Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“HAKIKAT MULTIPLE INTELLEGENCES”

Disusun oleh :

Kelompok 8

MUHAMAD NURCHOLIS RAMADHAN A1H121094

MUHAMMAD PADHIL A1H121095

BAGAS TRI ANANDA A1H121096

Dosen Pengampu :BOY INDRAYANA, S.Pd.,M.Pd

PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di  susun guna memenuhi tugas mata kuliah Belajar Pembelajaran juga untuk
khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga
bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan.  Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon
kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata Kuliah
belajar pembelajaran yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. ……………………
Kata Pengantar................................................................................................. …………………….
Daftar Isi...........................................................................................................…………………….    
 Bab I Pendahuluan.............................................................................................. …………………….
1.1    Latar Belakang.......................................................................................... ……………………
1.2    Rumusan Masalah....................................................................................……………………..
1.3    Tujuan Penulisan........................................................................................ …………………….
  Bab II Pembahasan ............................................................................................ ……………………….
2.1 Sejarah/lahirnya Kecerdasan Majemuk.....................................................… ……………………
2.2 Pengetian Kecerdasan Majemuk................................................................ ………………………
2.3 Jenis-jenis Kecerdasan Majemuk..............................................................………………………..     
2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kecerdasan........................................... ……………………….
2.5 Manfaat Kecerdasan Majemuk................................................................... ………………………..
2.6 Perkembangan Kecerdasan Majemuk......................................................…………………………… 
Bab III Penutup.................................................................................................. ………………………..
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. ……………………….
3.2 Saran............................................................................................................. ………………………..
Daftar Pustaka.................................................................................................... ………………………..
BAB I

PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi
mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau
pekerjaan.
Menurut Dr. Thomas Amstrong, setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi yang
memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Sifat yang menjadi bawaan itu antara lain :
keingintahuan, daya eksplorasi terhadap lingkungan, spontanitas,
Teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) memandang kecerdasan tidak hanya
berdasarkan kemampuan logika atau bahasa saja, namun memiliki kecerdasan-kecerdasan lain
yang selama ini tidak menjadi perhatian. Kecerdasan tidak dilihat sebagai berhasil dengan
baik mengerjakan tes atau mengingat sejumlah tugas tertentu, namun sebagai kemampuan
untuk memecahkan masalah dan menghasilkan sesuatu yang berharga dalam lingkungannya.
Hal ini terjadi karena seperti yang diungkapkan oleh Kuhn (1962) bahwa : (a) inteligensi
bukanlah harga mati atau secara statis terberi saat lahir; (b) inteligensi dapat dipelajari,
diajarkan, dan ditingkatkan; serta (c) inteligensi merupakan suatu fenomena yang bersifat
multidimensional dan dapat muncul dalam berbagai tingkat dalam otak/pikiran/system
kebutuhan kita.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Sejak kapan manusia mulai mengenal kecerdasan  majemuk?
1.2.2        Apa yang dimaksud dengan kecerdasan majemuk?
1.2.3        Apa saja jenis-jenis kecerdasan majemuk!
1.2.4        Faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan?
1.2.5        Apa saja yang merupakan faktor pendorong dan penghambat kecerdasan
1.2.6        Kenapa mempelajari kecerdasan majemuk itu penting?

1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1    Untuk mengetahui sejarah kecerdasan majemuk atau multiple intelligence


1.3.2    Untuk mengetahui pengertian kecerdasan majemuk
1.3.3    Untuk mengetahui jenis-jenis kecerdasan majemuk
1.3.4    Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kecerdasan
1.3.5    Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan penghambat kecerdasan
1.3.6    Untuk mengetahui manfaat mempelajari kecerdasan majemuk
1.3.7    Untuk memenuhi tugas mata kuliah pengenalan peserta didik
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Munculnya Teori Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence
Konsep multiple intelligence diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Prof. Howard Gardner pada
yaitu seorang psikolog dan profesor utama di Cognition and Education, Harvar Graduate School
of Education dan juga profesor di bidang Neurologi, Boston University School of Medicine.
Konsep ini memiliki esensi bahwa setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan
mengembangkan ragam kecerdasan manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda
karena mempunyai kombinasi kecerdasan yang berlainan.

Konsep kecerdasan majemuk atau multiple intelligences berawal dari karya Horward Gardner
dalam buku Frames Of Mind tahun 1983 yang didasarkan atas hasil penelitian selama beberapa
tahun tentang kapasitas kognitif manusia (Human Cognitif Capacities). Gardner menolak asumsi
bahwa kognisi manusia merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan
tunggal. Meskipun sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang berbeda, individu
memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan
pribadi yang cukup tinggi.
Gardner menetapkan syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar
dapat dimasukkan dalam teorinya diantaranya adalah:
1.      Setiap kecerdasan dapat dilambangkan misalnya Matematika jelas ada lambang,
Musik ada lambang, kinestetik ada lambang atau irama gerak (seperti: lambaian
tangan, untuk selamat tinggal atau mau tidur dan lain-lain). 
2.      Setiap kecerdasan mempunyai riwayat perkembangan artinya tidak seperti IQ yang
meyakini bahwa kecerdasan itu mutlak tetap dan sudah ditetapkan saat kelahiran atau
tidak berubah, MI (Multiple Intelligences) percaya bahwa kecerdasan itu muncul pada
titik tertentu dimasa kanak-kanak, mempunyai periode yang berpotensi untuk
berkembang selama rentang hidup dan berisikan pola unik yang secara berlahan atau
cepat semakin merosot seiring dengan semakin tuanya seseorang.
3.    Setiap Kecerdasan rawan terhadap cacat akibat kerusakan atau cedera pada
wilayah otak tertentu. Misalnya orang dengan kerusakan pada Lobus Frontal pada
belahan otak kiri, tidak mampu berbicara atau menulis dengan mudah, namun tanpa
kesulitan dapat menyanyi, melukis dan menari. Orang
yang Lobus, Temporalnya yang kanan yang rusak, mungkin mengalami kesulitan
di bidang musik tetapi dengan mudah mampu bicara, membaca dan menulis. Pasien
dengan kerusakan pada Lobus Oksipital belahan otak kanan mengkin mengalami
kesulitan dalam mengenali wajah, membayangkan atau mengamati detail visual.  
Setiap kecerdasan mempunyai keadaan akhir berdasar nilai budaya.Artinya tidak harus
Matematis-Logis yang penting atau Spatial atau Musik, atau tergantung budaya masing-masing
misalnya ada kemampun naik kuda, melacak jejak dan lain-lain dalam budaya tertentu itu
sangat penting dan lain-lain

2.2 Pengertian Kecerdasan Majemuk/ Multiple Intelligence

Sebelum kita mengetahui mengenai apa itu kecerdasan majemuk, terlebih dahulu kita ketahui apa
yang dimaksud dengan kecerdasan. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagi berikut:
1.      Kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode yang merupakan konsekuensi dalam
suasana budaya.
2.      Keterampilan memecahkan masalah membuat seseorang mendekati situasi yang sasaran harus
dicapai.
3.      Kemampuan untuk menemukan arah/cara yang tepat kea rah sasaran tersebut (Yatim Riyanto,
Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Tidak hanya mendefinisikan kecerdasan Prof. Howard Gardner mendefinisikan mengenai
kecerdasan majemuk/ganda. Seorang ahli psikologi kognitif dari Universitas Harvard ini
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan ganda (multiple intelligences) adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam satu
latar belakang budaya tertentu. Artinya, setiap orang jika dihadapkan pada satu masalah, ia
memiliki sejumlah kemampuan untuk memecahkan masalah yang berbeda sesuai dengan
konteksnya. Kemampuan “memecahkan” masalah tidak hanya berkaitan dengan berhasil atau
tidaknya menghitung perkalian, namun juga meliputi kemampuan membentuk suatu tim,
kemampuan untuk mengatur anggota dalam kelompokguna bersama-sama memecahkan masalah
yang sulit, dan lain-lain. Sementara itu “menciptakan suatu produk” meliputi kemampuan
membentuk sesuatu dari lilin (tanah liat), menciptakan suatu bentuk tarian, dan sebagainya.
Sedangkan “bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu” berkaitan dengan apa dampaknya
bagi lingkungan, keuntungan yang dapat dipetik oleh orang lain. Misalnya, dapat dinikmati
keindahannya, anggota tim dapat bekerja lebih sistematis.
Gardner memandang kecerdasan tidak semata-mata berdasarkan skor tertentu yang telah memiliki
nilai standar melainkan berdasarkan ukuran kemampuan yang dikuasai oleh individu. Pendekatan
ini mencoba memahami bagaimana pikiran individu dalam menjalankan kehidupan, baik yang
berkaitan dengan benda-benda konkret maupun hal-hal yang bersifat abstrak sehingga bagi
Gardner tidak ada anak yang bodoh atau pintar, yang ada hanyalah anak yang lebih menguasai
satu bidang tertentu atau beberapa bidang lain. Oleh karena itu, bidang atau kecerdasan tertentu
yang kurang dikuasai dapat distimulasi agar lebih terampil. Namun demikian, Gardner juga
mempercayai bahwa setiap individu memiliki kecenderungan untuk cerdas pada satu bidang
tertentu sehingga individu tidak memerlukan usaha yang susah payah untuk mengembangkannya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka Gardner mengembangkan suatu kriteria yang dapat digunakan
untuk mengukur apakah potensi yang dimiliki oleh seseorang memang merupakan suatu
kecerdasan yang sesungguhnya.
2.3 Jenis-jenis Kecerdasan

Gardner menyebutkan ada delapan jenis kecerdasan yang kemudian berkembang menjadi 10 jenis
kecerdasan yang dimiliki setiap individu, yaitu :
1.      Kecerdasan Linguistik.
Kemampuan menggunakan kata secara efektif, baik secara lisan (misalnya pendongeng,
orator, atau politis) maupun tertulis (misalnya sastrawan, penulis drama, editor, wartawan). (Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini meliputi kemampuan
memanipulasi tata bahasa atau struktur, fonologi, semantik dan pragmatik.
Ciri-ciri anak dengan kecerdasan linguistic yang menonjol biasanya senang membaca,
pandai bercerita, senang menulis cerita atau puisi, senang belajar bahasa asing, mempunyai
perbendaharaan kata yang baik, pandai mengeja, suka menulis surat atau e-mail, senang
membicarakan ide-ide dengan teman-temannya, memiliki kemampuan kuat dalam mengingat
nama atau fakta, menikmati permainan kata (utak-atik kata, kata-kata tersembunyi, scrabble atau
teka-teki silang, bolak-balik kata, plesetan atau pantun) dan senang membaca tentang ide-ide yang
menarik minatnya.
2.      Kecerdasan Matematis-Logis
Kemampuan menggunakan angka dengan baik (misalnya, ahli matematika, akuntan
pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang benar misalnya, sebagai ilmuwan,
pemrogaman computer, atau ahli logika). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis
dan abstraksi lain.
Seseorang dengan kecerdasan matematis logis yang tinggi biasanya memiliki ketertarikan
terhadap angka-angka, menikmati ilmu pengetahuan, mudah mengerjakan matematika dalam
benaknya, suka memecahkan misteri, senang menghitung, suka membuat perkiraan, menerka
jumlah (seperti menerka jumlah uang logam dalam sebuah wadah), mudah mengingat angka-
angka serta skor-skor, menikmati permainan yang menggunakan strategi seperti catur atau games
strategi, memperhatikan antara perbuatan dan akibatnya (yang dikenal dengan sebab-akibat),
senang menghabiskan waktu dengan mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki logika, senang
menemukan cara kerja komputer, senang mengelola informasi kedalam tabel atau grafik dan
mereka mampu menggunakan komputer lebih dari sekedar bermain games.
3.      Kecerdasan Spasial
Kemampuan mempersepsikan dunia spasial-visual secara akurat (misalnya, sebagai
pemburu, pramuka, pemandu) dan mentrasformasikan persepsi dunia spasial-visual tersebut
(misalnya, decorator interior, arsitek, seniman, atau penemu). Kecerdasan ini meliputi kemampuan
membayangkan, mempersentasikan ide secara visual atau spasial, dan mengorientasikan diri
secara tepat dalam atriks spasial. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam spasial biasanya lebih mengingat wajah
ketimbang nama, suka menggambarkan ide-idenya atau membuat sketsa untuk membantunya
menyelesaikan masalah, berpikir dalam bentuk gambar-gambar serta mudah melihat berbagai
objek dalam benaknya, dia juga senang membangun atau mendirikan sesuatu, senang
membongkar pasang, senang membaca atau menggambar peta, senang melihat foto-foto/gambar-
gambar serta membicarakannya, senang melihat pola-pola dunia disekelilingnya, senang
mencorat-coret, menggambar segala sesuatu dengan sangat detail dan realistis, mengingat hal-hal
yang telah dipelajarinya dalam bentuk gambar-gambar, belajar dengan mengamati orang-orang
yang sedang mengerjakan banyak hal, senang memecahkan teka-teki visual/gambar serta ilusi
optik dan suka membangun model-model atau segala hal dalam 3 dimensi. Anak dengan
kecerdasan visual biasanya kaya dengan khayalan sehingga cenderung kreatif dan imajinatif.
4.      Kecerdasan Kinetis-Jasmani
Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan
(misalnya, sebagai aktor, pemain pantonim, atlet, atau penari) dan keterampilan menggunakan
tangan untuk menciptakan atau mengubah sesuatu (misalnya, sebagai perajin, pematung, ahli
mekanik, dokter bedah). Kecerdasan ini meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik,
seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun
kemampuan menerima rangsangan (proprioveptive) dan hal yang berkaitan dengan sentuhan
(tactile & haptic). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami tubuh cenderung suka bergerak dan
aktif, mudah dan cepat mempelajari keterampilan-keterampilan fisik serta suka bergerak sambil
berpikir, mereka juga senang berakting, senang meniru gerak-gerik atau ekspresi teman-temannya,
senang berolahraga atau berprestasi dalam bidang olahraga tertentu, terampil membuat kerajinan
atau membangun model-model, luwes dalam menari, senang menggunakan gerakan-gerakan
untuk membantunya mengingat berbagai hal.
5.      Kecerdasan Musikal
Kemampuan menangani bentuk-bentuk musical, dengan cara mempersepsi (misalnya
pemikat music), membedakan (misalnya sebagai kritikus musik), menggubah (misalnya, sebagai
composer), dan mengekspresikan (misalnya sebagai penyanyi). Kecerdasan ini meliputi kepekaan
pada, irama, pola titik nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. (Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam bermusik biasanya senang menyanyi,
senang mendengarkan musik, mampu memainkan instrumen musik, mampu membaca not
balok/angka, mudah mengingat melodi atau nada, mampu mendengar perbedaan antara instrumen
yang berbeda-beda yang dimainkan bersama-sama, suka bersenandung/bernyanyi sambil berpikir
atau mengerjakan tugas, mudah menangkap irama dalam suara-suara disekelilingnya, senang
membuat suara-suara musikal dengan tubuhnya (bersenandung, bertepuk tangan, menjentikkan
jari atau menghentakkan kaki), senang mengarang/menulis lagu-lagu atau rap-nya sendiri dan
mudah mengingat fakta-fakta dengan mengarang lagu untuk fakta-fakta tersebut.
6.      Kecerdasan Interpersonal.
Kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi, serta
perasaan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak isyarat;
kemampuan membedakan berbagai macam tanda interpersonal; dan kemampuan menanggapi
secara efektif tanda tersebut dengan tindakan pragmatis tertentu (misalnya mempengaruhi
sekelompok orang untuk melakukan tindakan tertentu). (Yatim Riyanto, Paradigma Baru
Pembelajaran. 2010).
Jika seseorang memiliki kecerdasan dalam memahami sesama biasanya ia suka
mengamati sesama, mudah berteman, suka menawarkan bantuan ketika seseorang membutuhkan,
menikmati kegiatan-kegiatan kelompok serta percakapan yang hangat dan mengasyikkan, senang
membantu sesamanya yang sedang bertikai agar berdamai, percaya diri ketika bertemu dengan
orang baru, suka mengatur kegiatan-kegiatan bagi dirinya sendiri dan teman-temannya, mudah
menerka bagaimana perasaan sesamanya hanya dengan mengamati mereka, mengetahui
bagaimana cara membuat sesamanya bersemangat untuk bekerja sama atau bagaimana agar
mereka mau terlibat dalam hal-hal yang diminatinya, lebih suka bekerja dan belajar bersama
ketimbang sendirian, dan senang bersukarela untuk menolong sesama. Anak yang memiliki
kecerdasan interpersonal biasanya disukai teman-temannya karena ia mampu berinteraksi dengan
baik dan memiliki empati yang besar terhadap teman-temannya.
7.      Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat. (kekuatan dan keterbatasan diri)
; kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan. Serta kemampuan
berdisplin diri, memahami dan menghargai diri. (Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran.
2010).
Seorang anak yang memiliki kecerdasan dalam memahami diri sendiri biasanya lebih
suka bekerja sendirian daripada bersama-sama, suka menetapkan serta meraih sasaran-sasarannya
sendiri, mengetahui bagaimana perasaannya dan mengapa demikian dan seringkali ia
menghabiskan waktu hanya untuk merenungkan dalam-dalam tentang hal-hal yang penting
baginya. Anak dengan kecerdasan intrapersonal biasanya sadar betul akan bidang yang menjadi
kemahirannya dan bidang dimana dia tidak terlalu mahir. Anak seperti ini biasanya sadar betul
akan siapa dirinya dan ia sangat senang memikirkan masa depan dan cita-citanya di suatu hari
nanti.
8.      Kecerdasan Naturalis
Keahlian mengenali dan mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungan sekitar.
Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada fenomena alam lainnya (misalnya formasi awan dan
gunung-gunung) dan bagi mereka yang dibesarkan di lingkungan perkotaan, kemampuan
membedakan benda tak hidup, seperti karet dan sampul kaset CD. (Yatim Riyanto, Paradigma
Baru Pembelajaran. 2010).
            Seorang yang memiliki kecerdasan dalam memahami alam biasanya suka binatang, pandai
bercocok tanam dan merawat kebun di rumah atau di lingkungannya, peduli tentang alam serta
lingkungan. Selain itu ia juga senang berkemah atau mendaki gunung di alam bebas, senang
memperhatikan alam dimanapun dia berada, mudah beradaptasi dengan tempat dan acara yang
berbeda-beda.
9.      Kecerdasan Eksistensial
Kecerdasan yang berhubungan dengan kapasitas dan kemampuan (Gardner, 2003). (Yatim
Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran. 2010). Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filsuf.
10.  Spiritual
Keyakinan dan mengaktualisasikan akan sesatu yang bersifat transenden atau penyadaran
akan nilai-nilai akidah-keimanan, keyakinan akan kebesaran Tuhan. Kecerdasan ini
meliputi kesadaran suara hati, internalisasi nilai, aktualisasi, dan keikhlasan. Misalnya
menghayati batal dan haram dalam agama, toleransi, sabar, tawakal, dan keyakinan akan
takdir baik dan buruk. Mengaktualisasikan hubungan dengan Tuhan berdasarkan
keyakinannya.

a.      Poin-poin kunci dalam teori kecerdasan majemuk


Disamping pembahasan kedelepan kecerdasan perlu diperhatikan beberapa poin tentang model
kecerdasan majemuk berikut ini:
1.      Setiap orang memiliki kedelapan kecerdasan.
2.      Orang pada umumnya dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada
tingkat penguasaan yang memadai.
3.      Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks.
4.      Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori.
b.      Kecerdasan majemuk dan perkembangan kepribadian
Untu menerapkan suatu model pembelajaran di lingkungan sekolah. Guru harus terlebih dahulu
menerapkan model tersebut apabila tidak memiliki pemahaman empiris tentang teori tersebut dan
menjalaninya sendiri sulit bagi guru menerapkan model tersebut pada anak didik. Ketika guru
mulai menerapkannya pada diri sendiri akan akan jelas terlihat bagaimana kefasihan guru atau
kekurang fasihan guru. Menggunakan kedelapan kecerdasan itu dapat mempengaruhi kecakapan
guru ketika menjalankan peran-peran sebagai pendidik. Teori kecerdasan majemuk adalah model
yang sangat tepat baik untuk melihat kekuatan mengajar maupun untuk mempelajari wilayah-
wilayah yang perlu diperbaiki.
c.        Faktor – Faktor Penting Dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
 Orang tua murid
 Guru
 Kurikulum dan fasilitas
 Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal
agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks
pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk
dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang
mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar
implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal
yang perlu diperhatikan yaitu :
 Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
 Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang
harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali
kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa,
maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan
siswa.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka  langkah – langkah berikutnya adalah
merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat
digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
 30 % pembelajaran langsung
 30 % belajar kooperatif
 30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan
sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran.
Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru yang
kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan yang mereka
miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan  instrumen musik, ia juga harus mampu
mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan
musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung
selain guru yang berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam
meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan  pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang
dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan
olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda
dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan
teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang
digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada
proses dan kemajuan (progress)  yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu
keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode
penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang
harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi intelligence
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi mengenai faktor yang mempengaruhi intelegensi
sampai saat ini belum ada kesamaan pendapat secara utuh dan bulat seperti yang di sampaikan
Torndike dengan teori multifaktor yang menjelaskan bahwa intelegensi itu tersusun atas beberpa
faktor.  Menurut beberapa tokoh faktor yang mempengaruhi intelegensi ;
1.      Spearman, intelegensi mengandung dua faktor yaitu; General ability (faktor G) dan specific
ability (faktor S). Teori ini dikenal dengan Two Factor Theory.
2.      Robert J. Sternberg Intelegence is capacity to learn from experience, and ability to adapt to the
surounding environment atau intelegensi ialah kecakapan untuk belajar dari pengalaman dan
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi Intelegensi (setiap orang berbeda)
1.      Faktor pembawaan, faktor ini ditentuka  oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas-batas atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain di tentukan oleh faktor pembawaan.
Oleh karena itu dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali,
meskipun mereka menerima pelatihan dan pengajaran yang sama.
2.      Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan dengan perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau
motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diamati
oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi.
3.      Faktor pembentukan, pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat di bedakan antara pembentukan yang tidak
disengaja, misal; pengaruh alam disekitarnya.
4.      Faktor kematangan, dimana tiap organ tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang.
Anak kelas satu SD mengerjakan soal matematika kelas empat SD belum mampu
mengerjakannya, karena soal-soal itu masih terlampau sukar. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya
masih belum matang menyelesaikan saoal tersebut dan kematang berhubungan erat dengan umur.
5.      Faktor kebebasan, manusia memilih metode tertentu dalam memecahkan memecahkan masalah
yang dihadapi.

2.5              Pendorong dan Penghambat Kecerdasan


Crystallizing Experiences dan Paralyzing Experiences adalah dua proses kunci dalam
perkembangan kecerdasan.
Pengalaman yang mengkristalkan (Crystallizing Experiences) adalah “titik balik” dalam
perkembangan bakat dan kemampuan orang, sering kali titik balik itu terjadi pada awal
masakanak-kanak meskipun dapat terjadi sepanjang hidup.
Sedangkan pengalaman yang melumpuhkan (Paralyzing Experiences) untuk menyebut
pengalaman yang mematikan “kecerdasan”, misalnya seorang guru mungkin mempermalukan
siswa di depan kelas.
Pengalaman yang melumpuhkan sering kali dipenuhi oleh perasaan malu, rasa bersalah, takut,
kemarahan dan emosi negatif lain (miller, dalam amstrong, 2002).
Sejumlah pengaruh lingkungan juga berperan mendorong atau menghambat perkembangan
kecerdasan. Pengaruh tersebut antara lain:
1.      Akses ke sumber daya atau mentor;
2.      Faktor historis-kultural;
3.      Faktor geografis;
4.      Faktor keluarga;
5.      Faktor situasional;
2.6 Manfaat Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Manfaat Multiple Inteligences (kecerdasan majemuk) di dalam proses pendidikan yaitu:


1.     Kita dapat menggunakan kerangka kecerdasan majemuk  dalam melaksanakan proses
pengajaran secara luas. Aktivitas yang dapat dilakukan seperti menggambar, menciptakan
lagu, mendengarkan musik, dan melihat pertunjukan dapat menjadi pintu masuk yang vital ke
dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar 
menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika). Jika aktivitas ini dilakukan
akan memunculkan semangat mereka untuk belajar.
2.     Dengan kecerdasan majemuk, maka seorang pendidik menyediakan kesempatan bagi
siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.

3.      Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat dalam mendukung proses
belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar
akan melibatkan anggota masyarakat.
4.      Siswa akan mampu menunjukkan dan bebagi tentang kelebihan yang dimilikinya.
Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan
siswa sebagai seorang spesialis.
5.      Pada saat seorang pendidik mengajar dalam rangka memahami, siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari
solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya.
6.      Kecerdasan Majemuk memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara satu dengan yang
lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut.
                             
Selain itu berpijak pada teori kecerdasan majemuk, maka manfaat yang dapat dirasakan secara
umum adalah:
1.      Dapat membuat setiap anak merasa senang dalam belajar.
2.      Merangsang potensi kecerdasan setiap anak secara maksimal sesuai dengan jenis
kecerdasannya masing-masing.
3.      Memperlakukan potensi kecerdasan anak secara lebih adil dan proposional.
Bagi seorang guru teori ini sangat bermanfaat dalam memperkaya metode pengajaran secara
kreatif dan inovatif. Dan mengembangkan kecerdasan majemuk anak merupakn kunci utama
untuk kesuksesan masa depan anak. Sebagai orang tua masa kini mereka sering kali menekan 
agar  anak berprestasi secara akademik di sekolah dan menjadi juara.Padahal, peran orang tua
dalam memberikan latihan-latihan dan lingkungan yang mendukung jauh lebih penting dalam
menjadikan seorang anak menjadi cerdas.
BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
setiap orang adalah unik, Setiap orang perlu menyadari dan mengembangkan ragam kecerdasan
manusia dan kombinasi-kombinasinya. Setiap siswa berbeda karena mempunyai kombinasi
kecerdasan yang berlainan.
Ada tiga syarat khusus yang harus dipenuhi oleh setiap kecerdasan agar dapat digolongkan
kedalam kecerdasan majemuk menurut Gardner.
Ada 10 jenis-jenis kecerdasan majemuk menurut Gardner, yaitu: Kecerdasan Linguistik,
Kecerdasan Matematis-Logis, Kecerdasan Spasial, Kecerdasan Kinetis-Jasmani, Kecerdasan Musikal,
Kecerdasan Interpersonal, Kecerdasan Intrapersonal, Kecerdasan Naturalis, Kecerdasan Eksistensial,
dan Spiritual.
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal
agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks
pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk
dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang
mereka miliki.
3.2  Saran
sebaiknya guru lebih mengetahui tentang keadaan peserta didik nya, karena setiap manusia memang
diciptakan unik, dan oleh karena itu peserta didik harus memperoleh layanan pendidikan yang sesusai
dengan tipe kecerdasannya. Dengan keunikan tersebut setiap guru harus mengetahui metode belajar
apa yang cocok untuk anak tersebut. Demikian juga dengan metode ceramah, yang dewasa ini
memang masih amat mendominasi metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh para
pendidik di negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali. 2011. Psikologi pendidikan. Jakarta: bumi aksara.
Amstrong, Thomas. 2002. Setiap Anak Cerdas: Panduan membantu anak belajar dengan
memanfaatkan multiple intelligence-nya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.
Armstrong, T., 2002. Sekolah Para Juara : Menerapkan Multiple Intelegences di Dunia
Pendidikan. Bandung : Kaifa
.
Budiningsih, C. Asri, 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Delfi, Refny. (2007). Kecerdasan Ganda (Multiple Intelligences). Jakarta : Universitas Terbuka.
Yatim Riyanti. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarata: Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai