Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang

YPAC Malang atau disebut Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC)

Malang merupakan organisasi sosial yang menyediakan pelayanan rehabilitasi

secara terpadu bagi anak-anak penyandang cacat dan berkebutuhan khusus.

Yayasan ini didirikan atas prakarsa Dr. Tarekat Prawirowijoto bersama ibu-ibu

yang peduli terhadap kesejahteraan sosial pada tanggal 24 Maret 1955, yang

kemudian diketuai oleh Ibu Achmad Djohar. Pada tanggal 4 Maret 1956

yayasan ini disahkan oleh Prof. Dr. Soeharso sebagai salah satu dari 16 Cabang

YPAC yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dengan adanya UU RI No. 16 Tahun 2001 yunto UU RI No. 28 Tahun

2004 tentang yayasan maka YPAC cabang Malang berubah menjadi YPAC

Malang yang otonom dengan akte notaris dari Ita Andrijani, SH No. 02 tanggal

03 Maret 2011, disahkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI No AHU-5497.AH.01.04 Tahun 2011 dan diperbaruhi sesuai

dengan periode kepengurusan 2013 2010 dengan akte Notaris No. 12 tanggal

17 Maret 2014 disahkan oleh Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI Nomor AHU-AH.01.06-195 / AHU2.AH.01.04-60.


Gambar 1. Lokasi Depan YPAC Malang

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017

Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang berada di Jl. Raden

Tumenggung Suryo No. 39, RT 03, RW 02, Kelurahan Bunulrejo, Kecamatan

Blimbing, Kota Malang.

4.1.1 Visi dan Misi

Visi: Terwujudnya kesempatan pengembangan diri, peningkatan

kecerdasan dan kesejahteraan bagi anak penyandang cacat sebagai generasi

penerus bangsa yang berkualitas.

Misi:

1. Melakukan deteksi dini melalui kegiatan Rehabilitasi Bersumber Daya

Masyarakat (RBM).
2. Menyelenggarakan layanan PRA (Pusat Rehabilitasi Anak) yang meliputi

rehabilitasi medik, pendidikan, sosial, dan pravokasional yang terpadu agar

anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.


3. Melakukan gerakan Rehabilitasi Dalam Keluarga (RDK) sebagai tindak

lanjut layanan PRA agar anak lebih cepat mencapai kemandiriannya secara

fisik dan mental.


4. Menyelenggarakan pembinaan kegiatan usaha ekonomi produktif /

kewirausahaan bagi anak penyandang cacat sehingga mampu mandiri

dalam kehidupannya.
5. Meningkatkan kepedulian sosial dan profesionalisme relawan guna

mendukung terwujudnya kesadaran pengabdian yang bertanggung jawab.

4.1.2 Tujuan

1. Tercapainya visi dan misi YPAC Malang


2. Terpenuhi kebutuhan SDM yang berkualitas dan profesional
3. Terwujudnya pedoman pengurus dan pengawas untuk membuat program

kerja
4. Terwujudnya pelayanan YPAC yang bermutu
5. Terselenggaranya manajemen YPAC yang efektif dan efisien
6. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi kegiatan YPAC
7. Terselenggaranya dana usaha yang memadai
8. Terselenggaranya kemitraan yang saling menguntung
9. Terselenggaranya aplikasi IT di YPAC

4.1.3 Susunan Organ Yayasan

Berdasarkan keputusan Pembina YPAC Malang Nomor:

013/SK/D/YPAC/MALANG/09/2013 Tanggal 28 September 2013, Susunan

Organ Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Malang periode 2013 2018

adalah sebagai berikut:


Pembina:

Ketua: Dr. H. Moch. Ridwan, Sp.KFR.

Anggota:

Dr. H. Bambang Paridjoto

Dr. H. Mahindra Soendoro, MPH.

Hj. Sri Hadiah

Hj. Titi Setyowati

Pengurus:

Ketua Umum: Ir. Endang Haryani WB.

Ketua I: Hj. Naniek Hariani

Ketua II: Dr. Djoko Witjaksono Sp. KFR.

Sekretaris: Hj. Elly Indriati

Bendahara Umum: Dra. Hj. Kasri Bening Menik, MM.

Bendahara I: Siti Muindrayatie

Bendahara II: Dra. Hari Indiarti

Unit Rehabilitasi Pendidikan: Hj. Lidiawati

Unit Rehabilitasi Medik: Dr. Hj. Hersusilowati dan Enny Dyah Iswari

Unit Rehabilitasi Sosial: Mintarsih

Unit Pravokasional: Dra. Hj. Latifah Hanun

Unit Dana dan Usaha: Hj. Fatkhiyah Indahmaya

Pengawas:

Ketua: Dra. Psi. Hj. Nurwahyu


Anggota: Hj. Harini, BA dan Hj. SitiTartilah, BA.

4.1.4 Garis-Garis Besar Program YPAC Malang 2013 - 2033

A. Program Pembinaan untuk Membangun Manajemen yang Efektif &

Efisien

1. Terselenggaranya manajemen organisasi yang efektif dan efisien.

2. Terciptanya manajemen guna mendukung kemudahan menjalin kemitraan

3. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi yang berkualitas

4. Terselenggaranya manajemen keuangan yang seimbang

5. Terselenggaranya hubungan antar relawan yang kondusif

B. Program Peningkatan Kualitas SDM YPAC

1. Terpeliharanya regenerasi SDM YPAC yang memenuhi syarat

2. Terpenuhinya SDM karyawan YPAC yang berkualitas dan profesional

3. Terpenuhinya SDM organ YPAC yang memadai dan berkualitas

4. Menyelenggarakan pelatihan SDM untuk mendukung organisasi YPAC

5. Peningkatan kesejahteraan karyawan YPAC

C. Program pemberdayaan Organ Yayasan yang Berdaya Guna & Berhasil

Berguna

1. Terbentuknya tatanan organisasi yang berdasarkan AD/ART, Undang

Undang Yayasan

2. Terselenggaranya mekanisme organisasi yang sinergis dan harmonis

3. Teciptanya organisasi YPAC yang profesional


D. Program Peningkatan Pelayanan Prima YPAC Malang

1. Terselenggaranya pelayanan yang komprehensif dengan total care untuk

semua jenis kecacatan anak melalui Pusat Rehabilitasi Anak (PRA)

2. Terpenuhinya fasilitas sarana/prasarana pelayanan yang memadai

3. Terselenggaranya pelayanan medis, pendidikan dan sosial yang

berkualitas pada anak penyandang cacat.

4. Terselenggaranya sistim peningkatan rujukan anak penyandang cacat

5. Terselenggaranya peningkatan pendidikan ketrampilan anak penyandang

cacat

E. Program Penggalangan Sumber Dana & Usaha Mandiri

1. Peningkatan jumlah donator baru

2. Terciptanya usaha yang berkualitas dan produktif

3. Peningkatan pemasaran hasil usaha

4. Terselenggaranya donator YPAC yang memadai

F. Program Penggalangan Kemitraan dengan Masyarakat, Organisasi /

Institusi

1. Terciptanya kemitraan antara organisasi / institusi pemerintah maupun

swasta yang saling menguntungkan

2. Membuka kemitraan organisasi luar negeri yang tidak terikat

3. Menyelenggarakan kemitraan dibidang pelayanan, usaha, manajemen,

pemasaran maupun SDM

G. Program Pengembangan Teknologi Informasi & Komunikasi


1. Terselenggaranya penggunaan teknologi informasi untuk pengenalan dan

pemasaran YPAC

2. Peningkatan dan pengembangan pelayanan, rujukan dan jaringan

administrasi YPAC melalui teknologi informasi

3. Terselenggaranya jaringanin formasi YPAC seluruh Indonesia

4.1.5 Fasilitas

1. Gedung untuk Pelayanan Pendidikan (SLB)

2. Perpustakaan dan Ruang UKS

3. Ruang Kelas Ketrampilan

4. Gedung Sasana Asih

5. Balai Pengobatan

6. Asrama / Panti dengan segala kelengkapannya

7. Ruang terapi : Snozelen, okupasi, wicara, Fisio, Musik

8. Alat terapi Elektrik : ultra sound, SWD, Tens dan traksi

9. Dapur untuk kegiatan memasak dan ruang makan & segala peralatannya

4.1.6 Tenaga yang Tersedia

1. Tenaga Medis (Relawan): dr. H. Moch. Ridwan, Sp. KFR., dr. H.

Bambang Paridjoto, dr. DjokoWitjaksono, Sp. KFR., dr. Hj. Hersusilowati

dan para dokter dari PPDS Universitas Brawijaya Malang (secara

bergantian tiap bulan 3 orang)

2. Tenaga Psikolog: Dra. Hj. Nurwahyu Nasrun, Psi. (Relawan)


3. Tenaga Guru: Guru Yayasan: 14 orang dan Guru DPK: 12 Orang

4. Tenaga Terapis : Fisio Terapi: 3 orang, Terapi Okupasi: 2 orang, Terapi

Snoozelen: 1 orang, Terapi Wicara (Ass): 2 orang, Terapi Musik: 1 orang,

Terapi Autis: 1 orang, Terapi Balur: 4 orang

5. Tenaga pada Unit Rehabilitasi Sosial: 3 orang

6. Tenaga Administrasi: 7 orang

7. Tenaga Kebersihan: 2 orang

8. Tenaga Pengemudi: 1 orang

9. Tenaga Keamanan: 1 orang

10. Tenaga Outsourcing: 1 orang

4.1.7 Jumlah Anak Binaan

1.TKLB: 12 Anak
2.SDLB: 45 Anak
3.SMPLB: 14 Anak
4.SMALB: 8 Anak
5.Pravokasional: 8 anak
6.Autis: 7 anak
7.Asrama / Panti: Kapasitas 50 anak
8.Jumlah pelayanan dari Ruang Medik per tahun:
a. Fisioterapi: 375 anak
b. Okupasional Terapi: 309 anak
c. Speech Terapi: 296 anak
d. SnoozelenTerapi: 9 anak
e. Musik Terapi: 80 anak
4.2 Peran Pemerintah Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK) Di SLB (Sekolah Luar Biasa) YPAC Kota Malang


Dalam konteks pendidikan luar biasa di Indonesia, pendidikan inklusi

bukanlah satu-satunya cara mendidik disabled children dengan maksud untuk


mengantikan pendidikan segregasi. Melainkan, suatu alternative, pilihan,

inovasi, atau terobosan/pendekatan baru disamping pendidikan segregasi yang

sudah berjalan lebih dari satu abad. Hal ini dikarenakan setting pendidikan

khusus atau pendidikan luar biasa di Indonesia menganut pendekatan Multi-

track Approach. Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk

mempromosikan pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan

sekolah yang responsif terhadap beragam kebutuhan aktual dari anak dan

masyarakat. Dengan demikian, pendidikan inklusif menjamin akses dan

kualitas. Satu tujuan utama inklusi adalah mendidik anak yang berkebutuhan

khusus akibat kecacatannya di kelas reguler bersama-sama dengan anak-anak

lain yang non-cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, di

sekolah yang ada di lingkungan rumahnya.


Kebijakan pemerintah sebagai komitmen untuk mewujudkan

penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia, dapat ditandai dengan

lahirnya Undang-undang sebagai berikut:


1. UU No. 4 tahun 1997 pasal 5 tentang pernyandang anak cacat
2. UU No. 23 tahun 2002 pasal 48 dan 49 tentang perlindungan anak
3. UU No. 20 tahun 2003 pasal 5, ayat 1 sampai dengan 4 tentang system

pendidikan Nasional.
4. Surat Edaran Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,

Kemendiknas No. 380/C.C6/MN/2003, tanggal 20 Januari 2003.


5. Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
6. PP No. 17 tahun 2010 pasal 127 sampai dengan 142, tentang Pengelolaan

dan Penyelenggaraan Pendidikan.


Pemerintah mempunyai komitmen tentang pentingnya kerjasama baik

secara nasional maupun regional untuk mendukung peningkatan kesejahteraan


penyandang cacat khususnya di bidang pendidikan, dengan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan dan efektif berkaitan dengan halhal tersebut.

Kerjasama kemitraan antar organisasi/institusi/lembaga, baik tingkat regional,

nasional maupun internasional, khususnya organisasi penyandang cacat seperti

yang ada di Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Kota Malang. Diharapkan

dapat mengupayakan peningkatkan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) Di SLB (Sekolah Luar Biasa), yang antara lain:


1. Manjamin bahwa Kerjasama kemitraan, termasuk program regional maupun

nasional, bersifat inklusif dan dan dapat diakses oleh para penyandang cacat
2. Memfasilitasi dan mendukung pengembangan kapasitas melalui pertukaran

berbagai informasi, pengalaman program-program pelatihan, dan praktik

yang mendukung ke profesionalan para penyandang cacat


3. Memfasilitasi kerjasama dibidang penelitian dan akses terhadap ilmu

pengetahuan dan praktik lapangan. Apabila diperlukan, menyediakan

bantuan teknis dan biaya, termasuk memfasilitasi akses terhadap pertukaran

teknologi dan informasi melalui transfer teknologi informasi


4. Pemerintah sesuai dengan sistem manajemen yang telah dirancang, harus

melaksanakan monitoring dan evaluasi. Sesuai dengan sistem dan

perundang-undangan, harus komitmen mempetahankan, memperkuat,

merancang, atau membentuk suatu kerangka kerja dengan mekanisme yang

independen untuk memajukan, melindungi dan memonitor pelaksanaan

kegiatan (Implementasi kerangka kerja yang telah dirancang). Perlu

diperhatikan dalam menyusun kerangka kerja harus mempertimbangkan


prinsip-prinsip yang berkaitan dengan status dan fungsi institusi bagi

perlindungan dan hak asasi manusia.


5. Masyarakat, terutama para penyandang cacat dan organisasi-organisasi

perwakilan mereka, harus dilibatkan dan berpartisipasi penuh dalam

berbagai kegiatan, termasuk melakukan monitoring dan evaluasi.


6. Organisasi penyandang cacat (komite) perlu dibentuk dan yang sudah ada

perlu didukung, yang terdiri dari para akhli, anggota komite berfungsi sesuai

dengan kapasitas personal mereka, yang diakui kompetensi dan

pengalamannya dibidang profesinya. Pemerintah diundang untuk

memberikan pertimbangan.
7. Pemerintah bekerjasama dengan organisasi penyandang cacat dan membantu

anggotanya dalam memenuhi mandat mereka.


Selama ini peran pemerintah dalam meningkatkan pendidikan anak

berkebutuhan khusus (ABK) Di SLB (Sekolah Luar Biasa) YPAC Kota Malang

dapat dilihat dari berbagai upaya yang dilakukan dan dilaksanakan menurut

kebijakan yang ada yakni :


1. Penerapan sistem pendidikan Teknis Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif

Provinsi Jawa Timur tahun 2012.


Sistem pendidikan yang menerapkan bahwa Pembelajaran pendidikan

inklusif menerapkan pendekatan model inklusif penuh (full inclusive), dimana

peserta didik berkebutuhan khusus bersama-sama dengan peserta didik pada

umumnya dalam kelas yang sama. Peserta didik berkebutuhan khusus harus

mendapat layanan dan kesempatana yang sama untuk mengikuti proses

pembelajaran sebagai bentuk komitmen pendidikan yang tidak diskriminatif,


sesuai dengan kemampuannya. Seperti yang disampaikan oleh Ketua yayasan

YPAC Kota Malang, yang menjelaskan bahwa:


.pendidikan inklusi ini adalah memberikan kesempatan yang seluas-
luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya. Dan mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi
semua peserta didik berkebutuhan khusus. Serta membangun karakter,
nilai, dan norma bagi semua peserta didik di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif. Yang kesemua itu sesuai dengan penerapan sistem
pendidikan teknis penyelenggaraan pendidikan inklusif Provinsi Jawa
Timur tahun 2012. (wawancara, 21 September 2017)

Gambar 2. Kegiatan Pembelajaran Inklusif

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017


2. Bantuan dari pemerintah melalui Kementrian Sosial, Dinas Pendidikan

Divisi Pemasaran PT. Pertamina.


Bentuk utama peran pemerintah dalam upaya meningkatkan pendidikan

inklusi di YPAC Kota Malang adalah dengan memberikan bantuan-bantuan

dana yang disalurkan melalui Kementrian Social, Dinas Pendidikan dan

bantuan dari Divisi Pemasaran PT. Pertamina Malang yang berupa

pembangunan untuk pelayanan rehabilitasi sosial berbentuk asrama putri dan

day care. Dari bantuan ini, maka pihak yayasan dan sekolah dapat

memperdayakan anak-anak cacat di rehabilitasi sampai mencapai kesembuhan

dan keterampilan guna melayani anak-anak yang berkebutuhan khusus /

gangguan perilaku agar merubah dan mengembangkan kemampuan anak. Dan


memberikan pelayanan yang terbaik melalui Total Carenya yang didukung oleh

para Dokter, Terapis, Guru, Para Karyawan Yayasan dan Pengurus, Pengawas,

Pembina serta para Donatur. Seperti yang di sampaikan oleh salah satu

pengurus, yang menjelaskan bahwa:


Di sini kami mendapat bantuan dana dari Kementrian Social, Dinas
Pendidikan dan bantuan dari Divisi Pemasaran PT. Pertamina Malang yang
berupa pembangunan untuk pelayanan rehabilitasi sosial berbentuk asrama
putri dan day care. Kami juga Menyediakan layanan pendidikan formal dan
non formal serta panti (Asrama) untuk memperdayakan anak-anak cacat di
rehabilitasi sampai mencapai kesembuhan dan keterampilan guna melayani
anak-anak yang berkebutuhan khusus / gangguan perilaku agar merubah
dan mengembangkan kemampuan anak. (wawancara, 22 September 2017)
Gambar 3. Pelayanan Rehabilitasi Sosial

Sumber: dokumentasi pribadi, 2017

3. Sosialisasi dan pelatihan dari dinas-dinas Terkait perihal pendidikan usaha

ekonomi produktif.
Dalam usaha melatih ketrampilan anak binaan untuk menuju usaha

ekonomi produktif di YPAC Malang, maka pemerintah juga ikut andil

memberikan pelatihan-pelatihan dan sosialisai terkait dengan pengupayaan


program pengembangan ketrampilan bagi anak cacat melalui program yang

berbasis pengembangan keterampilan ekonomi produktif selain bertujuan

meningkatkan kesejahteraan sosial anak dan kemandirian sesuai dengan potensi

yang ada pada anak sehingga pola rehabilitasi terpadu yang diberikan bersifat

menyeluruh dan diperlakukan tanpa mengesampingkan peranan orang tua dan

keluarga serta masyarakat Seperti apa yang diungkapkan oleh salah satu guru,

yang menjelaskan bahwa :


..sosialisasi dan pelatihan-pelatihan sering diberikan mas oleh
pemerintah melalui dinas-dinas terkait. Tidak hanya sekolahan yang
memberikan, akan tetapi pemerintah juga andil dalam upaya pemberian
ketrampialn pada anak-anak yang utamanya adalah pengembangan
ekonomi produktif bagi mereka agar terampil dan memiliki usaha bila lulus
dari sini. (wawancara, 23 September 2017)
Gambar 4. Pelatihan Ekonomi Produktif

Sumber: arsip YPAC Malang, 2017


Jadi, sekolah inklusi pada dasarnya merangkul semua siswa dengan

berbagai latar belakang dan kondisi dalam satu sistem sekolah dan mencoba

untuk menemukan dan mengembangkan potensi siswa yang majemuk tersebut.

Pengembangan potensi siswa ini tidak hanya diterapkan kepada siswa ABK saja

tetapi juga siswa yang lain yang bukan ABK. Karena pada dasarnya setiap

siswa memiliki potensi, namun terkadang pihak sekolah kurang jeli melihat

potensi tiap-tiap siswa dan tidak ada progam tertentu untuk dapat

mengembangkan potensi setiap siswa. Inilah potret pendidikan kita saat ini

yang masih melihat peserta didik dengan satu kaca mata yaitu memandang

bahwa semua anak adalah sama. Padahal, setiap anak terlahir dengan fitrahnya

masing-masing. Artinya, setiap anak harus diberi ruang dan hak untuk

berkembang sesuai dengan kapasitas dan bakat yang dibawanya.

4.3 Manfaat yang Diperoleh dari Penerapan Pendidikan Inklusi Terhadap

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Di SLB (Sekolah Luar Biasa) YPAC

Kota Malang
Dari sisi konten kebijakan yang terdapat dalam UU No. 20 tahun 2003

pasal 3, yang menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan

bertanggungjawab. Melalui pendidikan peserta didik berkelainan dibentuk

menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab, yakni individu

yang mampu menghargai perbedaan, berpartisipasi dalam masyarakat. Secara

mendasar di YPAC Kota Malang sendiri konsep dan praktek penyelenggaraan

pendidikan inklusi bagi ABK mengacu kepada dokumen internasional

Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus

(1994) agar sesuai dengan peraturan yang mengacu pada perundang-undangan,

yakni:
1. Tidak Terdiskriminasi
Prinsip dasar dari sekolah inklusif adalah selama memungkinkan, semua

anak seyogyanya belajar bersama-sama, tanpa memandang kesulitan ataupun

perbedaan yang mungkin ada pada diri mereka. Sekolah inklusif harus

mengenal dan merespon terhadap kebutuhan yang berbeda-beda dari para

siswanya, mengakomodasi berbagai macam gaya dan kecepatan belajarnya, dan

menjamin diberikannya pendidikan yang berkualitas kepada semua siswa

melalui penyusunan kurikulum yang tepat, pengorganisasian yang baik,

pemilihan strategi pengajaran yang tepat, pemanfaatan sumber dengan sebaik-

baiknya, dan penggalangan kemitraan dengan masyarakat sekitarnya.


Seyogyanya terdapat dukungan dan pelayanan yang berkesinambungan sesuai

dengan sinambungnya kebutuhan khusus yang dijumpai di YPAC Kota Malang.


2. Mendapat Fasilitas Penuh
Di dalam sekolah inklusif YPAC Kota Malang, anak yang menyandang

kebutuhan pendidikan khusus seyogyanya menerima segala dukungan

tambahan yang mereka perlukan untuk menjamin efektifnya pendidikan

mereka. Pendidikan inklusif yang diterapkan merupakan alat yang paling efektif

untuk membangun solidaritas antara anak penyandang kebutuhan khusus

dengan teman-teman sebayanya. Pengiriman anak secara permanen ke sekolah

luar biasa atau kelas khusus atau bagian khusus di sebuah sekolah reguler

seyogyanya merupakan suatu kekecualian, yang direkomendasikan hanya pada

kasus-kasus tertentu di mana terdapat bukti yang jelas bahwa pendidikan di

kelas reguler tidak dapat memenuhi kebutuhan pendidikan atau sosial anak,

atau bila hal tersebut diperlukan demi kesejahteraan anak yang bersangkutan

atau kesejahteraan anak-anak lain.


3. Pendidikan Efektif
Sekolah inklusif memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas

anak dan meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan

sistem pendidikan.

4. Pelayanan Kesehatan
Diberikanya pelayanan yang terbaik melalui Total Carenya yang didukung

oleh para Dokter, Terapis, Guru, Para Karyawan Yayasan dan Pengurus,

Pengawas, Pembina serta para Donatur.


5. Hak dan Kewajiban yang Sama
Menyediakan layanan pendidikan formal dan non formal serta panti

(Asrama) dengan cara memperhatikan prinsip dan pola pelayanan yang

diberikan Anak cacat mempunyai hak dan kewajiban yang sama dan

diperlakukan seperti halnya anak-anak normal lainnya. Pola rehabilitasi terpadu

yang diberikan bersifat menyeluruh dan diperlakukan tanpa mengesampingkan

peranan orang tua dan keluarga serta masyarakat.

Padahal pendidikan yang berkembang di negara kita saat ini, pada

umumnya masih terlalu fokus pada kecerdasan intelektual saja. Sehingga

kecerdasan yang lain kurang begitu ditangani apalagi dikembangkan. Disinilah

peran sekolah inklusi yaitu selain merupakan salah satu jawaban bahwa

pendidikan tak mengenal diskriminasi dan semua orang berhak untuk

mendapatkannya, sekolah inklusi juga merupakan sekolah yang mampu

menemukan dan mengembangkan potensi siswa baik ABK ataupun anak

reguler sehingga menjadi siswa yang berkualitas dan berkembang sesuai

dengan bakat dan potensinya. Kelak, generasi tersebut akan menjadi generasi

yang ahli, harmonis dan memberi manfaat bagi diri sendiri, masyarakat dan

bangsa. Oleh karena itu, sangatlah perlu dilakukan edukasi kepada masyarakat

tentang sekolah inklusi sehingga masyarakat memperoleh banyak informasi

sebagai alternatif pilihan untuk menyekolahkan anaknya terutama yang

kebetulan berkebutuhan khusus.

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial yang antara lain melalui kesamaan

kesempatan bagi penyandang cacat pada hekekatnya menjadi tanggung jawab


bersama antara pemerintah, masyarakat, keluarga, dan penyandang cacat itu

sendiri. Oleh karena itu diharapkan semua unsur tersebut berperan aktif untuk

mewujudkannya. Dengan kesamaan kesempatan tersebut diharapkan para

penyandang cacat dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam arti mampu

bersinergi melalui komunikasi dan interaksi secara wajar dalam hidup

bermasyarakat, bermartabat. Perlu dikembangkan dan ditingkatkan kesamaan

kesempatan melalui penyediaan aksesibilitas, yang dalam pelaksanaannya

disertai dengan upaya peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat

dan pemerintah terhadap keberadaan penyandang cacat yang merupakan unsur

penting dalam rangka pemberdayaan penyandang cacat.

Anda mungkin juga menyukai