Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
KELAS TBI 1D
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan,
bimbingan, dan dorongan selama proses penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka
makalah ini tidak akan dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami mohon maaf apabila terdapat kekurangan atau kesalahan dalam
makalah ini. Kritik dan saran yang membangun selalu kami terima dengan senang hati untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Sekali lagi, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam pembentukan manusia yang berkualitas.
Dalam proses pembelajaran, kita tidak bisa mengabaikan peran dari aspek kecerdasan dan
emosional. Makalah ini membahas konsep-konsep kunci dalam psikologi pendidikan, yaitu
Intelligence, IQ, Multiple Intelligence, dan EQ.
Intelligence, sebagai kemampuan mental yang mencakup berbagai aspek kognitif, telah
menjadi fokus utama dalam memahami potensi individu. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
pengukuran Intelligence telah diwakili oleh Indeks Kecerdasan (IQ). Namun, seiring
berjalannya waktu, pendekatan ini telah dikritisi dan memunculkan konsep Alternatif
Intelligences atau Multiple Intelligences, yang mengakui beragam bentuk kecerdasan yang
dimiliki oleh individu.
Di sisi lain, Emotional Intelligence (EQ) adalah kemampuan untuk memahami dan
mengelola emosi, yang juga memegang peranan penting dalam keberhasilan individu dalam
konteks pendidikan. Kombinasi antara kecerdasan kognitif dan kecerdasan emosional menjadi
landasan kuat dalam menghadapi tantangan dan meraih sukses dalam dunia pendidikan.
Dalam makalah ini, kami akan membahas masing-masing konsep secara mendalam,
menelaah implikasi mereka dalam konteks psikologi pendidikan, serta menyoroti pentingnya
memahami dan mengembangkan potensi kognitif dan emosional dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan. Semoga makalah ini memberikan wawasan yang berharga dan
menginspirasi upaya-upaya lebih lanjut dalam mengoptimalkan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Intelegences dan manfaatnya?
2. Apa yang dimaksud dengan IQ (Intelegences Quotient)
3. Apa yang dimaksud multiple intelegence dan apa saja jenis serta letaknya?
4. Apa yang dimaksud kecerdasan emosional dan ciri-ciri nya?
1
2
BAB II
Landasan Teori
1.a. Inetelegensi
3
situasi atau lingkungan pada umumnya. Selanjutnya Woolfolk mengemukakan inteligensi itu
merupakan satu atau beberapa kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan
dalam rangka menyelesaikan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan
Pada kenyataannya hal itu tidak benar-benar menunjukan tingkat kecerdasan seseorang,
tetapi IQ juga akan mempertimbangkan tentang bagaimana pada akhirnya seseorang akan
melakukan analisa dan pemecahan terhadap suatu masalah. Biasanya IQ banyak disangkut
pautkan pada proses belajar seseorang, hal ini karena IQ berkaitan dengan cara seseorang
berpikir.
4
Menurut Azwar (1996), yang mempengaruhi prestasi belajar terdiri dari dua faktor,
yaitu dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berpengaruh
dari dalam diri siswa, sedangkan faktor eksternal adalah factor yang berpengaruh dari luar
siswa. IQ merupakan salah satu faktor yang berpengaruh secara internal terhadap prestasi
belajar. Bahkan, menurut Wechsler (1958) dan Freeman (1962, dalam Azwar, 1996:163),
intelegensi itu adalah kemampuan untuk belajar. Hal ini juga didukung Thorndike (dalam
Azwar, 1996:163), bahwa kemudahan dalam belajar disebabkan oleh intelegensi yang tinggi
yang terbentuk oleh ikatan-ikatan syaraf (neural bond) antara stimulus dan respon yang
mendapat penguatan.
Dari uraian ini, jelas bahwa dengan intelegensi yang tinggi dapat memudahkan proses
belajar, dan proses keberhasilan belajar dapat dinilai dengan prestasi belajarnya. Telah banyak
penelitian yang mengorelasikan antara IQ dengan prestasi belajar, dan dari hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara IQ dengan prestasi belajar, meskipun
terdapat perbedaan dalam nilai korelasinya (Azwar, 1996:167-168).
Bahkan, menurut Sax (1980, dalam Azwar, 1996:163), korelasi antara IQ dan prestasi
belajar untuk tingkat pendidikan rendah mencapai 0,90. Jadi, dapat disimpulkan bahwa nilai
prestasi di sekolah berkorelasi dengan skor IQ. Seberapa tingginya korelasi yang diperoleh
tergantung pada
Tampak bahwa hubungan sistematis antara prestasi belajar dan intelegensi, mengisyaratkan
prestasi belajar ikut ditentukan oleh factor intelegensi.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel Uji Koefisien Jalur, terdapat hubungan antara
keterampilan menyimak dan IQ tidak signifikan. Hal ini berarti tidak terdapatnya pengaruh
keterampilan menyimak terhadap IQ. Oleh karena tidak terdapatnya pengaruh keterampilan
menyimak terhadap IQ, maka prestasi belajar tidak dipengaruhi oleh keterampilan menyimak
melalui IQ.
5
Proses menyimak yang baik itu memerlukan suatu kondisi yang mendukung, seperti
diungkapkan Suhendar (1997) bahwa faktor-faktor menyimak yang baik itu meliputi alat dengar
yang baik, situasi dan lingkungan yang baik, konsentrasi yang baik, pengenalan tujuan
pembicaraan, kemampuan menangkap pokok-pokok pikiran, kesanggupan menarik kesimpulan
dengan tepat, dan penyimak harus mampu berbahasa dengan baik serta didukung dengan
intelegensi yang baik pula. Hal ini dapat dikaitkan dengan aspek kognisi dalam keterampilan
menyimak yang meliputi, aspek ingatan, aspek pemahaman, aspek penerapan, aspek analisis,
aspek sintesis dan aspek evaluasi.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa seseorang bisa terampil dalam menyimak itu
membutuhkan pula IQ yang baik. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak terdapatnya
hubungan antara keterampilan menyimak dengan skor IQ. Hal itu dapat dijelaskan sebagaimana
pendapat Thurstone, intelegensi adalah sejumlah kemampuan mental yang bersifat primer.
Penelitiannya menunjukkan bahwa kemampuan mental dapat dikelompokkan menjadi tujuh
faktor. Intelegensi dapat diukur dengan mengambil sampel performance atau penampakan
individu melalui tujuh bidang, yakni:
6
yang berbeda dari setiap tujuh bidang kemampuannya, sehingga skor IQ seseorang dapat sama
tetapi berbeda dalam bidang kemampuan mental primernya
Keteterampilan menyimak tidak mempengaruhi secara langsung skor IQ, karena skor
IQ dipengaruhi oleh tujuh bidang kemampuan mental primer yang tiap orang berbeda-beda.
Belum tentu skor IQ-nya tinggi mempunyai kemampuan mental primer dalam bidang
penguasaan kata dan bidang arti katanya tinggi, dan seorang yang mempunyai IQ rata-rata bisa
pula memiliki kemampuan bidang primer dalam bidang penguasaan kata dan bidang
arti katanya
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu
masalah pokok. Oleh karena itu, peranan inteligensi dalam proses pendidikan ada yang
menganggap demikian pentingnya sehingga dipandang menentukan dalam hal berhasil atau
tidaknya seseorang dalam hal belajar, sedangkan pada sisi lain ada juga yang menganggap
bahwa inteligensi tidak terlalu mempengaruhi dalam hal belajar.Namun, pada umumnya orang
berpendapat 11 bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan
berhasil atau gagalnya belajar seseorang.
Menurut teori Binet dalam Sumadi Suryabrata (2004:133), sifat hakikat inteligensi ada
tiga macam, yaitu
7
IQ berpengruh terhadap kemampuan siswa dalam memproses informasi dan memahami
konsep yang rumit. Mereka juga cenderung dapat belajar dengan lebih cepat, bahkan mudah
mengingat informasi yang dipelajari.
B. Pengukuran Inteligensi
Pembicaran mengenai tes inteligensi secara mendalam dikaji khusus dalam psikodiagnostik
dimana seorang psikolog dan atau orang yang ahli/berkompeten dalam pelaksanaanya.Unit
8
skala yang digunakan untuk menunjukkan skor inteligensi ini disebut IQ (Intelligence
Quotient). Berdasarkan hasil pengukuran atau tes inteligensi terhadap sampel yang dipandang
mencerminkan populasinya, maka dikembangkan suatu sistem norma ukuran kecerdasan
sebaran berikut.TingkatanIQ (Intelligence Quotient) Klasifikasi
Nilai IQ Keterangan
140 - ke atas Jenius
130 – 139 Sangat cerdas
120 – 129 Cerdas
110 – 119 Di atas normal
90 – 109 Normal
80 – 89 Di bawah normal
70 – 79 Bodoh
50 – 69 Terbelakang (Moron/Debil)
49 - ke bawah Terbelakang (Imbecile/Idiot)
C. Multiple Intelegences
1.c. Pengertian
Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, multiple intelligences melihat
anak sebagai individu yang unik. Pendidik akan melihat bahwa ada berbagai variasi dalam
belajar, yang setiap variasi menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya.
9
Kecerdasan menurut Multiple Intelegences dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan nyata;kemampuan untuk
menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan;kemampuan untuk menciptakan
sesuatu atau menawarkan jasa yang akaan menimbulkan penghargaan dalam budaya seseorang.
Semua inteligensi itu berbeda-beda, tetapi semuanya sederajat. Dalam pengertian ini, tidak ada
inteligensi yang lebih baik atau lebih penting dari innteligensi yang lain (Gardner, 1993; Hine;
2003; Armstrong, 1993; 1996).
Semua kecerdasan dimiliki manusia dalam kadar yang tidak persis sama.Semua kecerdasan
dapat dieksplorasi, ditumbuhkan, dan dikembangkan secara optimal;terdapat banyak indikator
kecerdasan dalam tiap-tiap kecerdasan. Dengan latihan, seseorang dapat membangun kekuatan
kecerdasan yang dimiliki dan menipiskan kelemahan-kelemahan.
Semua kecerdasan yang berbeda-beda tersebut bekerjasama untuk mewujudkan aktivitas yang
diperbuat manusia. Satu kegiatan mungkin memerlukan lebih dari satu kecerdasan, dan satu
kecerdasan dapat digunakan dalam berbagai bidang (Gardner, 1993 : 37-38).
Semua jenis kecerdasan tersebut ditemukan di seluruh/semua lintas kebudayaan di seluruh dunia
dan kelompok usia (Gardner, 1993: Armstrong,2004:10-13).
Tahap-tahap alami dari setiap kecerdasan dimulai dengan kemampuan membuat pola
dasar. Musik, misalnya, ditandai dengan kemampuan membedakan tinggi rendah nada.
Sementara spasial dimulai dengan kemampuan pengaturan tiga dimensi.
Ada kemungkinan seorang anak berada pada kondisi “beresiko” sehingga apabila tidak
memperoleh bantuan khusus, mereka akan mengalami kegagalan dalam tugas-tugas tertentu
yang melibatkan kecerdasan tersebut (Gardner, 1993:27-29).
Sampai saat ini, teori MI masih berfokus pada upaya mengenali dan menguraikan bakat
bukannya pada membuat struktur halus dan berfungsinya kecerdasan
10
Teori multiple intelligences Howard Gardner memiliki beberapa ciri penting yang
membedakannya dengan teori kecerdasan lain.Menurut teori MI, setiap orang memiliki semua
kecerdasan yang dicetuskan Gardner.Teori MI adalah teori fungsi kognitif. Teori ini
menandaskan bahwa setiap orang memiliki semua kapasitas kecerdasan. Hanya saja, semua
kecerdasan tersebut bekerja dengan cara yang berbeda-beda, tetapi berrfungsi bersama-sama
secara khas dalam diri seseorang.
Seseorang mungkin memiliki semua kecerdasan pada tingkat yang relatif tinggi,
sementara orang lain mungkin hanya memiliki kecerdasan-kecerdasan itu dalam kondisi paling
dasar (relatif rendah) (Armstrong, 1994:11).Pada umumnya, orang dapat mengembangkan
setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai (adequate). Menurut Gardner,
setiap orang, sebenarnya, mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kecerdasan-
kecerdasannya hingga tingkat tertinggi, asalkan memperoleh dukungan, pengayaan, dan
pembelajaran yang tepat atau pas (Armstrong,1994:11). Ini berarti, seorang anak yang
memperoleh dukungan positif dari orang ang tua, fasilitas yang menunjang, bimbingan yang
intensif akan memiliki peluang untuk mengembangkan kecerdasan-kecerdasannya, seperti
bermain musik, bercerita, melukis, dan menari (lebih lanjut, lihat Gardner, 1993)
Ada berbagai cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. Tidak ada seperangkat
ciri standar yang musti dimiliki untuk disebut cerdas. Seseorang tetap disebut cerdas linguistik
karena kemahirannya bercerita, meskipun ia tidak lancr membaca. Demikian pula dengan orang
yang tidak piawai di lapangan sepak bola, dapat dikategorikan cerdas dalam kinestetik apabila
ia pandai menari dan luwes dalam gerak-gerik.Teori MI menekankan keberagaman cara orang
menunjukkan bakat, baik dalam satu kecerdasan tertentu maupun antar kecerdasan (Armstrong,
1996:11-12).
1.Kecerdasan Verbal-Linguistik
11
Kecerdasan verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis
beserta dengan aturan-aturannya. Seorang anak yang cerdas dalam Verbal-linguistik memiliki
kemampuan:
Cara belajar terbaik bagi anak-anak yang cerdas dalam verbal-linguistik adalah dengan
mengucapkan, mendengarkan, dan melihat tulisan. Cara terbaik memotivasi mereka adalah
mengajak mereka berbicara, menyediakan banyak buku-buku, rekaman,serta menciptakan
peluang mereka untuk menulis. Guru perlu menyediakan peralatan membuat tulisan,
menyediakan tape recorder, menyediakan mesin ketik atau keyboard untuk belajar
mengidentifikasi huruf dalam kata-kata. Selain itu, berikan dongeng pada mereka dan lakukan
tanya jawab. Sesekali, membawa anak-anak ke toko buku atau perpustakaan merupakan langkah
yang tepat.
2.Kecerdasan Logika-Matematika
12
(3) Terus menerus bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang peristiwa di
sekitarnya. Pertanyaan seperti, “mengapa telur berubah jadi ayam?” merupakan contoh
pertanyaan yang berhulu logika-matematika.
(4) Relatif cepat dalam kegiatan menghitung, gemar berhitung, dan menyukai permainan
strategi seperti permainan catur jawa
(5) Cenderung mudah menerima dan memahami penjelasan sebab-akibat.
(6) Suka menyusun sesuatu dalam kategori atau hierarki seperti urutan besar kecil, panjang
ke pendek, dan mengklasifikasi benda-benda yang memiliki sifat sama. Apabila
dihadapkan pada komputer atau kalkulator, anak-anak dengan kecerdasan logika-
matematika akan cenderung menikmatinya sebagai permainan yang mengasyikkan.
(1) Memberikan materi-materi konkret yang dapat dijadikan bahan percobaan seperti
permainan mencampur warna, permainan aduk garam-aduk pasir.
(2) Menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dan memberikan penjelasan logis
(3) Memberikan permainan-permainan yang merangsang logika anak seperti
maze,Permainan misteri , permainan yang menggunakan kemampuan membandingkan,
dan permainan yang membutuhkan kemampuan memecahkan masalah. Apabila perlu,
ajaklah anak-anak mendatangi tempat-tempat yang dapat mendorong pemikiran ilmiah,
seperti pameran komputer, museum.
Menurut Gardner, kecerdasan logika-matematika bersemayam di otak depan sebelah kiri dan
parietal kanak. Kecerdasan ini dilambangkan dengan, terutama angka-angka dan lambang
matematika lain. Kecerdasan ini memuncak pada masa remaja dan masa awal dewasa. Beberapa
kemampuan matematika tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun.
3. Kecerdasan Visual-Spasial
(1) Memiliki kepekaan terhadap warna, garis-garis, bentuk-bentuk, ruang, dan bangunan.
(2) Memiliki kemampuan membayangkan sesuatu, melahirkan ide secara visua dan spasial
(dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata) (Armstrong,1996)
(3) Memiliki kemampuan mengenali identitas objek ketika objek tersebut ada dari sudut
pandang yang berbeda.
(4) Mampu memperkirakan jarak dan keberadaan dirinya dengan sebuah objek
13
(5) Suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsur-unsur
bangunan seperti puzzle dan balok-balok.
(6) Dapat mempergunakan apa pun untuk membentuk sesuatu yang bermakna baginya.
Penjepit kain dapat dikait-kaitkan membentuk pesawat terbang,dinosaurus, bahkan
orang-orangan. Bola sepak diberi coretan sehingga menyerupai gambar orang.
Kemampuan dan kecenderungan membayangkan suattu bentuk mewarnai aktivitas
bermain mereka.
(1) Berbagai program seperti melukis, membentuk sesuatu dengan plastisin, mengecap, dan
menyusun potongan gambar;
(2) Menyediakan berbagai fasilitas yang memungkinkan anak mengembangkan daya
imajinasi mereka, seperti alat-alat permainan konstruktif (lego, puzzle,Lasie,), balok-
balok bentuk geometri berbagai warna dan ukuran, peralatan menggambar, pewarna,
alat-alat dekoratif (kertas warna-warni, gunting, lem,benang) dan berbagai buku
bergambar
(3) Menyediakan beberapa miniatur benda-benda yang disukai anak, seperti mobiil-
mobilan, pesawat terbang, rumah-rumahan, hewan, dan orang-orangan.
4. Kecerdasan Kinestetik
14
(1) Terlihat menonjol dalam kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah)Daripada
anak-anak seusianya
(4) suka meniru gerak atau tingkah laku orang lain yang menarik perhatiannya,
(5) senang pada aktivitas yang mengandalkan kekuatan gerak seperti mamanjat,berlari,
melompat, berguling;
(7) suka bermain tanah liat dan menunjukkan minat yang tinggi ketika diberi tugas yang
berkaitan dengan keterampilan tangan.
(11) secara artistik mereka kemampuan menari dan menggerakkan tubuh mereka
dengan luwes dan lentur.
Guru dapat memfasilitasi anak-anak yang memiliki kecerdasan ini dengan memberi
kesempatan pada mereka untuk bergerak. Pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga
anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara
bebas. Pembelajaran dapat dilakukan di luar ruangan seperti meniti titian, berjalan satu kaki,
senam irama, merayap, dan lari jarak pendek. Permainan yang bermuatan akademis sangat
membantu anak-anak menyalurkan kebutuhan mereka untuk bergerak.
5. Kecerdasan Musikal
15
suara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama,melodi, dan
warna suara.
(1) Cenderung cepat menghafal lagu-lagu dan bersemangat ketika kepadanya diperkenalkan
lagu;
(2) Menikmati musik dan menggerak-gerakkan tubuhnya sesuai irama musik tersebut;
(3) Mengetuk-ngetukkan benda ke meja pada saat menulis atau menggambar.Mereka
cenderung senang bermain alat musik atau bahkan bermusik dengan benda-benda tak
terpakai.
(4) Suka menyanyi, bersenandung, atau bersiul;
(5) Mudah mengenali suara-suara di sekitarnya seperti suara sepeda motor,burung, kucing,
anjing;
(6) Dapat mengidentifikasi perbedaan suara-suara sejenis, seperti suara-suara sepeda motor
dari merk yang berbeda, suara berbagai burung, suara kucing lapar dan berkelahi, suara
beberapa guru dan temannya
(7) Mudah mengenali suatu lagu hanya dengan mendengar nada-nada pertama lagu
tersebut.
Menurut Gardner, musikal merupakan kecerdasan yang tumbuh paling awal dan muncul
secara tidak terduga dibandingkan dengan bidang lain pada inteligensi manusia. Kecerdasan
musikal mampu bertahan hingga usia tua. Kecerdasan musikal mempunyai lokasi di otak bagian
kanan (Gardner, 1993; Armstrong, 1996:7).
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal dibangun, antar lain, atas kemampuan inti untuk mengenali
perbedaan, khususnya perbedaan besar dalam suasana hati,temperamen, motivasi, dan intensi
(maksud) (Gardner, 1993:23).
16
(2) sering menjadi pemimpin di antara teman-temannya
(4)memiliki perhatian yang besar pada teman sebayanya sehingga acapkali mengetahui berita-
berita di seputar mereka;
(5) memiliki kemahiran mendamaikan konflik dan menyelaraskan perasaan orang-orang yang
terlibat konflik;
(6) mudah mengerti sudut pandang orang lain, dan dengan relatif akurat,mampu menebak
suasana hati dan motivasi pribadi orang lain
(9) mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok;
(11) suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain,Termasuk masalah
ilmu dan informasi;tampak menikmati ketika mengajari teman sebaya mereka tentang
sesuatu,eperti membuat gambar, memilih warna, atau bahkan cara bersikap(Armstrong, 1993)
Riset mengenai otak menunjukkan bahwa otak bagian depan memegang peran yang
sangat penting dalam pengetahuan interpersonal. Kerusakan pada bagian ini dapat menyebabkan
perubahan kepribadian yang besar (Gardner, 1993:23).
Kecerdasan interpersonal ini bersemayam, terutama pada hemisfer kanan dan sistem Limbik
Kecerdasan ini dipengaruhi oleh kualitas kedekatan atau ikatan kasih sayang selama masa kritis
tiga tahun pertama (Armstrong, 1996:7). Oleh karena itu, anak yang dipisahkan dari ibunya
pada masa pertumbuhan awal, mungkin akan mengalami perrmasalahan yang serius. Selain itu,
kecerdasan interpersonal juga dipengaruhi oleh interaksi sosial manusia (Gardner, 1993:24).
7. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti,
perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan emosi-emosi, menandainya,
dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri (Gardner,
1993:24-25).
17
Anak-anak dengan kecerdasan intrapersonal yang baik :
Anak-anak yang cerdas dalam intrapersonal, walaupun memiliki kemauan kuat teetapi
mereka mampu mengubah target ketika target awal gagal. Mereka mampu belajar dari
kegagalan dan memahami kekuatan serta kelemahan mereka sendiri. Oleh karena ena itu,
mereka dapat dengan tepat mengungkapkan perasaannya (Armstrong,1996). Selain itu, mereka
juga mampu menghargai diri sendiri dan memiliki kemampuan untuk berkreasi dan
berhubungan secara dekat (Armstrong,1993:130-131).
Untuk merangsang kecerdasan intrapersonal, guru perlu menjalin komunikasi yang baik
dengan anak-anak. Model permainan yang memperkenalkan berbagai emosi da perasaan, serta
identifikasi diri yang sebenarnya, menurut kaca mata anak, perlu dikembangkan. Selain itu,
pengakuan akan keberbedaan gaya “belajar” anak mutlak diciptakan. Oleh karena itu,
kesempatan untuk menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri tetap diperlukan di samping
dorongan untuk bekerja sama dengan teman secara berpasangan dan berkelompok.Dorongan
tumbuhnya kecerdasan intrapersonal harus disertai dengan sikap positif para guru dalam menilai
setiap perbedaan individu. Pujian yang tulus, sikap tidak mencela, dukungan yang positif,
menghargai pilihan anak, serta kemauan mendengarkan cerita dan ide-ide anak merupakan
stimulasi yang sesuai untuk menumbuhkan kecerdasan intrapersonal ini.
Kecerdasan intrapersonal mempunyai tempat di otak bagian depan. Kerusakan otak bagian
ini kemungkinan akan menyebabkan orang mudah tersinggung atau Euforia. Sementara
kerusakan di bagian yang lebih atas, kemungkinan besar akan menyebabkan sikap tak acuh
(cuek), enggan-lesu, lamban, dan apati (semacam depresi). Anak-anak autis, misalnya, adalah
18
contoh anak-anak yang cacat dalam keecerdasan intrapersonal. Mereka tidak mampu merujuk
diri mereka sendiri.Meskipun demikian, mereka mungkin memiliki kemampuan yang luar biasa
di bidang musik,matematika, atau spasial.
8. Kecerdaan Naturalis
(1) Mengajak anak-anak menikmati dan mengamati alam terbuka. Pembelajaran dapat
dilakukan di luar kelas;
(2) Menyediakan materi-materi yang tepat untuk naturalis, seperti membiasakan menyiram
tanaman di halaman TK setiap pagi, menanam biji-bijian dalam media yang mudah
dibawa dan mengamati pertumbuhannya;
(3) Menciptakan permainan dan program pembelajaran yang berkaitan dengan unnsur-
unsur alam, seperti membandingkan berbagai bentuk daun dan bunga,mengamati
perbedaan tekstur pasir, tanah, dan kerikil, mengoleksi biji-bijian,dan menirukan
karakteristik binatang tertentu;
(4) Menyediakan buku-buku dan VCD yang memuat seluk-beluk hewan, alam,dan
tumbuhan dengan gambar-gambar yang bagus dan menarik.
19
Kecerdasan naturalis memiliki peran yang besar dalam kehidupan.Pegetahuan anak
mengenai alam, hewan, dan tumbuh-tumbuhan dapat mengantarkan mereka ke berbagai profesi
strategis, seperti dokter hewan, insinyur pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, ahli
farmasi, ahli geodesi, geografi, dan Ahli lingkungan.
Kecerdasan naturalis berada di wilayah-wilayah parietal kiri. Kecerdasan ini muncul secara
dramatis pada sebagian anak. Kecerdasan ini, menurut Leslie Owen wilson dalam tulisannya
The Eight Intelligence : Naturalistic Intelligence (2000 via Indra-Supit, dkk, 2003 : 110)
berkaitan dengan wilayah otak yang peka terhadap pngenalan bentuk atau pola, membuat
hubungan yang sangat tidak kentara. Bukan hanya itu, kecerdasan naturalis juga berkaitan
dengan wilayah otak yang peka terhadap sensori persepsi dan bagian otak yang berkaitan
dengan membedakan dan mngklasifikasikan sesuatu, yaitu otak bagian kiri.
9. Kecerdasan Eksistensial
20
Kecerdasan yang dimiliki seseorang dapat berkembang sampai tingkat kemampuan yang
disebut mumpuni. Pada tingkat ini, kemampuan seseorang di bidang tertentu, yang berkaitan
dengan kecerdasan itu, akan terlihat sangat menonjol.
Menurut Armstrong (1993:21-22) berkembang tidaknya suatu kecerdasan bergantung pada tiga
faktor penting berikut:
D. Kecerdasan Emosional
Berikut ini definisi kecerdasan emosional menurut Salovey dan Mayer mendefinisikan
kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ adalah sebagai berikut :
d. Sebuah model pelopor lain yentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada
tahun 1992 seorang ahli psikologi Israel, yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai
serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam mengatasi tututan dan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 : 180).
21
e. Gardner dalam bukunya yang berjudul Frame Of Mind (Goleman, 2000 : 50-53)
mengatakan bahwa bukan hanya satu jenis kecerdasan yang monolitik yang penting untuk
meraih sukses dalam kehidupan, melainkan ada spektrum kecerdasan yang lebar dengan tujuh
varietas utama yaitu linguistik, matematika/logika, spasial, kinestetik, musik, interpersonal dan
intrapersonal. Kecerdasan ini dinamakan oleh Gardner sebagai kecerdasan pribadi yang oleh
Daniel Goleman disebut sebagai kecerdasan emosional.
Salovey dan Mayer (dalam Shapiro 1997), menerangkan tentang aspek aspek yang
terdapat dalam kecrdasan emosional, yaitu : empati, mengungkap dan memahami perasaan,
mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan
memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat.
Goleman (2001) mengungkapkan ciri ciri seseorang yang memiliki kecerdasan emosi
sebagai berikut :
e. Cukup luwes untuk menemukan cara / alternative agar sasaran tetap tercapai atau
untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit dijangkau
f. Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatu akan beres bila
menghadapi tahap sulit
Pada umumnya orangtua dan pendidik senantiasa memberi perhatian yang sangat besar
pada perkembangan fisik dan kemampuan kogitif anak, namun terkadang kurang memberi
perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi anak. sebagai orangtua dan
22
pendidik yang menginginkan kebahagian anak, perlu secara serius mengasah kecerdasan emosi
anak dan bahkan menempatkannya sebagai prioritas dalam tugas pengasuhan. Untuk
meningkatkan kecrdasan emosi anak , orang tua dan pendidik perlu memberiikan rangsangan
rangsangan yang sesuai sehingga anak dapat mempelajari keterampilan keterampilan emosi dan
social yang baru.
a. Orang Tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan, jika
perlu bersedia bertindak dengan cara-cara yang berlawanan dengan kebiasaan cara pengasuhan
selama ini seperti:
5) menunjkkan empati;
23
larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum
menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk
mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
b. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam
diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan
kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan
intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002 : 77-78).
Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang
menekan.
c. Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti
memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan
dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme,
gairah, optimis dan keyakinan diri.
d. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut
Goleman (2002 : 57) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi
yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu
menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain. Rosenthal dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa orang-orang yang mampu membaca perasaan dan isyarat non
verbal lebih mampu menyesuiakan diri secara emosional, lebih populer, lebih
mudah beraul, dan lebih peka (Goleman, 2002 : 136). Nowicki, ahli psikologi
menjelaskan bahwa anakanak yang tidak mampu membaca atau mengungkapkan
emosi dengan baik akan terus menerus merasa frustasi (Goleman, 2002 : 172).
Seseorang yang mampu membaca emosi orang lain juga memiliki kesadaran diri
yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya sendiri, mampu mengenal dan
mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk
membaca perasaan orang lain.
24
e. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang
menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman,
2002 : 59). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar
dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses
dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu
berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam
lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya
berkomunikasi (Goleman, 2002 : 59). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai
orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina
hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat
dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.
25
BAB III
KESIMPULAN
Intelligence (Intelegensi):
IQ (Intelligence Quotient):
IQ adalah skor yang mengukur tingkat intelegensi seseorang dalam tes tertentu. Skor ini
sering digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif seseorang dalam konteks tertentu.
Namun, IQ tidak mencakup semua aspek intelegensi dan bukan satu-satunya indikator
kecerdasan seseorang.
Konsep intelegensi jamak dikemukakan oleh Howard Gardner dan menyatakan bahwa
intelegensi tidak hanya terbatas pada satu kemampuan umum, tetapi ada berbagai jenis
intelegensi yang mencakup aspek-aspek seperti intelegensi linguistik, kinestetik, musikal, dan
lain-lain. Ini mengakui variasi kecerdasan individual di luar skor IQ.
26
dalam berinteraksi secara empati dengan orang lain. EQ sangat penting dalam hubungan sosial
dan keberhasilan pribadi.
Intelegensi adalah kemampuan mental yang kompleks dan mencakup berbagai aspek.
IQ mengukur intelegensi dalam konteks tes tertentu, sementara konsep intelegensi jamak
mengakui variasi kecerdasan. EQ adalah kemampuan untuk mengelola emosi secara efektif.
Kecerdasan seseorang tidak hanya dapat diukur dengan IQ, karena EQ dan berbagai jenis
intelegensi juga berperan penting dalam menentukan keberhasilan dan kesejahteraan individu.
Artikel terkait :
Sebagai manusia yang diciptakan dengan IQ atau Intelligence Quotient di atas rata-rata,
apakah Grameds tahu berapa IQ rata-rata manusia di dunia ini?Jadi, rata-rata manusia yang ada
di dunia ini mempunyai tingkat kecerdasan intelektual atau intelligence quotient di kisaran 90
sampai 130. Walaupun ada beberapa manusia yang terlahir dengan IQ lebih tinggi. Namun hal
tersebut tidak berarti Anda yang mempunyai IQ rendah tidak bisa untuk meningkatkannya.
Meningkatkan IQ dapat Anda lakukan dengan beberapa cara di bawah ini.
27
2. Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan salah satu kemampuan manusia untuk mengenal dirinya
sendiri, menentukan keinginan dan juga apa yang sedang mereka rasakan. Selain itu, kecerdasan
intrapersonal ini juga sangat penting untuk Anda dalam menentukan tujuan hidup kedepannya.
Terlebih untuk Anda yang memiliki cita-cita menjadi seorang pengusaha.
3. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal juga tidak kalah penting dan perlu kita miliki. Dengan adanya
kecerdasan interpersonal, kita akan lebih mudah untuk melakukan sosialisasi, memahami
karakter orang lain, memimpin orang lain, dan juga berempati dengan orang lain.
4. Kecerdasan Numerik
Manusia yang mempunyai kecerdasan numerik umumnya akan bekerja di bidang perbankan,
menjadi seorang ahli akuntan, ataupun seorang ekonom. Seseorang yang mempunyai
kecerdasan numerik atau berhitung dengan cepat akan cenderung bisa menyelesaikan suatu
masalah dengan menggunakan logika dan berpikir secara rasional.
Cara Meningkatkan IQ
Tingkat kecerdasan manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mulai dari faktor genetik,
nutrisi makanan, riwayat pendidikan, IQ orang tua, kehidupan di rumah, dan juga pola
pengasuhan yang diterima. Skor IQ rata-rata manusia tidak bersifat tetap. Jadi, untuk Anda yang
berniat meningkatkannya dapat menggunakan beberapa cara di bawah ini, antara lain:
1. Membaca
Anda dapat melampaui skor IQ rata-rata manusia apabila Anda rajin membaca buku. Menurut
beberapa penelitian yang sudah dilakukan, membaca buku atau membacakan buku kepada anak
dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan juga kemampuan bahasa seseorang. Sehingga
dengan membacakan buku kepada anak tidak hanya sekadar pengantar tidur saja.
3. Melalui Permainan
Tak semua permainan bisa membawa dampak buruk, justru beberapa permainan ini mempunyai
manfaat untuk melatih kecerdasan seseorang. Dimana kecerdasan IQ dapat Anda tingkatkan
dengan menggunakan permainan mengasah otak. Misalnya saja dengan permainan teka-teki
silang, sudoku, dan juga puzzle. Beberapa permainan tersebut dapat melatih daya ingat,
kemampuan bernalar, dan juga kemampuan berbahasa.
28
melalui asupan makanan, tidur yang cukup dan berolahraga secara teratur juga dapat Anda
lakukan untuk memperkuat memori dalam otak Anda di pagi hari.
Umumnya, IQ rata-rata manusia yang paling rendah berkisar antara 90 sampai 110, untuk
normalnya sendiri 111 sampai 120, sementara untuk mereka yang mempunyai IQ tinggi
biasanya berkisar antara 120 sampai 130. Jika dibawah 90, maka bisa dikatakan bahwa mereka
bodoh, sementara jika diatas 130, maka dapat dikatakan mereka sangat cerdas. Apabila Anda
mempunyai IQ yang rendah, beberapa cara yang sudah disebutkan di atas dapat Anda coba
untuk meningkatkan IQ Anda kedepannya.
Selengkapnya : https://www.gramedia.com/literasi/iq-rata-rata-manusia/
DAFTAR PUSTAKA
https://www.sampoernauniversity.ac.id/id/pengertian-kecerdasan-emosional-ciri-ciri-
dan-cara-meningkatkan/
29