Disusun oleh:
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik, dan karena
selalu menarik, maka masalahnya tidak pernah selesai dalam arti tuntas.
Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan
yang tidak pernah selesai. Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia,
sesaat setelah acara seminar atau simposium tentang manusia ditutup.
Alexis Carrel menjelaskan tentang kesulitan yang dihadapi untuk
mengetahui tentang hakekat manusia. Dikatakannya bahwa pengetahuan
manusia tentang makhluk-makhluk hidup umumnya dan manusia
khususnya belum lagi mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai dalam
bidang ilmu pengetahuan lainnya. Ia juga menyatakan, sungguhpun
manusia-manusia telah mencurahkan segenap perhatian dan usaha yang
sangat besar untuk mengetahui dirinya, sehingga telah cukup banyak
perbendaharaan hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para
ahli di bidang kerohanian selama ini, tetapi ternyata manusia hanya
mampu mengetahui beberapa segi tertentu saja dari dirinya (Rifaat Syauqi
dkk, 2000: 3-4).1
1
Diakses dari http://eprints.ums.ac.id/29038/2/BAB_I.pdf pada Rabu, 13 Maret 2019
pukul 17.03 WIB
4
pertimbangan dalam penyusunan program yang tepat bagi peserta didik,
sehingga kegiatan pembelajaran pun akan dapat memenuhi kebutuhan,
minat peserta didik dan tepat berdasarkan dengan perkembangan peserta
didik.Salah satu hal yang penting dalam memberikan bimbingan ialah
memahami murid secara keseluruhan, baik masalah yang dihadapinya,
maupun latar belakangnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
Teknik Pemahaman Individu (diakses dari
https://peningginatural.wordpress.com/teknik-pemahaman-individu/ pada Rabu, 13 Maret 2019
pukul 17.12 WIB)
5
BAB II
PEMBAHASAN
3
Fatin Fauziyyah. Dkk., Makalah Teknik-Teknik Dasar Pemahaman Individu
(Departemen Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas
Pendidikan Indonesia, ) 2016, hlm. 3
6
3. Teknik Pemahaman Individu
Adapun teknik-teknik pemahaman individu dapat dikelompokkan
menjadi teknik tes dan non tes.
7
dan informasi yang mendalam dan menyeluruh mengenai individu yang
dilakukan terus-menerus sehingga diperoleh data dan informasi yang
komprehensif. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih
komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari
individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga
aspek afektif dan psikomotoris.
Penggunaan nontes untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes dalam menilai
hasil dan proses belajar. Para guru di sekolah pada umumnya lebih banyak
menggunakan tes daripada bukan tes mengingat alatnya mudah dibuat,
penggunaannya lebih praktis, dan yang dinilai terbatas pada aspek kognitif
berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh peserta didik setelah menyelesaikan
pengamalan belajarnya.4
Jadi dapat disimpulkan bahwa asesmen teknik non tes adalah
teknik asesmen yang bukan merupakan tes serta tidak baku atau terstandar
dan sebagian besar merupakan hasil produk pengembangan Guru BK atau
Guru BK atau konselor.
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2012), cet. Ke-17, hlm. 67.
5
Susilo Rahardjo & Gudnanto, Pemahaman Individu (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 47
8
1) Untuk mengamati perilaku dan sikap konseli ataupun keadaan
lingkungan konseli
2) Untuk mengumpulkan data dan informasi tentang perilaku
dan kebiasaan konseli
3) Untuk memahami dan mengenali karakteristik masalah klien
c. Fungsi
1) Bisa dijadikan sebagai alat kontrol atau triangulasi terhadap
kebenaran informasi yang disampaikan konseli
2) Bisa dijadikan validasi terhadap kebenaran yang disampaikan
konseli
3) Sebagai alat untuk evaluasi dari tes yang telah dilakukan
4) Memperoleh gambaran, pengetahun, dan pemahaman tentang
diri konseli
5) Menunjang dan melengkapi bahan-bahan yang telah diperoleh
melalui wawancara
6) Keperluan asesmen awal
7) Menilai sikap, minat dan nilai siswa
8) Melihat proses kegiatan yang dilakukan siswa
9) Sebagai bahan laporan kepada orang tua, guru, dokter6
2. Wawancara (interview)
Suatu teknik memahami individu dengan cara melakukan
komunikasi langsung (face to face relation) antara pewawancara
(interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) untuk
memperoleh keterangan atau informasi tentang individu.
Wawancara (interview) berfungsi untuk menentukan latar
belakang atau faktor penyebab terjadinya masalah yang dialami oleh
konseli. Wawancara ini sebenarnya merupakan bagian dari
6
Pemahaman Individu Teknik Non Tes (diakses dari
http://gratisananda.blogspot.com/2012/12/pemahaman-individu-teknik-non-tes_9244.html pada 8
Maret 2019 pukul 10.02 WIB)
9
wawancara konseling yang utuh yaitu mulai dari identifikasi masalah,
diagnosis, prognosis, treatment, evaluasi dan follow up.7
Selain itu, wawancara juga berfungsi sebagai untuk memahami
berbagai potensi, sikap, perasaan, pikiran, pengalaman, harapan dan
masalah konseli, serta memahami potensi dan kondisi lingkungan
baik lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan
kerjanya secara mendalam.
Adapun hal-hal yang perlu dilakukan dalam wawancara, yaitu :
Pewawancara harus mendengar, mengamati, menyelidiki,
menanggapi, dan mencatat apa yang sumber data berikan.
Kadang-kadang ia seperti seorang penginterogasi, kadang-
kadang secara tajam ia menyerang dengan menunjukkan
kesalahan-kesalahan orang yang diwawancarai, kadang-
kadang ia mengklarifikasi, kadang-kadang pula ia seperti
pasif atau menjadi pendengar yang baik. Suksesnya suatu
wawancara tergantung pada kemampuan melakukan
kombinasi berbagai keterampilan sesuai dengan tuntutan
situasi dan orang yang diwawancarai.
Dalam proses wawancara, pewawancara harus meredam
egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi.
Pewawancara memantau semua yang diucapkan oleh dan
bahasa tubuh orang yang diwawancarai, sambil berusaha
menciptakan suasana santai yakni suasana yang konduksif
bagi berlangsungnya wawancara. Dalam prakteknya, berbagai
pikiran muncul dibenak pewawancara ketika wawancara
sedang berlangsung. Seperti : Apa yang harus saya tanyakan
lagi? Bagaimana nada bicara orang yang diwawancarai ini?
Dari gerak tubuh dan nada suaranya, apakah ia terlihat bicara
jujur atau mencoba menyembunyikan sesuatu?
10
a) Yang memberikan informasi (interviewee) berhadapan langsung
dengan yang mencari informasi (interviewer); ini diharapkan
mendorong murid untuk lebih terbuka.
b) Isi pertanyaan dan caranya mengajukan pertanyaan dapat
disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan daya tangkap
murid. Baik interviewer maupun interviewee dapat memberikan
penjelasan lebih lanjut bagaimana pertanyaan atau jawaban belum
jelas.
c) Informasi yang sukar diperoleh dengan alat lain dapat diperoleh
melalui wawancara ini, misalnya tentang suasana keluarga, sikap
murid terhadap sekolah, kesukaan pribadi yang menghambat
belajar. Selain itu, jawaban tertentu dalam kuesioner dapat
dijelaskan.
8
W. S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah (Jakarta: PT Gramedia,
1987), hlm. 59
9
Fatin Fauziyyah. Dkk., Op. Cit, hlm. 3-4
11
3. Angket
Angket merupakan salah satu alat pengumpul data dalam
assessment non tes, berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan
yang diajukan pada responden. Winkel mendefinisikan angket
sebagai suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus
dijawab secara tertulis juga.
Angket disusun dengan tujuan untuk menghimpun sejumlah
informasi yang relevan dengan keperluan bimbingan dan konseling,
seperti identitas pribadi konseli, keterangan tentang keluarga, riwayat
kesehatan, riwayat pendidikan, kebiasaan belajar di rumah, hobi atau
informasi lainnya. Data yang diperoleh berfungsi untuk : (1)
mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam penyusunan
program, (2) untuk menjamin validitas informasi yang diperoleh
dengan metode lain, (3) evaluasi program bimbingan dan konseling,
dan (4) untuk mengambil sampling/sikap/pendapat dari responden.10
Jika konselor memilih angket sebagai alat assessment, maka
penentuan responden perlu mendapat perhatian, sebab bila salah,
maka informasi yang dibutuhkan dapat saja tidak diperoleh secara
maksimal.
4. Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode atau teknik untuk memahami
individu terutama untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan
sosial antar individu dalam suatu kelompok, berdasarkan preferensi
pribadi antara anggota-anggota kelompok.
Sosiometri merupakan metode pengumpulan data tentang pola
struktur hubungan antara individu-individu dalam suatu kelompok.
Pengembangannya didasarkan pada pemikiran bahwa kelompok
mempunyai struktur yang terdiri dari hubungan-hubungan
interpersonal yang kompleks. Posisi setiap individu dan hubungan-
10
Gantina Komalasari, dkk, Asesmen Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif
(Jakarta: Indeks, 2011), hlm. 81
12
hubungan yang terjadi dalam struktur kelompoknya dapat diukur
secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil sosiometri merupakan
gambaran jumlah skor yang diperoleh setiap orang, pola hubungan,
intensitas hubungan, dan posisi individu dalam kelompoknya.
Sosiometri ini berfungsi untuk menemukan dan mencatat relasi
aktif tentang struktur kelompok, yaitu pola saling tertarik dan saling
menolak.11
5. Inventori
b. Pengertian
Inventori adalah metode untuk memahami individu dengan
cara memberikan sejumlah pernyataan yang harus
dijawab/dipilih responden sesuai dengan keadaan dirinya.
Jawaban responden tersebut selanjutnya ditafsirkan (dipahami)
oleh pengumpul data tentang keadaan responden, dan responden
memahami keadaan dirinya sendiri.12
c. Macam inventory
1) Inventory Locus terkendali: terdiri 29 pasang butir soal yang
disusun berdasarkan konsep individu menanggapi
reinforcement yg diterima sebagai konsekuensi logis dari hasil
kerja kerasnya sendiri
2) Inventory Self-esteem: persepsi individu thd dirinya baik atau
tidak
3) Inventory Skala Konsep diri: skala yang berisi tentang
penampilan fisik, tingkah laku sosial, status akademis,
ketidakpuasan, kepuasan terhadap diri sendiri diantara bentuk
positif dan negatif
4) Inventoy Perkembangan Siswa
5) Memamahi tingkat perkembanganindividu
d. Tujuan
11
Susilo Rahardjo & Gudnanto, Op. Cit, hlm. 150-151.
12
Gantina Komalasari, dkk, Op. Cit, hlm. 67
13
Untuk mengumpulkan data dan informasi yang digunakan
untuk memahami tingkah laku siswa, data yang cocok
dikumpulkan dengan metode inventory ini adalah tentang
tempramen, karakter, penyeusian diri, sikap, minat, kebiasaan
belajar, gambaran diri, jenis masalah. Dsb
d. Fungsi
Bagi guru pembimbing sebagai dasar dalam memahami
siswa, yang meliputi tempramen, karakter, penyeusian diri, sikap,
minat, kebiasaan belajar,gambaran diri, jenis masalah. serta
sebagai dasar untuk pemberian bantuan dalam kaitannya dengan
pemecahan masalah yang dialami siswa. Bagi siswa/ klien adalah
ia mampu memahami arti dirinya dari data yang diperolehnya.
Pemahaman terhadap arti data tersebut merukapan bahan
pengambilan keputusan dalam konseling.13
6. Otobiografi
a. Pemahaman Otobiografi
Otobiografi merupakan karangan yang ditulis oleh murid
sendiri tentang riwayat hidupnya sampai pada saat sekarang.
Melalui karangan semacam ini ahli bimbingan/konselor
memperoleh gambaran mengenai kejadian-kejadian penting
dalam kehidupan murid dan mengenai reaksi pribadi/sikap
pribadi terhadap kejadian-kejadian itu. Dengan membuat
riwayat hidup murid sendiri pun ditolong untuk lebih mengerti
akan perkembangan hidupnya sampai sekarang dan akan hal-hal
yang sangat mempengaruhi jalan hidupnya.14
Otobiografi ini berisi tentang berbagai kejadian yang
pernah dialami, sedang dialami atau yang masih menjadi cita-
cita/harapan, Otobiografi ditulis oleh individu/siswa cukup
sekali dalam kurun waktu satu tahun. Utamanya bagi siswa baru
minimal 2/3 minggu setelah mengenal lingkungan dan sistem
13
Metode dan Alat Non Tes, Op. Cit.
14
W. S. Winkel, Op. Cit, hlm. 62
14
sekolah. Sebab dalam waktu 3 minggu di sekolah yang baru
individu/siswa sudah mempunyai rasa aman baik terhadap teman
maupun gurunya dan ia akan melaporkan apa yang ia lakukan,
rasakan, dan pikirkan dengan apa adanya tanpa dipengaruhi
keinginan untuk membuat kejadian yang baik tentang masa
lalunya. Waktu pembuatan otobiografi ini sebaiknya
diselesaikan dalam kurun satu minggu, sebab dengan tersedianya
waktu siswa/penulis dapat berfikir dan memutuskan apa yang
hendak ia beritahukan/sampaikan.15
b. Manfaat Otobiografi
Otobiografi memiliki beberapa manfaat antara lain: (1)
mengetahui aspek-aspek, baik pikiran, perasaan, sikap pribadi,
tingkah laku atau keadaan emosi, (2) mengetahui tingkat
pengetahuan dan pendidikan, pengalaman, minat bahkan tujuan
atau cita-cita yang hendak diraih/diwujudkan, (3) sebagai dasar
untuk melancarkan instrumen lain, dan (4) sebagai pembanding
hasil interpretasi dari data yang digali dengan menggunakan
instrumen lain16
7. Catatan Anekdot
Catatan anekdot adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa-
peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan.
catatan ini merupakan pelengkap dalam rangka penilaian guru
terhadap peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah
laku peserta didik. Catatan tersebut biasanya berbunyi :
a) Tanggal 23 Februari 2008, Fita menangis sendiri dibelakang
sekolah. Tanpa sebab
15
Firdausi Nur Harini dan Rahmatia Sudirman, Makalah Teknik Non Tes Bimbingan dan
Konseling (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Keguruan dan Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang) 2017, hlm. 14
16
Ibid, hlm. 14
15
b) Tanggal 21 April 2008, Fita berkelahi dengan Falih karena Fita
berkata “Falih anakm pungut”
c) Tanggal 16 Mei 2008, Fita berkelahi dengan Fina, karena
menuduh Fina mencuri uang Fita
d) Dan sebagainya
Catatan insidental semacam ini mungkin belum berarti apa-apa
bagi keperluan penilaian Fita, tetapi setelah dihubungkan dengan
data-data yang lain sering kali memberikan petunjuk yang berguna.
Catatan ini dapat dibuat di buku khusus atau pada kartu-kartu kecil,
sehingga memudahkan dalam penafsirannya.17
Penggunaan anekdota menuntut koordinasi dan memerlukan
kerelaan dari guru-guru untuk ikut serta (membuat anekdota minta
banyak waktu dan perhatian); guru-guru itu perlu diberi penjelasan
lebih dahulu. Dalam kenyataan catatan anekdot jarang digunakan,
karena ahli bimbingan yang harus mengkoordinir semua ini tidak ada;
selain itu, banyak guru akan merasa terlalu berat untuk menulis
anekdota-anekdota.18
8. Studi Dokumenter
Metode dokumenter merupakan salah satu jenis metode yang
sering digunakan dalam metodologi penelitian sosial, berkaitan
dengan teknik pengumpulan datanya. Metode ini banyak digunakan
dalam lingkup kajian sejarah. Namun sekarang ini studi dokumen
banyak digunakan pada lapangan ilmu sosial lain dalam metodologi
penelitiannya. Disadari ini karena sebagian besar fakta dan data sosial
banyak tersimpan dalam bahan-bahan yang berbentuk dokumenter.
Oleh karenanya ilmu-ilmu sosial saat ini serius menjadikan studi
dokumen dalam teknik pengumpulan datanya.19
17
Teknik Non Tes (diakses dari https://www.academia.edu/29453237/Teknik_Non_Tes
pada Rabu, 13 Maret 2019 pukul 17.32 WIB)
18
W. S. Winkel, Op. Cit, hlm. 65
19
Journal Moestopo (diakses dari
http://journal.moestopo.ac.id/index.php/wacana/article/viewFile/143/pdf pada Rabu, 13 Maret
2019 pukul 18.20 WIB)
16
Metode dokumentasi atau studi dokumentasi adalah cara
memahami individu melalui upaya mengumpulkan data, mempelajari
dan menganalisis laporan tertulis dan rekaman audio visual dari suatu
peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dan pemikiran yang
berhubungan dengan keperluan dan kebutuhan.
Metode dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Tetapi
perlu dicermati dan dikritisi bahwa tidak semua dokumen memiliki
kredibilitas yang tinggi. Sebagai contoh banyak foto yang tidak
mencerminkan keadaan aslinya karena foto dibuat untuk kepentingan
tertentu.
20
W. S. Winkel, Op. Cit, hlm. 80
17
Dalam melakukan studi kasus, guru harus terlebih dahulu
mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan menggunakan
berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat yang
digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara
secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar
belakang kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan
kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan sebagainya. Namun, seperti
halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga mempunyai kelebihan
dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari seseorang
secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat
diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah
hasil studi kasus tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya
berlaku untuk peserta didik itu saja.21
21
Teknik Non Tes (diakses dari https://www.academia.edu/29453237/Teknik_Non_Tes
pada Rabu, 13 Maret 2019 pukul 17.32 WIB)
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Diharapkan makalah ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
teknik pemahaman individu non tes dalam proses bimbingan konseling.
19
DAFTAR PUSTAKA
Harini, Firdausi Nur, Rahmatia Sudirman, Makalah Teknik Non Tes Bimbingan
dan Konseling (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Keguruan
dan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Malang)
2017
20
21