Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEBUTUHAN BIMBINGSN KONSELING

A. Pengertian Analisis Kebutuhan Bimbingan Konseling


Analisis kebutuhan merupakan kegiatan untuk mengumpul informasi
yang mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
(kesenjangan) proses pelayanan untuk menetapkan media yang tepat dan
relevan dalam mencapai tujuan pelayanan (goals and objectives) yang
mengarah pada pencapaian tugas perkembangan.
Analisis kebutuhan konseling dilakukan sebelum suatu program
pelayanan bimbingan dan konseling dirancang dan dikembangkan. Pada
prinsipnya tujuan analisis kebutuhan adalah untuk mengidentifikasi topik dan
media pelayanan yang tepat dan relevan.
Tujuan melakukan analisis kebutuhan adalah untuk mengetahui topik-
topik materi pelajaran yang benar-benar dibutuhkan peserta didik, format
materi sajian yang dibutuhkan, model sajian materi pelajaran yang efektif,
dan topik materi pelajaran yang tepat untuk disajikan.
Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa yang menjadi pertimbangan
dan kajian dalam analisis kebutuhan adalah (a) kurikulum, yang meliputi
pemilihan topik dan penjabaran materi, dan (b) silabi, yang meliputi kesulitan
materi, pentingnya materi, dan adanya minat khusus.
Berikut ini Uwes Chaeruman (2007) dalam makalahnya yang berjudul
analisis kebutuhan multi media pembelajaran mengutip pendapat ahli tentang
pengertian analisis kebutuhan:
a. Pendapat Brinkerhof & Gill (1994) analisis kebutuhan adalah
“sebuah proses untuk mengidentifikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi”.
b. Pendapat Molenda, Pershing & Reigeluth, (1996) analisis
kebutuhan adalah “metode untuk mengetahui sifat dan luasnya
masalah kinerja dan bagaimana cara penyelesaiannya”.
c. Pendapat Gupta, (1999) analisis kebutuhan adalah “sebuah proses
untuk menentukan alasan kesenjangan dalam kinerja atau metode

1
untuk mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan baru dan masa
depan”.

Secara umum analisis kebutuhan adalah suatu proses untuk


mengidentifikasikan pengetahuan, keterampilan, permasalahan, populasi,
layanan yang diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan diri
peserta didik, lingkungan peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling
dalam rangka pencapaian tugas-tugas perkembangan secara optimal.

B. Langkah-Langkah Analisis Kebutuhan


1. Pengumpulan Informasi
Witkin (1984) mendefinisikan analisis kebutuhan, sebagai proses
membuat keputusan dengan memanfaatkan informasi yang dikumpulkan.
Tiga hal yang dapat diingat dalam proses perencanaan pengumpulan data:
a. Apa yang anda ingin ketahui?
b. Bagaimana yang anda dapat lakukan dalam proses pengumpulan data
tersebut?
c. Siapa yang dapat dijadikan sumber informasi dalam proses
pengumpulan data tersebut?
2. Identifikasi Kesenjangan
Langkah-langkah kesenjagan terdari dari:
a. Input; kondisi yang tersedia pada saat ini, misalnya tentang
keuangan,waktu, bangunan, guru, pelajar, problem, tujuan, materi
kurikulum.
b. Proses; meliputi pelaksanaan pendidikan yang berjalan yang terdiriatas
pola pembentukan staf, pendidikan yang berlangsung sesuai dengan
kompentensi, perencanaan, metode, pembelajaran individu, dan
kurikulum yang berlaku.
c. Produk; meliputi penyelesaian pendidikan, keterampilan, pengetahuan,
dan sikap yang dimiliki, serta kelulusan tes kompetensi

2
d. Output; meliputi ijazah kelulusan, keterampilan prasyarat, lisensi.
e. Outcome; hasil akhir yang diperoleh.
3. Analisis Performance
a. Mengidentifikasi guru.
b. Mengidentifikasi sarana dan kelengkapan penunjang.
c. Mengidentifikasi berbagai kebijakan sekolah.
d. Mengidentifikasi iklim sosial dan iklim psikologis
4. Identifikasi hambatan dan sumber
Mengidentifikasi hambatan dan sumber yang terkait dengan peserta didik
yang menjadi masalah dalam perkembangan pembelajaran.
5. Identifikasi Karakteristik Siswa
Menyangkut keadaan pribadi individu seperti sikap, minat, kondisi
jasmaniah, hubungan sosial kejiwaan, kondisi rumah serta keluarga, dll.
6. Identifikasi Prioritas Dan Tujuan
7. Merumuskan Masalah

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam analisis kebutuhan dirinci


lebih komprehensif oleh Kaufman (1986) sebagai berikut:
1. Mengambil keputusan mengenai penggunaan data pengukuran kebutuhan
untuk perencanaan.
2. Memilih tingkat kebutuhan pengukuran.
3. Mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam pengukuran
kebutuhan.
4. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran tentang partisipasi mereka.
5. Mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan.
6. Mengumpulkan data.
7. Membuat daftar kebutuhan yang telah diidentifikasi.
8. Menyusun prioritas kebutuhan.
9. Merekonsiliasi data yang bertentangan, dan

3
10. Mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat dalam
pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan yang diprioritaskan.

C. Pelaksanaan Analisis Kebutuhan


1. Identifikasi Kebutuhan
Identifikasi Kebutuhan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
mengelompokan masalah yang berkaiatan atau yang ada pada peserta
didik. Kebutuhan atau masalah peserta didik dapat diidentifikasi melalui:
a. Karakteristik siswa, seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan
keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan
belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah
tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab).
b. Harapan peserta didik, sekolah, dan masyarakat dapat dianalisis dari
tugas-tugas perkembangan yang dijabarkan dalam rumusan kompetensi
dan materi pengembangan kompetensi yang ada dalam silabus.
2. Kegiatan Analisis
Pengukuran kebutuhan merupakan kegiatan penting dalam menyusun
program bimbingan di sekolah. Dalam hal ini Klein dalam Briggs (1979)
menyatakan bahwa pengukuran kebutuhan perlu dalam penyusunan
program karena:
a. Pengukuran kebutuhan akan menfokuskan perhatian perencanaan
program kepada masalah-masalah yang penting. Ini akan membantu
perencanaan program menyusun rencana penggunaan dan pengelolaan
waktu serta sumber-sumber secara efisien.
b. Pengukuran kebutuhan memberikan dasar pengesahan bahwa perhatian
perencana program hanya kepada kebutuhan tertentu.
c. Pengukuran kebutuhan memberikan informasi dasar untuk mengukur
perubahan performasi siswa.

4
Hal di atas dikuatkan dengan pendapat Roseefl (1991:157) menyatakan
bahwa pengukuran kebutuhan di pandang perlu dalam menyusun program
bimbingan karena hasil pengukuran kebutuhan membantu:
1. Pembuatan keputusan,
2. Menyusun rancangan program,
3. Mengembangkan,
4. Melaksanakan, dan
5. Menilai program bimbingan.
Dari pendapat di atas dapat digaris bawahi bahwa pengukuran adalah
kegiatan penting dalam penyusunan program, oleh karena itu maka
pengukuran kebutuhan menjadi kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan atau
wajib dilaksanakan dalam penyusunan program, maka keakuratan dan
kesinambungan proses pengukuran kebutuhan perlu diperhatikan (Gibson &
Mitchell, 1980).
Dalam rangka menjaga keakuratan pengukuran kebutuhan, istilah
kebutuhan perlu diberi batasan yang jelas. Batasan kebutuhan dalam pratek
pengukuran sangat beragam, misalnya dengan problem, sumber,keinginan,
ataupun kesenjangan. Keragaman itu akan menyamarkan batasan kebutuhan
jika tidak diberi batasan yang jelas, sehingga dapat mempengaruhi ketepatan
pengukuran kebutuhan.
Setelah prioritas kebutuhan ditetapkan, alam kerangka perencanaan
program, diikuti dengan kegiatan dengan pengumpulan data tentang program
bimbingan yang sedang berjalan, dan diidentifikasi sumber-sumber yang
tersedia. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada
perencana program mengenai latar populasi targetsasaran (siswa) dan kondisi
program yang ada (Gibson & Mitchell, 1981).

D. Perencanaan (Planning) Program BK


Asesmen atau analisa (need assessment/analysis) terhadap kebutuhan
siswa menjadi hal pertama dan mendasari perencanaan program BK.
Kemudian, perlu adanya dukungan dari unsur sekolah untuk menjamin

5
program BK yang maksimal. Dasar perencanaan dijabarkan dan perlu
ditetapkan kemudian dalam perencanaan layanan.
Asesmen atau analisa kebutuhan diperlukan, baik untuk perencanaan
program jangka panjang, program jangka pendek, maupun program
khusus,yang kemudian menjadi dasar dan mempengaruhi bagaimana
program-program tersebut dirancang dan dikembangkan. Asesmen ini
memengaruhi bagaimana landasan program, tujuan program, lingkup layanan
yangdiberikan, kegiatan yang direncanakan, teknis pelaksanaan dan sarana
prasarana apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung program tersebut.
Dalam pelaksanaan asesmen kebutuhan, POP BK (Kemdikbud, 2016)
menyebutkan langkah-langkah asesmen tersebut, yaitu,
1. Mengidentifikasi data yang dibutuhkan untuk penyusunan program
layanan, seperti tugas-tugas perkembangan, permasalahan dan prestasi
peserta didik/konseli;
2. Memilih instrumen yang tepat untuk mengumpulkan data, termasuk
instrumen dengan pendekatan masalah (AUM-U, AUM-PTSDL, DCM),
instrumen dengan pendekatan SKKPD (ITP), atau instrumen dengan
pendekatan tujuan empat bidang layanan (pribadi, sosial, belajar, karir)
melalui angket, pedoman observasi, wawancara, atau sosiometri;
3. Data yang telah terkumpul kemdian diolah dan dianalisa, serta
diintepretasikan untuk menemukan kebutuhan dan permasalahan yang
kemudian akan dilayani.
Dalam proses asesmen kebutuhan, Sukmadinata (2007) memberikan
kerangka ringkas, dimana identifikasi terhadap peserta didik dilakukan untuk
memahami kebutuhan (fisik, sosial, afeksi, dan intelektual), tantangan
yangmereka hadapi (dalam studi, karir, sosial, dan pembinaan diri), dan
masalahyang ada dalam keseharian peserta didik (termasuk dalam hal
pendidikan atau pengajaran, karir, dan sosial maupun pribadi). Dalam
mengidentifikasi kebutuhan dan tantangan, guru BK dapat melakukan
pengamatan, membuat catatan anekdot, menyusun check list, ataupun daftar
pernyataan untuk mengumpulkan data dari peserta didik. Terhadap

6
identifikasi masalah, pengamatan, catatan anekdot, angket atau daftar cek
(seperti AUM dan DCM) dan studi dokumen dapat dimanfaatkan untuk
mengumpulkan data. Kemudian, data yang teridentifikasi dan terkumpul,
dianalisa, diintepretasi dan disimpulkan.
Kerangka need analysis serupa dikembangkan oleh Brown dan Trusty
(2005). Asesmen yang diusulkan dilakukan terhadap lima komponen
atauunsur yang berbeda, antara lain:
1. Kebutuhan guru, yang berisi area atau hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana guru menangani/menghadapi siswa dan perlu mendapatkan
bantuan dari guru BK;
2. Topik atau diskusi BK yang lalu, yang pernah diselenggarakan
sebelumnya dan direncanakan untuk program selanjutnya dan dinilai
kebutuhannya oleh guru yang lain;
3. Kebutuhan siswa, versi siswa, yang berisi topik-topik atau permasalahan
yang dibutuhkan atau sedang dialami oleh para siswa,
4. Kebutuhan siswa, versi guru, berisi kebutuhan-kebutuhan siswa menurut
persepsi guru dan dinilai prioritas kebutuhan pemberian layanannya, dan
5. Kebutuhan konseling yang dianggap perlu dan mendesak (berdasarkan
besarnya jumlah siswa) dari pandangan sekolah lain di sekitar.
Data-data yang terkumpulkan kemudian diolah untuk menentukan dan
memberi masukan terhadap penentuan dan perancangan tujuan layanan,
meliputi (1) kebutuhan apa saja yang perlu dilayani, (2) kapan layanan
tersebut akan dilaksanakan, (3) bagaiman kebutuhan akan ditangani atau
layanan tersebut akan diberikan, dan (4) bagaimana mengukur ketercapaian
tujuan layanan sebagai upaya mengevaluasi keberhasilan atau dampak
layanan (Brown dan Trusty, 2005).
Selain kebutuhan dari sisi siswa, POP BK (Kemendikbud, 2016) juga
mengingatkan adanya kebutuhan yang perlu dinilai dan dianalisa oleh guru
BK adalah kebutuhan sarana-prasarana yang menunjang layanan BK
nantinya. Analisa kebutuhan sarana prasarana tersebut dapat menilik apa yang

7
sudah ada atau tersedia, apa yang masih dibutuhkan atau perlu diadakan, dan
tujuan pengadaan sarana prasarana tersebut.
Hal selanjutnya setelah asesmen kebutuhan dilakukan, untuk
mengupayakan perencanaan program BK yang maksimal, guru BK perlu
menilik dukungan unsur sekolah yang ada. Unsur sekolah yang dimaksudkan
melibatkan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah yang ada. Selain itu,
komite sekolah juga berperan dalam mendukung program BK sekolah.
Rekan-rekan guru juga berperan mendukung program BK yang ada, karena
mereka yang juga menghadapi dan memahami kondisi siswa sehari-hari di
kelas. Orang tua dapat dilibatkan untuk memberikan dukungan bagi program
BK juga. Upaya-upaya untuk mengumpulkan dukungan tersebut dapat
diadakan melalui konsultasi, rapat, sosialisasi dan usaha persuasi lainnya.
Brown dan Trusty (2005) menambahkan beberapa pertimbangan dalam
perencanaan program BK, antara lain:
1. Ketersediaan dukungan administratif, karena program BK nantinya juga
melibatkan unsur-unsur administratif sekolah;
2. Pemilihan dan penetapan pemimpin yang mengarahkan langkah dan
mengawal proses perencanaan dan desain,
3. Ketersediaan sumber daya yang mendukung, termasuk secara finansial,
manusia/SDM, dan fisik/sarana prasarana;
4. Pertimbangan kondisi dan masalah yang ada dalam program/layananBK
yang telah dilaksanakan sebelumnya;
5. Penyusunan jadwal kerja yang jelas untuk optimalisasi pelaksanaan
layanan BK,
6. Pengukuran/pertimbangan dampak positif dan/atau negatif yang potensial
muncul nantinya, dan
7. Kebutuhan konsultan dari luar sekolah jika diperlukan untuk menyusun
rancangan program yang lebih maksimal.

8
KESIMPULAN

Analisis kebutuhan adalah kegiatan mengidentifikasi faktor-faktor


pendukung dan penghambat (kesenjangan) proses pelayanan untuk
menetapkan media yang tepat dan relevan dalam mencapai tujuan
pelayanan (goals and objectives) yang mengarah pada pencapaian tugas
perkembangan.
Analisis kebutuhan dalam bimbingan dan konseling adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi: permasalahan diri peserta
didik, lingkungan peserta didik dan layanan bimbingan dan konseling
dalam rangka pencapaian tugas perkembangan secara optimal.
Langkah-langkah analisis kebutuhan yaitu mengambil keputusan
mengenai penggunaan data pengukuran kebutuhan untuk perencanaan,
memilih tingkat kebutuhan pengukuran, mengidentifikasi orang-orangyang
terlibat dalam pengukuran kebutuhan, mencapai kesepakatan dengan
orang-orang yang terlibat dalam pengukuran tentang partisipasi mereka,
mencapai kesepakatan tentang tingkat pengukuran kebutuhan dan
perencanaan, mengumpulkan data, membuat daftar kebutuhan yang telah
diidentifikasi, menyusun prioritas kebutuhan, erekonsiliasi data yang
bertentangan, dan mencapai kesepakatan dengan orang-orang yang terlibat
dalam pengukuran kebutuhan tentang kebutuhan-kebutuhan yang
diprioritaskan.

Anda mungkin juga menyukai