TEORI KECERDASAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Umum
Dosen pengampu : Tita Rosita, S.Psi., M.Pd
Disusun oleh :
Kelas A4
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “ TEORI KECERDASAN ”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Sholawat berserta salam semoga tetap terlimpah curahkan
kepada jungjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat menyadari bahwa pembuatan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kelancaran tugas-tugas selanjutnya. Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..…. i
DAFTAR ISI………………………………………………………….............. ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1
A. Latar Belakang………………….………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….….1
C. Tujuan ……………………….……..……………………………………1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..2
Pengertian kecerdasan……………………………………………………2
Jenis – jenis kecerdasan……………………………………………..……2
2.1 Mengukur Kecerdasan…….………………………………………….....2
a. Tes IQ………..……………………………………………………….3
b. Bias Budaya dalam
Pengetesan………………………………………..…….…………….4
A. LATAR BELAKANG
Manusia beraktivitas, berinteraksi dengan sesamanya bergantung dari kesanggusannya dalam
berfikir yang biasa disebut kecerdasan/inteligensi. Kecerdasan seseorang akan tampak pada
perbuatannya. Misalnya, orang yang pandai ilmu pasti, maka disebut berinteligensi di bidang
abstrak. Sama halnya jika ia pandai bergaul dalam masyarakat , maka ia disebut berinteligensi di
bidang sosial, dan lain-lain.
Kecerdasan setiap individu berbeda-beda. Oleh karena itu, kita perlu mengenali dengan betul
dibidang apa kecerdasan yang kita miliki. Misalnya, orang tua siswa berasumsi bahwa anak yang
pintar ialah yang menguasai ilmu pasti. Maka dari itu, si anak harus masuk jurusan ilmu alam.
Padahal, si anak lebih mampu dan berminat di bidang ilmu sosial. Mindset inilah yang perlu
dibenahi. Kecerdasan tidak hanya dipengaruhi oleh nilai prestasi akademik tapi juga minat
seseorang.
Begitu pula di dunia profesi, kita sering menilai bahwa orang yang memiliki nilai prestasi baik
adalah orang yang cerdas, sehingga dianggap mampu melakukan banyak pekerjaan dan akan
memiliki karir yang gemilang. Padahal orang yang nilai prestasi akademiknya tidak baik pun dapat
memiliki karir yang sukses apabila ia mengenali dan tahu cara memaksimalkan sisi kecerdasan
yang ia miliki.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kecerdasan?
2. Apa saja jenis-jenis kecerdasan?
3. Bagaimana cara mengukur kecerdasan?
4. Apa pengaruh genetika dan lingkungan terhadap kecerdasan?
5. Apa saja perbedaan dalam kecerdasan?
Psikolog mengukur kecerdasan dengan menggunakan tes yang menghasilkan nilai yang dikenal
sebagai kecerdasan ( intelligence quotient – IQ ) individu. Untuk mengerti cara IQ diperoleh dan
maknanya, mari terlebih dahulu kita mempelajari kriteria untuk tes kecerdasan yang baik :
validitas, reliabilitas, dan standarisasi.
Validitas merujuk pada tingkat kektika tes mengukur hal yang ingin diukur. Salah satu indikator
terpenting dari validitas adalah tingkat ketika tes tersebut memprediksikan performa individu saat
performa tersebut diukur dengan pengukuran lain, atau kriteria, atau atribut.
Reliabilitas adalah tingkat ketika tes pengukuran performa yang konsisten dan dapat direproduksi.
Dengan demikian, tes yang reliabel adalah tes yang menghasilkan nilai yang sama sepanjang
waktu dan pengulangan pengujian. Reliabilitas dan validitas saing terkait, namun keduanya adalah
hal yang berbeda. Perlu diingat, bahwa reabilitas hanya mengacu pada stabilitas nilai dari suatu
tes sepanjang waktu. Sementara validitas sebaliknya, merujuk pada tingkat ketika sebuah skala
mengukur hal yang diukur.
Standarisasi meliputi perkembangan prosedur yang seragam untuk pengaturan dan penilaian
sebuah tes, serta menciptakan norma , atau standar performa, untuk tes tersebut. Prosedur
pengetesan yang seragam diperlukan agar lingkungan pengetesan semirip mungkin untuk semua
individu. Norma diciptakan dengan memberikan tes tersebut kepada kelompok besar individu yang
mewakili populasi yang akan menjadi sasaran tes ini. Norma menunjukan kapan skor tergolong
tinggi, rendah, arau rata-rata. Banyak tes kecerdasan yang didesain untuk individu dari berbagai
kelompok yang berbeda. Agar tes tersebut dapat diterapkan untuk kelompok yang berbeda,
kemungkinan mereka memiliki norma yang berbeda untuk individu dari kelompok usia, status
sosial ekonomi, dan kelompok etnis yang berbeda ( Urbina, 2011).
a. Tes IQ
Pada tahun 1904 kementrian Pendidikan perancis meminta psikolog Alfred Binet , membuat
sebuah metode untuk menentukan siswa yang tidak belajar secara efektif dari pengajaran yang
dilakukan sehari-hari didalam kelas. Binet dan seorang siswanya ( Theophile Simon )
mengembangkan tes kecerdasan untuk memenuhi permintaan ini.
Binet mengembangkan konsep usia mental (Mental Age – MA) yang merupakan tingkat
perkembangan mental individu relative dengan individu lain. Binet berpendapat bahwa, karna
kemampuan kognitif meningkat seiring usia, kita mungkin mengharapkan seorang anak yang
memiliki kedakmampuan cerdas untuk memunculkan performa yang sama dengan anak anak yang
berkembang normal namun memiliki usia yang berbeda. Kemudian , untuk melihat tingkat
kecerdasan individu , kita dapat membandingkan usia mental (MA) dengan usia kronologis (
Chronological Age – CA ) atau usia dari lahir individu tersebut. Seorang anak yang sangat cerdas
memiliki MA yang lebih tinggi dibandingkan CA; seoraong anak yang kurang cerdas memiliki
MA yang lebih rendah dibandingkan CA.
Psikolog jerman, William sterent, memunculkan istilah intelIigence quontient (IQ) Pada tahun
1912. IQ terdiri atas usia mental individu dibagi dengan usia kronologid dan dikalikan 100.
Jika usia mental sama dengan usia kronologis maka IQ dari individu tersebut adalah 100 (rata-
rata); jika usia mental lebih dari usia kronologis maka IQ akan bernilai lebih dari 100 ( diatas
rata-rata) ; jika usia mental kurang dari usia kronologis maka IQ bernilai kurang dari 100 (
dibawah rata-rata). Misalnya , seorang anak berusia 6 tahun dengan usia mental 8 tahun memiliki
IQ sebesar 133, sementara seorang anak yang berusia 6 tahun dengan usia mental 5 tahun memiliki
IQ sebesar 83.
Satu fitur penting bagi tes kecerdasan adalah distribusi yang merujuk pada frekuensi atas berbagai
skor dalam suatu skala. Nilai pada tes kecerdasan kurang lebih menggambarkan distribusi normal.
Distribusi normal adalah kurva simetris, berbentuk lonceng , dengan mayoritas skor terletak pada
bagian tengah skor yang mungkin dan beberapa skor muncul pada titik ekstrem rentang tersebut.
Tes adil – budaya ( culture-fair test ) adalah tes kecerdasan yan bertujuanmenghindari bias
terhadap kultur manapun. Salah satu jenis tes ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang familiar bagi
orang-orang dari semua kelas sosial ekonomi dan latar belakang etnis. Jenis keduanya berisi
pertanyaan-pertanyaan verbal. Meskipun tes seperti Raven ini di desain untuk bebas dari bias
kultur , tetap saja, individu dengan Pendidikan yang lebih tingggi memperoleh skor lebih tinggi,
sedangkan mereka yang kurang terpelajar mendapat skor yang lebih rendah.
Salah satu penjelasan bagi efek pendidikan terhadap skor tes IQ adalah bahwa Pendidikan ( dan
faktor lingkungan lainnya ) dapat memengaruhi penjelasan .
2.2 Pengaruh Genetika dan Lingkungan terhadap Kecerdasan
Salah satu efek Pendidikan terhadap kecerdasan terlihat jelas pada peningkatan skor tes IQ yang
sangat cepat diseluruh dunia, fenomena ini disebut efek Flynn ( Flynn, 1999, 2006, 2013). Skor
pada tes ini meningkat dengan sangat cepat sehingga persentase tingggi dari orang-orang yang
dianggap memiliki tingkat kecerdasan rata-rata pada tahun 1932 saat ini akan dianggap meiliki
kecerdasan dibawah rata-rata. Oleh karena penongkatan ini terjadi dalam waktu yang relative
singkat, hal ini tidak mungkin disebabkan oleh faktor keturunan namu lebih disebabkan oleh
pengingkatan tingkat pendidikan yang diterima oleh persentase penduduk dunia yang lebih besar,
atau disebabkan oleh faktor lingkungan lain, seperti kemudahan akses informasi bagi seluruh
penduduk dunia seperti yang terjadi saat ini.
Mari kembali pada gagasan bahwa kata cerdas tidak hanya menggambarkan individu namun juga
perilaku. Menguasai kecakapan, berfikir secara aktif, dan membuat keputusan denga hati-hati
adalah perilaku cerdas yang dapat dilakukan oleh manusia terlepas dari nilai kecerdasan yang
mereka miliki. Kita tidak pernah mengetahui hal yang dapat kita capai jika kita tidak mencoba dan
tidak ada satu orangpun yang sedimikian terpengaruh oleh angka, tidak peduli sekuat apa angka
tersebut terlihat.
b. Ketidakmampuan Intelektual
Ketidakmampuan individu pada tingkat kecerdasan yang sangat tinggi,beberapa diantaranya
berada pada tingkat terendah. Ketidakmampuan intelektual (atau gangguan perkembangan
intelektual) adalah kondisi keterbatasan kemampuan mental yang memengaruhi aktivitas dalam
tiga area, yaitu;
Kemampuan konseptual; meliputi Bahasa ,membaca, menulis, matematika, penalaran, dan
memori.
Kemampuan sosial; meliputi empati, penilaian sosial, komunikasi interpersonal, dan
kemampuan untuk berteman.
Kemampuan praktis; meliputi menejemen- biri terkait dengan perawatan diri, tanggung jawab
pekerjaan, menejemen keuangan, rekreasi, dan mengatur tugas sekolah dan pekerjaan.
Ketidakmampuan intelektual dapat disebabkan oleh faktor organik, atau dapat pula
disebabkan oleh faktor kultural dan sosial ( hallahan, Kauffman, & pullen , 2012).
Ketidakmampuan intelektual organik disebabkan oleh Kelainan genetika atau kerusakan otak;
organic merujuk pada lapisan atau organ tubuh sehingga terdapat beberapa kerusakan fisik dalam
kemunduran organic. Daunsyndrome salah satuan ketidakmampuan intelektual organic, terjadi
ketika sebuah kromosom tambahan muncul pada susunan genetika individu. Individu yang
menderita reterdasi organic umumnya mengalami kemunduran organik yang ditandai dengan IQ
yang berada diantara 0-50.
Ketidakmampuan intelektual kultural – familiar adalah deficit mental tanapa ada kerusakan otak
organik. Individu dengan kemampuan jenis ini memiliki IQ yang berada diantara 55-70.
Individu dengan daunsyndrome mungkin tidak pernah mencapai prestasi akademik luarbiasa yang
bisa diraih individu berbakat. Namun, mereka mungkin dpat membangun hubungan yang akrab
dan hangat denga oranglain, menjadi inspirasi bagi orang-orang terkasih, dan membuat orang lain
tersenyum dihari yang suram ( vanriver 2007).
Selama ini, sebagian besar psikolog memandang kecerdasan sebagai kemampuan umum yang
bertujuan untuk memecahkan masalah , dan di istilahkan dengan (g) oleh spearman 1904. Psikolog
laoin menyebutkan bahwa kita harus memikirkan jenis kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan
emosional, yaitu kemampuan untuk memersepsikan diri dalam individu dan individu lain secara
akurat ( bracket, rivers, dan Salovey, 2011; mayer dkk, 2011). Robert Stenberg dan Howard
Gardner mengembangkan teori yang cukup berpengaruh yang menunjukan sudut pandang adanya
kecerdasan majemuk.
Teori Triarki tentang kecerdasan ( Triarchic theory of intelligence ) yang menyatakan bahwa
kecerdasan muncul dalam tiga bentuk ,diantaranya;
Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan kegiatan
belajar dan kemampuan mengatasi masalah-masalah. Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari
beberapa faktor yaitu faktor genetika, kematangan , pembentukan , minat dan pembawaan yang
khas , dan kebebasan. Kecerdasan bukan hanya kemampuan analitis tinggi atau bersifat kognitif,
namun kecerdasan terdapat beberapa jenis yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan
kecerdasan spiritual. Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-
tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat
juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan Inovasi dan memberikan
solusi terhadap dalam berbagai situasi di lingkungan hidupnya.
Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal
Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga
karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah
dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan,
bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara
atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A. (2016). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika
DAFTAR WEB
http://pengertianahli.id/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis-kecerdasan.html