Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

FILSAFAT ILMU

TENTANG

METODE ILMU

Disusun oleh :

Kelompok 6

1. Aulia Urrahman 1811020072


2. Musthafa Ihsan 2111020024

Dosen pengampu

Dr. H. Taufiqurrahman, M. Ag. M.Hum

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

1443 H / 2021 M

1
BAB I
PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk berpikir, yang dengan aktivitas berpikirnya itu manusia
berfilsafat, berilmu pengetahuan, dan berteknologi. Sejak manusia tercipta, aktivitas itu ada
berkembang, dan meningkat terus, seiring dengan perkembangan tantangan setiap zaman.
Ada tiga jenis pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat, pengetahuan ilmu dan
teknologi, serta pengetahuan agama. Dari ketiga jenis ini, pengetahuan ilmu inilah yang
dibahas dalam makalah ini, yaitu dalam kajian metodenya.
Stuart Chase dalam bukunya The Proper Study of Mankind membagi ilmu
pengetahuan adalah m atas tiga kelompok besar, yaitu  ilmu sosial, alam, dan humaniora.
Ilmu pengetahuan memiliki hubungan dengan filsafat yaitu sama-sama memberikan
pemahaman, hanya saja filsafat lebih dalam menunjukkan sebab-sebab yang terakhir,
sedangkan ilmu pengetahuan juga menunjukkan sebab-sebab tetapi tidak begitu mendalam.
Demikian sekilas gambaran umum tentang makalah ini, dengan judul “Metode Ilmu
Pengetahuan”, untuk lebih lengkapnya disajikan dalam pembahasan berikutnya.
Rumusan Masalah:
1. Apa itu Metode Ilmu Pengetahuan
2. Pembagian Ilmu Pengetahuan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A.       Metode Ilmu Pengetahuan


Dalam Ensiklopedia Indonesia, kita temukan pengertian sebagai berikut. Metode ialah
sistem penerapan metode, selanjutnya Dalam buku Bakker, ia memberikan penjelasan lebih
lanjut, keterangannya sebagai berikut.
Ditinjau dari segi arti kata, metode itu berasal dari bahasa Yunani metodos. Secara
etimologis, kata metodos terdiri dari kata depan meta yang artinya menuju, yang mengikuti,
sesudah, dan kata benda hodos yaitu (jalan, perjalanan, cara, dan arah). Maka kata
metodos itu berarti menuju perjalanan, mengkuti cara, menuju kearah. Berdasarkan makna
terminologi, kata metodos berarti cara bertindak menurut sistem, aturan tertentu yang
bertujuan untuk mengarahkan suatu kegiatan praktis secara rasional agar mencapai hasil yang
optimal.1
     Ilmu pengetahuan merupakan suatu hasil ciptaan sadar manusia, dengan sumber-
sumber historis yang didokumentasikan secara baik, dengan lingkup dan kandungan yang
dapat ditentukan secara pasti, dan dengan orang-orang profesional terpercaya yang
mempraktekkan serta menguraikannya.
     Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ilmu
pengetahuan adalah pengetahuan yang mempunyai sistema dan metode tertentu, yang
selanjutnya kita sebut: Ilmu Pengetahuan.
1.    Ilmu Pengetahuan Sosial (Kemasyarakatan)
a.    Pengertian Ilmu Sosial
Ilmu sosial (social science) atau ilmu pengetahuan sosial (social studies) adalah
sekelompok disiplin akademis yang mempelajari aspek-aspek yang berhubungan dengan
manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan ilmu seni dan humaniora karena
menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari manusia, termasuk metode
kuantitatif dan kualitatif. Istilah ini juga termasuk menggambarkan penelitian dengan
cakupan yang luas dalam berbagai lapangan meliputi perilaku dan interaksi manusia di masa
kini dan masa lalu. Berbeda dengan ilmu sosial secara umum, ilmu pengetahuan sosial tidak

1 Bakker, Anton. Metodegi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990. Hal -30

3
memusatkan diri pada satu topik secara mendalam melainkan memberikan tinjauan yang luas
terhadap masyarakat. 2
b.    Objek kajian ilmu Sosial
Setiap ilmu pengetahuan ditentukan oleh obyeknya. Ada dua macam obyek ilmu
pengetahuan, yaitu: obyek materia dan obyek forma. Obyek materia ialah seluruh lapangan
atau bahan yang dijadikan obyek penyelidikan suatu ilmu. Obyek forma ialah obyek materia
yang disoroti oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu yang satu dariilmu lainnya, jika
berobyek materia yang sama.
Pada garis besarnya obyek ilmu pengetahuan ialah alam dan manusia. Maka dalam
hal ini obyek penyelidikan ilmu sosial adalah manusia, tegasnya tingkah laku manusia.

c.    Cabang-cabang Ilmu Sosial


Ilmu sosial memiliki beberapa cabang, di antaranya:
1)      Ilmu hukum ilmu yang mempelajari sistem aturan yang telah dilembagakan
2)      Ilmu Ekonomi; ilmu yang mempelajari produksi dan pembagian kekayaan dalam
masyarakat.
3)      Ilmu Antropologi Budaya dan Sosial
4)      Publistik dan Jurnalistik
5)      Ilmu Jiwa Sosial
6)       Ilmu Pendidikan; ilmu yang mempelajari tentang masalah yang berkaitan dengan belajar,
pembelajaran, serta pembentukan karakter dan moral.
7)      Ilmu Politik; ilmu yang mempelajari pemerintahan sekelompok manusia (termasuk
Negara).
8)      Psikologi; ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan proses mental manusia.
9)      Sejarah; ilmu yang mempelajari tentang masa lalu yang berhubungan dengan umat
manusia.
10)  Sosiologi; ilmu yang mempelajari tentang masyarakat dan hubungan antar manusia di
dalamnya.

d.   Metode Ilmu Sosial


Ilmu sosial, dalam mempelajari aspek-aspek masyarakat secara subjektif, inter-
subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila dibandingkan
2 Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988. Hal 15

4
dengan ilmu alam. Namun sekarang beberapa bagian dari ilmu sosial telah banyak
menggunakan metode kuantitatif. Demikian pula pendekatan interdisiplin dan lintas disiplin
dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial dan lingkungan yang
mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam tertarik pada beberapa aspek
dalam metode ilmu sosial. Penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif telah banyak
diintegrasikan dalam studi tentang tindakan manusia serta implikasi dan konsekuensinya.
Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima
oleh bagian terbesar masyarakat, disebabkan ilmu-ilmu tersebut belum berkembang.
Sedangkan yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang berubah-ubah. Oleh
karena itu, hingga kini belum diselidiki dan dianalisis secara tuntas hubungan antara unsur-
unsur di dalam masyarakat secara lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu alam yang telah
lama berkembang, sehingga telah mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil yang teratur dan
diterima oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena objeknya bukan manusia.

       Menurut Elgin F. Hunt metode ilmu (dalam hal ini : ilmu pengetahuan ilmu sosial) itu
meliputi enam bagian, yaitu:
1.      Observasi
2.      Perumusan masalah
3.      Mengumpulkan dan mengklafikasikan fakta tambahan yang baru
4.      Mengadakan generalisasi
5.      Perumusan hipotesa
6.      Mengadakan testing dan verifikasi

2.     Ilmu Pengetahuan Alam


a.         Pengertian Ilmu Alam
        Ilmu alam terkait dengan istilah ‘positivistic”  merujuk kepada pendekatan logis untuk
mempelajari alam semesta secara obkektif, tidak hidup dan di dunia fisik. Ilmu pengetahuan
alam mempelajari alam dengan menggunakan metode-metode sains, ilmu pengetahuan jenis
ini berbeda dengan ilmu pengetahuan sosial yang menggunakan metode sains untuk
mempelajari perilaku manusia dan masyarakat, ataupun ilmu pengetahuan formal seperti
matematika.
       Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti
harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian berkembang menjadi khusus ilmu

5
pengetahuan alam atau sains. Sund dan Trowbrige merumuskan bahwa sains merupakan
kumpulan pengetahuan dan proses.[7]
b.         Objek Ilmu Alam
Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu tentang alam, maka obyek penyelidikan adalah
alam semesta sejauah berada dalam waktu dan ruang.
“ manusia yang seharusnya menarik perhatian kita itu, adalah sebagian dari suatau alam tak
terhingga dan ia sendiri di antara makhluk-makhluk hidup bertubuh, bisa atau memiliki
kesanggupan untuk mempertimbangkan (mengawasi, mempertimbangkan) alam ini,
mengadakan percobaan-percobaan dan menduga adanya hubungan-hubungan dan undang-
undang antara kenyataan-kenyataan. Ia juga menjadi obyek dari percobaan-percobaan dan
perhatian pengawas. Kalau kita mengetahui bahwa pengetahuan adanya undang-undang yang
berlaku atas dunia hidup itu bisa menerangi arti dari manusia dengan menerangkan wujudnya
di muka bumi, tali-tali yang mempersatukan dia dengan bentuk-bentuk hidup lainnya dan
perbedaan-perbedaan yang memberi sifat-sifat kepadanya, maka kita harus mempelajari
evolusi (perkembangan) dari seluruh dunia dari awalnya, tanpa lupa bahwa observasi kita itu
bisa tertutupoleh alat observasi kita sendiri.”
       Ciri-ciri dasar pertama yang menandai ilmu-ilmu kealaman adalah, bahwa ilmu-ilmu itu
melukiskan kenyataan menurut aspek-aspek yang memungkinkan registrasi indrawi secara
langsung. Data-data indrawi yang merupakan objeknya, harus dimengerti tepat menurut
penampakannya. Bahan-bahan ini disaring, diselidiki, diawasi, diidentifikasi dan
diklasifikasikan secara ilmiah, yaitu digunakannya instrumen-instrumen sebagai alat bantu.
Eksperimentasi Ilmu-ilmu kealaman mampu menjangkau objek potensi-potensi alam yang
semula sulit diamati, seperti elektron dan multi-protein.
       Ilmu-ilmu kelaman memperoleh suatu objektivitas yang khas, yaitu semata-mata
bersifat empiris-eksperimental. Suatu aksi tertentu dapat melahirkan reaksi tertentu pula,
hukum aksi reaksi ini berlangsung menurut sifatnya yang spesifik. Oleh karena itu,
eksperimen-eksperimen yang dilakukan dapat diulangi. Kelebihan dari objek kealaman ini
adalah; jumlah variabelnya sangat terbatas dan gejala fisik yang diamati pada umumnya
seragam. 3
c.         Cabang-cabang Ilmu Alam
Ilmu-ilmu pengetahuan alam (Natural Sciences) terbagi atas beberapa cabang, yaitu:
1)      biologi

3 http://mudjiarahardjo.com/artikel/322-ilmu-alam-ilmu-sosial-dan-ilmu humaniora-dalam-memandang-realitas-
sebuah-renungan-bagi-pemula.html, diakses pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2021.

6
1.      Antropologi fisik
2.      Ilmu kedokteran
3.      Ilmu farmasi
4.      Ilmu pertanian
5.      Ilmu pasti
6.      Ilmu alam
7.      Ilmu teknik
8.      Geologi

d.        Metode Ilmu Alam


       Alam yang menampakkan dirinya kepada kita (the world of appearance,the phenomenal
world) dipelajari oleh ilmu pengetahuan alam dengan suatu metode sebagai berikut,[10]
1.    Pengamat-amatan dengan seksama (observasi metodis)
2.    Penggolongan (klasifikasi)
3.    Analisa data atau fakta yang di peroleh dari observasi itu menurut kecerdasan akal, dengan
maksud menemukan hubungan yang logis antara fakta itu dan memahami makna relatifnya
4.    Menarik kesimpulan induktif dan deduktif dari hasil-hasil analisa itu
5.    Penglukisan (deskripsi fungsional)
6.    Percobaan (exprimen atau observasi yang disengaja secara sistimatis.

       Kesemuanya itu dilakukan dengan cermat, dengan tujuan menempatkan alam fisis
empiris di bawah kekuasaan hukum, yang memungkinkan manusia meramalkan apa yang
terjadi dalam keadaan-keadaan tertentu.
       Metode yang digunakan dalam ilmu alam bersifat siklus-empirik  yang menunjuk pada
dua hal pokok, yaitu siklus yang mengandaikan adanya suatu kegiatan yang dilaksanakan
secara berulang-ulang, dan empirik yang menunjuk pada sifat bahan yang diselidiki (bersifat
indrawi).
C.      Perbedaan Ilmu Sosial dengan Ilmu Alam
Mengkontraskan Ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial dan humaniora bukan
berarti menempatkan yang satu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, atau yang satu
lebih bermanfaat dari yang lain. Tetapi yang satu berbeda dengan yang lain karena wilayah
atau meminjam istilah paradigma positivistik, objek kajiannya memang berbeda. Allah
menciptakan dunia seisinya dengan sempurna dan berpasang-pasangan. Jika ada siang dan
malam, ada baik dan buruk, ada tinggi dan rendah yang semuanya untuk menunjukkan tanda-

7
tanda kekuasaannya, maka dalam kajian ilmu pengetahuan ada fakta sosial dan ada definisi
sosial.  Jika ilmu alam bertugas mengkaji fakta sosial yang empirik, maka ilmu sosial dan
ilmu-ilmu humaniora bertugas mengkaji defenisi sosial yang abstrak dan simbolik.
Tentu saja karena objek materialnya berbeda, maka metode dan cara untuk
memperolehnya juga berbeda. Dalam bahasa filsafat ilmu, jika ontologinya berbeda, maka
epistemologinya pasti berbeda. Contoh sederhananya menangkap ikan tidak bisa dengan
pisau atau sabit yang tajam, melainkan jala atau pancing. Begitu juga memotong rambut tidak
dengan sabit atau pisau, melainkan gunting. Singkatnya, materi menentukan alat, bukan
sebaliknya. An object  determines a means.  Karena itu, terjadi kesalahan serius jika seorang
peneliti atau pengkaji ilmu sosial dan humaniora yang ingin mengetahui persepsi seseorang
terhadap sebuah gejala sosial menggunakan tes atau obervasi untuk memperolehnya.
Begitu juga kesalahan yang sama terjadi jika peneliti ingin mengetahui kemampuan
atau kompetensi seseorang dalam bidang tertentu dengan menggunakan cara wawancara.[13]
Dibandingkan dengan ilmu alam yang telah mengalami kemajuan pesat, ilmu sosial
agak tertinggal. Beberapa ahli bahkan berpendapat bahwa ilmu sosial tidak akan mencapai
kepada artian ilmu yang sebenarnya. Di pihak lain ada yang berpendapat bahwa lambat laun
ilmu sosial walaupun tidak akan mencapai derajat yang sama dengan ilmu alam. Menurut
kalangan lain bahwa tidak dapat diduga bahwa ilmu sosial masih belum dewasa. Meskipun
begitu mereka beranggapan bahwa penelitian ilmu sosial dan ilmu alam memiliki derajat
keilmuan yang sama.

3.     Ilmu Pengetahuan Humaniora


a.       Pengertian Ilmu Humaniora
Ilmu kemanusiaan, khususnya sejarah (minat khusus Dilthey), tidak akan memperoleh
pengetahuan yang dicari tanpa mempergunakan verstehen atau pemahaman yang
membedakannya dari ilmu alam. Manusia sebagai objek pengertian dalam ilmu kemanusiaan
memiliki kesadaran. Dan ini memungkinkan bagi penyelidikan tentang alasan-alasan
tersembunyi dibalik perbuatannya yang dapat diamati.
 Kita dapat memahami perbuatan dengan mengungkap pikiran,perasaan dan
keinginannya. Ilmu kemanusiaan tidak hanya mampu mengetahui apa yang telah diperbuat
manusia tetapi juga pengalaman batin (erlebnis), pikiran, ingatan, keputusan nilai dan tujuan
yang mendorongnya berbuat .
Perbuatan atau tindakan merupakan ekspresi jiwa manusia, ide dan arti yang
diharapkan oleh individu maupun masyarakat, yang berupa kata, sikap, karya seni dan juga

8
lembaga-lembaga sosial. Kita akan memahami ekspresi (ausdruck) dengan menghayati
kembali dalam kesadaran kita sendiri, penghayatan yang menimbulkan ekspresi tadi.

b.      Objek Kajian Ilmu Humaniora


Dalam kajian ini ilmu humaniora dan sosial sama–sama mempelajari manusia atau
tingkah laku sebagai objeknya,  akan tetapi yang membedakan keduanya adalah obyek
formanya, artinya sudut pandang yang di soroti dari obyek-obyek tersebut, sebagaimana yang
tertera dalam cabang ilmu masing-masing.
Peneliti ilmu kemanusiaan harus berusaha seperti hidup dalam  objeknya, atau
membuat objek hidup dalam dirinya. Dengan penghayatan tersebut akan memudahkan
munculnya verstehen atau pemahaman. Dalam konteks ilmu sejarah, dengan menghayati
kembali masa lampau, sejarawan akan memperluas dan membuat berkembang
kepribadiannya, menggabungkan pengalaman pada masa lalu ke dalam pengalaman masa
kini.
Setiap pengalaman baru, demikian Dilthey, menurut isinya ditentukan oleh semua
pengalaman yang sampai pada saat itu kita miliki; sebaliknya, pengalaman baru itu memberi
arti dan penafsiran baru kepada pengalaman-pengalaman lama. Bila seorang peneliti ingin
mengerti perbuatan pelaku sejarah yang berupa ekspresi-ekspresi (ausdruck), maka ia harus
merekonstruksikan kesatuan dan kebersatuannya dengan pengalaman batin (erlebnis).
Yang dimaksudkan Dilthey adalah bahwa dengan merekonstruksikan pengalaman
hidup seorang pelaku sejarah ke dalam batin seorang peneliti akan dihasilkan efek yang sama
seperti halnya pelaku sejarah mengalaminya pada waktu itu. Verstehen atau memahami
adalah kegiatan memecahkan arti tanda-tanda ekspresi yang merupakan manifestasi hidup
atau hasil kegiatan jiwa. Verstehen adalah proses di mana kehidupan mental diketahui
melalui ekspresinya yang ditangkap oleh panca indra. Walaupun demikian ekspresi tersebut
lebih dari sekedar kenyataan fisik, karena ia dihasilkan oleh kegiatan jiwa.4

c.       Cabang- cabang Ilmu Humaniora

4 http://bitama88.blogspot.com/2008/04/perbedaan-ilmu-sosial-ilmu-alam-deobold.html. (diakses pada hari


Minggu tanggal 3 Mei 2012

9
Adapun cabang-cabang dari ilmu pengetahuan (studi humanitas, humanities
studies) humaniora adalah sebagai berikut:
1)      Ilmu agama
2)      Ilmu filsafat
3)      Ilmu bahasa
4)      Ilmu seni
5)      Ilmu jiwa.

d.      Metode Ilmu Humaniora


Dr Winarno Suracman dalam bukunya Pengantar Penyelidikan llmiah menerangkan
sepuluh langkah (dalam hal ini: ilmu-ilmu humaniora)itu meliputi enam bagian, yaitu:
1)      Pemilihan masalah
2)      Studi ekspolorasi
3)      Rumusan teori dan anggapan dasar
4)      Rumusan hipotesa
5)      Penetapan teknik penguji hipotesa
6)      Penyusunan agenda
7)      Pengumpulan data
8)      Pengolahan data
9)      Penyimpulan, dan
10)  Puplikasi hasil penyelidikan.5

5 Fithri, Widia. Wacana Filsafat Ilmu, Padang, Azka, 2004.

10
BAB II
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial dan ilmu alam
merupakan dua disiplin ilmu yang berbeda, baik dari segi objek kajian, metode maupun
cabang-cabangnya. Ilmu sosial mempelajari manusia dari segi hubungannya dengan manusia
lain, ia bersifat subjektif dan berdasarkan penafsiran, persepsi, generalisasi, asumsi dan
sebagainya. Perkembangannya dari masa ke masa cenderung dinamis karena adanya kasus-
kasus atau faktor-faktor baru dari kasus-kasus lama.
Sedangkan ilmu alam, ia mempelajari alam dengan seluruh unsur-unsurnya, ia bersifat
lebih objektif, matematis, dan berdasarkan bukti-bukti empiris serta perhitungan,
kelemahannya cenderung lambat, statis dan itu-itu saja. Jadi dapat juga dikatakan bahwa jika
ilmu sosial mengkaji tentang hubungan timbal-balik manusia dengan manusia lainnya, maka
ilmu alam mengkaji alam yang menjadi tempat hidup bagi manusia itu sendiri.
Dan yang terakhir ialah ilmu humaniora salah satu ilmu yang memahami perbuatan
dengan mengungkap pikiran, perasaan dan keinginannya. Ilmu kemanusiaan tidak hanya
mampu mengetahui apa yang telah diperbuat manusia tetapi juga pengalaman batin
(erlebnis), pikiran, ingatan, keputusan nilai dan tujuan yang mendorongnya berbuat .

2.    Kritik dan Saran


Demikianlah yang dapat penulis kemukakan tentang ilmu sosial dan ilmu alam
(perbedaannya) dalam makalah ini, semoga bisa menjadi suatu bahan untuk menambah
wawasan keilmuan kita pada mata kuliah Filsafat Ilmu.
Akhir kata, penulis menyadari makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis membukakan peluang bagi pembaca agar bersedia memberikan
kritikan dan saran konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan untuk masa yang akan
datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bakker, Anton. Metodegi Penelitian Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1990.


Suriasumantri, Jujun S. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1988.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu_sosial, diakses pada hari Minggu, tanggal 29 April 2012.
Soekanto,Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Fithri, Widia. Wacana Filsafat Ilmu, Padang, Azka, 2004.
Henry Pratt Fairchild and 100 Authorities, Dictionary Of Sosiology, Little Field, Adams and Co,
Ames Lowa, 1976.
 Lihat:http://mudjiarahardjo.com/artikel/322-ilmu-alam-ilmu-sosial-dan-ilmu humaniora-dalam-
memandang-realitas-sebuah-renungan-bagi-pemula.html, diakses pada hari Minggu tanggal 3
Mei 2012.
http://bitama88.blogspot.com/2008/04/perbedaan-ilmu-sosial-ilmu-alam-deobold.html. (diakses pada
hari Minggu tanggal 3 Mei 2012
Sumarna,Cecep. Filsafat Ilmu “dari hakikat menuju nilai”, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
 Tafsir,Ahmad. Filsafat Ilmu “mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan”,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Anshari.Endang Saifuddin, Ilmu, Filsafat dan Agama, Bandung: Bina Ilmu, 1981.

12

Anda mungkin juga menyukai