Disusun oleh
Aury Krisnantika (14.401.20.007)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kecerdasan
Spiritual”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai salah satu metode pembelajaran bagi
mahasiswa D-III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Krikilan.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan kami dari buku dan internet. Dalam
penyusunan makalah ini, tentunya tidak lepas dari adanya bantuan pihak tertentu. Oleh karena
itu, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat diterima dan dapat berguna bagi semua pihak.
Penulis juga mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi
makalah ini.
Penyusun
i
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar..................................................................................................................i
Daftar isi.............................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................2
1.4 Manfaat ....................................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN ...................................................................................................3
2.1 Pengertian Spiritual Quotient (SQ).........................................................................3
2.2 Ciri-ciri Spiritual Quotient (SQ)..............................................................................4
2.3 Manfaat Spiritual Quotient (SQ).............................................................................6
2.4 Indikator Spiritual Quotient (SQ)...........................................................................6
BAB 3. PENUTUP.............................................................................................................8
3.1 Simpulan ..................................................................................................................8
3.2 Saran.........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
Jadi sudah jelas kalau EQ dan SQ itu lebih penting bagi manusia sebagai
makhluk sosial. Dan secara khusus Spiritual Quotient (SQ) berperan dalam diri manusia
kaitannya dengan kehidupan dan keagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Spiritual Quotient (SQ)?
2. Apakah ciri-ciri dan fungsi Spiritual Quotient (SQ)?
3. Bagaimana metode Spiritual Quotient (SQ)?
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian Spiritual Quotient (SQ).
2. Mendeskripsikan ciri-ciri dan manfaat Spiritual Quotient (SQ).
3. Mendeskripsikan metode Spiritual Quotient (SQ).
1.4 Manfaat
1. Mengetahui pengertian Spiritual Quotient (SQ).
2. Mengetahui ciri-ciri dan fungsi Spiritual Quotient (SQ).
3. Mengetahui metode Spiritual Quotient (SQ).
BAB 2. PEMBAHASAN
3
4
perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemiran tauhidi (integralistik) serta
berprinsip karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk dapat memberikan
makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta meningkatkan motivasi dalam bekerja
sehingga selalu bersemangat karena didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan
melainkan suatu ibadah.
2.2 Ciri-Ciri Spiritual Quotient (SQ)
Berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2001) dan Sinetar (2001), ciri-ciri
kecerdasan spiritual sebagai berikut:
1. Mempunyai kesadaran diri. Adanya tingkat kesadaran yang tinggi dan mendalam
sehingga bisa menyadari antuasi yang datang dan menanggapinya.
2. Mempunyai visi. Ada pemahaman tentang tujuan hidupnya, mempunyai kualitas
hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai.
3. Fleksibel. Mampu bersikap fleksibel, menyesuaikan diri secara spontan dan aktif
untuk mencapai hasil yang baik, mempunyai pandangan yang pragmatis (sesuai
kegunaan) dan efisien tentang realitas.
4. Berpandangan holistik. Melihat bahwa diri sendiri dan orang lain saling terkait dan
bisa melihat keterkaitan antara berbagai hal. Dapat memandang kehidupan yang
lebih besar sehingga mampu menghadapi dan memanfaatkan serta melampaui,
kesengsaraan dan rasa sehat serta memandangnya sebagai suatu visi dan mencari
makna dibaliknya.
5. Melakukan perubahan. Terbuka terhadap perbedaan, memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi dan status quo, menjadi orang yang bebas merdeka.
6. Sumber inspirasi. Mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang lain, mempunyai
gagasangagasan yang segar dan aneh.
7. Refleksi diri, mempunyai kecenderungan apakah yang mendasar dan pokok.
Seiring berjalannya waktu, ilmu pengetahuan semakin berkembang sampai pada
mengenali ciri-ciri Spiritual Quotient (SQ). berikut adalah beberapa hasil yang penulis
temukan;
5
1. Kesadaran Diri. Kesadaran bahwa saya, atau organisasi tempat saya bergabung,
pertama-tama mempunyai pusat internal, memberi makna dan autentisitas pada
proyek dan kegiatan saya.
2. Spontanitas. Istilah spontaneity berasal dari akar kata bahasa Latin yang sama dengan
istilah response dan responsibility. Menjadi sangat spontan berarti sangat responsive
terhadap momen, dan kemudian rela dan sanggup untuk bertanggung jawab
terhadapnya.
3. Terbimbing oleh visi dan nilai. Terbimbing oleh visi dan nilai berarti bersikap
idealistis, tidak egoistis, dan berdedikasi.
4. Holistik. Holistik adalah satu kemampuan untuk melihat satu permasalahan dari setiap
sisi dan melihat bahwa setiap persoalan punya setidaknya dua sisi, dan biasanya lebih.
5. Kepedulian. Kepedulian merupakan sebuah kualitas dari empati yang mendalam,
bukan hanya mengetahui perasaan orang lain, tetapi juga ikut merasakan apa yang
mereka rasakan.
6. Merayakan Keberagaman. Menghargai orang lain dan pendapat-pendapat yang
bertentangan atas dasar perbedaan bukannya meremehkan perbedaan-perbedaan itu.
7. Independensi Terhadap Lingkungan. Independensi terhadap lingkungan berarti teguh,
terfokus, tabah, berpikiran independent, kritis terhadap diri sendiri, berdedikasi, dan
berkomitmen.
8. Bertanya “mengapa”. Keingintahuan yang aktif dan kecendurungan untuk
mengajukan pertanyaan “mengapa” yang fundamental sangat penting bagi segala
macam kegiatan ilmiah, yang merupakan semangat dan motivasi untuk meneliti
secara terus menerus.
9. Membingkai Ulang. Orang atau organisasi yang bisa membingkai ulang akan lebih
visioner, sanggup merealisasikan masa depan yang belum ada. Mereka terbuka
terhadap kemungkinan-kemungkinan.
10. Pemanfaatan Positif atas Kemalangan. Orang yang mengambil manfaat atas
kemalangan, mereka setia pada proyek atau sebuah ide dan memperjuangkannya,
tidak peduli betapa sulit dan menderitanya perjuangan itu.
6
11. Rendah Hati. Orang yang rendah hati tidak mementingkan ego, mereka menyadari
keberhasilan yang dicapai banyak bersandar pada prestasi orang lain dan pada
anugerah dan keberuntungan yang telah dicurahkan.
12. Rasa Keterpanggilan. Rasa keterpanggilan adalah pasangan aktif dari memiliki visi
dan mewujudkan visi tersebut.
2.3 Manfaat Spiritual Quotient (SQ)
Menurut Sukidi (2004:28-29) manfaat kecerdasan spiritual ditinjau dari dua sisi:
Kecerdasan spiritual mengambil metode vertikal, bagaimana kecerdasan spiritual bisa
mendidik hati kita untuk menjalin hubungna atas kehadirat Tuhan. Dengan berzikir
atau berdoa menjadikan diri lebih tenang.
Kecerdasan spiritual mengambil metode horizontal, dimana kecerdasan spiritual
mendidik hati kita di dalam budi pekerti yangbaik. Di tengah arus demoralisasi
perilaku manusia akhir-akhir ini, seperti sikap destruktif dan masifikasi kekerasan
secara kolektif, kecerdasan spiritual tidak saja efektif untuk mengobati perilaku
manusia yang destruktif seperti itu, tetapi juga menjadi petunjuk (guidance) manusia
untuk menapaki hidup secara baik dan sopan.
Dari manfaat kecerdasan spiritual tersebut dapatlah dirinci sabagai berikut:
a. Menjadi lebih bijaksana.
b. Memiliki motivasi kerja yang tinggi.
c. Memiliki tanggung jawab yang baik.
d. Memiliki rasa keadilan dan tidak egois.
e. Memiliki kedisiplinan yang baik.
f. Bersifat integritas.
2.4 Indikator Spiritual Quotient (SQ)
Adapun indikator kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik di
antaranya:
1. Kemampuan bersikap fleksibel.
2. Tingkat kesadaran yang dimiliki tinggi.
3. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan.
4. Menjadikan hidup bermakna dan memiliki kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan
nilai-nilai.
7
5. Memiliki rasa tanggung jawab dan keengganan untuk menyebabkan kerugian yang
tidak perlu.
6. Berkaitan dengan keimanan.
7. Berzikir dan berdoa.
8. Memiliki kualitas sabar
9. Memiliki empati yang kuat.
Menurut Dahan Zohar dan Ian Marshall mengungkapkan beberapa faktor yang
empengaruhi kecerdasan spiritual yaitu:
1. Sel saraf otak
Otak menjadi jembatan antara kehidupan batin dan lahiriah kit. Ia mampu
menjalankan semua ini karena bersifat kompleks, luwes, adaptif dan mampu
mengorganisasikan diri.
2. Titik Tuhan (God Spot)
Dalam penelitian Rama Chandra menemukan adanya bagian dalam otak, yaitu
lobustemporal yang meningkat ketika pengalaman religius atau spiritual berlangsung.
Dia menyebutnya sebagai titik tuhan atau god spot. Titik tuhan memainkan peran
biologis yang menentukan dalam pengalaman spiritual. Namun demikian, titik tuhan
bukan merupakan syarat mutlak dalam kecerdasan spiritual. Perlu adanya integrasi
antara seluruh bagian otak, seluruh aspek dari dan seluruh segi kehidupan.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
kecerdasan spiritual anak. Dari faktor internal pembawaan anak, sedangkan faktor
eksternal yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
BAB 3. PENUTUP
3.1 Simpulan
. Menurut Zohar dan Marshall, penerjemah Helmy Mustofa : (1)
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang kita gunakan untuk membuat
kebaikan, kebenaran, keindahan, dan kasih sayang dalam kehidupan sehari-
hari, keluarga, organisasi, dan institusi. (2) Kecerdasan spiritual adalah cara
kita menggunakan makna, nilai, tujuan, dan motivasi itu dalam proses berpikir
dan pengambilan keputusan.
Aribowo dan Irianto menyatakan: kecerdasan spiritual berarti
kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita sepenuhnya
sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta. Dengan
memiliki kecerdasan spiritual berarti kita memahami sepenuhnya makna dan
hakikat kehidupan yang kita jalani. Melengkapi pembahasan pengertian
tentang kecerdasan spiritual menurut Ary Ginanjar Agustian, kecerdasan
spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
perilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemiran tauhidi
(integralistik) serta berprinsip karena Allah.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang dimiliki setiap manusia untuk
dapat memberikan makna, nilai dan tujuan dalam hidupnya serta
meningkatkan motivasi dalam bekerja sehingga selalu bersemangat karena
didasarkan bekerja bukanlah keterpaksaan melainkan suatu ibadah.
Ciri-ciri kecerdasan spiritual sebagai berikut:
1. Mempunyai kesadaran diri.
2. Mempunyai visi.
3. Fleksibel.
4. Berpandangan holistik.
5. Melakukan perubahan.
8
9
10