FILSAFAT ILMU
TENTANG
METODE ILMU
Disusun oleh :
Kelompok 6
Dosen pengampu
1443 H / 2021 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk berpikir, yang dengan aktivitas berpikirnya itu manusia
berfilsafat, berilmu pengetahuan, dan berteknologi. Sejak manusia tercipta, aktivitas itu ada
berkembang, dan meningkat terus, seiring dengan perkembangan tantangan setiap zaman.
Ada tiga jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat, pengetahuan ilmu dan
teknologi, serta pengetahuan agama. Dari ketiga jenis ini, pengetahuan ilmu inilah yang
dibahas dalam makalah ini, yaitu dalam kajian metodenya.
Stuart Chase dalam bukunya The Proper Study of Mankind membagi ilmu
pengetahuan adalah m atas tiga kelompok besar, yaitu ilmu sosial, alam, dan humaniora.
Ilmu pengetahuan memiliki hubungan dengan filsafat yaitu sama-sama memberikan
pemahaman, hanya saja filsafat lebih dalam menunjukkan sebab-sebab yang terakhir,
sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi tidak begitu mendalam.
Demikian sekilas gambaran umum tentang makalah ini, dengan judul “Metode Ilmu
Pengetahuan”, untuk lebih lengkapnya disajikan dalam pembahasan berikutnya.
Rumusan Masalah:
1. Apa itu Metode Ilmu Pengetahuan
2. Pembagian Ilmu Pengetahuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas
terhadap masyarakat. 2
b. Objek kajian ilmu Sosial
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada dua macam obyek ilmu
pengetahuan, yaitu: obyek materia dan obyek forma. Obyek materia ialah seluruh lapangan
atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu. Obyek forma ialah obyek materia
yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dariilmu lainnya, jika
berobyek materia yang sama.
Pada garis besarnya obyek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia. Maka dalam
hal ini obyek penyelidikan ilmu sosial adalah manusia, tegasnya tingkah laku manusia.
4
dengan ilmu alam. Namun sekarang beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak
menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula pendekatan interdisiplin dan lintas disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang
mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek
dalam metode ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima
oleh bagian terbesar masyarakat, disebabkan ilmu-ilmu tersebut belum berkembang.
Sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang berubah-ubah. Oleh
karena itu, hingga kini belum diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-
unsur di dalam masyarakat secara lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu alam yang telah
lama berkembang, sehingga telah mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan
diterima oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena objeknya bukan manusia.
Menurut Elgin F. Hunt metode ilmu (dalam hal ini : ilmu pengetahuan ilmu sosial) itu
meliputi enam bagian, yaitu:
1. Observasi
2. Perumusan masalah
3. Mengumpulkan dan mengklafikasikan fakta tambahan yang baru
4. Mengadakan generalisasi
5. Perumusan hipotesa
6. Mengadakan testing dan verifikasi
5
pengetahuan alam atau sains. Sund dan Trowbrige merumuskan bahwa sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses.[7]
b. Objek Ilmu Alam
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam, maka obyek penyelidikan adalah
alam semesta sejauah berada dalam waktu dan ruang.
“ manusia yang seharusnya menarik perhatian kita itu, adalah sebagian dari suatau alam tak
terhingga dan ia sendiri di antara makhluk-makhluk hidup bertubuh, bisa atau memiliki
kesanggupan untuk mempertimbangkan (mengawasi, mempertimbangkan) alam ini,
mengadakan percobaan-percobaan dan menduga adanya hubungan-hubungan dan undang-
undang antara kenyataan-kenyataan. Ia juga menjadi obyek dari percobaan-percobaan dan
perhatian pengawas. Kalau kita mengetahui bahwa pengetahuan adanya undang-undang yang
berlaku atas dunia hidup itu bisa menerangi arti dari manusia dengan menerangkan wujudnya
di muka bumi, tali-tali yang mempersatukan dia dengan bentuk-bentuk hidup lainnya dan
perbedaan-perbedaan yang memberi sifat-sifat kepadanya, maka kita harus mempelajari
evolusi (perkembangan) dari seluruh dunia dari awalnya, tanpa lupa bahwa observasi kita itu
bisa tertutupoleh alat observasi kita sendiri.”
Ciri-ciri dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah, bahwa ilmu-ilmu itu
melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi indrawi secara
langsung. Data-data indrawi yang merupakan objeknya, harus dimengerti tepat menurut
penampakannya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki, diawasi, diidentifikasi dan
diklasifikasikan secara ilmiah, yaitu digunakannya instrumen-instrumen sebagai alat bantu.
Eksperimentasi Ilmu-ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang
semula sulit diamati, seperti elektron dan multi-protein.
Ilmu-ilmu kelaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-mata
bersifat empiris-eksperimental. Suatu aksi tertentu dapat melahirkan reaksi tertentu pula,
hukum aksi reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang spesifik. Oleh karena itu,
eksperimen-eksperimen yang dilakukan dapat diulangi. Kelebihan dari objek kealaman ini
adalah; jumlah variabelnya sangat terbatas dan gejala fisik yang diamati pada umumnya
seragam. 3
c. Cabang-cabang Ilmu Alam
Ilmu-ilmu pengetahuan alam (Natural Sciences) terbagi atas beberapa cabang, yaitu:
1) biologi
3 http://mudjiarahardjo.com/artikel/322-ilmu-alam-ilmu-sosial-dan-ilmu humaniora-dalam-memandang-realitas-
sebuah-renungan-bagi-pemula.html, diakses pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2021.
6
1. Antropologi fisik
2. Ilmu kedokteran
3. Ilmu farmasi
4. Ilmu pertanian
5. Ilmu pasti
6. Ilmu alam
7. Ilmu teknik
8. Geologi
Kesemuanya itu dilakukan dengan cermat, dengan tujuan menempatkan alam fisis
empiris di bawah kekuasaan hukum, yang memungkinkan manusia meramalkan apa yang
terjadi dalam keadaan-keadaan tertentu.
Metode yang digunakan dalam ilmu alam bersifat siklus-empirik yang menunjuk pada
dua hal pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan
secara berulang-ulang, dan empirik yang menunjuk pada sifat bahan yang diselidiki (bersifat
indrawi).
C. Perbedaan Ilmu Sosial dengan Ilmu Alam
Mengkontraskan Ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora bukan
berarti menempatkan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, atau yang satu
lebih bermanfaat dari yang lain. Tetapi yang satu berbeda dengan yang lain karena wilayah
atau meminjam istilah paradigma positivistik, objek kajiannya memang berbeda. Allah
menciptakan dunia seisinya dengan sempurna dan berpasang-pasangan. Jika ada siang dan
malam, ada baik dan buruk, ada tinggi dan rendah yang semuanya untuk menunjukkan tanda-
7
tanda kekuasaannya, maka dalam kajian ilmu pengetahuan ada fakta sosial dan ada definisi
sosial. Jika ilmu alam bertugas mengkaji fakta sosial yang empirik, maka ilmu sosial dan
ilmu-ilmu humaniora bertugas mengkaji defenisi sosial yang abstrak dan simbolik.
Tentu saja karena objek materialnya berbeda, maka metode dan cara untuk
memperolehnya juga berbeda. Dalam bahasa filsafat ilmu, jika ontologinya berbeda, maka
epistemologinya pasti berbeda. Contoh sederhananya menangkap ikan tidak bisa dengan
pisau atau sabit yang tajam, melainkan jala atau pancing. Begitu juga memotong rambut tidak
dengan sabit atau pisau, melainkan gunting. Singkatnya, materi menentukan alat, bukan
sebaliknya. An object determines a means. Karena itu, terjadi kesalahan serius jika seorang
peneliti atau pengkaji ilmu sosial dan humaniora yang ingin mengetahui persepsi seseorang
terhadap sebuah gejala sosial menggunakan tes atau obervasi untuk memperolehnya.
Begitu juga kesalahan yang sama terjadi jika peneliti ingin mengetahui kemampuan
atau kompetensi seseorang dalam bidang tertentu dengan menggunakan cara wawancara.[13]
Dibandingkan dengan ilmu alam yang telah mengalami kemajuan pesat, ilmu sosial
agak tertinggal. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa ilmu sosial tidak akan mencapai
kepada artian ilmu yang sebenarnya. Di pihak lain ada yang berpendapat bahwa lambat laun
ilmu sosial walaupun tidak akan mencapai derajat yang sama dengan ilmu alam. Menurut
kalangan lain bahwa tidak dapat diduga bahwa ilmu sosial masih belum dewasa. Meskipun
begitu mereka beranggapan bahwa penelitian ilmu sosial dan ilmu alam memiliki derajat
keilmuan yang sama.
8
lembaga-lembaga sosial. Kita akan memahami ekspresi (ausdruck) dengan menghayati
kembali dalam kesadaran kita sendiri, penghayatan yang menimbulkan ekspresi tadi.
9
Adapun cabang-cabang dari ilmu pengetahuan (studi humanitas, humanities
studies) humaniora adalah sebagai berikut:
1) Ilmu agama
2) Ilmu filsafat
3) Ilmu bahasa
4) Ilmu seni
5) Ilmu jiwa.
10
BAB II
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial dan ilmu alam
merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, baik dari segi objek kajian, metode maupun
cabang-cabangnya. Ilmu sosial mempelajari manusia dari segi hubungannya dengan manusia
lain, ia bersifat subjektif dan berdasarkan penafsiran, persepsi, generalisasi, asumsi dan
sebagainya. Perkembangannya dari masa ke masa cenderung dinamis karena adanya kasus-
kasus atau faktor-faktor baru dari kasus-kasus lama.
Sedangkan ilmu alam, ia mempelajari alam dengan seluruh unsur-unsurnya, ia bersifat
lebih objektif, matematis, dan berdasarkan bukti-bukti empiris serta perhitungan,
kelemahannya cenderung lambat, statis dan itu-itu saja. Jadi dapat juga dikatakan bahwa jika
ilmu sosial mengkaji tentang hubungan timbal-balik manusia dengan manusia lainnya, maka
ilmu alam mengkaji alam yang menjadi tempat hidup bagi manusia itu sendiri.
Dan yang terakhir ialah ilmu humaniora salah satu ilmu yang memahami perbuatan
dengan mengungkap pikiran, perasaan dan keinginannya. Ilmu kemanusiaan tidak hanya
mampu mengetahui apa yang telah diperbuat manusia tetapi juga pengalaman batin
(erlebnis), pikiran, ingatan, keputusan nilai dan tujuan yang mendorongnya berbuat .
11
DAFTAR PUSTAKA
12