Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI KECERDASAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Umum
Dosen pengampu : Tita Rosita, S.Psi., M.Pd

Disusun oleh :

Dini Nuraeni ( 19010264 )


M.Ilham Nurzaman ( 19010272 )
Salma Nur Anisa ( 19010246 )
Teti Nurhayati ( 19010280 )
Wiwin Winengsih ( 19010277 )

Kelas A4

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (IKIP) SILIWANGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “ TEORI KECERDASAN ”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan. Sholawat berserta salam semoga tetap terlimpah curahkan
kepada jungjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam
menyelesaikan makalah ini dengan baik, dan kami sangat menyadari bahwa pembuatan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu kami membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
kelancaran tugas-tugas selanjutnya. Demikian yang dapat kami sampaikan dan kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Cimahi, 23 September 2019

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..…. i
DAFTAR ISI………………………………………………………….............. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………... 1

A. Latar Belakang………………….………………………………………..1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………….….1
C. Tujuan ……………………….……..……………………………………1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………..2
 Pengertian kecerdasan……………………………………………………2
 Jenis – jenis kecerdasan……………………………………………..……2
2.1 Mengukur Kecerdasan…….………………………………………….....2
a. Tes IQ………..……………………………………………………….3
b. Bias Budaya dalam
Pengetesan………………………………………..…….…………….4

2.2 Pengaruh Genetika dan Lingkungan terhadap Kecerdasan…………......4


2.3 Perbedaan dalam Kecerdasan…………………….…………….………5
a. Keberbakatan…….……………………………………………............5
b. Ketidakmampuan Intelektual………………………………………….6

2.4 Teori Kecerdasan Majemuk…………………………….…………….…6


a. Teori Triarki Sterenberg dan Kecerdasan Majemuk Gardner........…...7
b. Mengevaluasi Pendekatan Kecerdasan Majemuk..................….….…..7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….….9


KESIMPULAN………………………………………………………………….….9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...........10
DAFTAR WEB …………………………………………………………………….10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia beraktivitas, berinteraksi dengan sesamanya bergantung dari kesanggusannya dalam
berfikir yang biasa disebut kecerdasan/inteligensi. Kecerdasan seseorang akan tampak pada
perbuatannya. Misalnya, orang yang pandai ilmu pasti, maka disebut berinteligensi di bidang
abstrak. Sama halnya jika ia pandai bergaul dalam masyarakat , maka ia disebut berinteligensi di
bidang sosial, dan lain-lain.
Kecerdasan setiap individu berbeda-beda. Oleh karena itu, kita perlu mengenali dengan betul
dibidang apa kecerdasan yang kita miliki. Misalnya, orang tua siswa berasumsi bahwa anak yang
pintar ialah yang menguasai ilmu pasti. Maka dari itu, si anak harus masuk jurusan ilmu alam.
Padahal, si anak lebih mampu dan berminat di bidang ilmu sosial. Mindset inilah yang perlu
dibenahi. Kecerdasan tidak hanya dipengaruhi oleh nilai prestasi akademik tapi juga minat
seseorang.
Begitu pula di dunia profesi, kita sering menilai bahwa orang yang memiliki nilai prestasi baik
adalah orang yang cerdas, sehingga dianggap mampu melakukan banyak pekerjaan dan akan
memiliki karir yang gemilang. Padahal orang yang nilai prestasi akademiknya tidak baik pun dapat
memiliki karir yang sukses apabila ia mengenali dan tahu cara memaksimalkan sisi kecerdasan
yang ia miliki.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian kecerdasan?
2. Apa saja jenis-jenis kecerdasan?
3. Bagaimana cara mengukur kecerdasan?
4. Apa pengaruh genetika dan lingkungan terhadap kecerdasan?
5. Apa saja perbedaan dalam kecerdasan?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1. Mengetahui pengertian serta jenis-jenis kecerdasan
2. Memahami bagaimana cara mengukur kecerdasan seseorang
3. Mengetahui pengaruh genetika dan lingkungan terhadap kecerdasan seseorang serta
memahami perbedaan dalam kecerdasan itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
KECERDASAN
Kecerdasan umumnya didefinisakan sebagi kemampuan multiguna untuk melakukan tugas-tugas
kognitif, memecahkan masalah, dan belajar dari pengalaman dengan baik. Kecerdasan dapat
diperhatikan dari cara mendeskripsikan proses pemikiran , seperti memecahkan masalah ,
penalaran , pengambilan keputusan , berpikir kritis, dan kreativitas. Kecerdasan merujuk pada
seberapa baik individu dapat menampilkan berbagai aktivitas kognitif ini. Kecerdasan ini
menunjukan bahwa kecerdasan umum mendasari performa diberbagai area , baik matematika,
kemampuan verbal, ataupun penalaran abstrak.
Pengertian kecerdasan menurut beberapa ahli ;
1. Gregor ; Kecerdasan adalah kemampuan atau keterrampilan untuk memecahkan masalah atau
menciptakan produk yang bernilai dalam satu atau lebih bangunan budaya tertentu.
2. C.P.Chaplin ; Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap
situasi baru secara tepat dan efektif
3. Anita E.Woolfolk ; Kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan
yang di perolehnya.
Jenis- jenis kecerdasan

1. Kecerdasan intelektual atau intelegent quotient (IQ)


Kecedasan intektual adalah bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai
lingkungannya secara maksimal serta brtindak secara berarah.
2. Kecedasan emosional atau emotional Quotient (EQ)
Kecedasan emosinal adalah kemampuan untuk mengenali, mengendalikan dan menata perasaan
sendiri dan perasaan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan
didambakan orang lin.
3. Kecerdasan spiritual atau spiritual Quotient (SQ)
Kecerdasan spiritual adalah sumbr yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang
dengan mengingatkan diri pada nilai nilai kebenaran tanpa batas waktu.

2.1 MENGUKUR KECERDASAN

Psikolog mengukur kecerdasan dengan menggunakan tes yang menghasilkan nilai yang dikenal
sebagai kecerdasan ( intelligence quotient – IQ ) individu. Untuk mengerti cara IQ diperoleh dan
maknanya, mari terlebih dahulu kita mempelajari kriteria untuk tes kecerdasan yang baik :
validitas, reliabilitas, dan standarisasi.

Validitas merujuk pada tingkat kektika tes mengukur hal yang ingin diukur. Salah satu indikator
terpenting dari validitas adalah tingkat ketika tes tersebut memprediksikan performa individu saat
performa tersebut diukur dengan pengukuran lain, atau kriteria, atau atribut.
Reliabilitas adalah tingkat ketika tes pengukuran performa yang konsisten dan dapat direproduksi.
Dengan demikian, tes yang reliabel adalah tes yang menghasilkan nilai yang sama sepanjang
waktu dan pengulangan pengujian. Reliabilitas dan validitas saing terkait, namun keduanya adalah
hal yang berbeda. Perlu diingat, bahwa reabilitas hanya mengacu pada stabilitas nilai dari suatu
tes sepanjang waktu. Sementara validitas sebaliknya, merujuk pada tingkat ketika sebuah skala
mengukur hal yang diukur.

Standarisasi meliputi perkembangan prosedur yang seragam untuk pengaturan dan penilaian
sebuah tes, serta menciptakan norma , atau standar performa, untuk tes tersebut. Prosedur
pengetesan yang seragam diperlukan agar lingkungan pengetesan semirip mungkin untuk semua
individu. Norma diciptakan dengan memberikan tes tersebut kepada kelompok besar individu yang
mewakili populasi yang akan menjadi sasaran tes ini. Norma menunjukan kapan skor tergolong
tinggi, rendah, arau rata-rata. Banyak tes kecerdasan yang didesain untuk individu dari berbagai
kelompok yang berbeda. Agar tes tersebut dapat diterapkan untuk kelompok yang berbeda,
kemungkinan mereka memiliki norma yang berbeda untuk individu dari kelompok usia, status
sosial ekonomi, dan kelompok etnis yang berbeda ( Urbina, 2011).

a. Tes IQ
Pada tahun 1904 kementrian Pendidikan perancis meminta psikolog Alfred Binet , membuat
sebuah metode untuk menentukan siswa yang tidak belajar secara efektif dari pengajaran yang
dilakukan sehari-hari didalam kelas. Binet dan seorang siswanya ( Theophile Simon )
mengembangkan tes kecerdasan untuk memenuhi permintaan ini.

Binet mengembangkan konsep usia mental (Mental Age – MA) yang merupakan tingkat
perkembangan mental individu relative dengan individu lain. Binet berpendapat bahwa, karna
kemampuan kognitif meningkat seiring usia, kita mungkin mengharapkan seorang anak yang
memiliki kedakmampuan cerdas untuk memunculkan performa yang sama dengan anak anak yang
berkembang normal namun memiliki usia yang berbeda. Kemudian , untuk melihat tingkat
kecerdasan individu , kita dapat membandingkan usia mental (MA) dengan usia kronologis (
Chronological Age – CA ) atau usia dari lahir individu tersebut. Seorang anak yang sangat cerdas
memiliki MA yang lebih tinggi dibandingkan CA; seoraong anak yang kurang cerdas memiliki
MA yang lebih rendah dibandingkan CA.

Psikolog jerman, William sterent, memunculkan istilah intelIigence quontient (IQ) Pada tahun
1912. IQ terdiri atas usia mental individu dibagi dengan usia kronologid dan dikalikan 100.

IQ= (MA/CA) x 100

Jika usia mental sama dengan usia kronologis maka IQ dari individu tersebut adalah 100 (rata-
rata); jika usia mental lebih dari usia kronologis maka IQ akan bernilai lebih dari 100 ( diatas
rata-rata) ; jika usia mental kurang dari usia kronologis maka IQ bernilai kurang dari 100 (
dibawah rata-rata). Misalnya , seorang anak berusia 6 tahun dengan usia mental 8 tahun memiliki
IQ sebesar 133, sementara seorang anak yang berusia 6 tahun dengan usia mental 5 tahun memiliki
IQ sebesar 83.

Satu fitur penting bagi tes kecerdasan adalah distribusi yang merujuk pada frekuensi atas berbagai
skor dalam suatu skala. Nilai pada tes kecerdasan kurang lebih menggambarkan distribusi normal.
Distribusi normal adalah kurva simetris, berbentuk lonceng , dengan mayoritas skor terletak pada
bagian tengah skor yang mungkin dan beberapa skor muncul pada titik ekstrem rentang tersebut.

b. Bias Buadaya dalam Pengetesan


Banyak tes kecerdasan terdahulu yang biasa terhadap kultur, lebih memihak ppada orang-orang
yang berasal dari daerah perkotaan dari pada lingkungan pedesaan, dari golongan sosial ekonomi
menengah dari pada mereka yang berasal dari golongan sosial ekonomi rendah, dan lebih memihak
kaum kulit putih dari pada warga Amerika keturunan Afrika.

Tes adil – budaya ( culture-fair test ) adalah tes kecerdasan yan bertujuanmenghindari bias
terhadap kultur manapun. Salah satu jenis tes ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang familiar bagi
orang-orang dari semua kelas sosial ekonomi dan latar belakang etnis. Jenis keduanya berisi
pertanyaan-pertanyaan verbal. Meskipun tes seperti Raven ini di desain untuk bebas dari bias
kultur , tetap saja, individu dengan Pendidikan yang lebih tingggi memperoleh skor lebih tinggi,
sedangkan mereka yang kurang terpelajar mendapat skor yang lebih rendah.
Salah satu penjelasan bagi efek pendidikan terhadap skor tes IQ adalah bahwa Pendidikan ( dan
faktor lingkungan lainnya ) dapat memengaruhi penjelasan .
2.2 Pengaruh Genetika dan Lingkungan terhadap Kecerdasan

Konsep fenotif dan genotif ;


a. Genotif; merujuk pada material genetika suatu organisme .
b. Fenotif ; merujuk karateristik actual yang dimiliki oleh organisme tersebut.
Ketika kita berbicara mengenai pengaruh genetika terhadap kecerdasan , kita tertarik untuk
memahami perbedaan pada tingkat genotif memprediksi perbedaan pada fenotif kecerdasan .
Selama beberapa waktu, ilmuan bergantung pada statistic yang disebut heritabilitas untuk
menggambarkan tingkat ketika perbedaan yang dapat di observasi antara manusia dalam suatu
kelompok ( fenotif ) dapat dijelaskan dengan perbedaan genetika dari anggota kelompok tersebut
( genitif ). Heritabilitas adalah proporsi dari perbedaan yang dapat diobservasi dalam suatu
kelompok yang dapat dijelaskan dengan perbedaan pada gen dari anggota kelompok tersebut. Bagi
kecerdasan heritabilitas menunjukan kepada kita seberapa besar perbedaan yang dapat kita lihat
dalam kecerdasan yang dapat diartibusikan pada perbedaan gen. Oleh karena heritabilitas ini
adalah proporsi maka tingkat tertinggi dari heritabilitas adalah 100 persen. Penelitian mengenai
heritabilitas secara umum menggunakan perbandingan kesamaan dari fenotip kembar identik
dengan kembar fraternal. Dengan asumsi bahwa kembar identik memiliki kesamaan materi
genetika sebesar 100 persen, dan kembar fraternal sebesar 50 persen, ilmuan memperkirakan
bahwa heritabilitas kecerdasandari kembar ini adalah sekitar 75% , yang mencerminkan pengaruh
genetika yang kuat ( Neisser dkk, 1996).
Asumsi penting perkiraan heritabilitas, yaitu pasangan kembar membagi material genetika dalam
taraf tertentu, ternyata tidak sepenuhnya akurat. Penelitian menunjukan bahwa geno manusia
memiliki beberapa tingkat plastisitas. Pada dasarnya, setelah konsepsi, gen kita dapat berubah.
KEmbar identic dapat memiliki DNA yang identik pada saat konsepsi, namun DNA dapat berubah
pada masa prenatal ( xing dkk, 2009) dan pascanatal, terutama di otak ( baillie dkk 2011).

Salah satu efek Pendidikan terhadap kecerdasan terlihat jelas pada peningkatan skor tes IQ yang
sangat cepat diseluruh dunia, fenomena ini disebut efek Flynn ( Flynn, 1999, 2006, 2013). Skor
pada tes ini meningkat dengan sangat cepat sehingga persentase tingggi dari orang-orang yang
dianggap memiliki tingkat kecerdasan rata-rata pada tahun 1932 saat ini akan dianggap meiliki
kecerdasan dibawah rata-rata. Oleh karena penongkatan ini terjadi dalam waktu yang relative
singkat, hal ini tidak mungkin disebabkan oleh faktor keturunan namu lebih disebabkan oleh
pengingkatan tingkat pendidikan yang diterima oleh persentase penduduk dunia yang lebih besar,
atau disebabkan oleh faktor lingkungan lain, seperti kemudahan akses informasi bagi seluruh
penduduk dunia seperti yang terjadi saat ini.

Mari kembali pada gagasan bahwa kata cerdas tidak hanya menggambarkan individu namun juga
perilaku. Menguasai kecakapan, berfikir secara aktif, dan membuat keputusan denga hati-hati
adalah perilaku cerdas yang dapat dilakukan oleh manusia terlepas dari nilai kecerdasan yang
mereka miliki. Kita tidak pernah mengetahui hal yang dapat kita capai jika kita tidak mencoba dan
tidak ada satu orangpun yang sedimikian terpengaruh oleh angka, tidak peduli sekuat apa angka
tersebut terlihat.

2.3 Perbedaan dalam Kecerdasan


a. Keberbakatan
Orang – orang yang berbakat memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi ( IQ 130 atau lebih ) dan
atau bakat superior diarea tertentu. Luis Terman ( 1925) melakukan penelitian terhadap 1.500 anak
yang memiliki skor Stanford – binet rata-rata 150, yang menempatkan mereka dalam kelompok 1
persen teratas. Terhadap mitos yang popular, yakni anak-anak yang berbakat adalah anak yang
kurang mampu menyusuaikan diri dalam lingkungan , namun Terman menemukan bahwa
partisipan dalam penemuannya tidak hanya berbakat secara akademis, tetapi juga sangat mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Banyak dari partisipan ini yang kemudian
menjadi dokter, pengacara, professor, dan ilmuan yang behasil. Apakah anak-anak yang berbakat
tumbuh menjadi orang dewasa yang berbakat dan kreatif? Dalam penelitian Terman anak-anak
yang berbakat pada umumnya menjadi ahli pada domain yang sangat baik seperti kedokteran,
hukum,atau bisnis?,namun partisipan ini tidak menjadi kreaktor atau penemu utama ( Winner,
2000, 2006).
Seperti kecerdasan itu sendiri , kemungkinan besar bakat adalah hasil dari hereditas dan
lingkungan. Para ahli yang memepelajari bakat ini mengungkapkan bahwa individu yang berbakat
terlihat menampilkan sinyal kemampuan tinggi pada area tertentu diusia yang sangat
muda,sebelum atau pada permulaaan latihan formal ( howe dkk, 1995).

b. Ketidakmampuan Intelektual
Ketidakmampuan individu pada tingkat kecerdasan yang sangat tinggi,beberapa diantaranya
berada pada tingkat terendah. Ketidakmampuan intelektual (atau gangguan perkembangan
intelektual) adalah kondisi keterbatasan kemampuan mental yang memengaruhi aktivitas dalam
tiga area, yaitu;
 Kemampuan konseptual; meliputi Bahasa ,membaca, menulis, matematika, penalaran, dan
memori.
 Kemampuan sosial; meliputi empati, penilaian sosial, komunikasi interpersonal, dan
kemampuan untuk berteman.
 Kemampuan praktis; meliputi menejemen- biri terkait dengan perawatan diri, tanggung jawab
pekerjaan, menejemen keuangan, rekreasi, dan mengatur tugas sekolah dan pekerjaan.
Ketidakmampuan intelektual dapat disebabkan oleh faktor organik, atau dapat pula
disebabkan oleh faktor kultural dan sosial ( hallahan, Kauffman, & pullen , 2012).
Ketidakmampuan intelektual organik disebabkan oleh Kelainan genetika atau kerusakan otak;
organic merujuk pada lapisan atau organ tubuh sehingga terdapat beberapa kerusakan fisik dalam
kemunduran organic. Daunsyndrome salah satuan ketidakmampuan intelektual organic, terjadi
ketika sebuah kromosom tambahan muncul pada susunan genetika individu. Individu yang
menderita reterdasi organic umumnya mengalami kemunduran organik yang ditandai dengan IQ
yang berada diantara 0-50.

Ketidakmampuan intelektual kultural – familiar adalah deficit mental tanapa ada kerusakan otak
organik. Individu dengan kemampuan jenis ini memiliki IQ yang berada diantara 55-70.

Individu dengan daunsyndrome mungkin tidak pernah mencapai prestasi akademik luarbiasa yang
bisa diraih individu berbakat. Namun, mereka mungkin dpat membangun hubungan yang akrab
dan hangat denga oranglain, menjadi inspirasi bagi orang-orang terkasih, dan membuat orang lain
tersenyum dihari yang suram ( vanriver 2007).

2.4 Teori kecerdasan majemuk

Selama ini, sebagian besar psikolog memandang kecerdasan sebagai kemampuan umum yang
bertujuan untuk memecahkan masalah , dan di istilahkan dengan (g) oleh spearman 1904. Psikolog
laoin menyebutkan bahwa kita harus memikirkan jenis kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan
emosional, yaitu kemampuan untuk memersepsikan diri dalam individu dan individu lain secara
akurat ( bracket, rivers, dan Salovey, 2011; mayer dkk, 2011). Robert Stenberg dan Howard
Gardner mengembangkan teori yang cukup berpengaruh yang menunjukan sudut pandang adanya
kecerdasan majemuk.

a. Teori Triarki Sternberg dan Kecerdasan majemuk Gardner

Teori Triarki tentang kecerdasan ( Triarchic theory of intelligence ) yang menyatakan bahwa
kecerdasan muncul dalam tiga bentuk ,diantaranya;

1) Kecerdasan analitis : kemampuan untuk menganalisis, menilai, mengevaluasi,


membandingkan, dan mempertentangkan.
2) Kecerdasan kreatif : kemampuan untuk menciptakan, merancang, menemukan,
membayangkan, dan memunculkan pertama kali.
3) Kecerdasan praktis : kemampuan untuk menggunakan, mengaplikasikan,
mengimplementasikan, dan menerapkan banyak ide.

Howard Gardner menyebutkan bahwa terdapat Sembilan jenis angka yaitu :


1) Verbal : kemampuan untuk berfikir untuk kata kata dan menggunakan Bahasa untuk
mengekpresikan angka. Pekerjaan : penulis, jurnalis, dan pembicara.
2) Matematis : kemampuan untuk mengerjakan operasi matematis. Pekerjaan : ilmuan, insin
loyur, akuntan.
3) Spasial : kemampuan untuk berfikir tiga dimensi. Pekerjaan : arsitek, seniman, dan pelaut.
4) Kinestetik – tubuh : kemampuan untuk memanipulasi objek dan ahli dalam hal fisik. Pekerjaan
: ahli bedah, pengrajin, penari, dan atlt
5) Musical : kemampuan untuk sensitive terhadap nada, melodi, ritme dan tangga nada. Pekerjaan
: pencipta lagu dan musikus.
6) Interpersonal : kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain.
Pekerjaan : guru, dan pekerja kesehatan mental.
7) Intrapersonal : kemampuan untuk memahami diri. Pekerjaan : ahli agama dan psikolog.
8) Naturalis : kemampuan untuk mengobservasi pola di alam dan memahami alam serta system
buatan – manusia. Pekerjaan : petani, ahli botani, ahli lingkungan, dan ahli ekologi.
9) Eksistensialis : kemampuan untuk menghadapi pertanyaan pertanyaan besar mengenai
eksistensi manusia, seperti arti dari hidup dan mati, dengan sentivitas khusus terhadap masalah
masalah spiritualitas. Gardner belum mengidentifikasi pekerjaan khusus untuk pekerjaan
eksistensialis ini, namun salah satu karir yang mungkin adalah menjadi filsuf.

b . Mengevaluasi Penedekatan Kecerdasan Majemuk


Salah seorang pakar mengenai kecerdasan , Nathan Brody (2007), mengobservasi nahawa individu
yang mahir dalm tugas intelektual dari jenis tertentu cendrung mahir pula dalam jenis yang lain .
oleh karena itu, individu yang dapat mengingat daftar digit angka dengan baik , kemungkinan besar
juga baik dalam menghadapi persoalan verbal dan msalah ruang spasial. Kritikus lain
mempertanyakan, jika kecakapan musical, misalnya mencerminkan jenis kecerdasan yang
berbeda, mengapa kita juga tidak memberikan label pada kecakapan luar biasa yang ditunjukan
oleh pecatur ,pemburu hadiah, pelukis dan penyair sebagai jenis kecerdasan tertentu? Secara
keseluruhan, kontroversi masih mengiringi apakah lebih akurat untuk mengonsepkan kecerdasan
sebagai kemampuan umum, kemampuan khusus , atau keduanya.
Pembahasan kita mengenai kemampuan kognitif menekankan pada perbedaan individu dalam
kualitas berpikirnya dan perbedaan pikiran yang yangn dapat berbeda antra satu individu dengan
individu yang lain. Beberapa pikiran mencerminkan pemikiran kritis, kreativitas, atau kecerdasan.
Pikiran lainnya mungkin kurang dalam memunculkan inspirasi. Satu kesamaan dari pikiran adalah
terlibat dalam penggunaan Bahasa. Bahkan, ketika kita berbicara dengan diri kita sendiri , kita
melakukannya dengan menggunakan kata-kata.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menjalankan kegiatan
belajar dan kemampuan mengatasi masalah-masalah. Kecerdasan seseorang dapat dilihat dari
beberapa faktor yaitu faktor genetika, kematangan , pembentukan , minat dan pembawaan yang
khas , dan kebebasan. Kecerdasan bukan hanya kemampuan analitis tinggi atau bersifat kognitif,
namun kecerdasan terdapat beberapa jenis yaitu kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, dan
kecerdasan spiritual. Kecerdasan adalah kemampuan general manusia untuk melakukan tindakan-
tindakan yang mempunyai tujuan dan berpikir dengan cara rasional. Selain itu, kecerdasan dapat
juga diartikan sebagai kemampuan pribadi untuk memahami, melakukan Inovasi dan memberikan
solusi terhadap dalam berbagai situasi di lingkungan hidupnya.

Sebuah penelitian yang dilakukan Charles Handy-seorang pengamat ekonomi kenamaan asal
Inggris terhadap ratusan orang sukses di Inggris memperlihatkan bahwa mereka memiliki tiga
karakter yang sama. Yaitu, pertama, mereka berdedikasi tinggi terhadap apa yang tengah
dijalankannya. Dedikasi itu bisa berupa komitmen, kecintaan atau ambisi untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik. Kedua, mereka memiliki determinasi. Kemauan untuk mencapai tujuan,
bekerja keras, berkeyakinan, pantang menyerah dan kemauan untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya. Dan ketiga, selalu berbeda dengan orang lain. Orang sukses memakai jalan, cara
atau sistem bekerja yang berbeda dengan orang lain pada umumnya
DAFTAR PUSTAKA

King, Laura A. (2016). Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika

DAFTAR WEB

http://pengertianahli.id/2013/12/pengertian-kecerdasan-dan-jenis-kecerdasan.html

Anda mungkin juga menyukai