Anda di halaman 1dari 13

KECERDASAN SPIRITUAL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Pengembangan Kepribadian


Dosen Pembimbing: Siswoto H P, Amd.Kep., S.Pd., M.Si.

Disusun oleh
Aury Krisnantika (14.401.20.007)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kecerdasan
Spiritual”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
mahasiswa D-III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan internet. Dalam
penyusunan makalah ini, tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu. Oleh karena
itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak.
Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi
makalah ini.

Krikilan, 14 Desember 2020

Penyusun

i
Daftar Isi

Sampul
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN ...................................................................................................3
2.1 Pengertian Spiritual Quotient (SQ).........................................................................3
2.2 Ciri-ciri Spiritual Quotient (SQ)..............................................................................4
2.3 Manfaat Spiritual Quotient (SQ).............................................................................6
2.4 Indikator Spiritual Quotient (SQ)...........................................................................6
BAB 3. PENUTUP.............................................................................................................8
3.1 Simpulan ..................................................................................................................8
3.2 Saran.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada masa modern, banyak orang berlomba-lomba untuk meningkatkan tingkat
kecerdasan intelegensinya (IQ). Kalau dirinya gagal mencapai tujuan itu, setidaknya
anak yang dimiliki haruslah lebih tinggi tingkat kecerdasannya. Berbagai usaha
ditempuh untuk mendukung keinginannya tersebut, mulai dari mendengarkan alunan
musik klasik saat anak masih dalam kandungan, mainan-mainan yang merangsang
kinerja otak anak, sekolah-sekolah favorit, les-les tambahan sampai asupan makan benar-
benar dipilih secara selektif demi tercapainya tujuan itu. Tak terhitung banyaknya biaya
yang harus dikeluarkan. Semua itu dilakukan hanya untuk satu hal, anak memiliki IQ
yang di atas rata-rata.
Sebenarnya kalau kita mau berpikir realistis, kecerdasan intelegensi bukanlah
satusatunya hal penting yang harus kita wujudkan. Tanpa mengurangi nilai pentingnya
IQ, menurut penulis justru EQ dan Spiritual Quotient (SQ) jauh lebih penting. Kalau IQ
adalah kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio yang membuat otak seseorang
mampu untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta, maka EQ
adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, serta
kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. Sedangkan
Spiritual Quotient (SQ) merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan memberi
makna pada apa yang dihadapi dalam kehidupan, sehingga seseorang akan memiliki
fleksibilitas dalam menghadapi persoalan di masyarakat1.
Jadi IQ membuat orang menjadi pintar, EQ membuat orang menjadi baik dan
Spiritual Quotient (SQ) membuat orang menjadi bijak. Kita ambil contoh sederhana,
seorang profesor (IQ) tidak akan diterima di kalangan masyarakat apabila dia tidak
memiliki kepribadian atau sifat yang baik (EQ), sedangkan orang yang memiliki sifat
yang baik (EQ) akan tetap diterima oleh masyarakat meskipun dia tidak sepintar profesor
(IQ). Faktanya seseorang tidak bisa menjadi baik jika tidak melalui proses bijak
sebelumnya walaupun itu sedikit.

1
2

Jadi sudah jelas kalau EQ dan SQ itu lebih penting bagi manusia sebagai
makhluk sosial. Dan secara khusus Spiritual Quotient (SQ) berperan dalam diri manusia
kaitannya dengan kehidupan dan keagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Spiritual Quotient (SQ)?
2. Apakah ciri-ciri dan fungsi Spiritual Quotient (SQ)?
3. Bagaimana metode Spiritual Quotient (SQ)?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian Spiritual Quotient (SQ).
2. Mendeskripsikan ciri-ciri dan manfaat Spiritual Quotient (SQ).
3. Mendeskripsikan metode Spiritual Quotient (SQ).
1.4 Manfaat
1. Mengetahui pengertian Spiritual Quotient (SQ).
2. Mengetahui ciri-ciri dan fungsi Spiritual Quotient (SQ).
3. Mengetahui metode Spiritual Quotient (SQ).
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Spiritual Quotient (SQ)


Kecerdasan berasal dari kata cerdas, secara etimologi cerdas yaitu sempurna
perkembangan akal budi untuk berfikir dan mengerti. Menurut kamus Webster
mendefinisikan kecerdasan sebagai: 1) kemampuan untuk mempelajari atau mengerti
pengalaman, kemampuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pengetahuan,
kemampuan mental, 2) kemampuan untuk memberikan respon secara cepat dan berhasil
pada situasi baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam memecahkan masalah.
Istilah spiritual berasal dari bahasa latin yang berarti sesuatu yang memberikan
kehidupan atau vitalitas pada sebuah sistem. Spiritualitas juga dipandang sebagai
peningkatan kualitas hidup, baik dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan
berorganisasi. Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa : (1)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat kebaikan,
kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari, keluarga,
organisasi, dan institusi. (2) Kecerdasan spiritual adalah cara kita menggunakan makna,
nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir dan pengambilan keputusan.
Zohar dan Marshall yang dikutip oleh Abdul Wahib Hasan menyatakan dengan
kalimat: “By SQ, I mean the intelligence with which we address and solve problems of
meaning and value, the intelligence with which we can place our actions and our lives in
a wider, richer, meaning and-giving context, the intelligence with we can assess that one
course of action or one life-path is more meaningful than other.” Selanjutnya menurut
Marsha Sinetar menyatakan: kecerdasan spiritual adalah pikiran yang mendapat
inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang lebih baik.
Aribowo dan Irianto menyatakan: kecerdasan spiritual berarti kemampuan kita
untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya sebagai makhluk spiritual
maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan memiliki kecerdasan spiritual berarti
kita memahami sepenuhnya makna dan hakikat kehidupan yang kita jalani. Melengkapi
pembahasan pengertian tentang kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian,
kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap

3
4

perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemiran tauhidi (integralistik) serta
berprinsip karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk dapat memberikan
makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta meningkatkan motivasi dalam bekerja
sehingga selalu bersemangat karena didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan
melainkan suatu ibadah.
2.2 Ciri-Ciri Spiritual Quotient (SQ)
Berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001), ciri-ciri
kecerdasan spiritual sebagai berikut:
1. Mempunyai kesadaran diri. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam
sehingga bisa menyadari antuasi yang datang dan menanggapinya.
2. Mempunyai visi. Ada pemahaman tentang tujuan hidupnya, mempunyai kualitas
hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
3. Fleksibel. Mampu bersikap fleksibel, menyesuaikan diri secara spontan dan aktif
untuk mencapai hasil yang baik, mempunyai pandangan yang pragmatis (sesuai
kegunaan) dan efisien tentang realitas.
4. Berpandangan holistik. Melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan
bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang
lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan serta melampaui,
kesengsaraan dan rasa sehat serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari
makna dibaliknya.
5. Melakukan perubahan. Terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi dan status quo, menjadi orang yang bebas merdeka.
6. Sumber inspirasi. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai
gagasangagasan yang segar dan aneh.
7. Refleksi diri, mempunyai kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok.
Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan semakin berkembang sampai pada
mengenali ciri-ciri Spiritual Quotient (SQ). berikut adalah beberapa hasil yang penulis
temukan;
5

1. Kesadaran Diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya bergabung,
pertama-tama mempunyai pusat internal, memberi makna dan autentisitas pada
proyek dan kegiatan saya.
2. Spontanitas. Istilah spontaneity berasal dari akar kata bahasa Latin yang sama dengan
istilah response dan responsibility. Menjadi sangat spontan berarti sangat responsive
terhadap momen, dan kemudian rela dan sanggup untuk bertanggung jawab
terhadapnya.
3. Terbimbing oleh visi dan nilai. Terbimbing oleh visi dan nilai berarti bersikap
idealistis, tidak egoistis, dan berdedikasi.
4. Holistik. Holistik adalah satu kemampuan untuk melihat satu permasalahan dari setiap
sisi dan melihat bahwa setiap persoalan punya setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
5. Kepedulian. Kepedulian merupakan sebuah kualitas dari empati yang mendalam,
bukan hanya mengetahui perasaan orang lain, tetapi juga ikut merasakan apa yang
mereka rasakan.
6. Merayakan Keberagaman. Menghargai orang lain dan pendapat-pendapat yang
bertentangan atas dasar perbedaan bukannya meremehkan perbedaan-perbedaan itu.
7. Independensi Terhadap Lingkungan. Independensi terhadap lingkungan berarti teguh,
terfokus, tabah, berpikiran independent, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi, dan
berkomitmen.
8. Bertanya “mengapa”. Keingintahuan yang aktif dan kecendurungan untuk
mengajukan pertanyaan “mengapa” yang fundamental sangat penting bagi segala
macam kegiatan ilmiah, yang merupakan semangat dan motivasi untuk meneliti
secara terus menerus.
9. Membingkai Ulang. Orang atau organisasi yang bisa membingkai ulang akan lebih
visioner, sanggup merealisasikan masa depan yang belum ada. Mereka terbuka
terhadap kemungkinan-kemungkinan.
10. Pemanfaatan Positif atas Kemalangan. Orang yang mengambil manfaat atas
kemalangan, mereka setia pada proyek atau sebuah ide dan memperjuangkannya,
tidak peduli betapa sulit dan menderitanya perjuangan itu.
6

11. Rendah Hati. Orang yang rendah hati tidak mementingkan ego, mereka menyadari
keberhasilan yang dicapai banyak bersandar pada prestasi orang lain dan pada
anugerah dan keberuntungan yang telah dicurahkan.
12. Rasa Keterpanggilan. Rasa keterpanggilan adalah pasangan aktif dari memiliki visi
dan mewujudkan visi tersebut.
2.3 Manfaat Spiritual Quotient (SQ)
Menurut Sukidi (2004:28-29) manfaat kecerdasan spiritual ditinjau dari dua sisi:
 Kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana kecerdasan spiritual bisa
mendidik hati kita untuk menjalin hubungna atas kehadirat Tuhan. Dengan berzikir
atau berdoa menjadikan diri lebih tenang.
 Kecerdasan spiritual mengambil metode horizontal, dimana kecerdasan spiritual
mendidik hati kita di dalam budi pekerti yangbaik. Di tengah arus demoralisasi
perilaku manusia akhir-akhir ini, seperti sikap destruktif dan masifikasi kekerasan
secara kolektif, kecerdasan spiritual tidak saja efektif untuk mengobati perilaku
manusia yang destruktif seperti itu, tetapi juga menjadi petunjuk (guidance) manusia
untuk menapaki hidup secara baik dan sopan.
Dari manfaat kecerdasan spiritual tersebut dapatlah dirinci sabagai berikut:
a. Menjadi lebih bijaksana.
b. Memiliki motivasi kerja yang tinggi.
c. Memiliki tanggung jawab yang baik.
d. Memiliki rasa keadilan dan tidak egois.
e. Memiliki kedisiplinan yang baik.
f. Bersifat integritas.
2.4 Indikator Spiritual Quotient (SQ)
Adapun indikator kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik di
antaranya:
1. Kemampuan bersikap fleksibel.
2. Tingkat kesadaran yang dimiliki tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Menjadikan hidup bermakna dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan
nilai-nilai.
7

5. Memiliki rasa tanggung jawab dan keengganan untuk menyebabkan kerugian yang
tidak perlu.
6. Berkaitan dengan keimanan.
7. Berzikir dan berdoa.
8. Memiliki kualitas sabar
9. Memiliki empati yang kuat.
Menurut Dahan Zohar dan Ian Marshall mengungkapkan beberapa faktor yang
empengaruhi kecerdasan spiritual yaitu:
1. Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kit. Ia mampu
menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu
mengorganisasikan diri.
2. Titik Tuhan (God Spot)
Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu
lobustemporal yang meningkat ketika pengalaman religius atau spiritual berlangsung.
Dia menyebutnya sebagai titik tuhan atau god spot. Titik tuhan memainkan peran
biologis yang menentukan dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik tuhan
bukan merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi
antara seluruh bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan spiritual anak. Dari faktor internal pembawaan anak, sedangkan faktor
eksternal yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan
. Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa : (1)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat
kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-
hari, keluarga, organisasi, dan institusi. (2) Kecerdasan spiritual adalah cara
kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir
dan pengambilan keputusan.
Aribowo dan Irianto menyatakan: kecerdasan spiritual berarti
kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya
sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan
memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya makna dan
hakikat kehidupan yang kita jalani. Melengkapi pembahasan pengertian
tentang kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan
spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemiran tauhidi
(integralistik) serta berprinsip karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk
dapat memberikan makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta
meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga selalu bersemangat karena
didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan melainkan suatu ibadah.
Ciri-ciri kecerdasan spiritual sebagai berikut:
1. Mempunyai kesadaran diri.
2. Mempunyai visi.
3. Fleksibel.
4. Berpandangan holistik.
5. Melakukan perubahan.

8
9

6. Refleksi diri, mempunyai kecenderungan apakah yang mendasar dan


pokok.
Adapun manfaat kecerdasan spiritual tersebut sabagai berikut:
a. Menjadi lebih bijaksana.
b. Memiliki motivasi kerja yang tinggi.
c. Memiliki tanggung jawab yang baik.
d. Memiliki rasa keadilan dan tidak egois.
e. Memiliki kedisiplinan yang baik.
f. Bersifat integritas.
3.2 Saran
3.2.1 Saran Institusi
Diharapkan kampus Akes Rustida menyediakan berbagai
referensi buku tentang pengembangan kepribadian yang lebih banyak
sehingga bisa bermanfaat bagi mahasiswa.

3.2.2 Saran Mahasiswa


Mahasiswa diharapkan mampu memahami materi ini dengan
baik sehingga bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonsia.


Ginanjar, Ary. 2001. Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga Wijaya Persada.
Gunawan,Adi W. 2005. Born to Be a Genius. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grouph.
Yusuf, Syamsu. 2012. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Remaja
Rosdakarya.
Zohar, Danah dan Ian Marshall. 2001. SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam
Berpikir Integralistik Dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan. Bandung : Mizan Media
Utamah.

10

Anda mungkin juga menyukai