Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Pengantar Ilmu
DOSEN PENGAMPU:NURHAYATI,M.Pd.1.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq hidayahnya
serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah “Kecerdasan Spiritual” guna memenuhi
tugas sesuai dengan yang di harapkan. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi khalayak umum, dan
tidak lupa kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan
baik dalam kosakata ataupun isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sadar bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................2
A. LatarBelakang............................................................................................2
B. RumusanMasalah.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Asal Usul Danah Zohar..............................................................................3
B. Pengertian Kecerdasan Spiritual...............................................................4
C. Ciri Ciri Kecerdasan Spiritual...................................................................5
D. Ciri Ciri Meningkatkan Kecerdasan Spiritual...........................................5
E. Manfaat Kecerdasan Spiritual....................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dikatakan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan yang berada di luar diri yang
mempunyai hubungan dengan kearifan di luar ego atau pikiran sadar. Ia adalah kesadaran
yang tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada. Akan tetapi secara kreatif menemukan
nilai-nilai baru. Karena kecerdasan spiritual tidak bergantung dengan budaya dan nilai-
nilai yang telah ada dalam diri manusia, maka kecerdasan spiritual memungkinkan untuk
menciptakan nilai-nilai itu sendiri.
Kecerdasan spiritual (SQ), sangat penting dibentuk dalam diri peserta didik karena
untuk menciptakan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
dan berakhlak mulia memerlukan kecerdasan spiritual yang cukup, supaya nanti peserta
didik dapat menyeimbangkan kebutuhan rohani dan jasmaninya.
Dengan demikian, maka kecerdasan spiritual akan mendahului budaya dan ekpresi
agama apapun. Kecerdasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Bagi
sebagian kecerdasan spiritual mungkin menemukan cara pengungkapan melalui agama
formal tetapi beragama tidak menjamin kecerdasan spiritual tinggi. Agam formal adalah
seperangkat aturan dan kepercayaan yang dibebankan secara eksternal. Ia bersifat top
down, diwarisi dari pendeta, nabi dan kitab suci atau ditanamkan melalui keluarga dan
tradisi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian kecerdasan spiritual?
2. Apa ciri-ciri kecerdasan spiritual?
3. Apa fungsi dan tujuan kurikulum?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah perasaan terdalam akan makna dan nilai yang dapat
mengantarkan manusia pada kesuksesan dan kebahagian hidup. Mereka juga
mengatakan, Spiritual Quotient adalah "Our conscience" karena kecerdasan spiritual
menurut mereka adalah "Soul Intelligence" yang dapat membantu manusia untuk
membangun dirinya dengan utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Dan
sebuah kecerdasan yang dapat menyembuhkan manusia dari penyakit spiritual
(Spiritual Phatologi) dan berbagai ganggauan kesehatan mental (jiwa). Seperti
keterpurukan, kehinaan, ketidakberdayaan, keputusasaan, kecemasan, depresi dan
stress.
Dari gambaran dan penjelasan yang diberikan Zohar dan Marshall di atas, jelaslah
bahwa mereka menekankan pada aspek nilai dan makna sebagi unsur terpenting dalam
kecerdasan spiritual. Dengan demikian jantung atau intisari dari pemikiran kecerdasan
spiritual Zohar dan Marshall tidak lebih pada "Proses pemalaman hidup manusia
untuk lebih bermakna". Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai,
yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks
makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tidakan atau jalan
hidup seseoang lebih bermakna dibanding dengan orang lain. Zohar dalam bukunya
Spiritual Capital (2004:185) mengatakan bahwa SQ memungkinkan kita untuk
melangsungkan “permainan tak terbatas”. SQ memungkinkan kita untuk bermain
dengan batas-batas. SQ membuka peluang bagi kita untuk mengubah aturan-aturan
atau menyusun aturan-aturan baru. SQ membuat kita bisa mengkritisi apa-yangada
(what-is) dari sudut pandang apayang-mungkin (what might be). SQ adalah
kecerdasan transformatif yang membuka kemungkinan bagi kita untuk mengubah
paradigma lama dan menemukan paradigma baru. SQ punya kemampuan untuk
membingkai pola dan cara lama. SQ juga mempunyai kekuatan untuk meruntuhkan
motivasi lama dan membawa kita ke motivasi yang lebih tinggi.
3
Danah Zohar & Marshall (dalam Sukidi, 2004) sudah memberikan delapan elemen
untuk menguji secara awal sejauh mana kecerdasan spiritual kita. Barometer kepribadian
yang dipakai meliputi: 1. Kapasitas diri untuk bersikap fleksibel, seperti aktif dan adaptif
secara spontan. 2. Level kesadaran diri (selfawareness) yang tinggi. 3. Kapasitas diri untuk
menghadapi dan memanfaatkan penderitaan (suffering) 4. Kualitas hidup yang terinspirasi
dengan visi dan nilai-nilai. 5. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
(unnecessary harm). 6. Memiliki cara pandang yang holistik, dengan memiliki
kecenderungan untuk melihat keterkaitan di antara segala sesuatu yang berbeda. 7. Memiliki
kecenderungan nyata untuk bertanya: “mengapa” atau “bagaimana jika” dan cenderung
untuk mencari jawaban-jawaban yang fundamental (prinsip, mendasar). 8. Menjadi apa
yang disebut oleh psikolog sebagai “fieldindependent”, yaitu memiliki kemudahan untuk
bekerja melawan konvensi. Delapan barometer untuk menguji kecerdasan spiritual kita
dalam hidup sehari-hari sebagaimana tersebut di atas secara umum menggambarkan segi-
segi kearifan hidup secara meaningfull dan spiritual, yang menjadi dasar dan basis
kecerdasan spiritual (SQ), seperti kesadaran diri yang tinggi, fleksibel, kaya dengan visi dan
nilai-nilai.
Semua bentuk kecerdasan yang dimiliki oleh manusia berakar pada potensi atau fitrah
yang dianugerahkan oleh Allah. Demikian pula kecerdasan spiritual, dia bersumber dari
fitrah manusia itu sendiri. Berkaitan dengan SQ ini, temyata terdapat perbedaan dan
persamaan antara tokoh yang kecenderungarmya religius dan non religius. Berbeda pula
antara pendapat Danah Zohar sebagai tokoh Barat, dengan para tokoh Muslim seperti Al-
Ghazali, Ari Ginanjar, dan lain-lain.
Ciri-ciri kecerdasan spiritual secara umum menurut Zohar dan Marshall (2005:137):
4
5. Kepedulian. Merupakan sebuah kulitas dari empati yang mendalam, bukan hanya
mengetahui perasaan orang lain, tetapi juga ikut merasakan apa yang mereka rasakan.
6. Merayakan keragaman Keragaman yang sejati berarti mencintai atau minimal sangat
menghargai orang lain dan pendapat– pendapat yang bertentangan atas dasar pebedaan,
bukannya meremehkan perbedaan–perbedaan itu dan melihat perbedaan sebagai
peluang.
7. Independensi terhadap lingkungan yaitu satu istilah psikologis yang berarti
kesanggupan untuk menentang orang banyak atau bahkan menentang keputusan yang
sebelumnya dibuat oleh pemikiran diri sendiri. Independensi terhadap lingkungan
berarti teguh, terfokus, tabah, berpikiran independen, kritis terhadap diri sendiri,
berdedikasi, dan berkomitmen
8. Kecenderungan untuk mengajukan pertanyaan fundamental “mengapa?” Kebutuhan
untuk memahami segala sesuatu, mengetahui intinya. Dasar untuk mengkritisi apa yang
ada. Keingintahuan yang aktif dan kecenderungan mengajukan pertanyaan fundamental
“mengapa?” sangat penting bagi segala macam semangat ilmiah yang merupakan
semangat untuk meneliti terus menerus
9. Kemampuan untuk membingkai ulang Pembingkaian ulang mensyaratkan agar kita
menjauh dari satu situasi, sugesti, strategi, atau masalah guna mencari gambaran yang
lebih lengkap, konteks yang lebih luas. Halangan paling besar untuk membikai ulang
problem-problem adalah pikiran kita sendiri. Sebab, faktanya kebanyakan dari kita
selalu berpikir dalam batas-batas, dalam sejumlah asumsi. Orang yang bisa membingkai
ulang akan lebih visioner, sanggup membayangkan masa depan yang belum ada,
terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan, sangat kreatif, berpandangan luas, kritis
terhadap diri sendiri dan berjiwa petualang
10. . Memanfaatkan kemalangan secara positif Mengambil manfaat dari kemalangan adalah
salah satu ciri kecerdasan spiritual karena sikap itu memungkinkan kita untuk belajar
dari kesalahan dan memanfaatkannya. Kesalahan mengajari kita untuk mengetahui
batas-batas itu, tetapi seringkali untuk melampauinya. Lebih mendalam lagi, mengambil
manfaat dari kelamangan menuntut pengakuan akan sebuah fakta tragis bahwa tidak
semua masalah memiliki solusi, tidak semua perbedaan dapat didamaikan, biarpun
demikian, anda harus mampu untuk tetap melangkah maju.
11. Rendah hati yang sehat memberi perasaan bahwa kita adalah pemain dalam drama besar
dan membuat kita lebih sadar akan sifat-sifat baik dan prestasiprestasi orang lain yang
membantu keberhasilan kita. Pada level yang lebih spiritual, perasaan rendah hati
membuat kita bersentuhan dengan kesadaran bahwa nilai penting sejati dari diri kita
muncul dari sesuatu yang lebih ketimbang ego kita semata.
12. Rasa keterpanggilan adalah pasangan aktif dari memiliki visi. Perasaan terpanggil itu
lebih jauh mendalam ketimbang semata-mata memiliki ambisi atau tujuan. Sifat
esensial dari keterpanggilan adalah perasaan bahwa “hal itu harus terwujud”. Rasa
terpanggil biasanya mengikuti rasa syukur yang mendalam, sebuah perasaan bahwa
saya sudah menerima sangat banyak dan sekarang saya ingin memberi.
Indikator tersebut, bisa dipahami bahwa SQ lebih pada pencapaian kebahagian hidup
dunia, yang meliputi ketenangan jiwa, berkepribadian, kesabaran menghadapi masalah
5
dan rasa sakit, mampu memilih sesuatu yang perlu, dan bahkan mencari hakikat
kebenaran permasalahan yang ada dengan kaca mata keduniawian.
Jadi, menurut Danah Zohar secara umum kita dapat meningkatkan SQ dengan
meningkatkan penggunaan proses tersier psikologis kita yaitu kecenderungan kita untuk
bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa ke
permukaan asumsiasurnsi mengenai makna di balik atau di dalam sesuatu, menjadi
lebih suka merenung, sedikit menjangkau di luar diri kita, bertanggung jawab, lebih
sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.
6
D. Manfaat Kecerdasan Spiritual
Dalam pendidikan Islam, kecerdasan spiritual juga dianggap penting untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih luas, yaitu menciptakan manusia yang utuh secara spiritual.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA
https://pojokpendidikan.or.id/manajemen-kurikulum-sekolah-pengertian-fungsi-dan-
prinsip/
https://yunandra.com/empat-komponen-kurikulum-pendidikan-yunandra/
http://ghufrondimyati.blogspot.com/2014/05/pengkur-9-implementasi-kurikulum.html/
9
10