Oleh :
KOSRA HELMINSWITA
NIM 2001 202 018
PRODI PAI
SEMESTER VII
DOSEN PENGAMPU :AFRIZEN, S. Ag, M. Pd
Puji syukur kami ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat- Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Bpk dosen yang telah memotifasi saya dalam mpembuatan makalah ini dan
terimaksih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik fikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalh ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dalam penyusunan, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalh ini.
Penyusun
PENDAHULUAN
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan lahir maupun bathin, akan tetapi
kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh manusia
lainnya
Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, karena manusia
merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang Maha Kuasa
tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia
dilandasi kepercayaan beragama. Sikaporang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika
kebutuhan akan beragama tertanam dalam dirinya.
Kestabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang,
bukanlah kestabilan yang statis. Adanya perubahan itu terjadi karena proses pertimbangan
fikiran, pengetahuan yang dimiliki dan mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku
keagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai nilai yang
dipilihnya.
Dalam hal ini dapat dipahami yang dimaksud dengan ilmu psikologi ialah psikologi
berasal dari perkataan yunani pysce yang artinya jiwa, dan logos yang artinya ilmu. Jadi secara
etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam macam
gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya ( ilmu jiwa ). Secara umum psikologi diartikan
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari gejala- gejala jiwa
manusia.
Sedangkan yang dimaksud psikologi agama adalah psikologi agama terdiri dari dua
paduan kata, yakni psikologi dan agama. Kedua kata inimempunyai makna yang berbeda.
Psikologi diartikan sebagai ilmu yang mmempelajari gejala jiwa manusia yang normal, dewasa
dan beradab.
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu psikologi dan agama. Yang dimaksud
psikologi itu sendiri ialah sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia yang normal,
dewasa dan beradab. Sedangkan menurut Roberth H. Thoules, psikologi sekarang
dipergunakan secara umum untuk ilmu tentang tingkah laku dan pengalaman manusia. P
sikologi juga biasa disebut dengan ilmu jiwa yang membahas berbagai keadaan jiwa dan juga
meneliti kehidupan mental, baik yang disadari maupun yang tidak disadari dengan semua
gejala lahir bathin
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu yang meneliti dan
mempelajari sikap dan tingkah laju manusia sebagai gambaran dari gejala gejala kejiwaan
yang da dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri bersifat abstrak maka untuk mempelajari
kejiwaan manusi hanya mungkin dilihat dari gejala yang tampak, yaitu tingkah laku yang
ditampilkannya.
Ilmu jiwa agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah orang atau
mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang, karena cara seseorang berfikir, bersikap,
bereaksi dan bertingkah laku, tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya. Karena keyakinan itu
masuk dalam konstruksi kepribadiannya. Betapapun macam definisi agama yang diberikan
oleh para ahli namun bagi kita yang paling penting adalah agama yang dirasakan dengan hati,
fikiran dan dilaksanakan dalam tindakan serta memantul dalam sikap dan cara menghadapi
hidup pada umumnya atau dengan ringkas yang kita teliti adalah proses kejiwaan terhadap
agama dan pengaruhnya dalam hidup pada umumnya.
Jadi secara ringkas dapat kita simpulkan bahwa psikologi agama atau ilmu jiwa agama
menjelaskan pekerjaan fikiran seseorang terhadap agama, baik ia orang yang tahu beragama,
acuh tak acuh, anti agama, yang berarti bahwa yang diungkapkan dan dijelaskan adalah
proses mental orang tersebuet sebagaimana dalam ilmu jiwa pada umumnya.
Berkaitan dengan ruang lingkup dari psikologi agama, maka ruang kajiannya adalah
mencakup kesadaran agama yang berarti bagian atau segi agama yang hadir dalam fikiran,
yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama, dan pengalaman agama berarti unsur
perasaan dalam kesadarn beragama yakni perasaan yang membawa kepada keyakinan yang
dihasilkan oleh tindakan – amaliah dengan kata lain bahwa psikologi agama mempelajari
kesadaran agama pada seseorang yang pengaruhnya terlihat dalam kelakuan dan tindakan
agama orang itu dalam hidupnya.
Dalam hal ini psikologi agama telah dimanfaatkan dalam berbagai ruang kehidupan,
misalnya dalam bidang pendidikan, perusahaan, pengobatan, penyuluhan narapidana di LP
dan pada bidang bidang lainnya.
Disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki ruang lingkup pembahasannya
tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari masalah agama lainnya.
Pernyataan Robert Thoules, memusatkan kajiannya pada agama gama yang hidup dalam
budaya suatu kelompok atau masyarakat itu sendiri. Kajiannya terpusat pada pemahaman
terhadap prilaku keagamaan dengan menggunakan pendekatan psikologi.
Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat menyatakan bahwa lapangan penelitian psikologi
agama mencakup proses beragama, perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan
akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan (terhadap suatu agama yang
dianut). Oleh karena itu menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian
psikologi agama mengenai :
1. Bermacam macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut serta dalam
kehidupan beragama orang biasa ( umum ). Contoh : perasaan tenang, pasrah dan
menyerah.
2. Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap
Tuhannya. Contohnya kelegaan bathin.
3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup
sesudah mati / akhirat pada tiap tiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang
berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan pahala yang turut memberi
pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan.
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap
ayat-ayat suci kelegaan bathinnya.
Setelah mengetahui ruang lingkup dan dasar-dasar psikologi agama, maka marilah kita belajar
memahami tugas dari psikologi agama yang memiliki fungsi :
1. Menerangkan prilaku yang menyimpang pada diri manusia sesuai dengan syariat
2. Memprediksi tingkah laku pada manusia sesuai dengan syariat.
3. Mengontrol prilaku yang dilakukan manusia agar tidak terjadi penyimpangan.
4. Mengarahkan manusia untuk mencapai ridho ALLAH SWT.
Dengan demikian kehadiran psikologi agama dipenuhi dengan suatu misi besar. Yaitu
menyelamatkan manusia dan mengantarkan manusia untuk memenuhi kecendrungan
alaminya untuk kembali pada ALLAH SWT. Karena tugas final psikologi agama itu
menyelamatkan manusia, maka psikologi harus memanfaatkan ajaran-ajaran agama.
Psikologi adalah ilmu yang meneliti dan mempelajari sikap dan tingkah laku manusi
sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaan yang ada dibelakangnya. Karena jiwa itu sendiri
bersifat abstrak maka untuk mempelajari kejiwaan manusia hanya mungkin dilihat dari gejala
yang tampak, yaitu tingkah laku yang ditampilkannya. Sedangkan menurut Harun Nasution
pengertian agama berdasarkan asal kata Al- Din berarti undang-undang atau hukum.
Kemudian dalam bahasa arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh,
utang, balasan, kebiasaan.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa psikologi agama atau ilmu jiwa agama
menjelaskan pekerjaan pikiran dan perasaan seseorang terhadap agama, baik ia orang tahu
beragama, acuh tak acuh, atu anti agama, yang berarti bahwa yang diungkapkan dan
dijelaskan adalah proses mental orang tersebut sebagaimana dalam ilmu jiwa pada
umumnya.