui bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk bekerja sama
atau bagaimana agar mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih
suka bekerja dan belajar bersama ketimbang sendirian, dan senang bersukarela
untuk menolong sesama. Anak yang memiliki kecerdasan interpersonal biasanya
disukai teman-temannya karena ia mampu berinteraksi dengan baik dan memiliki
empati yang besar terhadap teman-temannya.
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan
pemahaman tersebut. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang
akurat. (kekuatan dan keterbatasan diri) ; kesadaran akan suasana hati, maksud,
motivasi, tempramen, dan keinginan. Serta kemampuan berdisplin diri,
memahami dan menghargai diri. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.
2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiri
biasanya lebih suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan
serta meraih sasaran-sasarannya sendiri, mengetahui bagaimana perasaannya dan
mengapa demikian dan seringkali ia menghabiskan waktu hanya untuk
merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting baginya. Anak dengan
kecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi
kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Anak seperti ini
biasanya sadar betul akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa
depan dan cita-citanya di suatu hari nanti.
8. Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di
lingkungan sekitar. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam
lainnya (misalnya formasi awan dan gunung-gunung) dan bagi mereka yang
dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan membedakan benda tak hidup,
seperti karet dan sampul kaset CD. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).
Seorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya suka
binatang, pandai bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau di
lingkungannya, peduli tentang alam serta lingkungan. Selain itu ia juga senang
berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang memperhatikan alam
dimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang berbeda-
beda.
9. Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan (Gardner,
2003). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini
biasanya dimiliki oleh para filsuf.
10. Spiritual
Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesatu yang bersifat transenden atau
penyadaran akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran Tuhan.
Kecerdasan ini meliputi kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi, dan
keikhlasan. Misalnya menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar,
tawakal, dan keyakinan akan takdir baik dan buruk. Mengaktualisasikan hubungan
dengan Tuhan berdasarkan keyakinannya.

a. Poin-poin kunci dalam teori kecerdasan majemuk


Disamping pembahasan kedelepan kecerdasan perlu diperhatikan beberapa poin
tentang model kecerdasan majemuk berikut ini:
1. Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
2. Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada
tingkat penguasaan yang memadai.
3. Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang
kompleks.
4. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
b. Kecerdasan majemuk dan perkembangan kepribadian
Untu menerapkan suatu model pembelajaran di lingkungan sekolah. Guru harus
terlebih dahulu menerapkan model tersebut apabila tidak memiliki pemahaman
empiris tentang teori tersebut dan menjalaninya sendiri sulit bagi guru
menerapkan model tersebut pada anak didik. Ketika guru mulai menerapkannya
pada diri sendiri akan akan jelas terlihat bagaimana kefasihan guru atau kekurang
fasihan guru. Menggunakan kedelapan kecerdasan itu dapat mempengaruhi
kecakapan guru ketika menjalankan peran-peran sebagai pendidik. Teori
kecerdasan majemuk adalah model yang sangat tepat baik untuk melihat kekuatan
mengajar maupun untuk mempelajari wilayah-wilayah yang perlu diperbaiki.
c. Faktor – Faktor Penting Dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan
dukungan komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
 Orang tua murid
 Guru
 Kurikulum dan fasilitas
 Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan
dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah
dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu
memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih
kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang
mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan
ganda. Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti
yang diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
 Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
 Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara
proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa
merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam
merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara
yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang
dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka
akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat
kecerdasan siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah –
langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004)
mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam
mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
 30 % pembelajaran langsung
 30 % belajar kooperatif
 30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru
bukan lagi berperan sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai
manajer kegiatan pembelajaran. Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda,
sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu
membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka miliki.
Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen musik, ia juga harus
mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa
yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan
fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat
digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang
spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta
perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga
dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan
ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah
konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya
berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak
berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada
proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari
suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem
seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio
menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam
mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence


Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi mengenai faktor yang
mempengaruhi intelegensi sampai saat ini belum ada kesamaan pendapat secara
utuh dan bulat seperti yang di sampaikan Torndike dengan teori multifaktor yang
menjelaskan bahwa intelegensi itu tersusun atas beberpa faktor. Menurut
beberapa tokoh faktor yang mempengaruhi intelegensi ;
1. Spearman, intelegensi mengandung dua faktor yaitu; General ability (faktor G)
dan specific ability (faktor S). Teori ini dikenal dengan Two Factor Theory.
2. Robert J. Sternberg Intelegence is capacity to learn from experience, and ability
to adapt to the surounding environment atau intelegensi ialah kecakapan untuk
belajar dari pengalaman dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Intelegensi (setiap orang berbeda)
1. Faktor pembawaan, faktor ini ditentuka oleh sifat yang dibawa sejak lahir.
Batas-batas atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain di
tentukan oleh faktor pembawaan. Oleh karena itu dalam satu kelas dapat dijumpai
anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima
pelatihan dan pengajaran yang sama.
2. Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan dengan perbuatan itu. Dalam diri
manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk
berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diamati oleh manusia dapat
memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi.
3. Faktor pembentukan, pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang
yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat di bedakan antara
pembentukan yang tidak disengaja, misal; pengaruh alam disekitarnya.
4. Faktor kematangan, dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat
dikatakan telah matang. Anak kelas satu SD mengerjakan soal matematika kelas
empat SD belum mampu mengerjakannya, karena soal-soal itu masih terlampau
sukar. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang menyelesaikan
saoal tersebut dan kematang berhubungan erat dengan umur.
5. Faktor kebebasan, manusia memilih metode tertentu dalam memecahkan
memecahkan masalah yang dihadapi.

E. Pendorong dan Penghambat Kecerdasan


Crystallizing Experiences dan Paralyzing Experiences adalah dua proses kunci
dalam perkembangan kecerdasan.
Pengalaman yang mengkristalkan (Crystallizing Experiences) adalah “titik
balik” dalam perkembangan bakat dan kemampuan orang, sering kali titik balik
itu terjadi pada awal masakanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup.
Sedangkan pengalaman yang melumpuhkan (Paralyzing Experiences) untuk
menyebut pengalaman yang mematikan “kecerdasan”, misalnya seorang guru
mungkin mempermalukan siswa di depan kelas.
Pengalaman yang melumpuhkan sering kali dipenuhi oleh perasaan malu, rasa
bersalah, takut, kemarahan dan emosi negatif lain (miller, dalam amstrong, 2002).
Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat
perkembangan kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:
1. Akses ke sumber daya atau mentor;
2. Faktor historis-kultural;
3. Faktor geografis;
4. Faktor keluarga;
5. Faktor situasional;

F. Manfaat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Manfaat Multiple Inteligences (kecerdasan majemuk) di dalam proses pendidikan


yaitu:
1. Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk dalam
melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat dilakukan
seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, dan melihat
pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang vital ke dalam proses belajar.
Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar
menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini
dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2. Dengan kecerdasan majemuk, maka seorang pendidik menyediakan
kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan
talentanya.

3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam
mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas
siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat.
4. Siswa akan mampu menunjukkan dan bebagi tentang kelebihan yang
dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu
motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang spesialis.
5. Pada saat seorang pendidik mengajar dalam rangka memahami, siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan
untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
6. Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan
macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara satu
dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.

Selain itu berpijak pada teori kecerdasan majemuk, maka manfaat yang dapat
dirasakan secara umum adalah:
1. Dapat membuat setiap anak merasa senang dalam belajar.
2. Merangsang potensi kecerdasan setiap anak secara maksimal sesuai dengan
jenis kecerdasannya masing-masing.
3. Memperlakukan potensi kecerdasan anak secara lebih adil dan
proposional.
Bagi seorang guru teori ini sangat bermanfaat dalam memperkaya metode
pengajaran secara kreatif dan inovatif. Dan mengembangkan kecerdasan majemuk
anak merupakn kunci utama untuk kesuksesan masa depan anak. Sebagai orang
tua masa kini mereka sering kali menekan agar anak berprestasi secara akademik
di sekolah dan menjadi juara.Padahal, peran orang tua dalam memberikan latihan-
latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam
menjadikan seorang anak menjadi cerdas.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap
siswa berbeda karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.
Ada tiga syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat
digolongkan kedalam kecerdasan majemuk menurut Gardner.
Ada 10 jenis-jenis kecerdasan majemuk menurut Gardner, yaitu: Kecerdasan
Linguistik, Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan
Kinetis-Jasmani, Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan
Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensial, dan Spiritual.
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan
dukungan yang optimal agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah
dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu
memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk dapat memilih
kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang
mereka miliki.

B. Saran
sebaiknya guru lebih mengetahui tentang keadaan peserta didik nya, karena
setiap manusia memang diciptakan unik, dan oleh karena itu peserta didik harus
memperoleh layanan pendidikan yang sesusai dengan tipe kecerdasannya. Dengan
keunikan tersebut setiap guru harus mengetahui metode belajar apa yang cocok
untuk anak tersebut. Demikian juga dengan metode ceramah, yang dewasa ini
memang masih amat mendominasi metode dan pendekatan pembelajaran yang
digunakan oleh para pendidik di negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA

Djaali. 2011. Psikologi pendidikan. Jakarta: bumi aksara.


Amstrong, Thomas. 2002. Setiap Anak Cerdas: Panduan membantu anak belajar
dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelegences di
Dunia Pendidikan. Bandung : Kaifa
.
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Delfi, Refny. (2007). Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences). Jakarta :
Universitas Terbuka.
Yatim Riyanti. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarata: Prenada Media
Group.

Anda mungkin juga menyukai