Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KEBERAGAMAAN MANUSIA

Makalah ini dibut untuk memenuhi mata kuliah

PSIKOLOGI UMUM
Dosen Pengampu : Duna Izfanna

Disusun Oleh: (Kelompok 11)


Syifa Trisnawati (22012029)
Abdulloh Alfarizi (22012063)

PRODI: MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS DARUNNAJAH
JAKARTA
2023

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “konsep keberagaman manusia” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad shallahu ‘alaihi wasallam yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah atas limpahan nikmat-Nya, baik berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Psikologi umum.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, kami menyadari akan kemampuan kami yang masih amatir. Dalam makalah ini
kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi kami yakin makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar
lebih maju di masa yang akan dating.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “konsep keberagaman manusia” ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

A. Latar belakang masalah....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................6

A. Pengertian sikap keberagamaan......................................................................


B. Tahap perkembangan agama pada masa anak anak.....................................
C. Sikap keberagamaan pada orang dewasa.......................................................
D. Manusia lanjut usia dan agama........................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................11

A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa yang didalam ha ini muncul
berbagai macam istilah, antara lain ruh, nafs, manusia sebagai objek psikologi memiliki
kebutuhan baik jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan
dalam hidupnya. Dalam tingkat urgensitas, kebutuhan inilah manusia tidak akan mampu
terlepas dari kodratnya, yaitu kodrat bahwa manusia membutuhkan tuhan atau dalam bahasa
sederhana manusia membutuhkan agama atau kepercayaan yang dijadikan pedoman dalam
hidup untuk mencapai kebahagiaan atas dasar inilah manusia akan memahami esensi
kehidupan yang sesungguhnya tentang siapa, dari mana sekaligus untuk apa mereka
diciptakan

Agama pada dasarnya harus ditanamkan pada manusia dengan tahapan sesuai dengan usia
dan kebutuhan masing masing agar sesuai dengan kemampuan manusia untuk menerima
kenyataan akan hal hal yang tidak selamanya rasional. Untuk itu, perlu disesuaikan ajaran
agama dengan pola fisik maupun psikis manusia yang dalam hal ini menunjukkan peran hal
penting psikologi yang menjadikannya berkaitan erat dengan agama. Pemahaman adalah
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,menerjemahkan atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang diterima

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap Keberagamaan
Sikap keberagamaan adalah suatu keadaan diri seorang dimana setiap melakukan atas
aktivitasnya selalu bertautan dengan agamanya. Semua aktivitas dilakukan berdasarkan
keyakinan hati dilandasi dengan keimanan. Manusia dalam setiap kehidupan dan perilaku harus
selalu selaras dengan apa ang diyakini dalam agama sehingga tidak tersesat kedalam hal yang
merugikan atau menjerumuskan dalam kehidupannya.

Sikap keberagamaan menurut jalaluddin adalah suatu keadaan dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan ketaatan terhadap agama. Sikap
keberagamaan tersebut adanya konsistensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur
kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur afektif dan perilaku terhadap agama sebagai
unsur konatif.

Sikap keberagamaan adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui
pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada
semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya.

Berdasarkan teori diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap keberagamaan merupakan
penyatuan secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama serta tindak keagamaan
menyangkut atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan. Agama dalam kehidupan individu
berfungsi sebagai suatu system nilai yang memuat norma norma menjadi kerangka acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan beragama yang diminatinya, sebagai
system nilai agama memiliki arti yang khusus dalam kehidupan individu serta dipertahankan
sebagai bentuk ciri khas. Manusia memiliki bentuk system nilai tertentu, system nilai ini
merupakan seseuatu yang dianggap bermakna bagi dirinya. System ini dibentuk melalui belajar
dan proses sosialisasi. Perangkat system nilai ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, institusi
pendidikan dan masyarakat luas

5
B. Tahap perkembangan agama pada masa anak anak

Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi
tiga bagian: pertama, the fairly tale singe(tingkat dongeng). Pada tahap ini anak yang berumur 3-
6 tahun, konsep mengenai tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam
menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantasi yang diliputi oleh dongeng
dongeng yang kurang masuk akal, cerita akan nabi akan di khayalkan seperti yang ada dalam
dongeng dongeng.

Kedua, pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi
ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa kanak kanak karena
sesuai dengan jiwa kekanak kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan
pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang tuhan lebibh bernada individual,
emosional, dan spontan tapi penuh arti teologis

Ketiga. The realistis stage (tingkat kepercayaan) pada tingkat ini pemikiran anak tentang tuhan
sebagai bapak beralih pada tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan tuhan yang pada awalnya
terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika. Pada
tahap ini terdapat satu hal yang harus digaris bawahi bahwa anak usia 7 tahun dipandang sebagai
permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan
melakukan solat pada usia dini dan dipukul apabila melanggarnya

Keempat. The individual stage (tingkat individu) sebagai makhuk ciptaan tuhan, sebenernya
potensi agama sudah ada pada setiap manusia sejak ia dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan
untuk mengabdi kepada sang pencipta. Dalam terminology islam, dorongan ini dikenal dengan
hidayat al-diniyyat berupa benih benih keberagamaan yang dianugerahkan tuhan kepada
manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini manusia pada hakikatnya adalah makhluk
beragama. Namun, keberagamaan tersebut memerlukan bimbingan agar dapat tumbuh dan
berkembang secara benar

6
C. Sikap keberagamaan pada orang dewasa

Masa kita dewasa merupakan kelanjutan dari masa remaja dan pada periode ini biasanya
manusia sudah mapan secara psikologis. Dari segi perkembangan jiwa keagamaan pada usia ini
belum banyak dikemukakan oleh para ahli, pada umumnya yang banyak dibahas secara fisik
dalam bentuk pertumbuhan sudah berakhir pada masa ini dan umumnya mereka sudah
meninggalkan bangku pendidikan menengah. Elizabeth B Horlock membagi masa dewasa
menjadi 3 bagian

1. Masa dewasa awal

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa
yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi social, periode komitmen
dan ketergantungan, perubahan nilai nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang
baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

2. Masa dewasa madya

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri ciri yang menyangkut
pribadi dan social antara lain: masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan
wanita meninggalkan ciri ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya memasuki suatu periode
dalam kehidupan dengan ciri ciri jasmani dan perilaku yang baru. Perhatian terhadap agama jauh
lebih besar dibandingkan masa sebelumnya, dan kadang kadang minat dan perhatiannya terhadap
agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan social.

3. Masa lanjut usia

Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan lahan dan
bertahap dikenal dengan istilah “senescene” yaitu masa proses menjadi tua. Usia lanjut adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu peiode dimana seseorang telah
beranjak jauh dari pada periode terdahulu. Masa ini dimulai dari umur 60 sampai mati. Yang
ditandai dengan adanya perubahan fisik dan psikologis yang semakin menurun.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masa dewasa itu terbagi menjadi tiga bagian, yaitu masa dewasa
awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut yang masing masing terdapat kisaran umur yang
berbeda beda. Kematangan jiwa orang dewasa setidaknya memberikan gambaran tetang

7
bagaimana sikap keberagamaan orang dewasa. Mereka memiliki tanggung jawab terhadap
system nilai yang dipilihnya, baik system nilai yang bersumber dari ajaran agama maupun
bersumber dari norma norma lain dalam kehidupan dan pemilihan nilai tersebut telah didasari
kepada pertimbangan pemikiran yang matang.

Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai nilai yang
dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman
pengertian dan perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi
orang dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut ikutan. Sejalan dengan
tingkat perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain
memiliki ciri ciri sebagai berikut

a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan


hanya sekedar ikut ikutan
b. Cenderung bersifat realis, sehingga norma norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku
c. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma norma agama, dan berusaha untuk
mempelajarinya dan memperdalam pemahaman keagamaan
d. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga
sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup
e. Bersikap lebh terbuka dan wawasan yang lebih luas.
f. Bersikap kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama selain
didasarkan atas pertimbangan pemikiran, juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani
g. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe tipe kepribadianmasing masing,
sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami, serta
melaksanakan ajaran agama yang diyakininya
h. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan social, sehingga
perhatian terhadap kepentingan organisasi social keagamaan sudah berkembang

8
D. Manusia lanjut usia dan agama

Menurunnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan ditempat agama pada usia lanjut karena
tidak ada minat adalah lebih sedikit dari pada karena factor factor lain, seperti kesehatan
memburuk, tidak ada transwportasi, malu karena tidak mampu menyumbang uang, dan perasaan
tidak dibutuhkan oleh anggota organisasi tempat agama yang lebih muda. Wanita lebih banyak
berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan daripada pria karena kesempatan yang mereka berikan
untuk hubungan social. Semakin lanjut usia, seseorang biasanya mereka menjadi semakin kurang
tertarik pada kehidupan akhirat dan lebih mementingkan tentang kematian itu sendiri serta
kematian dirinya. Pendapat semacam ini benar, khususnya bagi orang orang yang kondisi fisik
mentalnya semakin memburuk. Ciri ciri keberagamaan usia lanjut

a. Kehidupan keagamaan pada manusia lanjut usia sudah mencapai tingkat pemanfaatan
b. Meningkatnya kecendrungan menerima pendapat keagamaan
c. Mulai muncul pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih
sungguh sungguh
d. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama
manusia serta sifat sifat luhur
e. Timbul rasa takut pada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
lanjutnya
f. Perasaan takut pada kematian berdampak pada peningkatan pembentukan sikap
keagamaan dan kepercayaan terhadap kehidupan abadi di akhirat

9
E. Perlakuan terhadap manusia lanjut usia

Kondisi uzur diusia tua menyebabkan manusia usia lanjut sering dibayang banyangi oleh
perasaan tak berdaya dalam menghadapi kematian dan rasa takut akan kematian ini semangkit
meningat pada usia tua. Untuk menghilangkan kecemasan batin ini maka bimbingan dan
penyuluhan sangat diperlukan oleh mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini.

Makin bertambah usia akan semakin tersiksa dirinya. Untuk mengatasi masalah kendala
psikologis seperti ini, umumnya manusia lanjut usia ini akam menempuh berbagai jalan yang
diperkirakan dapat meredam gejolak batinnya. Diantara alternative cenderung yang akan dipilih
adalah ikut aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, kegiatan social kegamaan, ikut dalam kegiatan
organisasi politik ataupun menulis otoboigrafi

Tujuan utama dari aktifitas yang ditekuni itu merupakan bagian dari perwujudan perilaku
kompensatif. Upaya untuk mengisi kekosongan batin yang sudah kehilangan dukungan nyata,
hingga dengan kegiatan yang dilakukan akan timbul pengakuan khalayak terhadap dirinya
kegiatan dan aktivitas tersebut merupakan ungkapan “bahwa aku masih yang dulu”.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Cara untuk menjaga kesehatan mental anak melalui pendidikan agama islam antara lain:
Ipertama, menanamkan rasa keagamaan terhadap anak. Dengan memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang agama, agar anak dapat mengenal lebih dekat dengan sang pemberi petunjuk
yaitu Allah Swt. Kedua, membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa anak melalui
pendidikan agama islam. Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa anak dapat
diusahakan melalui pembentukan pribadi dengan pengalaman keagamaan terhadap diri anak baik
dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun masyarakat

Beragama bagi orang dewasa dan lanjut usia sudah merupakan sikap hidup dan bukan
sekedar ikut ikutan oleh karena itu, kemampuan orang dewasa dan manusia lanjut usia mengenali
atau memahami nilai ajaran agama terletak pada nilai nilai luhur yang hakiki sehingga
menjadikan nilai nilai tersebut dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari
kematangan beragama. Dengan demikian kematangan beragama terlihat dari kemampuan
seseorang untuk memahami, menghayati, serta mengaplikasikan nilai nilai luhur ajaran agama
dalam kehidupan sehari hari tidak hanya sebatas kehidupan dunia tetapi kehidupan ukhrowi.

B. Saran
Dalam penulisan tuisan ini kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu berbagai saran dan kritik dari pembaca yang bersifat konstruktif
sangat diharapkan sekali, guna untuk menyempurnakan tulisan ini, atas saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca diucapkan terimakasih

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Ahyadi. (2003). Psikologi agama. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Desminta. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosakarya

Djamaluddin Ancok & Fuat Nashori Suroso. (1994). Psikologi islam. Yogyakarta: pustaka
belajar

Sarlito W Sarwono. (1974) Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang

Sutarto, Pengembangan Sikap Keberagamaan Peserta Didik. dalam Jurnal bimbingan dan
konseling islam vol. 2, no. 1, 2018.

Sanusia Iwan. Program Pengembangan Keberagamaan Peserta Didik di SMA Melalui Kegiatan
Pembelajaran. Studi kasus di SMA Negri 5 Bandung

Wildan, Dian. Perkembangan Agama Dan Keberagamaan Peserta Didik Usia SD

12

Anda mungkin juga menyukai