Disusun oleh:
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Program Kerja Kehidupan Sehari-hari.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar................................................................................................
i
Daftar Isi..........................................................................................................
ii
Bab. 1 Pendahuluan.........................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.................................................................................
1
1.2 Tujuan Asesmen..............................................................................
2
1.3 Manfaat Asesmen............................................................................
2
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan......................................................
3
1.5 Prosedur Pelaksanaan......................................................................
3
Bab. 2 Kajian Teori..........................................................................................
5
2.1 Pengertian Activity Daily Living.....................................................
5
2.2 Pengertian Tunarungu.......................................................................
6
2.3 Pengertian Komunikasi....................................................................
16
Bab.3 Hasil Observasi......................................................................................
20
3.1 Dasar Teori......................................................................................
20
2
3.2 Kisi-kisi Instrumen..........................................................................
21
3.3 Butir Instrumen...............................................................................
22
3.4 Analisis Asesmen Komunikasi....................................................... 25
3.5 Program Pembelajaran......................................................................
32
3.6 Rancangan Program Pembelajaran...................................................
33
Bab. 4 Penutup.................................................................................................
34
4.1 Kesimpulan......................................................................................
34
4.2 Saran................................................................................................
34
Daftar Pustaka........................................................... ......................................
iii
Lampiran
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Sejalan dengan latar belakang diatas, penulisan buku ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sebagai berikut.
1. Mengetahui dan memahami pengertian activity daily living, tujuan.
2. Mengetahui dan memahami pengertian tunarungu, penyebab
ketunarunguan, klasifikasi ketunarunguan, karakteristik anak tunarungu,
perkembangan berbahasa anak tunarungu
3. Mengetahui dan memahami pengertian komunikasi, tujuan komunikasi,
jenis-jenis komunikasi.
4. Mengetahui dan lebih memahami tata cara melaksanakan asesmen pada
aspek Komunikasi dengan melakukan asesmen langsung ke lapangan.
5. Memberikan suatu analisa dimana hasil laporan ini kami buat untuk
menjadi sebuah problem solving terhadap kasus-kasus yang sering terjadi
di lingkungan masyarakat dengan memberikan sebuah kesimpulan, saran
terhadap kasus yang kami temukan ini.
1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi,
yaitu:
1. Manfaat teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,
sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi
dunia pendidikan mengenai “Asesmen kehidupan sehari-hari dalam
Aspek Komunikasi untuk Anak Kelas 6 SD” dalam Mata Kuliah
Pembelajaran Kehidupan Sehari-hari.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Penyusun
Sebagai wahana penambah pengetahuan, wawasan, dan konsep
keilmuan penyusun khususnya mengenai “Asesmen kehidupan
sehari-hari dalam Aspek Komunikasi untuk Anak Kelas 6 SDLB”
dalam Mata Kuliah Pembelajaran Kehidupan Sehari-hari.
b. Pembaca
Sebagai media informasi tentang Asesmen kehidupan sehari-hari
dalam Aspek Komunikasi dalam Mata Kuliah Pembelajaran
Kehidupan Sehari-hari secara teoritis ataupun secara praktis.
c. Bagi Instansi/ Lembaga
Sebagai sumber atau pedoman tambahan dalam pembelajaran
mengenai Asesmen kehidupan sehari-hari dalam Aspek Komunikasi
untuk Anak Kelas 6 SDLB dalam Mata Kuliah Pembelajaran
Kehidupan Sehari-hari.
KAJIAN TEORI
Bina Diri tidak hanya sekedar mengurus diri, menolong diri, dan merawat
diri, tetapi lebih dari itu karena kemampuan bina diri akan mengantarkan anak
berkebutuhan khusus dapat menyesuaikan diri dan mencapai kemandirian.
Tujuan
Secara umum, bidang kajian Bina Diri bertujuan agar Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada orang lain dan
mempunyai rasa tanggung jawab. Sedangkan tujuan khususnya adalah:
Penyebab Ketunarunguan
Banyak faktor yang menyebakan seseorang mengalami ketunarunguan,
sebagaimana diungkapkan dalam buku petunjuk praktis penyelenggaraan Sekolah
Luara Biasa bagian B atau tuna rungu, Depdikbud (1985: 23) mengemukakan
bahwa Penyebab ketuna runguan tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Masa Prenatal.
Pada masa prenatal pendengaran anak menjadi tuna rungu disebakan oleh:
a. Faktor keturunan atau hereditas.
b. Anak mengalami tuna rungu sejak dia dia dilahirkan Karena ada di antara
keluarga ada yang tuna rungu genetis akibat dari rumah siput tidak
berkembang secara normal, dan ini kelainan corti (selaput-selaput).
c. Cacar air, campak (rubella, german measles).
d. Pada waktu ibu sedang mengandung menderita penyakit campak, cacar
air, sehingga anak yang di lahirkan menderita tunarungu mustism (tak
dapat bicara lisan).
e. Toxamela (keracunan darah).
f. Kelahiran premature.
g. Bagi bayi yang dilahirkan premature, berat badanya di bawah normal,
jaringan-jaringan tubuhnya lemah dan mudah terserang anoxia
(kurangnya zata asam). Hal ini merusak inti cochlea (cochlear nuclei).
2. Pada saat kelahiran
a. Kelahiran premature.
b. Bagi bayi yang dilahirkan premature, berat badanya di bawah normal,
jaringan-jaringan tubuhnya lemah dan mudah terserang anoxia
(kurangnya zata asam). Hal ini merusak inti cochlea (cochlear nuclei).
3. Pada saat setelah kelahiran
a. Sesudah anak lahir dia menderita infeksi misalnya campak
(measles) infection atau anak terkena syphilissejak lahir karena
ketularan orang tuanya. Anak dapat menderita tunarungu perseptif.
Virus akan menyerang cairan cochlea.
b. Meningitis (peradangan selaput otak).
c. Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran
bagian dalam
Klasifikasi Ketunarunguan
Klasifikasi lain dikemukakan oleh Streng yang dikutip Somad dan Hernawati
( 1997 : 28-31 ) sebagai berikut:
Mild Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 20-30 dB yang
memiliki ciri- ciri
a. Sukar mendengar percakapan yang lemah.
b. Menuntut sedikit perhatian khusus dari sistem sekolah tentang
kesulitannya.
c. Perlu latihan membaca ujaran dan perlu diperhatikan perkembangan
penguasaan perbendaharaan kata.
Marginal Loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 30-40 dB
yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mengerti percakapan biasa pada jarak satu meter.
b. Mereka sulit menangkap percakapan dengan pendengaran pada jarak
normal dan kadang-kadang mereka mendapat kesulitan dan
menangkap percakapan kelompok.
c. Mereka akan sedikit mengalami kelainan bicara dan perbendaharaan
kata yang terbatas.
d. Kebutuhan dalam program pendidikan antara lain belajar membaca,
penggunaan alat bantu dengar, latihan bicara, latihan artikulasi dan
perhatian dalam perkembangan perbendaharaan kata.
Severa loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 60-70 dB.
Memiliki ciri-ciri :
Mereka masih biasa mendengar suara keras dari jarak yang dekat misalnya
klakson mobil dan lolongan anjing. Mereka diajar dalam suatu kelas khusus untuk
anak-anak tunarungu. Diperlukan latihan membaca ujaran dan pelajaran yang
dapat mengembangkan bahasa dan bicara dari guru kelas khusus.
Profound loses, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 75 dB
keatas. Memiliki ciri :
Mendengar suara yang keras pada jarak 1 inci (2,24 cm) atau sama sekali tidak
mendengar walaupun menggunakan alat bantu dengar.
Karakteristik Anak Tunarungu
Semua individu memiliki karakteristik tertentu demikian pula anak-anak yang
mengalami ketunarunguan dan dampak yang paling mencolok yaitu terhambatnya
perkembangan bahasa dan bicara, mereka terbatas dalam kosa kata dan pengertian
kata-kata yang abstrak. Hal ini karena mereka hanya memanfaatkan penglihatan
dalam belajar bahasa. Belajar bahasa hanya melalui penglihatan memiliki banyak
kelemahan-kelemahan sehingga mereka tidak dapat memanfaatkan intelegensinya
secara maksimal, akibatnya mereka tampak bodoh.
Perkembangan bahasa anak tunarungu pada awalnya tidak berbeda dengan
perkembangan bahasa anak normal sekitar usia enam bulan anak mencapai pada
tahap meraban. Pada perkembangan ini semua anak mengalaminya karena
merupakan awal untuk belajar bahasa.
Anak yang sejak lahir mengalami ketunarunguan, pada saat bayi mengulang-
ulang bunyi bayi tidak dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan begitu pula ia
tidak dapat mendengar respon yang dikeluarkan oleh orang tua atau orang-orang
yang dekat darinya.
Ada beberapa perbedaan karakteristik anatara anak tunarungu dengan anak
normal. Hal ini disebabkan keadaan mereka yang sedemikian rupa sehingga
mempunmyai karakter yang khas yang menyebabkan anak tunarungu
mendapatkan kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya, sehingga
mereka perlu mendapat pembinaan yang khusus untuk mengatasi masalah
ketunarunguan.
Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai berikut:
Fisik
Jika dibandingkan dengan kecacatan lain nampak jelas dalam arti tidak
terdapat kelainan. Tetapi bila diperhatiakan lebih teliti mereka mempunyai
karakteristik seperti yang dikemukakan oleh Tati Hernawati (1990 : 1) sebagai
berikut :
1. Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak
tunarungu yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat
keseimbangannya.
2. Gerakan mata cepat yang menunujukan bahwa ia ingin menguasai
lingkungan sekitarnya.
3. Gerakan kaki dan tangan yang cepat.
4. Pernapasan yang pendek dan agak terganggu. Kelainan pernapasan terjadi
karena tidak terlatih terutama pada masa meraban yanmg merupakan masa
perkembangan bahasa.
Bahasa dan Bicara
Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman
pendengaran. Dengan kondisi yang disandangnya anak tunarungu akan
mengalami hambatan dalam bahasa dan bicaranya. Pada anak tunarungu proses
penguasaan bahasa tidak mungkin diperoleh melalui pendengaran. Dengan
demikian anak tunarungu mempunyai ciri-ciri perkembangan bahasa sebagai
berikut:
a. Fase motorik yang tidak teratur.
Pada fase ini anak melakukan gerakan-gerakan yang tidak teratur,
misalnya :
1) Gerakan tangan.
2) Menangis. Menangis permulaan adalah gerak refleks dari bayi yang
baru lahir. Menangis sangat penting bagi perkembangan selanjutnya
karena dengan menangis secara tidak sengaja sudah melatih otot-otot
bicara, pita suara dan paru-paru.
b. Fase meraban (babbling)
1) Mimik perangai ibu
Pada awal fase meraban (babling) tidak terjadi hambatan karena fase
meraban ini merupakan kegiatan alamiah dari pernapasan dan pita suara.
2) Bayi babling
Mula-mula bayi babling, kemudian ibu meniru. Tiruan itu terdengar oleh
bayi dan ditirukan kembali. Peristiwa inilah yang mkenjadi proses
terpenting dalam pembinaan bicara anak. Bagi anak tunarungu tidak
terjadi pengulangan bunyinya sendiri, karena anak tunarungu tidak
mendengar tiruan ibunya. Dengan demikian perkembangan bicara
selanjutnya menjadi terhambat.
c. Fase penyesuaian diri.
Suara-suara yang diujarkan orang tua dan ditiru oleh bayi kemudian
ditirukan kembali oleh orang tuanya secara terus menerus. Pada anak
tunarungu hal tersebut terbatas pada peniruan penglihatan (visual) yaitu
gerakan-gerakan atau isyarat-isyarat, sedangkan peniruan pendengaran
(auditif) tidak terjadi karena anak tunarungu tidak dapat mendengar suara.
Tiga faktor yang saling berkaitan antara ketidak mampuan bahasa dan bicara
dengan ketajaman pendengaran adalah sebagai berikut :
(1) Penerima auditori tidak cukup sebagi umpan balik ketika ia membuat
suara.
(2) Penerimaan verbal dari orang dewasa tidak cukup menunjang
pendengarannya.
(3) Tidak mampu mendengar contoh bahasa dari orang mendengar.
Intetelegensi
Secara garis besar pendapat tentang intelegensi anak tunarungu di
klasifikasikan menjadi tiga bagian:
a. Pertama anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal
b. Kedua, dianggap bahwa intelegensi anak tunarungu lebih rendah dari
anak normal .
c. Bahwa anak tunarungu mengalami kekurangan potensi intelektual pada
segi non verbal.
d. Kepribadian dan emosi.
Sosial
Karena kondisi yang dialami oleh anak tunarungu sulit untuk mencapai
kematangan oleh karenanya tidak jarang lingkungan memperlakukan mereka
dengan tidak wajar. Hal ini akan menyebabkan mereka cenderung memiliki rasa
curiga pada lingkungan, memiliki perasaan tidak aman dan memiliki kepribadian
yang tertutup, kurang percaya diri, menafsirkan sesuatu secara negatif, memiliki
perasaan rendah diri dan merasa disingkirkan, kurang mampu mengontrol diri dan
cenderung mementingkan diri sendiri.
Metode pembelajaran
Berikut metode pengajaran yang umumnya digunakan oleh guru kepada
anak tunarungu, yaitu (Kurnaeni : 2011) :
1. Belajar Melalui Membaca Ujaran (Speechreading)
Belajar melalui membaca ujaran adalah belajar dimana anak dapat memahami
pembicaraan orang lain dengan “membaca” ujarannya melalui gerakan bibirnya.
Akan tetapi, hanya sekitar 50% bunyi ujaran yang dapat terlihat pada bibir. Di
antara 50% lainnya, sebagian dibuat di belakang bibir yang tertutup atau jauh di
bagian belakang mulut sehingga tidak kelihatan, atau ada juga bunyi ujaran yang
pada bibir tampak sama sehingga pembaca bibir tidak dapat memastikan bunyi
apa yang dilihatnya. Hal ini sangat menyulitkan bagi mereka yang
ketunarunguannya terjadi pada masa prabahasa.
2. Belajar Melalui Pendengaran.
Belajar melalui pendengaran dimana individu tunarungu dari semua tingkat
ketunarunguan dapat memperoleh manfaat dari alat bantu dengar tertentu. Alat
bantu dengar yang telah terbukti efektif bagi jenis ketunarunguan sensorineural
dengan tingkat yang berat sekali adalah cochlear implant. Cochlear implant adalah
prostesis alat pendengaran yang terdiri dari dua komponen, yaitu komponen
eksternal (mikropon dan speech processor) yang dipakai oleh pengguna, dan
komponen internal (rangkaian elektroda yang melalui pembedahan dimasukkan ke
dalam cochlea (ujung organ pendengaran) di telinga bagian dalam.
3. Belajar secara Manual
Secara alami, individu tunarungu cenderung mengembangkan cara
komunikasi manual atau bahasa isyarat. Untuk tujuan universalitas, berbagai
negara telah mengembangkan bahasa isyarat yang dibakukan secara nasional.
a. Abjad jari ( finger spelling ), adalah jenis isyarat yang dibentuk dengan
jari-jari tangan untuk menggambarkan abjad atau untuk mengeja huruf dan
angka.
b. Ungkapan badaniah/bahasa tubuh, meliputi keseluruhan ekspresi tubuh,
seperti sikap tubuh, ekspresi muka ( mimik ), pantomimik, dan gesti atau
gerakan yang dilakukan seseorang secara wajar dan alami.
c. Bahasa isyarat asli, yaitu suatu ungkapan manual dalam bentuk isyarat
konvensional yang berfungsi sebagai pengganti kata, yang disepakati oleh
kelompok atau daerah tertentu.
Layanan bimbingan bagi anak tuna rungu
1. Jenis layanan
Ditinjau dari segi jenisnya, layanan pendidikan bagi anak tunarungu meliputi
layanan umum dan khusus.
a. Layanan umum
Layanan umum merupakan layanan pendidikan yang biasa diberikan kepada
anak mendengar atau normal yang meliputi layanan akademik, latihan dan
bimbingan. Layanan akademik bagi anak tunarungu pada dasarnya sama dengan
layanan akademik bagi anak mendengar, yaitu mencakup mata-mata pelajaran
yang biasa diberikan di SD biasa, tetapi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan ciri khas layanan bagi anak tuna rungu. Layanan bimbingn
trutama diperlukan dalam mengatasi dampak kelainan terhadap aspek
psikologisnya, serta pengembangan sosialisai siswa.
b. Layanan khusus
Layanan khusus merupakan layanan yang khusus diberikan kepada anak
tunarungu dalam mengurangi dampak ketunarunguannya atau melatih
kemampuan yang masih ada, yang meliputi layanan bina bicara serta layanan bina
persepsi bunyi dan irama.
c. Layanan bina bicara
Layanan bina bicara merupakan layanan upaya untuk meningkatkan
kemampuan anak tunarungu dalam mengucapkan bunyi-bunyi bahasa dalam
rangkaian kata-kata, agar dapat dimengerti atau diinterpretasika oleh orang yang
mengajak atau diajak bicara.
Latihan bina bicara bertujuan antara lain agar anak tuna rungu memiliki dasar
ucapan yang benar sehingga dapat dimengerti orang lain, memberi keyakinan
pada anak tuna rungu bahwa bunyi atau suara yang yang diproduksi melalui organ
bicaranya harus mempunyai makna, membedakan ucapan yang satu dengan
ucapan yang lainnya, serta memfungsikan organ-organ bicaranya yang kaku.
d. Layanan bina persepsi bunyi dan irama
Layanan bina persepsi bunyi dan irama merupakan layanan untuk melatih
kepekaan terhadap bunyi dan irama melalui sisa pendengaran atau merasakan
vibrasi ( getaran bunyi ) bagi siswa yang hanya memiliki sedikit sekali sisa
pendengaran.
Ketunarunguan dapat terjadi pada masa prabahasa dan pasca bahasa.
Ketunarunguan prabahasa (prelingual deafness), merupakan kehilangan
pendengaran yang terjadi sebelum kemampuan bicara dan bahasa berkembang,
sedangkan ketunarunguan pasca bahasa (post lingual deafness), merupakan
kehilangan pendengaran yang terjadi setelah berkembangnya kemampuan bicara
dan bahasa secara spontan (Kirk & Gallagher, 1989: 301-302).
Dampak langsung dari ketunarunguan adalah terhambatnya komunikasi
verbal/lisan, baik secara ekspresif (berbicara) maupun reseptif (memahami
pembicaraan orang lain), sehingga sulit berkomunikasi dengan lingkungan orang
mendengar yang lazim menggunakan bahasa verbal sebagai alat komunikasi.
Bagi anak kurang dengar yang menggunakan alat bantu dengar, dapat
menghubungkannya dengan lambang bunyi bahasa (lambang auditori). Setelah
itu, anak tunarungu mulai memahami hubungan antara lambang bahasa (visual &
auditori) dengan benda atau kejadian sehari-hari, sehingga terbentuklah bahasa
reseptif visual/auditori
C. Pengertian Komunikasi
Tujuan Komunikasi
3. Mengungkapkan perasaan
Jenis-jenis Komunikasi
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan
aktifitas hubungan antara manusia atau kelompok. Jenis komunikasi terdiri dari:
b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan
bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c. Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan
akan menjadi lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda.
Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989),
memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress
dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa
humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan
jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena
berkomunikasi akan berarti bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya
dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang
disampaikan.
e. Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan juga salah satu
ungkapan perasaan dan pikiran seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila
dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi non verbal lainnya sampai
desis atau suara dapat menjadi pesan yang sangat jelas.
HASIL OBSERVASI
1.a.3.Mengungkap- Memperkenalk
kan Bahasa an diri dengan
baik dan benar
Dapat
mengungkapka
n cita-cita
d. Reseptif 1.b.1. Keterampilan Menentukan
melakukan deteksi ada tidaknya
suara suara ketika
diberikan suara
bel/lonceng
Menentukan
ada tidaknya
suara ketika
diberikan suara
hewan
Menentukan
ada tidaknya
suara ketika
diberikan suara
transportasi
1.b.2. Keterampilan Menunjukkan
melokalisasi suara arah datang
bunyi dari
samping kanan
Menunjukkan
arah datang
bunyi dari
samping kiri
Menunjukkan
arah datang
bunyi dari
belakang
1.b.3. Keterampilan Menentukan
deskriminasi suara suara panjang -
pendek bunyi
Menentukan
suara keras -
lemah bunyi
Menentukan
suara jauh -
dekat
1.b.4. Pemahaman Mengingat dua
Bahasa perintah secara
berurutan
Melakukan tiga
perintah secara
berurutan
3.3 Analisis Asesmen Komunikasi
Menentukan ada √
tidaknya suara
ketika diberikan
suara
transportasi
1.b.2. Menunjukkan √
Keterampilan arah datang
melokalisasi bunyi dari
suara samping kanan
Menunjukkan √
arah datang
bunyi dari
samping kiri
Menunjukkan √
arah datang
bunyi dari
belakang
1.b.3. Menentukan √
Keterampilan suara panjang -
deskriminasi pendek bunyi
Menentukan √
suara
suara keras -
lemah bunyi
Menentukan √
suara jauh -
dekat
1.b.4. Mengingat dua √
Pemahaman perintah secara
Bahasa berurutan
Melakukan tiga √
perintah secara
berurutan
Anak dapat Anak mampu Latihan Latihan : Cerita pendek 2 x 30 menit, Tes langsung
mengungkapkan mengungkapkan menyimpulkan Anak akan diberikan sebuah 2x pertemuan
bahasa bahasa dengan sebuah cerita cerita kemudian setelah anak
baik melalui selesai membaca cerita anak
sebuah cerita akan diminta untuk menuliskan
kembali isi cerita tersebut,
kemudian setelah anak menulis
isi cerita anak diminta untuk
membacakan isi cerita yang
ditulisnya
3.6 Rancangan Progam Pembelajaran
Pertemuan ke :1
1. Tujuan Pembelajaran : Anak mampu mengungkapkan bahasa dengan baik melalui sebuah cerita
2. Materi Pokok : Menyimpulkan sebuah cerita
3. Metode : Latihan
4. Langkah-langkah Pembelajaran :
Kegiatan Awal
1) Sebelum melakukan pembelajaran, anak melakukan pencairan suasa terlebih dahulu seperti bermain,
mengobrol dan memilih-milih buku cerita yang disukai
Kegiatan Inti
1) Pertama anak memilih satu buku dari beberapa buku yang disediakan
2) Anak diminta untuk membaca dan memahami isi buku cerita yang dibacanya
3) Setelah anak selesai membaca cerita, anak akan diminta untuk menuliskan kembali isi cerita tersebut pada
halaman buku yang kosong
4) Kemudian setelah anak menulis isi cerita, anak diminta untuk menceritakan kembali cerita yang dibaca dan
ditulisnya
Kegiatan Akhir : Anak dapat mengungkapkan bahasa dengan cara menceritakan cerita yang dibaca dan ditulisnya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyebab Ketunarunguan
Depdikbud (1985: 23) mengemukakan bahwa Penyebab ketuna runguan
tersebut dijabarkan sebagai berikut :
1. Masa Prenatal
2. Pada saat kelahiran
3. Pada saat setelah kelahiran
Dari hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa anak masih memiliki
hambatan dalam kehidupan sehari-harinya, dan anak juga memiliki kebutuhan
diantaranya dengan anak dilatih untuk memahami isi cerita.
4.2 Saran
Saran dari kami kepada tiap-tiap sekolah yang menjadi sarana pendidikan
setelah keluarganya, diminta untuk terus mengembangkan komunikasi dalam
lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan hampir dari sebagian aktivitas melibatkan
sarana komunikasi guna memperoleh informasi.
Kepada guru yang mengajar diharapkan untuk terus mendorong anak
didiknya berkomunikasi karena sangat membantu terhadap perkembangan dan
pertumbuhan anak tunarungu. Selain itu, pun dapat mempengaruhi terhadap bakat
dan potensi anak tunarungu. Progam pembelajaran pun harus sangat diperhatikan
guna membantu anak tunarungu dalam memperoleh kebutuhannya dalam proses
pembelajaran
Daftar Pustaka
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032
-MIMIN_CASMINI/Aktivity_Of_Daily_Living.pdf
https://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/
http://duniabaca.com/pengertian-atau-definisi-komunikasi.html
Lampiran