Disusun Oleh :
Saiful Mufid
2071010032
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTARA ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II ISI.................................................................................................................2
A. Keimpulan....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kaitannya dengan kehidupan sehari-hari kita tidak dapat
lepas dari interaksi sosial, oleh karena itu kita harus dapat menyikapi hal
manusia sebagai kesatuan sifat makhluk individu dan sosial yang memiliki
tingkat IQ, EQ dan SQ yang berbeda antara manusia yang satu dengan
1
keputusan yang dibuat harus berdasarkan pengetahuan dan keyakinan
B. Rumusan Masalah
C. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian IQ
seseorang.1
yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari
2. Pengertian EQ
3
memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik
pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. 2 EQ masih
dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang
dari berbagai segi. Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan
yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling
menentukan.
3. Pengertian SQ
dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh
4
dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan
dirinya secara utuh. Dalam Islam, orang yang cerdas adalah orang yang
Sabda Rasulullah saw, seorang pendidik yang luar biasa cerdasnya yang
tentang keberhasilan, dan juga pemusatan pada konsep ini sebagai satu
5
Ketidak puasan terhadap konsepsi IQ sebagai konsep pusat dari
terhadap dimensi lain dalam diri manusia yang unik yaitu emosional.
kecerdasan bahwa ada aspek lain dalam diri manusia yang berinteraksi
motivasi pribadi, pengaturan diri, empati dan keahlian sosial. Letak dari
kecerdasan emosional ini adalah pada sistem limbik. EQ lebih pada rasa,
Jika kita tidak mampu mengelola aspek rasa kita dengan baik, maka kita
kita (IQ) secara efektif, karena IQ menentukan sukses hanya 20 persen dan
EQ 80 persen.
peroleh, dari sana ketenangan hati akan muncul. Jika hati telah tenang
6
(EQ) akan memberi sinyal untuk menurunkan kerja simpatis menjadi para
simpatis. Bila ia telah tenang karena aliran darah telah teratur maka
individu akan dapat berfikir secara optimal (IQ), sehingga ia lebih tepat
Covey diatas bahwa “SQ merupakan kunci utama kesadaran dan dapat
emosi dan intelektualnya. Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap
5
Zohardan Marshall, dalam Sukidi 2004
6
Donah Yohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual…, hal. 3
7
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali dijumpai orang yang
cara kita “membaca” kecerdasan. Hal ini menjadi penting karena selama
Jelas ini sangat ironis karena pada dasarnya salah satu kelemahan
telah terjangkit penyakit klinis yang kronis. Oleh karena itu perlu ada
8
pendidikan yang intelektual sentris (kognitif) menuju paradigma
dengan manusia, tidak hanya dibutuhkan orang yang cerdas secara IQ,
tetapi juga dibutuhkan orang yang cerdas secara emosi. Selain itu,
faktor yang menentukan sukses dalam hidup, sedangkan 80% sisanya diisi
seorang siswa yang belajar dengan niat supaya menjadi pintar, adalah
motifasi intelektual yang bersumber dari IQ. Namun jika siswa itu
kepada Alloh, maka inilah motifasi spiritual yang bersumber dari SQ.
Inilah esensi tertinggi dalam hidup. Bahwa semua kebaikan yang kita
9
lakukan harus di niatkan hanya untuk mencari ridho Alloh, supaya
akhirat kita. jika IQ dan EQ hanya menjawab pertanyaan tentang apa yang
yang jauh lebih dalam lagi, yaitu “siapakah aku? Apa tujuan hidupku?”
guru PAI menjadi kreatif di dalam mengajarkan materi. Paparan serta kiat-
bermakna dalam realitas kehidupan siswa, dan bukan sekedar doktrin yang
membelenggu.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3. IQ, EQ dan SQ dalam PAI dapat diaplikasikan oleh pengajar atau guru
11
B. Saran dan Kritik
Demikian makalah yang kami buat. Apabila ada isi dari makalah
yang kurang baik dan benar, pemakalah mohon saran dan kritiknya dari
12
DAFTAR PUSTAKA
13