Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan baik.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan
akademis yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam memenuhi nilai mata
kuliah etika dan profesi dengan judul ”Konsep IQ, EQ dan SQ”.

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan,


dukungan,serta doa dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah didalam kesempatan ini
kami menghaturkan terima kasih dengan penuh rasa hormat serta dan ketulusan hati kepada
teman teman yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini

Sangatlah disadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam


penyusunannya dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan masukan baik
saran maupun kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.

Kupang, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………...1

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………...1

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………….1

BAB II ISI…………………………………………………………………………………...2

2.1 Konsep IQ, EQ Dan SQ……………………………………………………………..2

2.2 Hubungan IQ, EQ Dan SQ…………………………………………………………..5

2.3 Penjernihan Emosi………………………………………………………………......5

2.4 Prinsip-Prinsip Hidup……………………………………………………………......6

2.5 Kepentingan Dan Prioritas…………………………………………………………..6

2.6 Membangun Mental………………………………………………………………….6

2.7 Prinsip Bintang Dan Malaikat…………………………………………………….....8

2.8 Prinsip Kepemimpinan Dan Proses Pembelajaran…………………………………..8

2.9 Prinsip Keteraturan……………………………………………………………….....8

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………........10

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….....10

3.2 Saran…………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….....11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Orang yang mempunyai IQ tinggi tapi EQ rendah cenderung mengalami kegagalan
yang lebih besar disbanding dengan orang yang IQ-nya rata-rata tetapi EQ-nya tinggi,
artinya bahwa penggunaan EQ atau olah rasa justru menjadi hal yang sangat pending,
dimana menurut Goleman dalam dunia kerja, yang berperan dalam kesuksesan karir
seseorang adalah 85% EQdan 15% IQ. Jadi, peran EQ sangat signifikan.
Kita perlu mengembangkan IQ menyangkut pengetahuan dan keterampilan, namun
kita juga harus dapat menampilkan EQ yang sebaik-baiknya karena EQ harus dilatih.
Untuk meningkatkan kemampuan IQ dan EQ agar supaya dapat memanfaatkan hati
nurani kita yang terdalam maka kita juga harus membina SQ yang merupakan cerminan
hubungan kita denganSang Pencipta / Allah SWT, melalui SQ kita dilatih menggunakan
ketulusan hati kita sehingga mempertajam apa yang dapat kita tampilkan. Jadi perpaduan
antara IQ, EQ dan SQ inilah yang akan membina jiwa kita secara utuh, sehingga kita
dapat meniti karir dengan baik. yang mengajarkan kepada kita bagaimana dapat
menjadikan seimbang sehingga kita akan menjadi orang yang sukses dalam meniti karier.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa saja konsep IQ, EQ dan SQ ?
1.2.2 Apa hubungan IQ, EQ dan SQ ?
1.2.3 Apa saja penjernihan emosi ?
1.2.4 Apa saja prinsip-prinsip hidup ?
1.2.5 Apa saja kepentingan dan prioritas ?
1.2.6 Bagaimana cara membangun mental ?
1.2.7 Apa saja prinsip bintang dan malaikat ?
1.2.8 Apa saja prinsip kepemimpinan dan proses pembelajaran ?
1.2.9 Apa saja prinsip keteraturan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui konsep IQ, EQ dan SQ.
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan IQ, EQ dan SQ.
1.3.3 Untuk mengetahui penjernihan emosi.
1.3.4 Untuk mengetahui prinsip-prinsip hidup.
1.3.5 Untuk mengetahui kepentingan dan prioritas.
1.3.6 Untuk mengetahui cara membangun mental.
1.3.7 Untuk mengetahui prinsip bintang dan malaikat.
1.3.8 Untuk mengetahui prinsip kepemimpinan dan proses pembelajaran.
1.3.9 Untuk mengetahui prinsip keteraturan.

BAB II
1
ISI

2.1 Konsep IQ, EQ Dan SQ


2.1.1 IQ
IQ (INTELLEGENCE QUOTIENT)Intellegensi adalah keseluruhan kemampuan
individu untuk berfikir dan bertindaksecara logis, terarah, serta mengolah dan
menguasai lingkungan secara efektif(Marten Pali, 1993). Konsep intellegensi yang
awalnya dirintis oleh Alfred Bined 1964,mempercayai bahwa kecerdasan itu
bersifat tunggal dan dapat diukur dalam satu angka.
Pengukuran / Klasifikasi IQ :
a. Very Superior : 130
b. Superior : 120 – 129
c. Brght normal : 110 – 119
d. Average : 90 –109
e. Dull Normal : 80-89
f. Borderline : 70-78
g. Mental Defective : 69 and bellow
Ciri Khas IQ (Intellegence Quotien) :
a. Logis
b. Rasional
c. Linierd.
Sistematis IQ Menjadi Fakultas Rasional Dalam Kepribadian Manusia. Dengan
memiliki IQ yang baik dan terstandar maka masing-masing individu memiliki
kemantapan pemahaman tentang potensi diri dan pengembangannya untuk
kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif dalam kehidupan sehari-hari maupun
untuk peranannya sebagai pelaksana / pelaku profesi. Dulu orang mengira bahwa
kecerdasan seseorang itu bersifat tunggal, yaitu dalam satuan IQ (intelligence
quotient) seperti selama ini kita kenal. Dampak negative atas persepsi ini adalah
individu yang rendah kecerdasan “akademik tradisionalnya”, yakni matematik dan
verbal (kata-kata), seakan tidak dihargai di hadapan masyarakat luas. Kini tradisi
yang telah berlangsung hampir seabad tersebut, telah dibongkar dan terkuaklah
bahwa kecerdasan manusia itu banyak rumpunnya. Kercerdasan itu multi
dimensional, banyak cabangnya. Jadi tidak ada manusia yang bodoh, setiap
manusia punya rumpun kecerdasan.
Rumpun atau macam-macam kecerdasan tersebut adalah :
a. IQ (Intellegence Qoutient)
b. EQ (Emotional Qoutient)
c. AQ (Adversity Qoutient)
d. SQ (Spiritual Qoutient)
e. CQ (Creativity Qoutient)

2.1.2 EQ (Emotional Quotient)


a. Pengertian EQ (Emotional Quotient) / kecerdasan emosi :

2
 Kemampuan untuk mengenali perasaan sendiri, perasaan orang lain
memotivasi dirisendiri, mengelola emosi dengan baik, dan berhubungan
dengan orang lain (DANIELGOLDMAN).
 Kemampuan mengerti dan mengendalikan emosi (PETER SALOVELY &
JOHNMAYER).
 Kemampuan mengindra, memahami dan dengan efektif menerapkan
kekuatan,ketajaman, emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh
(COOPER &SAWAF).
 Bertanggung jawab atas harga diri, kesadaran diri, kepekaan sosial, dan
adaptasi sosial(SEAGEL).
b. Aspek EQ (Salovely & Goldman) Ada Lima :
 Kemampuan mengenal diri (kesadaran diri).
 Kemampuan mengelola emosi (penguasaan diri).
 Kemampuan memotivasi diri.
 Kemampuan mengendalikan emosi orang lain.
 Kemampuan berhubungan dengan orang lain (empati).
c. Prilaku Cerdas Emosi :
 Menghargai emosi negative orang lain.
 Sabar menghadapi emosi negative orang lain.
 Sadar dan menghargai emosi diri sendiri.
 Emosi negative untuk membina hubungan.
 Peka terhadap emosi orang lain.
 Tidak bingung menghadapi emosi orang lain.
 Tidak menganggap lucu emosi orang lain.
 Tidak memaksa apa yang harus dirasakan.
 Tidak harus membereskan emosi orang lain.
d. EQ Tinggi Adalah :
 Berempati.
 Mengungkapkan dan memahami perasaan.
 Mengendalikan amarah.
 Kemandirian.
 Kemampuan menyesuaikan diri.
 Disukai.
 Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi.
 Ketekunan.
 Kesetiakawanan.
 Keramahan.
 Sikap hormat.
Emotional Quotient (EQ) mempunyai peranan penting dalam meraih kesuksesan
pribadi dan profesional. EQ dianggap sebagai persyaratan bagi kesuksesan
pribadi. Alasan utamanya adalah masyarakat percaya bahwa emosi-emosi
sebagai masalah pribadi dan tidak memiliki tempat di luar inti batin seseorang
3
juga batas-batas keluarga. Penting bahwa kita perlu memahami apa yang
diperlukan untuk membantu kita membangun kehidupan yang positif dan
memuaskan, karena ini akan mendorong mencapai tujuan-tujuan professional
kita.

2.1.3 SQ (Spiritual Quotient)


Spiritual adalah inti dari pusat diri sendiri. Kecerdasan spiritual adalah sumber
yang mengilhami, menyemangati dan mengikat diri seseorang kepada nilai-nilai
kebenaran tanpa batas waktu (Agus N. Germanto, 2001). Kecerdasan spiritual
sering disebut SQ (Spiritual Quotient) penemunya DANAH ZOHAR dan LAN
MARSHALL, LONDON, 2000) cenderung diperlukan bagi setiap hamba Tuhan
untuk dapat berhubungan dengan Tuhannya. Melibatkan kemampuan,
menghidupkan kebenaran yang paling dalam, artinya mewujudkan hal yang terbaik
dan paling manusiawi dalam batin. Gagasan, energi, nilai, visi, dorongan, dan arah
panggilan hidup, mengalir dari dalam dari suatu keadaan kesadaran yang hidup
bersama cinta.
CIRI-CIRI SQ TINGGI Menurut Dimitri Mahayana (Agus Nggermanto, 2001),
ciri-ciri orang yang ber-SQtinggi adalah :
a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat.
Prinsip adalah suatu kebenaran yang hakiki dan fundamental berlaku secara
universal bagi seluruh umat. Prinsip merupakan pedoman berperilaku, yang
berupa nilai-nilai yang permanen dan mendasar. Ada 3 prinsip utama bagi
orang yang tinggi spiritualnya, yakni :
 Prinsip kebenaran
Suatu yang paling nyata dalam kehidupan ini adalah kebenaran.
Sesuatu yang tidak benar tunggulah saatnya nanti pasti akan sirna.
Contoh :Hukum alamiah, jika kita menyemai benih pada tempat
yang salah, waktunya tidak tepat, pengairannya keliru,
pemupukannya salah, maka yang terjadi benih membusuk dan sirna.
Pelanggaran atas nilai kebenaran membuat kita kehilangan jati diri,
hati nurani yangtidak jernih.
 Prinsip Keadilan
Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan hak yang
seharusnya diterima, tidak mengabaikan, tidak mengurang-
ngurangi.
 Prinsp Kebaikan
Kebaikan adalah memberikan sesuatu lebih dari hak yang
seharusnya. Contoh : ketika kita naik becak membayar Rp. 5.000,00
sesuai kesepakatan. Tetapi kita lebihkan membayar Rp. 6.000,00,
inilah yang disebut kebaikan.
 Visi Yang Kuat
Setelah prinsip, kita harus mempunyai visi. Visi adalah cara
pandang bagaimana memandang sesuatu dengan visi yang benar.

4
Dengan visi kita bisa melihat bagaimana sesuatu dengan apaadanya,
jernih dari sumber cahaya kebenaran. Contoh : Belajar itu tidak
sekedar mencari angkaraport, ijazah atau bisa mencari kerja yang
bergaji pantas.
b. Mampu melihat kesatuan dalam keanekaragaman.
Para siswa menuntut suasana belajar yang menyenangkan. Guru
menginginkan semangat dan hasil belajar yang optimal. Semua pihak
berbeda tetapi sama-sama menginginkan kebaikan.
c. Mampu memaknai setiap sisi kehidupan.
Semua yang terjadi di alam raya ini ada maknanya. Semua kejadian pada
diri kita dan lingkungan ada hikmahnya, semua diciptakan ada tujuannya.
Dalam sakit, gagal, jatuh, kekurangan dan penderitaan lainnya banyak
pelajaran yang mempertajam kecerdasan spiritual kita. Demikian juga
ketika berhasil kita bersyukur dan tidak lupa diri.
d. Mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan
Sejarah telah membuktikan, semua orang besar atau orang sukses telah
melewati liku-liku dan ujian yang besar juga. Contoh : Thomas Edison
menjadi sukses dan cemerlang dengan berbagai termuannya setelah melalui
caci maki dan kegagalan-kegagalan. J.J. Reuseu menjelaskan jika tubuh
banyak berada dalam kemudahan dan kesenangan, maka aspek jiwa akan
rusak. Orang yang tidak pernah mengalami kesulitan atau sakit, jiwanya
tidak pernah tersentuh. Penderitaan dan kesulitanlah yang menumbuhkan
dan mengembangkan dimensi spiritual.

2.2 Hubungan IQ, EQ Dan SQ


SQ adalah pusat kecerdasan dari IQ dan EQ, dimana SQ yang akan mengarahkan
kecerdasan yang lain. Mau dibawa kemana kemampuan kita dalam berfikir, ataupun
kemampuan kita bersosial. Jika SQ kita tinggi tentu kecerdasan IQ dan EQ kita akan
terarah kedalam kebaikan dan membawa manfaat kepada orang lain.

2.3 Zero Mind Proses (Penjernihan Emosi)


Langkah pertama dalam pembangunan emotional spiritual quotient (ESQ) adalah
Zero Mind Proses yang sering dikenal dengan kejernihan hati, yaitu mencoba
mendefinisikan beberapa hal yang menjadi sumber kehancuran manusia dengan beberapa
aspek yang terdapat dalam diri manusia atau upaya untuk mengenali dan menghapus apa
yang menutupi potensi dalam hati, sehingga spiritual power akan muncul. Dari sinilah
awal kecerdasan spiritual mulai terbangun. Manusia di sini memiliki nilai yang satu
bersifat universal dan ihsan (indah). Hasil akhir yang diharapkan pada langkah ini adalah
lahirnya alam bawah sadar yang jernih dan suci, atau suara hati yang terletak pada god
spot, yaitu kembali pada hati yang bersifat merdeka serta bebas aspek prasangka,
pengalaman, prinsip-prinsip hidup, kepentingan dan prioritas.

2.4 Prinsip-Prinsip Hidup

5
Beberapa dekade ini kita melihat berbagai prinsip hidup yang menghasilkan berbagai
tindakan manusia yang begitu beragam. Seperti paham Peter Drucker dalam bukunya
“Management by Objective” yang dikutip Ary Ginanjar Agustian ternyata hanya
menghasilkan budak-budak materialis di bidang ekonomi, efisiensi, dan teknologi, tetapi
hatinya kekeringan dan tidak memiliki ketentraman batin. Ada juga suatu prinsip ketika
era krisis ekonomi, yakni tidak ada persahabatan yang abadi, yang ada hanya
kepentingan abadi. Prinsip seperti ini sungguh melawan suara hati manusia yang
sebenarnya sangat memuliakan arti persahabatan, tolong menolong dan kasih sayang
antar sesama. Prinsip-prinsip di atas umumnya berakhir dengan kegagalan, baik
kegagalan lahiriah atau kegagalan batiniah, karena prinsip-prinsip tersebut bertentangan
dengan suara hati nurani, sehingga akan menimbulkan kesengsaraan atau bahkan
kehancuran.

2.5 Kepentingan Prioritas


Setiap orang mempunyai kepentingan di dalam menentukan pilihan hidupnya, namun
sering kali mereka terjebak dengan kepentingan-kepentingan yang salah di dalam
mengambil keputusan. Prinsip yang keliru, karena ia telah mengingkari hati nuraninya
sendiri. Setiap prinsip akan melahirkan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan
prioritas apa yang akan didahulukan.

2.6 Membangun Mental


Kita juga harus mempunyai mental yang kuat untuk menghadapi berbagai kemungkinan
yang akan terjadi, begitu pula agar bisa menjadi orang sukses diperlukan mental yang
kuat. Untuk itu agar setiap orang memiliki kemampuan menghadapi persoalan atau
masalah diperlukan mental yang kuat. Mental yang kuat adalah mental yang bisa
bertahan dari apapun cobaan yang terjadi, tentunya yang diperlukan adalah selain mental
kuat tapi juga baik. Dengan mental yang baik seseorang bisa bertahan walau apapun
yang terjadi, untuk pembentukan mental yang baik tentu harus bisa mengetahui langkah-
langkahnya.
Adapun cara pembentukan mental adalah :
a. Menerima dan mengakui dirinya apa adanya
Untuk bisa membentuk mental yang kuat adalah dengan cara menerima dan
mengakui dirinya apa adanya, ia mengakui kelebihan dan kekurangannya. Dengan
demikian ia akan selalu memperbaiki kekurangannnya dan juga meningkatkan
kelebihannnya.

b. Tekun beribadah dan mempunyai akhlak mulia


Untuk membentuk mental yang kuat dan baik adalah dengan cara mendekatkan
diri pada Tuhan, kerena dengan banyak beribadah maka seseorang akan selalu
ikhlas dengan apa yang telah diberikan oleh Tuhan, sehingga ia tidak mudah
mengeluh dan putus asa.
c. Berprasangka baik pada tuhan
6
Jika terjadi suatu masalah, kita harus instropeksi diri. Ada kemungkinan langkah-
langkah yang kita jalankan salah atau tidak tepat. Kesalahan yang terjadi itu
disebabkan ketidaktahuan, kesalahan strategi dan disebabkan alasan lain.
d. Bersikap sportif
Untuk membentuk mental yang kuat adalah dengan bersikap sportif terhadap
konsumen, pelanggan ataupun relasi. Dengan demikian seseorang tidak mudah
untuk marah dan selalu bersikap sabar terhadap tingkah polah para konsumen
ataupun saingan.
e. Memiliki semangat dan motivasi diri
Dalam pembentukan mental yang kuat adalah harus memiliki semangat yang
tinggi dan juga mempunyai motivasi yang tinggi, agar dalam menghadapi
berbagai macam rintangan kita bisa menghadapinya dengan tenang dan tidak
terburu nafsu.
f. Bersabar dan bersyukur
Dengan bersabar maka kita bisa menghadapi berbagai cobaan yang datang, karena
dengan kesabaranlah kita akan menjadi pribadi yang baik dan kuat. Dengan
bersabar, kita bisa bertahan dan tidak melakukan hal-hal yang tidak baik. Begitu
pula dengan bersyukur kita akan menjadi orang yang rendah hati dan tidak
sombong.
g. Terbuka.
Bersikap terbuka dalam menghadapi berbagai masalah akan memudahkan dalam
pemecahan dan pencarian solusi, karena dengan keterbukaan seseorang akan
menggunakan pikirannnya secara sehat. Tidak memendam masalah sendiri yang
akan memperngaruhi psikologi diri yang akan mengarah pada pemikiran yang
negatif.
h. Tenang dalam menghadapi masalah (memikirkan sesuatu dengan kepala dingin).
Dalam pembentukan mental yang baik adalah membiasakan diri dengan bersikap
tenang dalam menghadapi bermagai macam masalah yang terjadi, tidak cepat
emosi, berhati-hati sebelum bertindak dan tidak terburu nafsu dalam mengerjakan
sesuatu.
i. Memiliki Keyakinan ( Faith )
Keyakinan akan mempengaruhi tindakan, keyakinan yang baik, maka pikiran kita
akan baik dan tentunya akan menghasilkan tindakan yang baik pula. Begitu pula
sebaliknya jika pikiran tidak baik atau negatif, tentunya pikiran juga akan negatif
dan dampak dari pikiran tersebut akan mengacu pada tindakan yang negatif pula.
j. Mampu mengontrol Emosi dan Pikiran secara seimbang
Dalam kehidupan seseorang dipastikan banyak sekali halangan dan rintangan,
untuk mengahadapi hal tersebut yang dibutuhkan adalah ketenangan dan
kejernihan pikiran. Tanpa mental yang kuat, kita akan mudah emosi, stress dan
panik.

2.7 Prinsip Bintang Dan Malaikat


Star Principle (Prinsip Bintang) Hal utama dalam prinsip ini adalah rukun iman
pertama yakni “Iman Kepada Allah” dalam artian taat. Ketika seseorang telah taat secara
7
benar maka setidaknya ada lima hal yang akan didapatkan yakni rasa aman, kepercayaan
diri, integritas, kebijaksanaan, dan motivasi. Semua itu akan dilandasi iman yang
dibangun atas prinsip hanya kepada Allah.Dalam pengaplikasiannya bisa berupa bekerja
karena Allah bukan untuk pamrih ada orang lain sehingga siap untuk menghadapi semua
kemungkinan yang akan terjadi termasuk membangun motivasi dan kepercayaan diri.
Angel Principle (Prinsip Malaikat) Malaikat merupakan contoh untuk integritas total
yang menghasilkan kepercayaan yang luar biasa. Integritas dan loyalitas dari malaikat
pencatat amal manusia, komitmen untuk menjalankan tugas yang diberikan Tuhan,
kebiasaan memberi, menolong, dan saling percaya. Jadi yang dimaksud dengan prinsip
malaikat adalah seorang dengan loyalitas tinggi, terpercaya, penolong, dan percaya setiap
perbuatan diawasi.

2.8 Prinsip Kepemimpinan Dan Proses Pembelajaran


Prinsip kepemimpinan adalah merupakan suatu proses atau sekelompok orang untuk
mencapai suatu tujuan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan memengaruhi
aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan anggota kelompok.
Prinsip-Prinsip Kepemimpinan diantaranya yaitu :
a. Prinsip pelayanan, bahwa kepemimpinan sekolah harus menerapkan unsur-unsur
pelayanan dalam kegiatan operasional sekolahnya.
b. Prinsip persuasi, pemimpin dalam menjalankan tugasnya harus memperhatikan
situasi dan kondisi setempat demi keberhasilan keberhasilan kepemimpinannya
yang sedang dan yang akan dilaksanakan.
c. Prinsip bimbingan, pemimpin pendidikan hendaknya membimbing peserta didik
kearah tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan perkembangan peserta didik yang
ada dilembaganya.
d. Prinsip efisiensi, mengarah pada cara hidup yang ekonomis dengan pengeluaran
sedikit untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
e. Prinsip berkesinambungan, agar pemimpin pendidikan ini diterapkan tidak hanya
pada satu waktu saja, tetapi perlu secara terus menerus.

2.9 Prinsip Keteraturan


Prinsip keteraturan merupakan prinsip berdasarkan iman kepada ”ketentuan Tuhan”.
Membuat semuanya serba teratur dengan menyusun rencana atau tujuan secara jelas.
Melaksanakan dengan disiplin karena kesadaran sendiri, bukan karena orang lain.
Hasil dari prinsip keteraturan yaitu :
a. Memiliki kesadaran
b. Ketenangan dan keyakinan dalam berusaha
c. Karena pengetahuan akan kepastian hukum alam dan hukum sosial
d. Sangat memahami akan arti penting sebuah proses yang harus dilalui
e. Selalu berorientasi pada pembentukan sistem
f. Selalu berupaya menjaga sistem yang telah terbentuk.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap manusia memiliki kecerdasan otak (Intelligence Quotient), kecerdasan
emosional (Emotional Quotient) dan Spiritual Quotient. IQ berupa keahlian (skill) dan
pengetahuan yang memiliki aspek-aspek diantaranya kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, dan lain sebagainya. EQ merupakan kemampuan
9
untuk merasa, yang berpusat pada kejujuran suara hati sehingga memiliki kemampuan
untuk mengenal diri sendiri dan orang lain, mengendalikan emosi serta kemampuan
berhubungan dengan orang lain. SQ merupakan kecerdasan untuk menghadapi persoalan
makna, kecerdasan untuk menilai tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna.
Tiga kecerdasan ini tidak dapat dipisah kan, ketika seseorang berhasil meraih kesuksesan
dengan memksimalkan IQ dan EQ, sering kali ada perasaan hampa dalam kehidupan
batinnya, kerana mereka tidak memuat SQ.

3.2 Saran
Untuk menjadi seorang pribadi yang sukses, maka pribadi tersebut harus mampu
menggabungkan dan mensinergakan IQ, EQ, dan SQ. Ilmu tanpa hati adalah buta,
sedangkan ilmu tanpa hati dan jiwa adalah hampa.

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey
Melalui Al-Ihsan, Jakarta: Penerbit Arga, 2003.

Agustian, Ary Ginanjar, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ:
Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165: 1 Ihsan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun
Islam, Jakarta: Penerbit Arga, 2005.

https://www.coursehero.com/file/p5m600a/Prinsip-Keteraturan-Prinsip-keteraturan-
merupakan-prinsip-berdasarkan-iman/
Diakses pada 10 oktober pukul 11:00
10
https://www.academia.edu/4719834/MAKALAH_kepemimpinan
Diakses pada 10 oktober pukul 12:00

https://www.coursehero.com/file/p7dq4d1/Prinsip-Prinsip-Kepemimpinan-Prinsip-prinsip-
kepemimpinan-pendidikan/
Diakses pada 10 oktober pukul 13:00

https://suarakampus.com/proses-membangun-mental-untuk-meningkatkan-esq/
Diakses pada 10 oktober pukul 13:00

11

Anda mungkin juga menyukai