Dosen Pengampu:
Drs. Atot Suiri M.Pd
Oleh:
Salwa Syabina
NIM : 60403100320035
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
makalah ini dengan judul “ Hubungan Intelegensi dan Emosi dengan Belajar“
sebagai tugas Psikologi Pendidikan.
Dalam Karya tulis ilmiah ini, penulis menemui beberapa hambatan untuk itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Atot Sugiri selaku Dosen mata
kuliah Psikologi Pendidikan dan pihak-pihak yang telah membantu penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................................2
A. Intelegensi................................................................................................................................2
B. Berfikir.......................................................................................................................................5
C. Emosi....................................................................................................................................6
D. Hubungan antara Intelegensi. Kemampuan Berifikir dan Emcsi dengan Proses dan
Hasil Belajar.....................................................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................9
KESIMPULAN.....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Keberhasilan dari suatu prases belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
tingkai. kecerdasan atau yang biasa disebut sebagai intelegensk tingkat kogitif
Ocemampuan berpikir, dan tinglcat penguasaan emosi. Ketiga faktor tersebut saling
berkaitan s.0 sama lain.
Intelegensi atau kecerdasan merupakan suatu kemampuan tertinggi dari jiwa
malchluk hidup yang hanya dimili. oleh manusia. Intelegensi diperoleh manusia
sejak dan sejak itu pula potensi intelegensi mulai bethingsi mempengaruhl tempo
dan kualitas perkembangan individu, dan manakala sudah berkembang. malca
fungsinya semakin berarti lagi bagi manusia yaitu akan mempengaruhi kualitas
penyesuaian dirinya dengan lingkungannya.
Intelegensi juga dap. mempengaruhi aktifitas berpikir. Belpildr merupakan kegiatan
atau tingkah laku yang menggunakan ide dalam mengambil suatu keputusan atau
dalam memecahkansuatu masalah.
Intelegensi dan kemampuan belpikir tidak bekerja sendiri dalam mementukan
keberhasilan proses belajar. ada satu sisi lagi yang harus diperhatikan. yaitu emosi.
Pada umumnya perbuatan Idta sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tenentu
yaitu perasaan senang dan tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang yang
selalu menyenai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif
Icadang-kadang kuat. kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Dalam hal
warna efe. yang kuat akan perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam. lebih luas.
dan lebih terarah. Perasaan-perasaan sepeni ini disebut emosi.
Ketiga hal tersebut saling berkaitan dalam menentulcan keberhasilan proses belajar.
Dalam makalah ini, Icami menguraikan beberapa definisi antara Intelegensi,
kemampuan berpi.r. emosi dan beberapa faktor yang mempengaruhinya, sena
hubungan-hubungan antara intelegensk kemampuan belpikir.dan emosi dengan
prcues dan hasil belajar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Intelegensi
1. Pengenian Intelegensi
Intelegensi merupakan kemampuan atau kecakapan intelektual yang berdaya guna
dan berhasil guna untuk menghadapi atau benindak / berbu. dalam suatu situasi
atau dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas. Berikut ini akan dijelaskan
apa yang dimaksud dengan intellegensi:
o Intelligence is a general capacity of behave in an adaptabk and acceptable
manner. (David C Edward, General Psychology, 1968).
o Intelligence-tenn used to describe a person, general in a number of thfferent
areas,cluding both verbal and motor skills (Robert E. Silverman. Psychology,
1971).
o Intelligence is a global capacity of the individual to act purposefidly, to think
rationally and to deal effectively with the environment (Dennis coon, Introduction
to Psychology-Exploration and Application. 1977).
Atau dapat disimpulkan bahwa:
o Intelegensi merupakan kemampuan umum mental individu yang tampak dalam
caranya benindak / berbuat atau dalam memecahlcan masalah atau dalam
melalcsanalcan suatu tugas.
o Intelegensi merupakan suatu kemampuan umum individu yang menunjuklcan
lcualitas kecepatan. ketepatan dan keberhasilannya dalam bertindak / berbuat
atau memecahkan masalah atau tugas yang dihadapi.
2
3. Intelegensi dan IQ
IQ adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan IQ (Intelligence
Quotient) yang hanya memberilcan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan
seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Atau dengan kata lain, IQ menunjulcican ukuran atau taraf kemampuan
intelegensi / kecerdasan seseorang yang ditentulcan berdasarkan hasil tes
intelegensi. Sedangkan intelegensi merupakan suatu konsep umum tentang
kemampuan individu.
Slcor IQ mula.mula thperhitungkan dengan membandinglcan umur mental (Mental
Age atau MA) dengan umur kronolog (Chronological Age atau CA). skor ini
kemudian dikalilcan 100 dan thpakai sebagai dasar penghitungan IQ.
MA = Adalah kemampuan lebih yang dimlilci individu pada saat itu
CA .= Adalah yang seharusnya dimiliki oleh individu pada saat itu
Namun kemudian timbul permasalahan karena MA akan mengalami stograsi dan
penurunan pada waktu itu, tetapi CA terus bertambah. Masalah ini kemudian
diatasi dengan membandinglcan skor seseorang dengan skor orang lain dalam
kelompok umur yang sama Cara ith disebut -perhitungan IQ berdasarkan norma
dalam kelompok (Within Group Norma, dan hasilnya adalah IQ penyimpangan atau
deviation IQ.
Dengan cara perhitungan seperti maka oramg yang IQ sama dengan rata-rata
kelompok akan memeperoleh nilai 1CO. Nilai yang lebih tinggi atau lebih rendah
dari nilai rata-rata kelompok alcan menentulcan posisi IQ orang tersebut dalam
kelompok UMW,
4. Pengukuran Inteligensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog asal
Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipalcai untulc
mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlulcan kelas-kelas khusus (anak-anak
yang kurang pandai). A. tes itu dinamalcan Tes Binet-Simon. Tes ini kemudian
threvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman. seorang psikolog dari Amerika mengadakan
banyak perbaikan dari tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya a.. menetapkan
indeks numerik yang menyatalcan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara
mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford 8.er.
lndeks seperti ini sebetulnya telah diperkenallcan oleh seorang psikolog lerman
yang bernama William Stern. yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient
3
atau IQ. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengulcur kecerdasan
anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet ada. bahwa
tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini. Charles Sperrman
mengemulcalcan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum
saja (general factor, tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini
disebut Teori Faktor (Factor Theory of buelligence, Alat tes yang dikembangkan
menurut teori faktor ini ada. WAIS (Wechsler Adtelt Intelligence Scale) untuk orang
dewasa. dan WISC (Wechsler httelligence Scale for Children) untuk anak-anak.
Di samping alat-alat tes di alas. banyak dikembanglcan alat tes dengan tujuan
yang lebih spasifik sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut
dibuat.
Dari basil pengulcuran tes intelegensi, alcan diperoleh tingkatan intelegensi.
diantaranya tingkat jenius. normal. rendah. dan terbelakang.
- Jenius kemampuan yang luar biasa dalam ukuran / tingkatan diatas 140
- Normal. mempunyai tinglcatan ukuran yang rata.rat 100-110, atau yang disebut
kecerdasan yang rata-rata
- Rendah. kemampuan dibawah rata-rata. Tingkat ukurannya antara 7.90
- Keterbelakangan Anak yang mempunyai kemampuan sangat rendah dan sangat
sulit untuk melakukan tugas atas dirinya. Diantara keterbelakangan ini disebut
dengan:
I) Idiot (IQ 0-29), keterbelalcangan yang sangat rendah sekali kemampuannya
seperti anak bayi.
2) Imbecile (IQ 30-40, lebih meningkat dari idiot. biasanya anak yang umur 7
tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun. 3)
DebB (IQ 41-90), yaitu orang yang sedikit kekurangan /kelemahan mentalnya.
4
B. Berfikir
1. Pengertian Bemikir
Proses belajar pada manusia erat selcali hubungannya dengan proses
berpikir. Berikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide. yaitu prcdes simbolis.
Misalnya membayangkan sesuatu yang tidak ada, malca kita menggunakan ide
atau simbol-simbol tertentu dan tingkah lalcu ini disebut berpikir.
5
C. Emosi
1. Emosi Pengertian
Ada dua macam pendapat mengenai terjadinya emosi. Pendapat nativistik
mengatalcan bahwa emosi pada dasamya merupakan bawaan sejak lahir.
Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh
pengalaman dan proses belajar.
Rene Descrates (1596-1.0), salah seorang nativisme, mengatakan bahwa
sejak lahir manusia memiliki enam emosi dasar. yaitu: cinta, kegembiraan.
keinginan, benci, sedih. dan kagum. Sedangican para tokoh emphisme seperti
William James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark)
menyusun teori tentang emosi James-Lange yang manyatalcan bahwa emosi
adalah hasil persemi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan yang datang dari luar.
Witham Wundt (1832-1920) memberikan tiga pasang kutub emosi, yaitu:
• LAS, Ulthig (senang-tidak senang)
• Spann:mg-Lamm (tegang-tidak tegang)
• Erregtmg-Berttbigtmg (semangat-tenang)
2. Macam-macam Emosi
Daniel Goleman mengemulcakan beberapa macam emosi. diantaranya
yaitu:
• Amarah; bend, mengamuk. beringas.
• Kesedihan; muram, pedih. putus asa
• Takut; cemas, gugup. lthawatir.
• Bahagia; gembira, senang. bangga.
• Cinta; persahabatan. kasih sayang. hormat.
• TerIcejut kaget.
• Jengkel; hina. muak. kesal.
• Malu; malu hati
6
3. Falctor-faktor yang Mempengaruhi Emosi
Beberapa ahli psokologi menyebutican adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan emosi seseorang (Astuti, 2005), yaitu:
b. Jenis kelamin
Perbedaan hormonal antara laki-lalci dan perempuan, peran jenis
maupun tuntutan sosial berpengaruuh pada perbedaan karakteristik emosi
antara keduanya.
c. Usia
Kematangan emosi dipengaruhi °left tinglcat pertumbuhan dan
kematangan fisiologis seseorang. Semalcin tua usia seseorang, malca kadar
hormonal dalam tubuh turut berkurang, sehingga mengakibatican penurunan
pengeruhnya terhadap kondisi emosi (Moloney. dalam Puspitasari Nuryoto,
2001). Tapi tidak menutup kemungldnan jilca seseorang yang sudah tua
kondisi emosionalnya cendrung meledak-ledalc . hal ini dapat disebabkan
oleh adanya kalainan di dalam tubuhnya maupun klakian secara fisik.
Kelainan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor malcanan yang merangsang
terbentuknya kadar hormonal.
7
D. Hubungan antara Intelegensi. Kemampuan Berifikir dan Emcsi dengan Proses
dan Hasil Belajar
8
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas. dapat disimpullcan bahwa:
Intelegensi merupakan suatu kemampuan umum individu yang menunjukan
kualitas kecepatan, ketepatan dan keberhasilannya dalam benindak / berbuat
atau memecahkan masalah atau tugas yang dihadapi.
Berfikir adalah tingkah laku yang menggunakan ide, yaitu proses simbolis.
Misalnya membayangkan sesuatu yang tidak ada. maka kita menggunakan
ide atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku ini disebut berpikir.
Ada dua macam pendapat mengenai terjadinya emosi. Pendapat stativistik
mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir.
Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh
pengalaman dan proses belajar.
Emosi saja tidak akan berarti untuk mendukung proses pembelajaran.
Kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir. Komponen – komponen di
dalam pikirannya juga harus dioperasikan pada tingkat optimal.
Intelegensi, kemampuan berpikir, dan emosi berpengaruh dalam menentukan
proses dan hasil belajar. Semakin tinggi tingkat intelegensi peserta didik.
semakin tinggi pula kualitasnya dalam belajar. Sehingga kemampuan
berpikirnya pun akan semakin meningkat. Tidak hanya itu, semakin mudah
peserta didik dalam menguasai emosinya, semakin mudah pula mereka
dalam memahami dan menyesuaikan dengan kondisi belajar yang baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/maiasy7/intelegensi-kemampuan-berpikir-dan-emosi
Mtp://www.Google.com. Faktorfaktor yemg mempengaridti most.
Pengantar Psikologi Umum dam Perkembangan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya.