Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIAL, DAN SPIRITUAL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kecerdasan Intelektual, Emosional,


dan Spiritual yang Diampuh Oleh Dosen Dr.Meisil B.Wulur, S.Kom.,M.Sos

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

NUR AZIZAH HUSIN 50200122028

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb. Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha kuasa karena
telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengertian IESQ” dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen


Pengampu “Dr. Meisil B. Wulur, S. Kom., M. Sos” Tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Samata, 14 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................
A. Latar Belakang ............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................
A. Pengertian IESQ ..........................................................................
B. Bagaimana Aspek-Aspek IESQ ......................................................
BAB III PENUTUP ................................................................................
A. Kesimpulan ..................................................................................
B. Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara idealisme, mestinya semakin tinggi jenjang Pendidikan
individu suatu Masyarakat akan semakin terbentuk tatanan Masyarakat yang
madani, jauh dari anarkisme dan kerusuhan. Namun realitas menampilkan hal
berbeda, Dimana setiap tahun angka kenakalan remaja, yang tiada lain mereka
adalah anak didik semakin meningkat, bahkan di negara-negara maju
sekalipun.
Di Indonesia yang terkenal dengan adat ketimuran yang sangat kental.
Kenakalan remaja sudah di luar batas kewajaran, seperti tawuran antara
pelajar, penyalahgunaan narkoba dan seks bebas. Tawuran antara pekajar
memang bukan hal yang baru tetapi dalam hal modus dan praktek sudah
mengarah pada kejahiliyahan akhlak yang sangat membuat miris hati setiap
orang tua. Dalam tinjuan Pendidikan, hal ini merupakan dampak dari orientasi
pembelajaran yang tampaknya lebih menekan pentingnya nilai akademik;
kognitif atau kecerdasan otak (IQ) saja. Sehubungan dengan itu, seorang
psikologi dari Yale Robert Stenbeng, seorang ahli dalam bidang successful
Intelligence yang berkata, bela IQ yang berkuasa, ini karena kita
membiarkannya berbuat demikian. Bila kita membiarkannya berkuasa, kita
telah memilih penguasa yang buruk.”
Namun acapkali ketika seseorang dengan kemampuan IQ dan EQ-nya
berhasil mendaki kesuksesan, ia disergap oleh perasaan kosong dan hampa
dalam celah batinnya. Setelah prestasi puncak dipijak, ketika semua pemuasan
kebendaan diraih, setelah uang hasil jerih usaha berada dalam genggaman, ia
tak lagi tahu ke mana harus melangkah, untuk tujuan apa semua prestasi itu
diraih, hingga tidak tahu dan mengerti untuk apa ia hidup dan dimana ia harus
berpijak. Di sinilah kecerdasan spiritual (SQ) tampil sebagai jawaban dari
permasalahan tersebut
Victor E Frankl berkata, “People have enough to live, but nothing to
live for; They have the means, but no meaning”. (Manusia memiliki yang
mereka perlukan untuk hidup kecuali alasan untuk hidup. Mereka
mendapatkan apa yang mereka perlukan namun tanpa makna). Bahwasanya
manusia ataupun korporasi dewasa ini memerlukan meaning and value dalam
setiap langkah hidupnya. Kebutuhan akan makna ini ternyata tidak bisa hanya
dipenuhi oleh EQ, tapi butuh sesuatu yang lebih, yang lebih dikenal dengan
istilah Spiritual Quotient (SQ).
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual?
b. Bagaimana Aspek-Aspek Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan
Spiritual?
C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Apa Pengertian Kecerdasan IESQ
b. Untuk Mengetahui Bagaimana Aspek-Aspek Kecerdesan IESQ
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual
1. Kecerdasan Intelektual
Awal abad ke 20, satu-satunya kecerdasan yang dikenal adalah
kecerdasan intelektual adalah suatu kecerdasan yang digunakan untuk
berpikir logis-rasional, yaitu cara berpikir linier yang meliputi
kemampuan berhitung, menganalisa sampai mengevaluasi dan
seterusnya. Manusia yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi,
kecerdasan otaknya seringkali diperumpamakan dengan kecanggihan
'kecerdasan' komputer. Sampai-sampai pola berpikir kecerdasan
intelektual ini merasuk kuat ke dalam ingatan kolektif masyarakat,
bahwa memiliki kecerdasan intelektual tinggi menjamin kesuksesan
hidup, dan sebaliknya memiliki kecerdasan intelektual sedang-sedang
saja, apalagi rendah begitu suram masa depannya.
Alhasil, dalam kurun waktu hampir 100 tahun lamanya
kecerdasan intelektual merupakan satu-satunya parameter kecerdasan
manusia, sehingga seorang anak yang memiliki IQ yang tinggi
menjadi kebanggan orang tua, padahal kecerdasan itu tidak menjamin
seseorang berkembang dan sukses dalam hidupnya. dikarenakan
kecerdasan intelektual tidak mengukur kreativitas, kapasitas emosi,
nuansa spiritual dan hubungan sosial. Menurut Rober Copper dalam
Taufik Pasiak kecerdasan intelektual hanya menyumbangkan sekitar 4
persen bagi keberhasilan hidup. Paling penting, keberhasilan 90 persen
ditentukan oleh kecerdasan-kecerdasan lain.1
Menurut Sunar, Kecerdasan Intelektual (IQ) merupakan
kemampuan untuk memecahkan masalah secara logis dan akademis.

1
Rus’an, Spiritual Quotient (Sq): The Ultimate Intelligence, (Palu : Jurnal Lentera
Pendidikan, Vol. 16 2013), h. 93
[9]Secara garis besar integensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi
tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari
berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu.2
2. Kecerdasan Emosional
Menurut Nelson dan Low, emosi adalah suatu keadaan
perasaan yang merupakan sebuah reaksi fisiologis berdasarkan
pengalaman sebagai perasaan-perasaan yang kuat dan adanya
perubahan fisiologis dimana tubuh siap untuk bertindak cepat.
Perubahan-perubahan fisiologis ini terlihat jelas dalam perubahan
denyut jantung, ritme pernafasan, banyaknya keringat dan sebagainya.
Secara psikologis, emosi dialami sebagai reaksi yang sangat
menyenangkan atau reaksi paling tidak menyenangkan yang
digambarkan dengan kata-kata seperti bahagia, marah dan sebagainya.
Goleman menjelaskan kecerdasan emosi adalah kemampuan
untuk mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri serta dalam hubungan dengan orang lain. Salovey dan
mayer mendefinisikan kecerdasan emosi sebagai kemampuan
memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta
menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan
tindakan.3

2
Dana Frasetya, Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Status Sosial
Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Siswa
Kelasvii Di Smp Negeri 4 Gamping Tahun Pelajaran 2014/2015, (Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta, 2015), h. 17
3
Daniel Goleman, Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo,
Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi ( Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.
153
Kecerdasan emosional adalah sebuah kemampuan untuk
mendengarkan bisikan emosi dan menjadikannya sebagai sumber
informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain
demi mencapai sebuah tujuan.4
3. Kecerdasan Spiritual
Menurut Danah Zohar, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
yang bertumpu pada bagian diri kita yang berhubungan dengan
kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Dalam karya mereka Spiritual
Intelligence Danah Zohar dan Ian Marshal menjelaskan bahwa
Spiritual Quotien (SQ) adalah inti dari segala kecerdasan. Kecerdasan
ini digunakan untuk menyelesaikan masalah makna dan nilai, yaitu
kecerdasan yang digunakan untuk menempatkan perilaku dan hidup
dalam konteks makna yang lebih luas, kecerdasan untuk menilai
bahwa jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding orang lain.5
Tokoh lain yang memberikan definisi kecerdasan spiritual
adalah Ary Ginanjar Agustin. Kecerdasan spiritual adalah kemampuan
dalam diri manusia untuk bisa merasakan bahwa apapun yang
dilakukan semata-mata karena ibadah kepada Allah. Seperti yang
tertulis dalam bukunya : “kecerdasan spiritual adalah kemampuan
yang memberikan makna terhadap setiap perilaku dan kegiatan,
melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah menuju
manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pikiran tauhidi
( integral-realistik ) serta bersifat hanya kepada Allah”.6
Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk memberi makna spiritual terhadap pemikiran,
4
Ary Ginanjar Agustian, Esq Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan, (Jakarta: Arga,
2004), h. 61
5
Danah Zohar Dan Ian Marshall, Sq (Kecerdasan Spiritual), (Bandung : Pt Mizan Pustaka,
2007), h. 4
6
Ary Ginanjar Agustin, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional Dan Spiritual ;
Esq ( Jakarta : Arga 2002), h.29
perilaku dan kegiatan, serta mampu mensinergikan IQ,EQ dan SQ
secara komprehensif.7
B. Aspek-Aspek Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual
1. Aspek-Aspek Kecerdasan Intelektual
a. Kemampuan Memecahkan Masalah
Individu yang memiliki kecerdasan intelektual mempunyai
kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan mengenai masalah
yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan
masalah secara optimal, menunjukkan fikiran jernih.
b. Intelegensi Verbal
Individu yang memiliki kecerdasan intelektual memiliki kosa
kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara
intelektual, menunjukkan keingintahuan.
c. Intelegensi praktis
Individu yang memiliki kecerdasan intelektual memahami
situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap dunia sekeliling,
menunjukkan minat terhadap dunia luar.8

2. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosional


a. Kesadaran Diri
Dengan kesadaran diri seseorang mampu memahami emosi
diri, penilaian untuk mengambil keputusan, dan percaya diri.
Seseorang yang memiliki kesadaran diri dapat dengan mudah

7
Ary Ginanjar Agustian, Esq : The Esq Way 165 (Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun Iman Dan 5
Rukun Islam), (Jakarta : Arga, 2005), h. 47
8
Febri Sulistiya, Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan Emosional
Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Pada Siswa Di Smpn 15
Yogyakarta, (Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2016), h.15
mengetahui perasaan dan memantau emosi yang muncul pada
waktu tertentu dan efeknya, mengetahui kekuatan dan memiliki
keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri.
b. Pengaturan Diri
Yaitu kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan
menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak
positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati,
serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu
sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.9
c. Memotivasi Diri Sendiri
Kecenderungan emosi yang mengantarkan atau memudahkan
seseorang meraih sasaran. Orang yang memiliki ketrampilan ini
cenderung lebih produktif dalam upaya apapun yang dilakukannya
serta memiliki kegigihan dalam memperjuangkan tujuan walaupun
ada halangan dan kegagalan. Kemampuan ini meliputi dorongan
untuk berprestasi, komitmen dan optimis.
d. Empati
Merupakan kesadaran terhadap perasaan, kebutuhan dan
kepentingan orang lain. Orang yang empatik mampu merasakan
yang dirasakan oleh orang lain, lebih peka terhadap kehendak
orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan
menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu
menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.
Dalam aspek mengenali emosi orang lain terdapat tiga
indikator yaitu : mampu menerima sudut pandang orang lain,
memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap orang lain, dan
mampu mendengarkan orang lain.10

9
Daniel Goleman, Working With Emotional, h. 47
10
Daniel Goleman, Working With Emotional, h. 513
e. Keterampilan Sosial
Orang yang memiliki seni dalam membangun hubungan sosial
mampu menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial
dengan orang lain, mampu membaca situasi dan jaringan sosial
secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
keterampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin,
bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama
dengan tim.11
3. Aspek-Aspek Kecerdasan Spiritual
a. Bersifat Fleksibel
Yaitu mampu beradaptasi secara aktif dan spontan. Seseorang
yang bersifat fleksibel, meskipun memiliki perbedaan dengan
lingkungan di sekitarnya akan mampu membawa diri dan
bertindak secara halus bahkan dapat mempengaruhi lingkungan
disekitarnya dengan tanpa menimbulkan kerusakan.12
b. Memiliki Kesadaran (self-awareness) yang Tinggi
Kesadaran diri adalah mengetahui apa yang dirasakan pada
suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan
keputusannya sendiri. Selain itu kesadaran diri juga berarti
menetapkan tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan
kepercayaan diri yang kuat.13
c. Memiliki Kemampuan untuk Menghadapi Penderitaan dan
Mengambil Hikmah Darinya
Kemampuan seseorang dalam menghadapi ujian dan
menjadikan penderitaan yang dialami sebagai motivasi untuk
11
Daniel Goleman, Working With Emotional, h. 514
12
Prima Vidya Asteria, Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui Pembelajaran
Membaca Sastra, (Malang : Ub Press, 2014) h. 33
13
Daniel Goleman, Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono Widodo,
Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi ( Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama, 2005), h.
157
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian hari. Individu
yang mampu menghadapi penderitaan memiliki kualitas sabar
yang baik. Dalam kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang
istiqamah. Menurut Ibnu Qoyyim, sabar berarti menahan diri dari
keluh kesah dan rasa benci, menahan lisan dari mengadu, dan
menahan anggota badan dari tindakan yang mengganggu.14
d. Ikhlas dan Tawakal Menghadapi dan Mengatasi Rasa Sakit
Menurut al Qusyairi, ikhlas merupakan ketaatan seorang
hamba dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah semata
tanpa yang lain, tanpa dibuat-buat, tanpa ditujukan untuk makhluk,
tidak untuk mencari pujian makhluk, yang ada hanya mendekatkan
diri pada Allah.15

14
Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah Transendenta Intelegensi Membentuk Kepribadian
Yang Bertanggung Jawab Profesional Dan Berakhlak, ( Jakarta : Insani, 2001) h. 29
15
Arisha Yonna Tanu, Ikhlas Menurut Islam, Dalam Http//Apa Yang Dimaksud Dengan
Ikhlas Menurut Para Ahli//Dictio.Id//115749, Diakses Pada 12 Mei 2018
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik,
cepat tanggap dalam menghadapi masalah dan cepat mengerti jika mendengar
keterangan. Kecerdasan adalah kesempurnaan perkembangan akal budi.
Kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah yang
dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut kemampuan fikiran.
Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia
menyimpulkan terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping)
seseorang, dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu kecerdasan intelektual,
kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Ketiga kecerdasan ini
merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh sebab itu kami membutuhkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah kamu yang akan
datang. Atas kritikan dan saran pembaca kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Agustian Ary Ginanjar, 2004. Esq Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan,
Jakarta: Arga.
Agustian Ary Ginanjar, 2005. Esq : The Esq Way 165 Berdasarkan 1 Ihsan 6 Rukun
Iman Dan 5 Rukun Islam, Jakarta : Arga.
Frasetya Dana, 2015. Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Status
Sosial Ekonomi Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani
Olahraga Dan Kesehatan Siswa Kelasvii Di Smp Negeri 4 Gamping Tahun
Pelajaran 2014/2015, Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Febri Sulistiya, 2016. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Kecerdasan
Emosional Terhadap Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan
Kesehatan Pada Siswa Di Smpn 15 Yogyakarta, Skripsi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Goleman Daniel, 2005. Working With Emotional Inteligence, Terj. Alex Tri Kantjono
Widodo, Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi Jakarta : Pt
Gramedia Pustaka Utama.
Prima Vidya Asteria, 2014. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Melalui
Pembelajaran Membaca Sastra, Malang : Ub Press.
Rus’an, 2013. Spiritual Quotient Sq: The Ultimate Intelligence, Palu : Jurnal Lentera
Pendidikan, Vol. 16.
Toto Tasmara, 2001. Kecerdasan Ruhaniah Transendenta Intelegensi Membentuk
Kepribadian Yang Bertanggung Jawab Profesional Dan Berakhlak, Jakarta :
Insan.
Tanu Arisha Yonna, 2018. Ikhlas Menurut Islam, Dalam Http//Apa Yang Dimaksud
Dengan Ikhlas Menurut Para Ahli//Dictio.Id//115749.
Zohar Danah Dan Marshall Ian, 2007. Sq Kecerdasan Spiritual, Bandung : Pt Mizan
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai