Anda di halaman 1dari 31

Tugas makalah psikologi

INTELEGENSI DAN KREATIFITAS

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Ns. M. FATKHUL MUBIN, M.Kep.,Sp.Jiwa

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. IRMA OCTAVIANTI (G0A021066)
2. ERINA FEBRIYANI P.J (G0A021074)
3. SITI CHALIMATUS S. (G0A021067)
4. M. LUTFI HAIKAL (G0A021082)
5. IMEL FEBRIYANTI (G0A021083)
6. LATHIFAWIDNY M. (G0A021091)
7. AYU TAJI SAHILA (G0A021092)
8. ZAKY AHMAD M. (G0A021098)
9. SITI ALYAH Y. (G0A021102)
10. ROHMATUL FITRI (G0A021104)
11. REDA ANGGRAENI (G0A021108)
12. LYSA DWI OCTAVIA (G0A021075)
13. DWI ANGGI M. (G0A021110)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia-nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Intelegensi dan
Kreativitas”. Terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Psikologi Dr.
Ns. M. FATKHUL MUBIN, M.Kep.,Sp.Jiwa yang telah memberikan tugas ini
kepada kami dan tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari kelompok yang yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pemikiran.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada rekan kelompok 4 yang sudah
memberi dukungan baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan
makalah ini. Tentunya ada hal yag ingin kami berikan kepada masyarakat dari
hasil makalah ini, karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi
sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun karya tulis ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami dari kelompok 4 sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap
semoga karya tulis ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, 14 September 2021

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.…………….…………………………….i

DAFTAR ISI…………………….……..…………..…………..ii

KATA PENGANTAR…………………………....……………iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang……….….……………...………............1
2. Rumusan Masalah……...................................................2
3. Tujuan…………………….……...………...….…..........2
4. Manfaat………………..……………………...…….......2

BAB II PEMBAHASAN
I. Pengertian Intelegensi…………………………..………...3
II. Faktor yang mempengaruhi Intelegensi.............................7
III. Klasifikasi Intelegensi........................................................8
IV. Pengukuran Intelegensi………………………..……...….9
V. Gangguan Intelegensi……………………………..….......11
VI. Pengertian Kreativitas........................................................12
VII. Aspek atau Unsur Kreativitas............................................13
VIII. Faktor yang mempengaruhi kreativitas……………….....15
IX. Karakteristik yang mendukung kreativitas………………16
X. Hubungan Intelegensi dengan Kreativitas ……………....25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………….………...…….....26
B. Saran………………………...............................................27

DAFTAR PUSTAKA..................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang unik artinya, tidak ada satu individu pun
yang persis sama dengan individu yang lain. Salah satu perbedaan yang sering
kita jumpai adalah kecepatan dan kemampuan individu dalam memecahkan
suatu masalah atau persoalan yang dihadapi. Untuk memecahkan masalah atau
persoalan yang sama, pada individu yang mampu dengan cepat
memecahkannya, namun ada juga individu yang lambat bahkan tidak mampu
memecahkannya.
Hal itulah uang memperkuat pendapat bahwa taraf kecerdasan atau
intelegensi itu memang ada, dan berbeda-beda antara satu individu dengan
individu yang lain. Individu yang taraf intelegansinya tinggi akan mudah
memecahkan suatu persoalan, sedangkan individu yang taraf intelegensinya
rendah hanya mampu memecahkan masalah yang mudah. Misalnya, pada
beberapa mahasiswa yang menghadapi soal ujian yang sama, ada yang mampu
dengan cepat dan benar begitu pula juga sebaliknya.
Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan
dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau
kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude).
Dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar mahasiswa salah satunya
ditentukan oleh intelegensi. Oleh sebab itu, kami akan membahas tentang
intelegensi, bakat dan kreativitas.

1
2. Rumusan Masalah
i. Apa pengertian Intelegensi?
ii. Faktor apa saja yang mempengaruhi Intelegensi?
iii. Bagaimana Klasifikasi Intelegensi?
iv. Bagaimana Pengukuran Intelegensi?
v. Apa saja gangguan Intelegensi?
vi. Apa pengertian kreativitas?
vii. Apa saja aspek atau unsur kreativitas?
viii. Faktor apa saja yang mempengaruhi kreativitas?
ix. Apa karakteristik Individu yang mendukung kreativitas?
x. Bagaimana hubungan Intelegensi dengan kreativitas?
3. Tujuan
A. Mengetahui apa pengertian Intelegensi
B. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi Intelegensi
C. Mengetahui Klasifikasi Intelegensi
D. Mengetahui Pengukuran Intelegensi
E. Mengetahui gangguan Intelegensi
F. Mengetahu pengertian kreativitas
G. Memahami aspek atau unsur kreativitas
H. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kreativitas
I. Memahami karakteristik Individu yang mendukung kreativitas
J. Memahami hubungan intelegensi dengan kreativitas
4. Manfaat
Dengan di buat makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang intelegensi dan kreativitas yang ada didalam diri
seseorang.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Intelegensi
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “intelligence” Yang artinya
menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Secara umum inteligensi
sering kali disebut kecerdasan, oleh karena itu seseorang yang memiliki
inteligensi tinggi disebut cerdas atau jenius.
Sampai saat ini para ahli belum ada kesamaan pendapat tentang pengertian
inteligensi, mengingat inteligensi merupakan suatu konsep yang kompleks,
sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari sejumlah kemampuan atau kapasitas
pikiran (Wechsler, 1975). Solso (1988) mendefinisikan intelegensi sebagai
kemampuan dalam memperoleh dan menggali pengetahuan, menggunakan
kemampuan untuk memahami berbagai konsep kongkrit dan abstrak,dan
menghubungkan diantara objek dengan gagasan, menggunakan pengetahuan
dengan cara-cara yang lebih efektif.
Stern (dalam Walgito. 2008) mengemukakan inteligensi adalah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru menggunakan organ berpikir sesuai
tujuanya. Dari pengertian ini tampak bahwa Stern menekankan tentang
inteligensi pada soal penyesuaian diri terhadap keadaan yang ada. Orang yang
intelegen lebih cepat dalam menyesuaikan diri dari pada orang yang kurang
intelegen. Thorndike (dalam Skinner, 1959) menyatakan seseorang dianggap
intelegen jika responnya merupakan respon yang baik atau sesuai dengan
stimmulus yang diterimanya.
Agar dapat memberikan respon yang tepat individu harus memilliki lebih
banyak hubungan stimulus-respon. Keadaan demikian dapat diperoleh dari
pengalaman yang diperolehnya.

3
Terman membedakan adanya ability yang berkaitan dengan hal-hal yang
kongkrit dan ability yang berkaitan dengan hal-hal yang abstrak (Harriman,
1958). Dari berbagai pengertian tadi tergambar tentang beragamnya pengertian
atau definisi inteligensi tersebut. Morgan, King, dan Robinson (1984)
menyatakan bahwa ada dua pendekatan pokok dalam memberikan definisi
tentang inteligensi yaitu :

I. Pendekatan atau teori faktor


Dari pendapat para ahli tentang inteligensi dapat dikemukakan bahwa dalam
inteligensi tersebut terdapat faktor tertentu yang membentuk inteligensi. Faktor
yang membentuk inteligensi diantara para ahli juga belum terdapat satu kesamaan.
Thorndike (dalam Skinner, 1959) dengan teori multi faktornya menyatakan bahwa
inteligensi tersusun dari berbagai faktor, dan faktor itu sendiri dari elemen-elemen,
dan tiap elemen terdiri dari atom-atom, dan tiap atom merupakan hubungan
stimulus respon. Jadi aktifitas yang berkenaan dengan intelegensi merupakan
kumpulan dari atom-atom aktivitas yang bekombinasi satu dengan yang lainnya.
Menurut Spearman inteligensi itu mengandung dua macam faktor yaitu General
ability atau factor umum (factor G) dan special ability tau factor khusus (factor S),
oleh karena itu teori Spearman terkenal dengan teori dwi faktor atau two
factortheory (Walgito, 2008), berikut penjelasan dari masing-masing faktor :
Adalah faktor yang terdapat pada semua individu tetapi berbeda antara individu
satu dengan individu yang lainnya. General ability selalu terdapat dalam setiap
performance. 1) Special ability (faktor khusus) / (faktor S) Merupkan faktor yang
bersifat khusus mengenai bidang tertentu . Jadi faktor S itu banyak, S1, S2, S3, S4,
dan seterusnya.

4
Tiap-tiap performance selalu ada faktor G dan faktor S,sehingga dapat di
ormulasikan sebagai berikut P = G +S. Faktor S itu bersifat khusus, jika individu
menghadapi persoalan yang berbeda-beda maka faktor S nya pun berbeda-beda.
Misalnya seseorang menghadapi tiga macam persoalan yang berbeda-beda, secara
skematis dapat dikemukakan :
P1 = G + S1
P2 = G + S2
P3 = G + S3
Burt memiliki pandangan yang berbeda, tetapi melengkapi pandangan
Spearman. Menurut Burt disamping General ability dan special ability masih
terdapat faktor yang lain lagi yaitu common ability atau common factor atau di
sebut juga group factor (Walgito, 2010). Common factor merupakan faktor
kelompok dalam kemampuan tertentu misalnya common factor dalam hal
bahasa, matematika. Berdasarkan pandangannya maka inteligensi ada tiga
macam factor, yaitu factor G, faktor S, dan factor C, dan faktor-faktor ini akan
nampak dalam performance individu. Jadi performance individu dapat
digambarkan sebagai berikut.
P1 = G + S1 + Cx
P2= G + S2 + Cx
P2= G + S3 + Cy
Misalnya: Cx adalah common Factor berhitung dan Cy
common factor kesenian. Thurstone memilki pandangan yang berbeda lagi
dengan para ahli sebelumnya. Menurut Thurstone dalam intelegensi terdapat
faktor-fakor primer sebagai berikut :

5
• S (spatial relation)
Kemampuan untuk melihat atau mempersepsi gambar dengan dua atau tiga
dimensi yang berkenaan dengan jarak.
• P (perceptual speed)
Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan dalam menilai
perbedaan atau dalam menanggapi sesuatu yang dilihatnya secara detail.
• V (pemahaman verbal)
kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman kata, analogi verbal, dan
sejenisnya.
• W (kefasihan kata)
Kemampuan yang berkaitan kecepatan yang berkaitan dengan kata-kata,
anagram dan sejenisnya.
• N (number facility)

Kemampuan yang berkenaan dengan kecepatan dan ketepatan dalam berhitung.

• M (memori asosiati)
Kemampuan yang berkenaan dengan ingatan, khususnya yang berpasangan.
• I (induction)
Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk memperoleh yang
memperoleh prinsip atau hukum (Walgito, 2010).
II. Teori Orientasi Proses
Teori ini berpijak atas proses intelektual dalam penyelesaian masalah. Para ahli
cenderung mengulas proses kognitif dari pada proses inteligensi, tetapi dengan
maksud tentang hal yang sama (Morgan, King, dan Robinson, 1984). Jean Piaget
merupakan pendukung teori ini. Teori orientasi proses mengemukakan bahwa
intelegensi diukur dari fungsi proses sensoris, koding, ingatan, dan kemampuan
mental yang lain termasuk belajar dan menimbulkan kembali dalam ingatan
(Walgito, 2008).

6
II. Faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi
Faktor individu memberi andil yang besar sekitar 50-80 % terhadap keberadaan
inteligensi seseorang (Suharman, 2005). Plomin dan Spinath (2004)
mengemukakan bahwa dalam perspektif perkembangan, pengaruh lingkungan
terhadap inteligesi terbesar dari lingkungan terhadap inteligensi terjadi ketika
masa anak-anak, kemudian mengalami penurunan setelah bertambah dewasa,
sebaliknya semakin bertambah dewasa usia anak maka maka faktor genetik
makin besar pengaruhnya terhadap inteligensi. Menurut Irwanto dkk (1991) dari
faktor bawaan hasil penelitian menunjukan bahwa individu-individu yang berasal
dari suatu keluarga atau bersanak saudara, nilai dalam tes IQ mereka berkolerasi
tinggi (0.50), bahkan diantara kembar berkolerasi sangat tinggi (0.90), sebaliknya
diantara individu yang tidak bersanak saudara kolerasinya rendah sekali (0.20).
bukti lain dari adanya pengaruh bawaan adalah hasil-hasil dari penelitian
terhadap anak anak yang diadopsi, IQ mereka ternyata masuh berkolerasi tinggi
dengan ayah/ibunya bergerak antar 0.40-0.50, sedangkan korelasi dengan orang
tua angkatnya sangat rendah yait 0.10-0.20. selanjutnya studi terhadap kembar
yang diasuh secara terpisah juga menunjukan bahwa IQ mereka tetap berkolerasi
sangat tinggi. Ini menunjukan bahwa meskipun lingkungan merupakan faktor
yang mempengaruhi inteligensi seseorang, pertumbuhan otak sangat dipengaruhi
oleh zat gizi yang dikonsumsi.pemberian makanan bergizi ini merupakan satu
diantaranya pengaruh lingkungan yang amat penting. Irwanto dkk (1991)
menyatakan penelitian menunjukan bahwa inteligensi bisa berkurang karena
tidak ada rangsangan tertentu dalam awal-awal kehidupan individu. Skeels dan
Skodak dalam suatu studi longitudinal menemukan bahwa anak-anak yang
dididik dalam lingkungan yang kaku, kurang perhatian dan kurang dorongan lalu
di pidahkan ke lingkungan yang hangat, penuh perhatian, rasa percaya, dorongan,
menunjukan peningkatan skor yang cukup berarti pada tes kecerdasan. Selain itu
seseorang yang hidup bersama dalam keluarga memiliki korelasi kecerdasan
yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang di rawat secara terpisah.
Zajonc dalam berbagai penelitiannya menemukan bahwa anak pertama biasanya
memiliki taraf kecerdasan yang lebih tinggi dari adik-adiknya. Hal ini bisa terjadi
karena anak pertama dalam jangka waktu yang cukup lama hanya dikelilingi oleh
orang-orang dewasa, suatu lingkungan yang memberinya keuntungan intelektual
dalam bentuk suatu stimulasi yang lebih terarah (Irwanto dkk, 1991).

7
III. Klasifikasi Intelegensi

Dengan bantuan berbagai instrumen tes inteligensi yang telah dikembangkan,


inteligensi sebagai suatu ciri yang unik dari seseorang mulai dapat dikelompokan
atau diklasifikasikan. Klasifikasi inteligensi sangat ditentukan dari instrumen tes
yang digunakan karena klasifikasi tersebut didasarkan oleh skor IQ pada
instrumen tes tertentu dan setiap instrumen tes mempunyai skala pengukuran
yang berbeda. Irwanto dkk (1991) mengemukakan skala inteligensi
dikembangkan oleh Wechsler dan klasifikasinya sebagai berikut.

Very superior : IQ diatas 128


Superior : IQ 120-127
Bright normal : IQ 111-119
Average : IQ 91-110
Dull normal : IQ 80-90
Borderline : IQ 66-79
Mntal defective : IQ 65 kebawah

8
IV. Pengukuran Intelegensi
Setiap orang memiliki intelegensi yang berbeda-beda, sehingga antara individu
yang satu dengan yang lainya tidak sama kemampuanya dalam menyelesaikan
suatu masalah yang ada. Perbedaan inteligensi dapat dipandang dari perbedaan
kualitatif dan perbedaan kuantitatif. Pandangan kualitatif menyatakan bahwa
perbedaan intelegensi satu dengan yang lainnya memang secara kualitatf berbeda.
Pandangan kuantitatif menyatakan bahwa perbedaan intelegensi itu terjadi karena
perbedaan dalam proses belajarnya.
Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan menggunakan alat-
alat psikodiagnostik atau yang dikenal dengan istilah psikotest. Hasil pengukuran
inteligensi biasanya dinyatakan dalam satuan ukuran tertentu yang dapat
menyatakan tinggi rendahnya inteligensi yang diukur, yaitu IQ (Intellegence
Quotioen). Prinsip pegukuran ibteligensi adalah membandingkan individu yang di
tes dengan norma yang ada. Untuk dapat mengetahui taraf inteligensi seseorang
digunakan tes inteligensi. Orang yang dapat dipandang sebagai orang yang
pertama menciptakan tes inteligensi adalah Binet (Walgito, 2008). Setelah Binet
menciptakan tes inteligensi, tes inteligensi menjadi berkembang begitu pesat.
Tes inteligensi Binet pertama kai disusun dalam tahun 1905 kemudian direvisi
oleh Binet sendiri pada tahun 1908 dan tahun 1911 diadakan revisi lagi sebagai
revisi yang ke dua. Tahun 1916 tes Binet direvisi dan diadaptasi disesuaikan
penggunaannya di Amerika yang dikenal dengan revisi Terman dari Stanford
University dan dikenal dengan Stanford Revision, juga dikenal dengan tes
intelegensi Stanford-Binet (Morgan, King, dan Robinson, 1984). saat itu pula
digunakan pengertian Intellegence Quotient atau disingkat dengan IQ.
Untuk memperoleh IQ pada anak-anak digunakan rumus IQ = MA/CA. Untuk
menghindari adanya angka pecahan maka rumus tersebut dikalikan dengan 100,

9
sehingga rumusnya menjadi : IQ = MA/CA x 100. MA adalah mental age atau
umur mental dan CA adalah chronological age atau umur kronologis yaitu umur
yang sebenarnya (Morgan, King, dan Robinson, 1939).
Tes intelegensi terus berkembang dan pada tahun 1939 David Wechsler
membuat individual intellegence test, yang dikenal dengan Wechsler Bullevue
intellegence scale for Children atau sering disebut tes inteligensi WISC, yang
khusus untuk anak-anak.
Tahun 1955 Wechsler menciptakan test inteligensi untuk orang dewasa yang
dikenal dengan Wechsler Adult Intellegence Scale atau sering dikenal dengan tes
tes iteligensi WAIS. Menurut Morgan, King, dan Robinson (1984) ada dua tes
intelegensi individual yang paling menonjol yaitu tes Stanford-Binet dan Wechsler
Adult Intellence Scale (WAIS).

10
V. Gangguan Intelegensi

Menurut Maramis (2004) gangguan inteligensi yang paling sering ditemukan


adalah retardasi mental dan demesia. Retardasi mental adalah keadaan dengan
inteligensi kurang sejak masa perkembangan atau keadaan kekurangan intelegensi
sehingga adannya rendahnya day guna sosial. Retardasi mental ada yang primer
disebabkan kemungkinan oleh faktor keturunan, sedangkan retardasi mental
skunder disebabkan oleh faktor yang dari luar misalnya gangguan metabolisme
gizi.
Gejala dan tanda retardasi mental adalah kapasitas kecerdasan (IQ) sangat
rendah,daya ingat lemah, tidak mampu mengurus diri sendiri, acuh tak acuh
terhadap lingkungan, minat hanya mengarah pada hal-hal sederhana,perhatianya
mudah berpindah-pindah, keterbatsan emosi, dan adanya kelainan jasmani yang
khas.
Demensia adalah kemunduran inteligensi karena kemunduran otak yang sudah
tidak bisa diperbaiki lagi. Orang yang mengalami dimensia adalah orang yang
tidak bisa mengingat sesuatu yang telah dialaminya.

11
VI. Pengertian Kreativitas
Kreativitas didefinisikan beragam oleh para ahli, tergantung cara pandangnya.
a. Sukarti (1983) menyatakan bahwa kreativitas dalam kehidupan sehari-hari
dikaitkan dengan prestasi yang istimewa dalam menciptakan sesuatu yang
baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang tidak dapat ditemukan
oleh kebanyakan orang, ide baru, dan melihat adanya berbagai kemungkinan.
b. Evans (1991) mengemukakan bahwa kreativitas adalah kemampuan
membuat kombinasi baru berdasarkan konsep konsep yang sudah ada, selain
juga menemukan hubungan hubungan baru memandang sesuatu menurut
perspektif yang baru.
c. Solso (1998) mengungkapkan bahwa kreativitas itu adalah aktivitas kognitif
yang menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu masalah atau situasi.
d. Ahli lain Munandar (1982) menyatakan bahwa kreatifitas adalah
kemampuan untuk membuat kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan
bahan, informasi, data atau elemen yang sudah ada sebelumnya, menjadi hal
yang bermakna dan bermanfaat.
e. Torrence (1974) memandang kreatifitas sebagai suatu kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinilitas dalam berpikir serta
kemampuan untk mengolaborasi suatu gagasan.

Dari berbagai definisi diatas dapat dinyatakan bahwa kreatifitas adalah


menciptakan sesuatu yang baru, menemukan cara penyelesaian masalah yang baru,
ide baru, cara pandang yang baru, dan membuat kombinasi yang baru serta
memiliki orisinilitas yang bermakna dan bermanfaat. Dari pengertian ini tampak
bahwa hakekat kreativitas adalah sesuatu yang baru, bernilai, serta orisinal dan
bermanfaat bagi masyarakat.

12
VII. Aspek/ Unsur Kreativitas
Suharnan(1998)mengemukakan bahwa dalam kreatifitas terdapat aspek atau
unsur.
a. Aktivitas Berpikir
Kreativitas selalu melibatkan aspek berpikir dalam diri seseorang. Aktivitas
ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh orang lain dan hanya
dirasakan oleh orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks karena
melibatkan berbagai kemampuan kognitif seperti persepsi, atensi, ingatan,
imajiner, penalaran, pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
b. Menemukan Sesuatu Yang Baru
Menemukan sesuatu yang baru yang meliputi kemampuan menghubungkan
dua gagasan atau lebih yang semula tidak berhubungan. Kemampuan mengubah
pandangan yang ada dan menggantikannya dengan cara pandang lain yang baru
dan kemudian membuat kombinasi baru berdasarkan konsep yang telah ada
dalam pikiran. Aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses
imajinasi, yaitu suatu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau situasi
didalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan timbul.
c. Orisinal
Pada dasarnya kreativitas dapat dilihat dari adanya suatu produ baru. Produk
ini biasanya akan dianggap sebagai karya kreatif bila belum pernah diciptakan
sebelumnya, bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat. Sifat baru
yang. terdapat dalam kreativitas adalah: produk bersifat baru dan belum pernah
ada sebelumnya, produk yang memiliki sifat baru sebagai hasil kombinasi
berbagai produk yang sudah ada sebelumnya, dan produk yang memiliki sifat
baru sebagai hasil inovasi dan pengembangan dari hasil yang sudah ada.

13
d. Produk yang bermanfaat

Suatu karya yang dihasilkan dari proses kreatif harus memiliki manfaat yang
dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti lebih mudah dipakai, lebih cepat, lebih
enak. Disamping itu dapat medorong, mendidik, menyelesaikan masalah,
mengurangi hambatan, dan mendatangkan hasil lebih baik atau lebih banyak dari
sebelumnya.

14
VIII. Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

Menurut suharnan (1998) ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi


kreativitas seseorang dalam aktivitas kehidupannya.
• Faktor intrinsik yaitu: intelegensi, bakat, minat, kepribadian dan perasaan.
• Faktor ekstrinsik yaitu: adat istiadat, sosial budaya, pendidikan dan suasana
lingkungan.

15
IX. Karakteristik Individu Yang Mendukung Kreativitas
Ciri-ciri atau karakteristik individu yang mendukung kreativitas ada
berbagai hal yang didalamnya termasuk ciri-ciri pokok dan ciri ciri yang
memungkinkan serta ciri-ciri sampingan. Campbell (1986) mengemukakan hal
tersebut sebagai berikut.
1. Ciri Pokok :
• Memiliki kelincahan mental)
Adalah kemampuan untuk bermain dengan ide, gagasan, konsep, lambang,
kata-kata, angka, dan melihat hubungan yang tidak biasa antara unsur tersebut.
Berpikir dari segala arah (kelincahan mental) atau sering disebut convergent
thinking merupakan kemampuan untuk melihat masalah dari berbagai arah,
segi, dan mengumpulkan berbagai fakta yang penting dan mengarahkan fakta
itu pada masalah yang dihadapi. Dengan cara itu ada kemungkinan besar
dihasilkan penyelesaian yang tepat tentang masalah itu. Orang kreatif
memiliki kemampuan itu dengan baik, dan kemampuan-kemampuan itu
menjadi semakin baik dan berfungsi semakin baik karena digunakan dan
dilatih secara teratur.
• Berpikir kesegala arah
Berpikir kesegala arah atau divergent thinking merupakan kemampuan
untuk berpikir dari satu ide, gagasan, menyebar kesegala arah, dan
segi.berpikir kesegala arah mendorong kita. untuk mencari berbagai jawaban
yang berbeda dan yang mungkin daripada langsung mencari jawaban yang
benar.
• Fleksibilitas konseptual
Merupakan suatu kemampuan secara spontan mengganti cara pandang,
pendekatan dan aktivitas yang tidak berjalan.

16
Secara cepat individu dapat menyelesaikan masalah dengan mengganti yang
tidak ada pada saat diperlukan ditempat tersebut.
• Orisinalitas
Merupakan suatu kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan,
penyelesain, cara kerja yang tidak lazim yang jarang bahkan mengejutkan.
Contoh: apakah manfaat topi baja? Orang yang tidak orisinal kebanyakan
menjawab untuk melindungi kepala dari panas, dingin, angin pukulan dan
sebagai hiasan kepala. Orang orisinal akan mengatakan: untuk mengambil air
dari sungai, untuk tempat duduk dan untuk tempat mengumpulkan peralatan
bengkel besi.
• Lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas
Hasil penelitian menemukan pada umumnya orang kreatif lebih menyukai
kesulitan daripada kemudahan, memilih tantangan daripada keamanan,
cenderung yang banyak tali-temalinya (complexity) daripada yang sederhana
(simplicity). Dengan keadaan yang demikian mereka dapat menemukan
gagasan lain, tali-temali antar masalah yang menakjubkan dan hal baru.
Kecenderungan pada hal-hal yang sulit itu dari yang mudah itu, mewarnai
hdup orang-orang kreatif dan meliputi sebagian besar aktivitas hidupnya, oleh
karena itu tidak jarang mereka mengalami banyak kesulitan. Pengalaman sulit
itu memperkaya dan memperluas cakrawala hidup mereka, dan keadaan ini
makin menambah daya kreatif mereka.
• Latar belakang yang merangsang
Orang kreatif biasanya sudah lama hidup dalam lingkungan orang-orang
yang dapat menjadi contoh seperti dalam tulis menulis, seni, studi, penelitian
dan pengembangan ilmu serta penerapannya, dan dalam suasana ingin belajar,
ini makin tahu, ingin maju dalam hal yang ditekuni.

17
Latar belakang yang merangsang (stimulating baground) adalah lingkungan
dan suasana yang mendorong itu yang dapat dimulai di keluarga, lingkungan
sekolah, tetangga bahkan di dunia kerja. Dalam lingkungan demikian orang
kreatif melihat dan mengalami cara hidup dan cara kerja orang-orang yang
sudah jadi dalam bidang mereka masing-masing. Bagi orang kreatif dari
keadaan itulah mempelajari pengetahuan, melatih kecakapan baru, dan
terdorong untuk memiliki sifat khas mereka: terus berusaha, tenang dalam
menghadapi kegagalan, tidak putus asa, disiplin, terus mencari ,berprestasi dan
bergairah dalam hidup.
• Kecakapan dalam banyak hal
Manusia kreatif pada umumnya mempunyai banyak minat dan kecakapan
dalam berbagai bidang kehidupan. Orang yang memiliki banyak kecakapan
tidak mudah terpaku pada satu bidang kehidupan, dipaksa melewati satu jalur
hidup, dan mengerjakan yang itu-itu saja, tetap memiliki banyak ruang,
tersedia berbagai jalan untuk melangkah dan variasi dalam cara hidupnya.
Berbagai kecakapan tersebut tidak saling mengganggu tapi sebaliknya saling
mendukung. Ilmuwan yang sastrawan dapat mengemukakan gagasan
ilmiahnya secara jelas dan indah, pelukis yang musikus dapat melukis dengan
penuh irama seolah-olah diiringi musik pendukung. Orang yang memiliki
banyak kecakapan kancah kehidupannya tampak sebagai sesuatu taman indah
yang memiliki bebagai jalan masuk dan dapat dinikmati dari berbagai sudut
dan pandangan.
2. Ciri yang memungkinkan
Ciri yang memungkinkan diperlukan untuk mempertahankan gagasan kreatif
yang sudah dihasilkan, meliputi.

18
a. Kemampuan untuk bekerja keras
Orang kreatif melukiskan dirinya "saya hanya bekerja keras" mereka bekerja
keras membanting tulang, memeras tenaga berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.mereka sungguh hidup dalam aktivitas
kreatif dibidang seni, ilmu, politik, hukum, dan dagang. Pekerjaan mereka
seperti menelan mereka. Orang yang kurang produktif tampak loyo, tanpa
gairah, tanpa semangat, tujuan tampak tidak terarah, tanpa cita-cita, tidak akan
pernah menjadi orang kreatif. Orang kreatif adalah pekerja keras, namun tidak
tegang, serius tetapi santai, karena kerja sudah menyatu dengan gaya
hidupnya, mereka memiliki kemampuan bekerja keras.
b. Berpikir mandiri
Orang kreatif memiliki rasa individualitas yang kuat, mereka membuat
keputusan sendiri, percaya dengan daya pikirnya, dan percaya dengan
pendapatnya sendiri. Dalam situasi tertekan oleh kelompok, orang kreatif tidak
mudah tunduk, mereka minta penjelasan tentang pendapat umum itu dan
mengutarakan pendapat mereka sendiri dengan alasan-alasannya. Mereka
tidak mudah dipermainkan oleh pendapat umum. Mereka juga tidak begitu
saja, melepaskan pendapat sendiri tanpa melihat sanggahan melawan yang
dapat dipertanggung jawabkan. Maka jika mereka menerima pendapat umum
dan melepas pendapat sendiri bukan karena tekanan, tetapi karena kebenaran
persoalan yang dirasakan dan dipikirkannnya. Orang kreatif mampu
menghadapi dengan tenang dalam silang pendapat, tidak mudah termakan
kabar angin, issue, gossip, dan kabar burung, pikirannya tidak mudah
digoyang oleh hal kecil yang menggoda. Mereka lurus, konsisten, dan maju
terus dengan nyala obor kebenaran yang yang dilihat dan diperoleh dari daya
pikirnya. Orang yang berpikiran mandiri, orang kreatif bisa jadi kaku.

19
Sulit menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat orang lain, atau ia sangat
kuat mempertahankan pendapat sendiri. Keadaan demikian dapat merusak
suasana kebersamaan. Orang berpikir mandiri adalah orang kreatif yang dapat
bertindak, berbuat atau merencanakan sesuatu yang membahayakan diri
sendiri dan masyarakat sekelilingnya, sebagai konsekuensi logis dari suatu
keputusan kreatif. Perlu diketahui bahwa kecenderungan berpikir mandiri itu
bukanlah merupakan unsur masukkan yang pokok dalam proses kreatif, tetapi
memberikan ketegasan untuk bertahan dan terus maju mencapai sesuatu yang
diperlukan untuk mewujudkan ide atau gagasan kreatif. Menciptakan ide atau
gagasan kreatif adalah suatu hal, dan membuat ide atau gagasan itu dapat
diwujudnyatakan dalam produk kreatif adalah hal yang lain lagi. Dunia ini
dipenuhi oleh orang yang berpikir berbeda-beda,tanpa nyali untuk tetap
bertahan untuk mewujudkan ide atau gagasan dalam produk nyata, betapapun
cemerlangnya ide atau gagasan itu ditemukan tetaplah tinggal ide atau gagasan
yang tidak dapat diwujudkan dalam rangka memperkaya kehidupan.
Kemandirian orang kreatif bukanlah kemandirian asal mandiri dan demi
mandiri sendiri, tetapi kemandirian atas dasar kebenaran, terbuka untuk
menerima pandangan-pandangan lain dan menjadi "abdi" untuk mewujudkan
"impian" mereka menjadi kenyataan. Maka kebenaran dulu, mandiri
kemudian, dan mandiri untuk menjelmakan kebenaran.
c. Pantang menyerah
Ada orang yang percaya akan pikirannya sendiri dan tidak terlalu ambil
pusing pendapat orang lain dan sebagian orang lagi memiliki gambaran baik
tentang diri sendiri sebagai akibat keberhasilannya dimasa lampau, sehingga
orang kreatif tidak takut gagal. Mereka senang, rela dan mau mencoba lagi
tanpa mengenal menyerah, bahkan terkadang mereka tidak melihat kegagalan

20
sebagai kegagalan, tetapi hanya gangguan kecil yang tidak mengenakkan
dijalan menuju sukses.
d. Mampu berkomunikasi dengan baik
Pencipta paling cemerlang didunia ini tanpa kecakapan berkomunikasi tidaklah
efektif. Pada umumnya orang kreatif juga sebagai komunikator yang baik, jelas
dan terarah. Tanpa kecakapan komunikasi ide atau gagasan mereka tidak bisa
ditangkap dengan lengkap dan benar, argumennya tidak terumuskan dengan
benar dan meyakinkan. Maka tidaklah mengherankan bahwa orang kreatif adalah
penulis dan penceramah yang baik. akapannya itu menarik perhatian masyarakat
untuk suatu karya cipta yang baru, berupa ide, gagasan, penyelesaian, dancara
kerja yang baru.
e. Lebih tertarik pada konsep daripada hal kecil
Orang kreatif tidak terserap oleh hal kecil dari berbagai hal yang dihadapinya.
Mereka lebih tertarik pada konsep daripada detail, mereka tidak sejak awal
mencurahkan perhatian pada cara menyelesaikan masalah, tetapi pada
pemahaman menyeluruh tentang berbagai hal dalam hubungan masalah tersebut
dengan hal yang lain. Pendekatan konseptual yang menyeluruh ini pada
umumnya akan menghasilkan penyelesaian masalah secara kreatif dan seimbang.
f. Keingintahuan intelektual
Orang kreatif memiliki keingin tahuan (intelectual curiosity) yang tidak habis-
habisnya mengenai hal yang ditemukan dalam hidupnya. Orang mengatakan:
pada umur1-7 tahun suka bertanya "mengapa", pada umur 7-17 tahun suka
mengajukan soal "mengapa tidak", dan pada umur 17-70 tahun kita suka berkata
"karena". Dengan perkataan lain semakin menjadi tua, semakin kehilangan
keingin tahuan. Hal demikian menyebabkan kita tidak terdorong untuk
mendapatkan pengalaman baru dan mencari hal-hal yang baru, ini menghambat
kreativitasnya.
21
g. Kaya humor dan fantasi

Kebanyakan orang kreatif memiliki rasa humor yang tinggi dan kaya dengan
fantasi. Mereka mencari yang aneh dan kurang menaruh minat untuk mengatur
pikiran, emosi, dorongan hati, dan gejolak jiwanya. Mereka hidup dalam dunia
yang penuh permainan dan khayalan. Mereka mampu memperoleh dunia yang
lebih luas dan penuh berbagai unsur menarik, hal yang demikian dapat
mendorong mereka makin aktif dalam kegiatan kreatif. Kekayaan humor dan
fantasi tentu tidak selalu menyenangkan orang, karena kekurangan minat pada
pengendalian berpikir, mengungkapkan emosi dan menyatakan dorongan hati.
Orang kreatif dapat keluar dari jalur adaftif dan norma yang ada dalam
masyarakat, sehingga sering disebut kurang sopan dan tidak bisa beradaptasi.
h. Tidak segera menolak ide
Saat diajukan suatu ide atau gagasan pada orang kreatif tidak begitu saja
menolaknya walaupun ia melihat kekurangannya. Ide atau gagasan itu dilihat
secara menyeluruh dan rinci dengan berbagai pertimbangan, ia mencari segala
unsur menarik dari ide atau gagasan itu dan mengesampingkan kekurangan
kekurangannya. Orang-orang kreatif memiliki pendirian bukan hanya mendekati
masalah dari unsur positif dan negatifnya, tetapi lebih dari segi menariknya,
karena kreatifitas justru lahir dari kemampuan mengembangkan unsur menarik
dari suatu ide,gagasan, penyelesaian, cara dan kemungkinan baru mengenai
masalah tersebut.
i. Arah hidup yang matang
Orang yang kreatif laksanakan dalam diri mereka sikap terlibat dalam sesuatu,
yakin akan tujuan dan arti hidupnya,dan ada rasa ditakdirkan.

22
Mereka merasa mendapat kemampuan khusus untuk menyelesaikan suatu tugas
hidup ditempat dan dizamannya. Mereka memandang dirinya unik, tugas yang
unik di ruang hidup tertentu. Orang kreatif sungguh sungguh ada motivasi untuk
terus berkarya mencapai cita-cita, memenuhi tugas hidup, dan memainkan
peranan dalam kehidupan itu. Umumnya orang yang kreatif sanggup menderita,
mengatasi, dan mengatasi kegagalan, dan maju terus pantang mundur untuk
meraih keinginan yang didambakannya.
3. Ciri sampingan
Ciri sampingan ini mempengaruhi perilaku orang kreatif. Banyak orang kreatif
memiliki ciri yang membuat mereka sulit diterka, sulit bergaul dan hidup dengan
mereka, serta sulit diatur.ciri ini bukan untuk kreatifitas tetapi menjadi efek
samping dari kreatifitasnya. Ciri sampingan ini antara lain.
I. tidak mau tahu jalan pikiran orang lain
orang kreatif berpikir sendiri, ia tidak ambil pusing mengenai sesuatu yang
dipikirkan orang lain, akibatnya ia tidak peka dengan perasaan orang lain
disekitarnya. Biasanya ia kurang memperhatikan adat yang berlaku, tampak
aneh, dan angkuh.
II. Kekacauan psikologis.
Orang kreatif lebih menyukai kompleksitas daripada simplisitas, tidak
mengendalikan perasaan dan tidak peduli dengan keberadaan orang lain.
Memandang dunia dengan kacamata berbeda dari yang lazim, hidup dengan
aturan yang tidak biasa, bertindak atas dasar perhitungan khusus, dapat
membawa orang kreatif ke dunia bathin yang penuh dengan angin taufan. Hal
yang demikian dapat membawa mereka ketengah kekacauan psikologis dan dapat
mengakibatkan hidup jadi berantakan, perkawinan hancur, kehilangan pekerjaan,
minum-minuman keras, bahkan bisa melakukan bunuh diri.

23
Orang aneh ,suka minum, asosial, tidak dengan sendirinya kreatif. Ciri tadi
merupakan akibat dari integritas kepribadian orang kreatif dan situasi bathin
yang diakibatkan oleh kreatifitas. Ekses negatif dari orang keatif tadi dapat
diarahkan, dan diatasi dengan refleksi dan olah diri. Kreatif tidak mesti aneh
orang kreatif dapat juga biasa saja, sopan dan bermasyarakat.

24
X. Hubungan Intelegensi Dengan Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu aktivitas berpikir untuk menghasilkan gagasan-


gagasan baru, tindakan baru, dan penyelesaian suatu masalah yang baru. Sudah
tentu kreatifitas memerlukan peran intelegensi pada tingkatan tertentu, karena
intelegensi maupun kreatifitas merupakan suatu kemampuan intelektual, namun
keduanya memiliki dimensi yang berbeda. Intelegensi lebih dekat dengan
berpikir konvergen yaitu mencari dan memilih satu jawaban yang terbaik atau
paling cocok, sedangkan kreativitas lebih dekat dengan dimensi berpikir divergen
yang menghasilakn berbagai alternatif jawaban (Hattie dan Roger, 1986).
Didalam proses kreatif sudah barang tentu terdapat tahapan-tahapan berpikir
konverge, sehingga sampai saat ini intelegensi diaggpa sebagai variabel penting
dalam hubungannya dengan kreatifitas. Penelitian Munandar (1982) menemukan
korelasi positif dan signifikan antara intelegensi dengan kreativitas dengan angka
korelasi sebesar 0.53. suharnan (1998) menemukan angka korelasi sebesar 0.23,
dan hasil penelitian terbaru dari Kuncel, Hezlett, dan Ones (2004) menemukan
korelasi sebesar 0.36. berdasarkan hasil penelitian ini dan hasil penelitian
sebelumnya, korelasi antara intelegensi dengan kreatifitas bergerak dari tingkat
rendah sampai tingkat sedang.
Dapat disimpulakan bahwa orang yang memiliki intelegensi tinggi cenderung
lebih kreatif daripada mereka yang memiliki intelegensi rendah, tetapi hal ini
tidak berarti bahwa dengan makin tinggi intelegensi seseorang maka dengan
sendirinya akan menjadikan ia lebih kreatif darpada yang lain. Hal ini harus
disadari mengingat antara intelegensi dengan kreatifitas menunjukkan korelasi
yang tidak sempurna (Halpern, 1996).

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Intelegensi disebut sebagai kecerdasan atau kecakapan atau kemampuan
dasar yang bersifat umum. Sementara itu, kecerdasan atau kecakapan atau
kemampuan dasar yang bersifat khusus disebut dengan bakat (aptitude).
Dalam proses belajar mengajar, prestasi belajar mahasiswa salah satunya
ditentukan oleh intelegensi.
Kreatifitas merupakan suatu gagasan-gagasan aktivitas baru, berpikir
tindakan baru, untuk dan menghasilkan penyelesaian suatu masalah yang
baru. Sudah tentu kreatifitas memerlukan peran intelegensi pada tingkatan
tertentu, karena intelegensi maupun kreatifitas merupakan suatu
kemampuan intelektual, namun keduanya memiliki dimensi yang berbeda.
Intelegensi lebih dekat dengan berpikir konvergen yaitu mencari dan
memilih satu jawaban yang terbaik atau paling cocok, sedangkan kreativitas
lebih dekat dengan dimensi berpikir divergen yang menghasilakn berbagai
alternatif jawaban (Hattie dan Roger, 1986).

26
B. SARAN

• Pendidikan diharapkan semaksimal mungkin memfasilitasi perbedaan


kecerdasan para peserta didik agar kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung efektif dan efisien.
• Pendidik harus bijaksana dalam menyikapi perbedaan kecerdasan para
peserta ddik agar peserta didik mampu mencapai keberhasilan dalam
belajar secara maksimal.
• Kepada orang tua diharapkan mengetahui dan memahami tingkat
kecerdasan anaknya dan ikut berperan serta dalam membimbing peserta
agar peserta didik dapat memanfaatkan kemampuan yang dimiliki.
• Kepada peserta didik diharapkan untuk belajar tekun dan terus
meningkatkan kemampuan intelek.

27
DAFTAR PUSTAKA

Candra, I Wayan. 2016. Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan


Jiwa. Denpasar:Politeknik Kesehatan Denpasar Jurusan Keperawatan.

Sunaryo. 2010. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Penerbit Buku


Kedokteran.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka


Cipta

28

Anda mungkin juga menyukai