Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENGANTAR PSIKOLOGI

“KECERDASAN (INTELLIGENCY)“

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III

ENY ZANETA
GALUH INDAH PARWATI
HAIKAL ROBBANA
JAMIYATUL ARISAL KHASANA

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM (BKI)


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT
2022
KATA PENGANTAR

 Puji syukur penyusun panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan berkat serta karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah  yang berjudul “Kecerdasan (Intelegensi)” tepat
pada waktunya.
            Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun
guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
          Akhir kata, penyusun ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Lamongan, November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Intelegensi
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
2.3 Pengukuran Intelegensi
2.4 Klasifikasi Intelegensi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Di zaman modern saat ini, masyarakat umum mengenal inteligensi sebagai istilah
yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk
memecahkan problem yang dihadapi. Gambaran tentang anak yang
berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang
selalu naik kelas dengan nilai baik, atau siswa yang jempolan di kelasnya. Bahkan
Gambaran ini meluas pada citra fisik, yaitu citra anak yang wajahnya bersih,
berpakaian rapi, matanya bersinar, atau berkacamata. Sebaliknya, gambaran
anak yang berinteligensi rendah membawa citra seseorang yang lamban berfikir,
sulit mengerti, prestasi belajarnya rendah, dan mulut lebih banyak menganga
disertai tatapan mata bingung.

Pandangan awam sebagaimana digambarkan di atas, walaupun tidak


memberikan arti yang jelas tentang inteligensi namun pada umumnya tidak
berbeda jauh dari makna inteligensi sebagaimana yang dimaksudkan oleh para
ahli. Adapun definisinya, makna inteligensi memang mendeskripsikan kepintaran
dan kebodohan.

Pada umumnya, para ahli menerima pengertian akan inteligensi sebagaimana


istilah tersebut digunakan oleh orang awam. Kekaburan lingkup konsep
mengenai inteligensi menyebabkan sebagian ahli bahkan tidak merasa perlu
untuk berusaha memberikan batasan yang pasti. Bagi mereka ini banyak diantara
definisi yang telah dirumuskan ternyata terlalu luas untuk dapat disalahkan dan
terlalu kabur untuk dapat dimanfaatkan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Intelegensi


a.    Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon
Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan
pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan
itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri
(autocriticism).
b.    Lewis Madison Terman (1916)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara
abstrak.
c.    H. H. Goddard (1946)
Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi
masalah-masalah yang akan datang.
d.    V.A.C. Henmon
Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
e.    Baldwin(1901)
Mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
f.    Edward Lee Thorndike (1913)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang
baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
g.    Walters dan Gardber (1986)
Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah,
atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan (Intelegensi)


Intelegensi tiap individu cenderung berbeda-beda. Hal ini dikarenakan beberapa
faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
intelegensi antara lain sebagai berikut:

1. Faktor Bawaan atau Keturunan


Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh
faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang
bodoh, cukup pintar dan sangat pintar, meskipun mereka menerima pelajaran
dan pelatihan yang sama. Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ
dari satu keluarga sekitar 0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai
tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang
diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan ayah dan ibu yang
sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya
bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas


Faktor minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif
yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa
yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih
giat dan lebih baik. Intelegensi bekerja dalam situasi yang berlain-lainan tingkat
kesukarannya. Sulit tidaknya mengatasi persoalan ditentukan pula oleh
pembawaan.

3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan


Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang
direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak
direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya. Walaupun ada ciri-ciri yang
pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup
menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti.

Inteligensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat
dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang
bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat
penting.

4. Faktor Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang,
jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan
menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak diherankan bila
anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika
di kelas empat sekolah dasar, Karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi
anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk
menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor
umur.
Kecerdasan tidak tetap statis, tetapi cepat tumbuh dan berkembang. Tumbuh
dan berkembangnya intelegensi sedikit banyak sejalan dengan perkembangan
jasmani, umur dan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai
(kematangannya).

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan
masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas
dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.1

Kelima faktor di atas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang
lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya
berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja

2.3 Pengukuran Intelegensi


Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan perkiraan
melalui pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat khusus
yang dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ).
IQ adalah suatu ukuran tingkat kecerdasan seseorang. Alat yang dianggap paling
akurat mengukur kecerdasan seseorang adalah tes IQ, yang tentu saja bila
dilakukan secara benar dan dengan orang yang tepat (orang yang diukur
kecerdasannya dan psikolog sebagai orang yang tepat melakukan tes IQ bagi
seseorang). Hanya saja karena yang diukur adalah sesuatu yang sifatnya  tidak
konkret, maka tes IQ tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan
intelegensi seseorang.

Macam-macam tes intelegensi,antara lain:(1)Tes Binet Simon;(2)Brightness


test atau tes Mosselon yaitu tes three words (tes 3 kata); (3) Telegram test, yaitu
1
tes membuat berita dalam bentuk telegram; (4) Definitie, yaitu tes
mendefinisikan sesuatu;

(5)Wiggly test,yaitu tes menyusun


kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi satu;
(6) Stenguest test, yaitu tes mengamati suatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak
kemudian diminta membentuk kembali; (7) Absurdity test, yaitu tes mencari
keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita;(8) Medallion test, yaitu tes
menyelesaikan gambar yang belum jadi atau baru sebagian; (9)Educational test
(scholastik test), yaitu tes yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.

2.4 Klasifikasi Intelegensi


Potensi intelegensi atau kecerdasan ada beberapa macam yang dapat
didentifikasikan menjadi beberapa kelompok besar yaitu;

1. Intelegensi Verbal-Linguistik
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan segala sesuatu
yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.
2. Intelegensi Logical-Matematik
Merupakan kecerdasan dalam hal berfikir ilmiah, berhubungan dengan angka-
angka dan simbol, serta kemampuan menghubungkan potongan informasi yang
terpisah.
3. Intelegensi Visual Spasial
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti melukis,
menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek
dan kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pandang yang berbeda.
4. Intelegensi Kinestetik Tubuh
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan menggunakan
tubuh untuk mengekspresikan perasaan atau disebut juga dengan bahasa tubuh
(body language). Kecerdasan ini berhubungan dengan berbagai keterampilan
seperti menari, olah raga serta keterampilan mengendarai kendaraan.
5. Intelegensi Ritme Musikal
Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan mengenali pola
irama, nada dan peta terhadap bunyi-bunyian.
6. Intelegensi Intra-Personal
Kecerdasan yang berfokus pada pengetahuan diri, berhubungan dengan refleksi,
kesadaran dan kontrol emosi, intuisi dan kesadaran rohani. Orang yang
mempunyai kecerdasan intra-personal tinggi biaasanya adalah para pemikir
(filsuf), psikiater, penganut ilmu kebatinan dan penasehat rohani.
7. Intelegensi Interpersonal
Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu
untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-
verbal. Seseorang dengan tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya
mampu membaca suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada
orang lain. Pribadi dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya
mempunyai rasa empati yang tinggi.
8. Intelegensi Emosional
Kecerdasan yang meliputi kekuatan emosional dan kecakapan sosial. Sekelompok
kemampuan mental yang membantu seseorang mengenali dan memahami
perasaan orang lain yang menuntun kepada kemampuan untuk mengatur
perasaan-perasaan diri sendiri.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan Saran  
A. Kesimpulan
  Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan
pengetahuan yang di miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup
seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan
kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan

B. Saran
    Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini,
maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para
pembaca  demi kesempurnaan  makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya,
penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Aryanti dan Wahyuni.2003. Multiple Intelligences & Application.Salatiga ;


Kenali Potensi Intelegensi Anda – Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
(tanjabbarkab.go.id)
Pengukuran Intelegensi – seliyahanum (wordpress.com)

Anda mungkin juga menyukai