Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

VARIASI PADA PESERTA DIDIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Mirna Wahyu Agustina, M.Psi.

PRODI TADRIS BAHASA INGGRIS

KELAS TBI 1D

Disusun Oleh :

MOHAMMAD ANWAR MUZACKY (5) (NIM 1860203231036)

DEVI TRI SAQINA RAHMANIA (15) (NIM 1860203232084)

CHINDI AULA ILMI (24) (NIM 1860203232134)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Intelegensi, IQ, dan Manfaatnya dalam Dunia Pendidikan...........2


B. Pengukuran Inteligensi....................................................................................7
C. Multiple Intelegences.......................................................................................8
D. Kecerdasan Emosional...................................................................................20

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN .......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan,
bimbingan, dan dorongan selama proses penulisan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata, kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan atau kesalahan dalam
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun selalu kami terima dengan senang hati untuk
perbaikan di masa yang akan datang.

Sekali lagi, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam pembentukan manusia yang berkualitas.
Dalam proses pembelajaran, kita tidak bisa mengabaikan peran dari aspek kecerdasan dan
emosional. Makalah ini membahas konsep-konsep kunci dalam psikologi pendidikan, yaitu
Intelligence, IQ, Multiple Intelligence, dan EQ.

Intelligence, sebagai kemampuan mental yang mencakup berbagai aspek kognitif, telah
menjadi fokus utama dalam memahami potensi individu. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
pengukuran Intelligence telah diwakili oleh Indeks Kecerdasan (IQ). Namun, seiring
berjalannya waktu, pendekatan ini telah dikritisi dan memunculkan konsep Alternatif
Intelligences atau Multiple Intelligences, yang mengakui beragam bentuk kecerdasan yang
dimiliki oleh individu.

Di sisi lain, Emotional Intelligence (EQ) adalah kemampuan untuk memahami dan
mengelola emosi, yang juga memegang peranan penting dalam keberhasilan individu dalam
konteks pendidikan. Kombinasi antara kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional menjadi
landasan kuat dalam menghadapi tantangan dan meraih sukses dalam dunia pendidikan.

Dalam makalah ini, kami akan membahas masing-masing konsep secara mendalam,
menelaah implikasi mereka dalam konteks psikologi pendidikan, serta menyoroti pentingnya
memahami dan mengembangkan potensi kognitif dan emosional dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan. Semoga makalah ini memberikan wawasan yang berharga dan
menginspirasi upaya-upaya lebih lanjut dalam mengoptimalkan proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Intelegences dan manfaatnya?
2. Apa yang dimaksud dengan IQ (Intelegences Quotient)
3. Apa yang dimaksud multiple intelegence dan apa saja jenis serta letaknya?
4. Apa yang dimaksud kecerdasan emosional dan ciri-ciri nya?

1
2
BAB II

Landasan Teori

A. Definisi Intelegensi, IQ, dan Manfaatnya dalam Dunia Pendidikan

1.a. Inetelegensi

Perkataan inteligensi dari kata latin intelligere yang berarti mengorganisasikan,


menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind
together). Istilah inteligensi kadang-kadang atau justru sering memberikan pengertian yang
salah, yang memandang inteligensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan
tunggal, padahal menurut para ahli inteligensi mengandung bermacam-macam kemampuan.
Namun demikian pengertian inteligensi itu sendiri memberikan berbagai macam arti bagi para
ahli.

Menurut panitia istilah padagogik (Walgito, 2010:210) yang mengangkat pendapat


Stern yang dimaksud dengan inteligensi adalah “daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru
dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya”. Dari pengertian ini dapat dilihat
bahwa Stern menitikberatkan masalah inteligensi pada soal adjustment atau penyesuaian diri
terhadap masalah yang dihadapinya. Pada orang yang inteligen akan lebih cepat dalam
menyelesaikan masalah-masalah baru apabila dibandingkan dengan orang yang kurang
inteligen. Dalam menghadapi masalah atau situasi baru orang yang inteligen akan cepat dapat
mengadakan adjustment terhadap masalah atau situasi yang baru tersebut.

Thorndike (Walgito, 2010:211) mengemukakan pendapatnya bahwa orang dianggap


inteligen apabila responnya merupakan respon yang baik atau sesuai terhadap stimulus yang
diterimanya.

Terman (Walgito, 2010:211) memberikan pengertian inteligensi sebagai ability yang


berkaitan dengan hal-hal yang kongkrit dan ability yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak.
Individu itu inteligen apabila dapat berpikir secara abstrak secara baik. Ini berarti bahwa apabila
individu kurang mampu berpikir abstrak, individu bersangkutan inteligensinya kurang baik.

C.P. Chaplin (Yusuf, 2006:106) mengartikan inteligensi itu sebagai kemampuan


menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif.

Anita E. Woolfolk (Yusuf, 2006:106) mengemukakan bahwa menurut teoriteori lama,


inteligensi itu meliputi tiga pengertian, yaitu (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan
pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi secara berhasil dengan

3
situasi atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan inteligensi itu
merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
dalam rangka menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan

Clarrade dan Stern (Arisandy, 2006:1) berpendapat bahwa inteligensi adalah


menyesuaikan diri secara mental terhadap situasi atau kondisi baru.

David Wechsler (Arisandy, 2006:1) mengartikan inteligensi sebagai kumpulan atau


totalitas kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi
lingkungan secara efektif.

Banyak tokoh yang mendeskripsikan inteligensi sebagai kemampuan individu


memecahkan masalah (problem solving) dan ada juga pakar yang mendeskripsikan inteligensi
sebagai kemampuan beradaptasi dan belajar dari pengalaman sehari-hari. Jadi, dapat kita
simpulkan bahwa Inteligensi ialah kemampuan individu dalam mendayagunakan potensi yang
ada pada dirinya sebagai upaya memecahkan suatu permasalahan untuk beradaptasi pada
lingkungannya.

2.a. Intelligence Quotient

IQ (Intelligence Quotient) merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia dalma


aspek kognitif. IQ di tengah masyarakat dipandang sebagai suatu bentuk penilaian atas standar
kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, jika IQ orang tersebut tinggi maka ia akan dianggap
cerdas dan hal akan juga terjadi sebaliknya. Seseorang dinilai memiliki IQ yang normal dengan
rata-rata nilai antara 90-100, ini merupakan angka IQ yang dianggap standar atau normal. Salah
satu ilmuwan terkenal Albert Einstein pun dikenal sebagai seseorang dengan tingkat IQ
mencapai 160.

IQ (Intelligence Quotient) dapat dianggap sebagai kecerdasan yang dimiliki seseorang


untuk dapat berpikir, mencerna informasi atas pembelajaran ataupun pengalaman yang terjadi
dalam hidupnya. IQ berkaitan dengan logika berpikir seseorang, tidak jarang kita mendengar
seseorang mengatakan bahwa anak yang pintar adalah anak yang pandai matematika, fisika
maupun kimia.

Pada kenyataannya hal itu tidak benar-benar menunjukan tingkat kecerdasan seseorang,
tetapi IQ juga akan mempertimbangkan tentang bagaimana pada akhirnya seseorang akan
melakukan analisa dan pemecahan terhadap suatu masalah. Biasanya IQ banyak disangkut
pautkan pada proses belajar seseorang, hal ini karena IQ berkaitan dengan cara seseorang
berpikir.

4
Menurut Azwar (1996), yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari dua faktor,
yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berpengaruh
dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah factor yang berpengaruh dari luar
siswa. IQ merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara internal terhadap prestasi
belajar. Bahkan, menurut Wechsler (1958) dan Freeman (1962, dalam Azwar, 1996:163),
intelegensi itu adalah kemampuan untuk belajar. Hal ini juga didukung Thorndike (dalam
Azwar, 1996:163), bahwa kemudahan dalam belajar disebabkan oleh intelegensi yang tinggi
yang terbentuk oleh ikatan-ikatan syaraf (neural bond) antara stimulus dan respon yang
mendapat penguatan.

Dari uraian ini, jelas bahwa dengan intelegensi yang tinggi dapat memudahkan proses
belajar, dan proses keberhasilan belajar dapat dinilai dengan prestasi belajarnya. Telah banyak
penelitian yang mengorelasikan antara IQ dengan prestasi belajar, dan dari hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara IQ dengan prestasi belajar, meskipun
terdapat perbedaan dalam nilai korelasinya (Azwar, 1996:167-168).

Bahkan, menurut Sax (1980, dalam Azwar, 1996:163), korelasi antara IQ dan prestasi
belajar untuk tingkat pendidikan rendah mencapai 0,90. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai
prestasi di sekolah berkorelasi dengan skor IQ. Seberapa tingginya korelasi yang diperoleh
tergantung pada

(a) karakteristik tes intelegensi dan prestasi yang bersangkutan;

(b) karakteristik mata pelajaran yang diujikan; dan

(c) karakteristik siswa yang dijadikan sampel.

Tampak bahwa hubungan sistematis antara prestasi belajar dan intelegensi, mengisyaratkan
prestasi belajar ikut ditentukan oleh factor intelegensi.

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Uji Koefisien Jalur, terdapat hubungan antara
keterampilan menyimak dan IQ tidak signifikan. Hal ini berarti tidak terdapatnya pengaruh
keterampilan menyimak terhadap IQ. Oleh karena tidak terdapatnya pengaruh keterampilan
menyimak terhadap IQ, maka prestasi belajar tidak dipengaruhi oleh keterampilan menyimak
melalui IQ.

Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak mempunyai


hubungan langsung terhadap prestasi belajar, dan tidak bergantung pada skor IQ. Untuk
menerangkan ketidaksignifikannya hubungan antara keterampilan menyimak dan IQ dapat
dilihat dalam uraian di bawah ini.

5
Proses menyimak yang baik itu memerlukan suatu kondisi yang mendukung, seperti
diungkapkan Suhendar (1997) bahwa faktor-faktor menyimak yang baik itu meliputi alat dengar
yang baik, situasi dan lingkungan yang baik, konsentrasi yang baik, pengenalan tujuan
pembicaraan, kemampuan menangkap pokok-pokok pikiran, kesanggupan menarik kesimpulan
dengan tepat, dan penyimak harus mampu berbahasa dengan baik serta didukung dengan
intelegensi yang baik pula. Hal ini dapat dikaitkan dengan aspek kognisi dalam keterampilan
menyimak yang meliputi, aspek ingatan, aspek pemahaman, aspek penerapan, aspek analisis,
aspek sintesis dan aspek evaluasi.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa seseorang bisa terampil dalam menyimak itu
membutuhkan pula IQ yang baik. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak terdapatnya
hubungan antara keterampilan menyimak dengan skor IQ. Hal itu dapat dijelaskan sebagaimana
pendapat Thurstone, intelegensi adalah sejumlah kemampuan mental yang bersifat primer.
Penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan mental dapat dikelompokkan menjadi tujuh
faktor. Intelegensi dapat diukur dengan mengambil sampel performance atau penampakan
individu melalui tujuh bidang, yakni:

(1) kemampuan bidang angka

(2) kemampuan dalam bidang penguasaan kata

(3) kemampuan di bidang ingatan atau asosiatif

(4) kemampuan dalam bidang penalaran

(5) kemampuan dalam bidang penguasaan ruang

(6) kemampuan dibidang arti kata

(7) kemampuan di bidang kecepatan perseptual.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwaketerampilan menyimak ditentukan oleh


factor kemampuan dalam bidang penguasaan kata,kemampuan dibidang arti kata, ingatan, dan
penalaran. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa intelegensi seseorang itu tidak sama, hal ini
berarti setiap individu mempunyai tingkatan yang berbeda. Banyak di antara kita memiliki
jumlah kemampuan mental primer yang sama. Perbedaan terletak pada kualitas masing-masing
kemampuan mental. Di lain pihak, Spearman dalam teorinya telah mengungkapkan bahwa
orang tidak pernah memiliki tujuh kemampuan mental primer yang kualitasnya sama dengan
orang lain. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seseorang memiliki kemampuan mental primer

6
yang berbeda dari setiap tujuh bidang kemampuannya, sehingga skor IQ seseorang dapat sama
tetapi berbeda dalam bidang kemampuan mental primernya

Keteterampilan menyimak tidak mempengaruhi secara langsung skor IQ, karena skor
IQ dipengaruhi oleh tujuh bidang kemampuan mental primer yang tiap orang berbeda-beda.
Belum tentu skor IQ-nya tinggi mempunyai kemampuan mental primer dalam bidang
penguasaan kata dan bidang arti katanya tinggi, dan seorang yang mempunyai IQ rata-rata bisa
pula memiliki kemampuan bidang primer dalam bidang penguasaan kata dan bidang
arti katanya

3.a. Manfaat Intelegensi dalam Dunia Pendidikan

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu
masalah pokok. Oleh karena itu, peranan inteligensi dalam proses pendidikan ada yang
menganggap demikian pentingnya sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil atau
tidaknya seseorang dalam hal belajar, sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap
bahwa inteligensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar.Namun, pada umumnya orang
berpendapat 11 bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya belajar seseorang.

Menurut teori Binet dalam Sumadi Suryabrata (2004:133), sifat hakikat inteligensi ada
tiga macam, yaitu

1. Kecenderungan untuk menetapkan dan mempertahankan (memperjuangkan) tujuan


tertentu. Makin cerdas seseorang, akan makin cakaplah dia membuat tujuan sendiri,
tidak menunggu perintah saja. Semakin cerdas seseorang, maka dia akan makin tetap
pada tujuan itu, tidak mudah dibelokkan oleh orang lain dan suasana lain.
2. Kemampuan untuk mengadakan penyesuaian dengan maksud mencapai tujuan. Jadi
makin cerdas seseorang dia akan makin dapat menyesuaikan caracara menghadapi
sesuatu dengan semestinya.
3. Kemampuan untuk oto-kritik, yaitu kemampuan untuk mengkritik diri sendiri,
kemampuan untuk belajar dari kesalahan yang telah dibuatnya. Makin cerdas seseorang
makin dapat dia belajar dari kesalahannya, kesalahan yang telah dibuatnya tidak mudah
di ulang lagi.

4.a. Manfaat Penggunaan IQ Dalam Dunia Pendidikan

7
IQ berpengruh terhadap kemampuan siswa dalam memproses informasi dan memahami
konsep yang rumit. Mereka juga cenderung dapat belajar dengan lebih cepat, bahkan mudah
mengingat informasi yang dipelajari.

B. Pengukuran Inteligensi

Masing-masing individu berbeda-beda dalam segi inteligensinya. UntukDapat


mengetahui taraf inteligensi seseorang, orang menggunakan tes inteligensi.Dengan tes
inteligensi diharapkan dapat mengungkap inteligensi seseorang, akan dpat diketahui tentang
keadaan tarafnya.Ahli yang dipandang pertama menciptakan tes inteligensi adalah Binet. Tes
Inteligensi Binet disusun pertama kali di tahun 1905 yang kemudian mendapatkan revisi baik
dari Binet sendiri maupun dari para ahli. Tahun 1949 diciptakanWechsler Intelligence Scale for
Children atau tes WISC, yang khusus diperuntukkan anak-anak. Selanjutnya di tahun 1955
Wechsler menciptakan tes Inteligensi untuk orang dewasa yang dikenal dengan Wechsler Adult
Intelligence Scale yang dikenal dengan tes WAIS.Tes inteligensi terus mengalami
perkembangan. Beberapa jenis alat tes yang

Digunakan untuk mengukur inteligensi yang dikenal sebagai berikut.

1. Tes Inteligensi berdasarkan usia


a. Tes inteligensi untuk anak-anak : WPPSI, WISC, CPM, TES BINET
b. Tes inteligensi untuk dewasa : WBIS, WAIS, IST, FRT, SPM,APM, PM-60,
CFIT
2. Tes Inteligensi berdasarkan jumlah peserta
a. Tes inteligensi individual : WPPSI, WISC, WBIS, WAIS, BINET
b. Tes inteligensi kelompok : CPM, IST, FRT, SPM, APM, PM-60, CFIT
3. Tes Inteligensi berdasarkan aspek-aspek yang dapat diungkap
a. Penalaran verbal
b. Penalaran kuantitatif
c. Penalaran visual abstrak
d. Memori
e. Sequantial Processing Scale
f. Simultaneous Processing Scale

Pembicaran mengenai tes inteligensi secara mendalam dikaji khusus dalam psikodiagnostik
dimana seorang psikolog dan atau orang yang ahli/berkompeten dalam pelaksanaanya.Unit

8
skala yang digunakan untuk menunjukkan skor inteligensi ini disebut IQ (Intelligence
Quotient). Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel yang dipandang
mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan
sebaran berikut.TingkatanIQ (Intelligence Quotient) Klasifikasi

Nilai IQ Keterangan
140 - ke atas Jenius
130 – 139 Sangat cerdas
120 – 129 Cerdas
110 – 119 Di atas normal
90 – 109 Normal
80 – 89 Di bawah normal
70 – 79 Bodoh
50 – 69 Terbelakang (Moron/Debil)
49 - ke bawah Terbelakang (Imbecile/Idiot)

C. Multiple Intelegences

1.c. Pengertian

Menurut Howard Gardner, setelah melakukan penelitian selama bertahuntahun, semua


manusia memiliki kecerdasan. Tidak ada istilah manusia yang tidak cerdas. Paradigma ini
menentang teori dikotomi cerdas-tidak cerdas dari ahli terdahulu. Gardner juga menentang
aggapan “cerdas” dari sisi IQ (intelectual quotion),yang hanya mengacu pada tiga jenis
kecerdasan, yakni logiko-matematik, linguistik,dan spasial.Howard Gardner, dari Harvard
University, kemudian memunculkan istilah Multiple intelligences, yang kemudian
dikembangkan menjadi teori melalui penelitian yang rumit, melibatkan antropologi, psikologi
kognitif, psikologi perkembangan,psikometri, studi biografi, fisiologi hewan, dan neuroanatomi
(Armstrong, 1993:13;Larson, 2001).

Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, multiple intelligences melihat
anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam
belajar, yang setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya.

2.c. Kecerdasan Menurut Multiple Intelegences

9
Kecerdasan menurut Multiple Intelegences dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata;kemampuan untuk
menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan;kemampuan untuk menciptakan
sesuatu atau menawarkan jasa yang akaan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.

Multiple intelligences memiliki karakteristik konsep sebagai berikut:

Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini, tidak ada
inteligensi yang lebih baik atau lebih penting dari innteligensi yang lain (Gardner, 1993; Hine;
2003; Armstrong, 1993; 1996).

Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama.Semua kecerdasan
dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal;terdapat banyak indikator
kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan
kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan.

Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut bekerjasama untuk mewujudkan aktivitas yang
diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu
kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang (Gardner, 1993 : 37-38).

Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh/semua lintas kebudayaan di seluruh dunia
dan kelompok usia (Gardner, 1993: Armstrong,2004:10-13).

Tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan membuat pola
dasar. Musik, misalnya, ditandai dengan kemampuan membedakan tinggi rendah nada.
Sementara spasial dimulai dengan kemampuan pengaturan tiga dimensi.

Saat seseorang dewasa, kecerdasan diekspresikan melalui rentang pengejaran profesi


dan hobi. Kecerdasan logika-matematika yang dimulai sebagai kemampuan pola pada masa
balita dan berkembang menjadi penguasaan simbolik pada masa anak-anak, misalnya, akhirnya
mencapai kematangan ekspresi dalam wujud profesi sebagai ahli matematika, akuntan, dan
ilmuwan.

Ada kemungkinan seorang anak berada pada kondisi “beresiko” sehingga apabila tidak
memperoleh bantuan khusus, mereka akan mengalami kegagalan dalam tugas-tugas tertentu
yang melibatkan kecerdasan tersebut (Gardner, 1993:27-29).

3.c. Ciri-ciri Teori Multiple Intelligences

Sampai saat ini, teori MI masih berfokus pada upaya mengenali dan menguraikan bakat
bukannya pada membuat struktur halus dan berfungsinya kecerdasan

10
Teori multiple intelligences Howard Gardner memiliki beberapa ciri penting yang
membedakannya dengan teori kecerdasan lain.Menurut teori MI, setiap orang memiliki semua
kecerdasan yang dicetuskan Gardner.Teori MI adalah teori fungsi kognitif. Teori ini
menandaskan bahwa setiap orang memiliki semua kapasitas kecerdasan. Hanya saja, semua
kecerdasan tersebut bekerja dengan cara yang berbeda-beda, tetapi berrfungsi bersama-sama
secara khas dalam diri seseorang.

Seseorang mungkin memiliki semua kecerdasan pada tingkat yang relatif tinggi,
sementara orang lain mungkin hanya memiliki kecerdasan-kecerdasan itu dalam kondisi paling
dasar (relatif rendah) (Armstrong, 1994:11).Pada umumnya, orang dapat mengembangkan
setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai (adequate). Menurut Gardner,
setiap orang, sebenarnya, mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kecerdasan-
kecerdasannya hingga tingkat tertinggi, asalkan memperoleh dukungan, pengayaan, dan
pembelajaran yang tepat atau pas (Armstrong,1994:11). Ini berarti, seorang anak yang
memperoleh dukungan positif dari orang ang tua, fasilitas yang menunjang, bimbingan yang
intensif akan memiliki peluang untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya, seperti
bermain musik, bercerita, melukis, dan menari (lebih lanjut, lihat Gardner, 1993)

Pada umumnya, kecerdasan-kecerdasan bekerja bersamaan melalui cara yang


kompleks.Menurut Gardner, kecuali pada diri orang savant dan orang yang mengalami cidera
otak, kecerdasan-kecerdasan itu tidak berdiri sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan
selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Ketika bermain sepak bola, misalnya, seseorang tidak
semata-mata mengandalkan kecerdasan kinestetik (untuk menendang) tetapi juga memanfaatkan
kecerdasan visual-spasial (untuk mengorientasikan diri dan mengantisipasi lintasan bola).

Ada berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada seperangkat
ciri standar yang musti dimiliki untuk disebut cerdas. Seseorang tetap disebut cerdas linguistik
karena kemahirannya bercerita, meskipun ia tidak lancr membaca. Demikian pula dengan orang
yang tidak piawai di lapangan sepak bola, dapat dikategorikan cerdas dalam kinestetik apabila
ia pandai menari dan luwes dalam gerak-gerik.Teori MI menekankan keberagaman cara orang
menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan (Armstrong,
1996:11-12).

4.c Sembilan Kecerdasan dalam Multiple Intelligences

1.Kecerdasan Verbal-Linguistik

11
Kecerdasan verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis
beserta dengan aturan-aturannya. Seorang anak yang cerdas dalam Verbal-linguistik memiliki
kemampuan:

(1) Berbicara yang baik dan efektif,


(2) Cenderung dapat mempengaruhi orang lain melalui kata-katanya
(3) Suka dan pandai bercerita serta melucu dengan kata-kata
(4) Terampil menyimak dan suka bermain bahasa
(5) Cepat menangkap informasi lewat kata-kata
(6) Mudah hafal kata-kata, nama (termasuk nama tempat)
(7) Memiliki kosakata yang relatif banyak
(8) Cepat mengeja kata-kata
(9) Berminat terhadap buku (membuka-buka, membawa, mengoleksi)
(10) Cepat membaca dan menulis

Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah dengan
mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik memotivasi mereka adalah
mengajak mereka berbicara, menyediakan banyak buku-buku, rekaman,serta menciptakan
peluang mereka untuk menulis. Guru perlu menyediakan peralatan membuat tulisan,
menyediakan tape recorder, menyediakan mesin ketik atau keyboard untuk belajar
mengidentifikasi huruf dalam kata-kata. Selain itu, berikan dongeng pada mereka dan lakukan
tanya jawab. Sesekali, membawa anak-anak ke toko buku atau perpustakaan merupakan langkah
yang tepat.

Menurut Gardner (via Armstrong, 1996:7), kecerdasan linguistik “meledak”pada awal


masa kanak-kanak dan tetap bertahan hingga usia lanjut. Kaitannya dengam sistem neurologis,
kecerdasan ini terletak pada otak bagian kiri dan lobus bagian depan. Kecerdasan linguistik
dilambangkan dengan kata-kata, baik lambang primer (kata-kata lisan) maupun sekunder
(tulisan).

2.Kecerdasan Logika-Matematika

Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau


kemahiran menggunakan logika.Anak-anak yang mempunyai kelebihan dalam kecerdasan
logika-matematika :

(1) Tertarik memanipulasi lingkungan serta cenderung suka menerapkan strategi


(2) Menduga-duga sesuatu;

12
(3) Terus menerus bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang peristiwa di
sekitarnya. Pertanyaan seperti, “mengapa telur berubah jadi ayam?” merupakan contoh
pertanyaan yang berhulu logika-matematika.
(4) Relatif cepat dalam kegiatan menghitung, gemar berhitung, dan menyukai permainan
strategi seperti permainan catur jawa
(5) Cenderung mudah menerima dan memahami penjelasan sebab-akibat.
(6) Suka menyusun sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti urutan besar kecil, panjang
ke pendek, dan mengklasifikasi benda-benda yang memiliki sifat sama. Apabila
dihadapkan pada komputer atau kalkulator, anak-anak dengan kecerdasan logika-
matematika akan cenderung menikmatinya sebagai permainan yang mengasyikkan.

Guru dapat menstimulasi kecerdasan logika-matematika anak dengan :

(1) Memberikan materi-materi konkret yang dapat dijadikan bahan percobaan seperti
permainan mencampur warna, permainan aduk garam-aduk pasir.
(2) Menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dan memberikan penjelasan logis
(3) Memberikan permainan-permainan yang merangsang logika anak seperti
maze,Permainan misteri , permainan yang menggunakan kemampuan membandingkan,
dan permainan yang membutuhkan kemampuan memecahkan masalah. Apabila perlu,
ajaklah anak-anak mendatangi tempat-tempat yang dapat mendorong pemikiran ilmiah,
seperti pameran komputer, museum.

Menurut Gardner, kecerdasan logika-matematika bersemayam di otak depan sebelah kiri dan
parietal kanak. Kecerdasan ini dilambangkan dengan, terutama angka-angka dan lambang
matematika lain. Kecerdasan ini memuncak pada masa remaja dan masa awal dewasa. Beberapa
kemampuan matematika tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun.

3. Kecerdasan Visual-Spasial

Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna,arah, dan ruang


secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi,
srsitektur, lukisan, patung.Anak yang cerdas dalam visual-spasial :

(1) Memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan.
(2) Memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visua dan spasial
(dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata) (Armstrong,1996)
(3) Memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut
pandang yang berbeda.
(4) Mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek

13
(5) Suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsur-unsur
bangunan seperti puzzle dan balok-balok.
(6) Dapat mempergunakan apa pun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya.
Penjepit kain dapat dikait-kaitkan membentuk pesawat terbang,dinosaurus, bahkan
orang-orangan. Bola sepak diberi coretan sehingga menyerupai gambar orang.
Kemampuan dan kecenderungan membayangkan suattu bentuk mewarnai aktivitas
bermain mereka.

Guru dapat merangsang kecerdasan visual-spasial dengan melalui :

(1) Berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap, dan
menyusun potongan gambar;
(2) Menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya
imajinasi mereka, seperti alat-alat permainan konstruktif (lego, puzzle,Lasie,), balok-
balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna,
alat-alat dekoratif (kertas warna-warni, gunting, lem,benang) dan berbagai buku
bergambar
(3) Menyediakan beberapa miniatur benda-benda yang disukai anak, seperti mobiil-
mobilan, pesawat terbang, rumah-rumahan, hewan, dan orang-orangan.

Menurut Howard Gardner (1993), kecerdasan visual-spasial mempunyai lokasi di otak


bagian belakang hemisfer kanan. Kecerdasan ini berkaitan erat dengan kemampuan
imajinasi anak. Pola pikir topologis (bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek) pada
awal masa kanak-kanak memungkinkan mereka menguasai kerangka pikir euclidean pada
usia 9-10 tahun. Kepekaan artistik pada kecerdasan ini tetap bertahan hingga seseorang itu
berusia tua.

4. Kecerdasan Kinestetik

Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh


tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan
untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang
spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan
keakuratan menerima rangsang,sentuhan, dan tekstur.

Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik :

14
(1) Terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah)Daripada
anak-anak seusianya

(2) suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama,

(3) mengetuk-ngetuk sesuatu,

(4) suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya,

(5) senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti mamanjat,berlari,
melompat, berguling;

(6) suka menyentuh barang-barang;.

(7) suka bermain tanah liat dan menunjukkan minat yang tinggi ketika diberi tugas yang
berkaitan dengan keterampilan tangan.

(8) memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh yang baik;

(9) gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan;

(10) cepat menguasai tugas-tugas motorik halus seperti menggunting, melipat,menhit,


menempel, merajut, menyambung, mengecat, dan menulis.

(11) secara artistik mereka kemampuan menari dan menggerakkan tubuh mereka
dengan luwes dan lentur.

Guru dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga
anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara
bebas. Pembelajaran dapat dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki,
senam irama, merayap, dan lari jarak pendek. Permainan yang bermuatan akademis sangat
membantu anak-anak menyalurkan kebutuhan mereka untuk bergerak.

Menurut Gardner, kecerdasan gerak-kinestetik mempunyai lokasi di otak serebelum, basal


ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks. Kecerdasan ini memiliki wujud relatif
bervariasi, bergantung pada komponen-komponen kekuatan dan flleksibilitas serta doimain
seperti tari dan olah raga.

5. Kecerdasan Musikal

Kecerdasan musikal berkaitan dengan kemampuan menangkap bunyi-


bunyi,membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suara-

15
suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama,melodi, dan
warna suara.

Anak-anak yang cerdas dalam musikal :

(1) Cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan
lagu;
(2) Menikmati musik dan menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai irama musik tersebut;
(3) Mengetuk-ngetukkan benda ke meja pada saat menulis atau menggambar.Mereka
cenderung senang bermain alat musik atau bahkan bermusik dengan benda-benda tak
terpakai.
(4) Suka menyanyi, bersenandung, atau bersiul;
(5) Mudah mengenali suara-suara di sekitarnya seperti suara sepeda motor,burung, kucing,
anjing;
(6) Dapat mengidentifikasi perbedaan suara-suara sejenis, seperti suara-suara sepeda motor
dari merk yang berbeda, suara berbagai burung, suara kucing lapar dan berkelahi, suara
beberapa guru dan temannya
(7) Mudah mengenali suatu lagu hanya dengan mendengar nada-nada pertama lagu
tersebut.

Menurut Gardner, musikal merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan muncul
secara tidak terduga dibandingkan dengan bidang lain pada inteligensi manusia. Kecerdasan
musikal mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan musikal mempunyai lokasi di otak bagian
kanan (Gardner, 1993; Armstrong, 1996:7).

6. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama


dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati
pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan
bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau
menjalin kontak (Armstrong, 1993:11;2002:21-22).

Kecerdasan interpersonal dibangun, antar lain, atas kemampuan inti untuk mengenali
perbedaan, khususnya perbedaan besar dalam suasana hati,temperamen, motivasi, dan intensi
(maksud) (Gardner, 1993:23).

Anak-anak yang memiliki kecerdasan interpersonal :

(1) cenderung mudah memahami perasaan orang lain;

16
(2) sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya

(3) pandai mengorganisasi teman-teman dan mengkomunikasikan keinginannya pada orang


lain;

(4)memiliki perhatian yang besar pada teman sebayanya sehingga acapkali mengetahui berita-
berita di seputar mereka;

(5) memiliki kemahiran mendamaikan konflik dan menyelaraskan perasaan orang-orang yang
terlibat konflik;

(6) mudah mengerti sudut pandang orang lain, dan dengan relatif akurat,mampu menebak
suasana hati dan motivasi pribadi orang lain

(7) cinta damai, pengamat dan motivator yang baik.

(8) mempunyai banyak teman;

(9) mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok;

(10) menikmati permainan-permainan yang dilakukan secara berpasangan atau berkelompok;

(11) suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain,Termasuk masalah
ilmu dan informasi;tampak menikmati ketika mengajari teman sebaya mereka tentang
sesuatu,eperti membuat gambar, memilih warna, atau bahkan cara bersikap(Armstrong, 1993)

Riset mengenai otak menunjukkan bahwa otak bagian depan memegang peran yang
sangat penting dalam pengetahuan interpersonal. Kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan
perubahan kepribadian yang besar (Gardner, 1993:23).

Kecerdasan interpersonal ini bersemayam, terutama pada hemisfer kanan dan sistem Limbik
Kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama masa kritis
tiga tahun pertama (Armstrong, 1996:7). Oleh karena itu, anak yang dipisahkan dari ibunya
pada masa pertumbuhan awal, mungkin akan mengalami perrmasalahan yang serius. Selain itu,
kecerdasan interpersonal juga dipengaruhi oleh interaksi sosial manusia (Gardner, 1993:24).

7. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti,
perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan emosi-emosi, menandainya,
dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri (Gardner,
1993:24-25).

17
Anak-anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik :

(1) Terlihat lebih mandiri,


(2) Memiliki kemauan yang keras,
(3) Penuh percaya diri,
(4) Memiliki tujuan-tujuan tertentu (Schmidt, 2002:36)
(5) Tidak mengalami masalah ketika dibiarkan “bekerja sendiri karena mereka cenderung
memiliki gaya “belajar” tersendiri;
(6) Suka menyendiri dan merenung (Armstrong, 2002:34).

Anak-anak yang cerdas dalam intrapersonal, walaupun memiliki kemauan kuat teetapi
mereka mampu mengubah target ketika target awal gagal. Mereka mampu belajar dari
kegagalan dan memahami kekuatan serta kelemahan mereka sendiri. Oleh karena ena itu,
mereka dapat dengan tepat mengungkapkan perasaannya (Armstrong,1996). Selain itu, mereka
juga mampu menghargai diri sendiri dan memiliki kemampuan untuk berkreasi dan
berhubungan secara dekat (Armstrong,1993:130-131).

Awal masa anak-anak merupakan saat yang menentukan bagi perkembangan


Intrapersonal.Anak-anak yang memperoleh kasih sayang, pengakuan, dorongan, dan tokoh
panutan cenderung mampu mengembangkan konsep diri yang positif dan mampu membentuk
citra diri sejati (Armstrong, 1993:131).

Untuk merangsang kecerdasan intrapersonal, guru perlu menjalin komunikasi yang baik
dengan anak-anak. Model permainan yang memperkenalkan berbagai emosi da perasaan, serta
identifikasi diri yang sebenarnya, menurut kaca mata anak, perlu dikembangkan. Selain itu,
pengakuan akan keberbedaan gaya “belajar” anak mutlak diciptakan. Oleh karena itu,
kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri tetap diperlukan di samping
dorongan untuk bekerja sama dengan teman secara berpasangan dan berkelompok.Dorongan
tumbuhnya kecerdasan intrapersonal harus disertai dengan sikap positif para guru dalam menilai
setiap perbedaan individu. Pujian yang tulus, sikap tidak mencela, dukungan yang positif,
menghargai pilihan anak, serta kemauan mendengarkan cerita dan ide-ide anak merupakan
stimulasi yang sesuai untuk menumbuhkan kecerdasan intrapersonal ini.

Kecerdasan intrapersonal mempunyai tempat di otak bagian depan. Kerusakan otak bagian
ini kemungkinan akan menyebabkan orang mudah tersinggung atau Euforia. Sementara
kerusakan di bagian yang lebih atas, kemungkinan besar akan menyebabkan sikap tak acuh
(cuek), enggan-lesu, lamban, dan apati (semacam depresi). Anak-anak autis, misalnya, adalah

18
contoh anak-anak yang cacat dalam keecerdasan intrapersonal. Mereka tidak mampu merujuk
diri mereka sendiri.Meskipun demikian, mereka mungkin memiliki kemampuan yang luar biasa
di bidang musik,matematika, atau spasial.

8. Kecerdaan Naturalis

Kecerdasan naturalis berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan


flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan ini juga berkaitan dengan kecintaan
seseorang pada benda-benda alam, binatang, dan tumbuhan. Kecerdasan naturalis juga ditandai
dengan kepekaan terhadap bentukbentuk alam, seperti dedaunan, awan, batu-batuan. Anak-anak
yang memiliki kecerdasan naturalis :

(1) Cenderung menyukai alam terbuka, akrab dengan hewan peliharaan


(2) Menghabiskan waktu mereka di dekat akuarium;
(3) Memiliki keingintahuan yang besar tentang seluk-beluk hewan dan tumbuhan
(Armstrong, 1993).
(4) Cenderung suka mengoleksi bunga-bunga dan daun-daun kering;
(5) Mengoleksi mainan binatang tiruan, seperti dinosaurus, harimau, dan ular;
(6) Menikmati “komunikasi” dengan binatang piaraan dan memberi mereka makan;
(7) Memiliki perhatian yang relatif besar terhadap binatang, tumbuhan, dan alam.Mereka
tidak takut memegang-megang serangga dan berada di dekat binatang

Kecerdasan naturalis dapat ditumbuhkan melalui berbagai cara :

(1) Mengajak anak-anak menikmati dan mengamati alam terbuka. Pembelajaran dapat
dilakukan di luar kelas;
(2) Menyediakan materi-materi yang tepat untuk naturalis, seperti membiasakan menyiram
tanaman di halaman TK setiap pagi, menanam biji-bijian dalam media yang mudah
dibawa dan mengamati pertumbuhannya;
(3) Menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan dengan unnsur-
unsur alam, seperti membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga,mengamati
perbedaan tekstur pasir, tanah, dan kerikil, mengoleksi biji-bijian,dan menirukan
karakteristik binatang tertentu;
(4) Menyediakan buku-buku dan VCD yang memuat seluk-beluk hewan, alam,dan
tumbuhan dengan gambar-gambar yang bagus dan menarik.

Dalam kadar kecil, kecerdasan naturalis dapat diwujudkan dalam kegiatanInvestigasi,


ekesperimen, menemukan elemen, fenomena alam, pola cuaca, kondisi yang mengubah
karakteristik sebuah benda (es mencair ketika terkena panas matahari).

19
Kecerdasan naturalis memiliki peran yang besar dalam kehidupan.Pegetahuan anak
mengenai alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat mengantarkan mereka ke berbagai profesi
strategis, seperti dokter hewan, insinyur pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, ahli
farmasi, ahli geodesi, geografi, dan Ahli lingkungan.

Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri. Kecerdasan ini muncul secara
dramatis pada sebagian anak. Kecerdasan ini, menurut Leslie Owen wilson dalam tulisannya
The Eight Intelligence : Naturalistic Intelligence (2000 via Indra-Supit, dkk, 2003 : 110)
berkaitan dengan wilayah otak yang peka terhadap pngenalan bentuk atau pola, membuat
hubungan yang sangat tidak kentara. Bukan hanya itu, kecerdasan naturalis juga berkaitan
dengan wilayah otak yang peka terhadap sensori persepsi dan bagian otak yang berkaitan
dengan membedakan dan mngklasifikasikan sesuatu, yaitu otak bagian kiri.

9. Kecerdasan Eksistensial

Kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan


diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia
jasmani maupun kejiwaan, dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau
kesenian (Armstrong, 1996).

Kecerdasan eksistensial juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan,


dan menjadi pemikir menyangkut hal-hal yang besar (menjadi pemimpin) (Theacorn, 2003)

Anak yang memiliki kecerdasan eksistensial :

(1) Cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu;


(2) Menanyakan berbagai hal yang mungkin sekali tidak terpikirkan oleh anak lain
seebayanya. Pertanyaan “Apakah benar ada hantu?”, “Mengapa kita harus berdoa pada
Tuhan?”, dan “Di mana Tuhan berada?” merupakan contoh

Pertanyaan anak-anak yang berhulu pada kecerdasan eksistensial ini.timulasi kecerdasan


eksistensialis mungkin tidak mudah dilakukan. Meskipun demikian, tugas merenungkan sesuatu
yang ada di sekitar anak dapat menumbuhkan kecerdasan ini. Kegiatan bercerita yang diakhiri
pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kesadaran dapat digunakan sebagai stimulasi
eksistensial, seperti“Bagaimana jika kita tidak punya ibu?”, “Bagaimana jika tidak ada air?”

4.c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Multiple Intelligences

20
Kecerdasan yang dimiliki seseorang dapat berkembang sampai tingkat kemampuan yang
disebut mumpuni. Pada tingkat ini, kemampuan seseorang di bidang tertentu, yang berkaitan
dengan kecerdasan itu, akan terlihat sangat menonjol.

Menurut Armstrong (1993:21-22) berkembang tidaknya suatu kecerdasan bergantung pada tiga
faktor penting berikut:

 faktor biologis (biological endowment), termasuk di dalamnya faktor keturunan ataau


genetis dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran.
 Sejarah hidup pribadi, termasuk di dalamnya adalah pengalaman-
pengalaman(bersosialisasi dan hidup) dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang
lain, baik yang membangkitkan maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan.
 Latar belakang kultural dan historis, termasuk waktu dan tempat seseorang dilahirkan
dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural di tempat
yang berbeda

D. Kecerdasan Emosional

1.d. Pengertian Kecerdasan Emosional

Berikut ini definisi kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ adalah sebagai berikut :

a. “Himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau


perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan
menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998 : 8).

b. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap,


dapat berubahubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa
kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

c. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau keterampilan kognitif, namun


keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun di dunia nyata.
Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan. (Shapiro, 1998-10).

d. Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada
tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 : 180).

21
e. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53)
mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk
meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh
varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan
intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.

2.d. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional

Salovey dan Mayer (dalam Shapiro 1997), menerangkan tentang aspek aspek yang
terdapat dalam kecrdasan emosional, yaitu : empati, mengungkap dan memahami perasaan,
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan
memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.

Goleman (2001) mengungkapkan ciri ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosi
sebagai berikut :

a. Mampu memotivasi diri sendiri

b. Mampu bertahan menghadapi frustasi

c. Lebih cakap menjalankan jaringan informal/ nonverbal (memiliki 3 variasi yaitu,


jaringan komunikasi, jaringan keahlian, jaringan kepercayaan )

d. Mampu mengendalikan dorongan lain

e. Cukup luwes untuk menemukan cara / alternative agar sasaran tetap tercapai atau
untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit dijangkau

f. Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatu akan beres bila
menghadapi tahap sulit

g. Memiliki empati yang tinggi

h. Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat

3.d. Menstimulasi Kecerdasan Emosi

Pada umumnya orangtua dan pendidik senantiasa memberi perhatian yang sangat besar
pada perkembangan fisik dan kemampuan kogitif anak, namun terkadang kurang memberi
perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi anak. sebagai orangtua dan

22
pendidik yang menginginkan kebahagian anak, perlu secara serius mengasah kecerdasan emosi
anak dan bahkan menempatkannya sebagai prioritas dalam tugas pengasuhan. Untuk
meningkatkan kecrdasan emosi anak , orang tua dan pendidik perlu memberiikan rangsangan
rangsangan yang sesuai sehingga anak dapat mempelajari keterampilan keterampilan emosi dan
social yang baru.

Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua, diantaranya :

a. Orang Tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan, jika
perlu bersedia bertindak dengan cara-cara yang berlawanan dengan kebiasaan cara pengasuhan
selama ini seperti:

1) tidak terlalu melindungi;

2) membiarkan anak mengalami kekecewaan;

3) tidak terlalu cepat membantu;

4) mendukung anak untuk mengatasi masalah;

5) menunjkkan empati;

6) menetapkan aturan aturan yang tegas dan konsisten.

b. Memberii perhatian pada tahap tahap perkembangan kecerdasan emosi

c. Melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik

4.d. Faktor Kecerdasan Emosional

Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan menempatkan kecerdasan


pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan
memperluas kemapuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu:

a. Mengenali Emosi Diri


Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai
metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer
(Goleman, 2002 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun
pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah

23
larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum
menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk
mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam
diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78).
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti
memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman (2002 : 57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non
verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi
menjelaskan bahwa anakanak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan
emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172).
Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri
yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan
mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
membaca perasaan orang lain.

24
e. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman,
2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar
dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses
dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002 : 59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai
orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat
dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

25
BAB III

KESIMPULAN

Intelligence (Intelegensi):

Intelegensi adalah kemampuan mental untuk belajar, memahami, memecahkan masalah,


berpikir abstrak, dan beradaptasi dengan lingkungan. Ini adalah kemampuan umum yang
mencakup berbagai aspek kognitif seperti pemahaman verbal, penalaran, dan pemecahan
masalah.

IQ (Intelligence Quotient):

IQ adalah skor yang mengukur tingkat intelegensi seseorang dalam tes tertentu. Skor ini
sering digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif seseorang dalam konteks tertentu.
Namun, IQ tidak mencakup semua aspek intelegensi dan bukan satu-satunya indikator
kecerdasan seseorang.

Multiple Intelligence (Intelegensi Jamak):

Konsep intelegensi jamak dikemukakan oleh Howard Gardner dan menyatakan bahwa
intelegensi tidak hanya terbatas pada satu kemampuan umum, tetapi ada berbagai jenis
intelegensi yang mencakup aspek-aspek seperti intelegensi linguistik, kinestetik, musikal, dan
lain-lain. Ini mengakui variasi kecerdasan individual di luar skor IQ.

EQ (Emotional Intelligence/Intelegensi Emosional):

Intelegensi emosional mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengenali,


memahami, mengatur, dan mengungkapkan emosi dengan baik, serta memiliki kemampuan

26
dalam berinteraksi secara empati dengan orang lain. EQ sangat penting dalam hubungan sosial
dan keberhasilan pribadi.

Intelegensi adalah kemampuan mental yang kompleks dan mencakup berbagai aspek.
IQ mengukur intelegensi dalam konteks tes tertentu, sementara konsep intelegensi jamak
mengakui variasi kecerdasan. EQ adalah kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif.
Kecerdasan seseorang tidak hanya dapat diukur dengan IQ, karena EQ dan berbagai jenis
intelegensi juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan dan kesejahteraan individu.

Artikel terkait :

Fakta Unik Tentang IQ Rata-rata Manusia dan Cara Meningkatkannya


Written by Rahma R.

Sebagai manusia yang diciptakan dengan IQ atau Intelligence Quotient di atas rata-rata,
apakah Grameds tahu berapa IQ rata-rata manusia di dunia ini?Jadi, rata-rata manusia yang ada
di dunia ini mempunyai tingkat kecerdasan intelektual atau intelligence quotient di kisaran 90
sampai 130. Walaupun ada beberapa manusia yang terlahir dengan IQ lebih tinggi. Namun hal
tersebut tidak berarti Anda yang mempunyai IQ rendah tidak bisa untuk meningkatkannya.
Meningkatkan IQ dapat Anda lakukan dengan beberapa cara di bawah ini.

Apa Itu IQ?


IQ merupakan sifat pikiran manusia yang merujuk pada beberapa kemampuan intelektual
manusia untuk berpikir, memahami pelajaran, memecahkan sebuah masalah, bernalar,
membaca, dan juga berpikir secara abstrak. Seorang psikolog umumnya akan menggunakan alat
psikometri untuk menghitung hasil tes IQ dan juga menganalisanya dengan menggunakan teori
psikologi. Melalui tes yang diberikan oleh psikolog tersebut, Anda akan mengetahui berapa skor
atau nilai IQ Anda setelah selesai mengerjakan beberapa soal tes yang diberikan.

Tipe Kecerdasan Manusia


Manusia sendiri mempunyai berbagai macam tipe kecerdasan yang bermanfaat di dalam dunia
kerja. Beberapa tipe kecerdasan tersebut yang sangat penting dan harus Anda miliki diantaranya
yaitu:

1. Linguistik atau Kecerdasan Bahasa


Kecerdasan bahasa atau linguistik merupakan tipe kecerdasan manusia yang biasanya dimiliki
oleh seorang penulis, humas, jurnalis, juru bicara pemerintah, dan juga presenter. Kemampuan
linguistik ini dapat dimiliki oleh Anda dengan cara semakin banyak membaca untuk menambah
perbendaharaan kata. Sehingga saat berbicara lebih lugas, singkat, dan mudah dipahami.

27
2. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan salah satu kemampuan manusia untuk mengenal dirinya
sendiri, menentukan keinginan dan juga apa yang sedang mereka rasakan. Selain itu, kecerdasan
intrapersonal ini juga sangat penting untuk Anda dalam menentukan tujuan hidup kedepannya.
Terlebih untuk Anda yang memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha.

3. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal juga tidak kalah penting dan perlu kita miliki. Dengan adanya
kecerdasan interpersonal, kita akan lebih mudah untuk melakukan sosialisasi, memahami
karakter orang lain, memimpin orang lain, dan juga berempati dengan orang lain.

4. Kecerdasan Numerik
Manusia yang mempunyai kecerdasan numerik umumnya akan bekerja di bidang perbankan,
menjadi seorang ahli akuntan, ataupun seorang ekonom. Seseorang yang mempunyai
kecerdasan numerik atau berhitung dengan cepat akan cenderung bisa menyelesaikan suatu
masalah dengan menggunakan logika dan berpikir secara rasional.

Cara Meningkatkan IQ
Tingkat kecerdasan manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mulai dari faktor genetik,
nutrisi makanan, riwayat pendidikan, IQ orang tua, kehidupan di rumah, dan juga pola
pengasuhan yang diterima. Skor IQ rata-rata manusia tidak bersifat tetap. Jadi, untuk Anda yang
berniat meningkatkannya dapat menggunakan beberapa cara di bawah ini, antara lain:

1. Membaca
Anda dapat melampaui skor IQ rata-rata manusia apabila Anda rajin membaca buku. Menurut
beberapa penelitian yang sudah dilakukan, membaca buku atau membacakan buku kepada anak
dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan juga kemampuan bahasa seseorang. Sehingga
dengan membacakan buku kepada anak tidak hanya sekadar pengantar tidur saja.

2. Mempelajari Alat Musik


Selain membaca buku, Anda juga dapat meningkatkan skor IQ apabila Anda suka memainkan
alat musik. Menurut sebuah studi, mereka yang gemar mempelajari alat musik akan mempunyai
memori yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak belajar musik.

3. Melalui Permainan
Tak semua permainan bisa membawa dampak buruk, justru beberapa permainan ini mempunyai
manfaat untuk melatih kecerdasan seseorang. Dimana kecerdasan IQ dapat Anda tingkatkan
dengan menggunakan permainan mengasah otak. Misalnya saja dengan permainan teka-teki
silang, sudoku, dan juga puzzle. Beberapa permainan tersebut dapat melatih daya ingat,
kemampuan bernalar, dan juga kemampuan berbahasa.

4. Menerapkan Pola Hidup Sehat


Menerapkan pola hidup sehat dinilai bisa membantu dalam meningkatkan fungsi otak secara
optimal. Meningkatkan fungsi otak dapat Anda lakukan dengan rutin mengonsumsi makanan
yang mengandung berbagai nutrisi, vitamin C, B , K, dan juga zinc. Beberapa kandungan
tersebut dapat Anda peroleh dari ikan, biji-bijian, telur, buah, teh, dan juga sayuran. Selain

28
melalui asupan makanan, tidur yang cukup dan berolahraga secara teratur juga dapat Anda
lakukan untuk memperkuat memori dalam otak Anda di pagi hari.

Umumnya, IQ rata-rata manusia yang paling rendah berkisar antara 90 sampai 110, untuk
normalnya sendiri 111 sampai 120, sementara untuk mereka yang mempunyai IQ tinggi
biasanya berkisar antara 120 sampai 130. Jika dibawah 90, maka bisa dikatakan bahwa mereka
bodoh, sementara jika diatas 130, maka dapat dikatakan mereka sangat cerdas. Apabila Anda
mempunyai IQ yang rendah, beberapa cara yang sudah disebutkan di atas dapat Anda coba
untuk meningkatkan IQ Anda kedepannya.

Selengkapnya : https://www.gramedia.com/literasi/iq-rata-rata-manusia/

DAFTAR PUSTAKA

Arisandy, Desy. 2006. Psikodiaknostik III-Inteligensi (Diktat). Palembang: Bina Darma.

Azwar, Saifuddin. 2004. Pengatar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badruddin, Imam. Penerapan Konsep Multiple Inteligensi (Kecerdasan Majemuk)


dalam Pembelajaran Sebagai Upaya Mencerdaskan Bangsa.

Senjaya, Sutisna. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inteligensi (Artikel).


Sutisna.Com:Tembolok.

https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/pengertian-kecerdasan-emosional-ciri-ciri-
dan-cara-meningkatkan/

Armstrong, Thomas. 1993. 7 Kinds of Smart : Identifying and Developing Your


Intelligences. New York : Penguin Group.

Armstrong, Thomas. 1996 Multiple Intelligences in The Classroom. Virginia :

Association for Supervision and Curriculum Development.

29

Anda mungkin juga menyukai