Anda di halaman 1dari 9

UJIAN AKHIR SEMESTER PASCASARJANA UNESA

TAHUN AKADEMIK 2020

Nama : ADE IRWANSAH


Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Prog./Angkt. : Pendidikan Geografi/S2/2020
Hari/Jam :
Dosen : Prof. Dr. MV Roesminingsih, M.Pd.

1. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Filsafat Ilmu telah memainkan
peranan penting dalam menyadarkan manusia untuk mengembangkan ilmu dan
memanfaatkan teknologi secara tepat dan valuable sehingga kehadiran teknologi tidak akan
merugikan dan membahayakan manusia, tetapi justeru dapat memberikan kesejahteraan dan
keselamatan bagi manusia.  
a. Mengapa Filsafat Ilmu  itu penting dipelajari? Kemukakan alasan Anda.   
b. Jelaskan hakikat ilmu dan teknologi ditinjau dari sudut pandang Filsafat Ilmu yang
meliputi unsur-unsur: 1) Ontologi; 2) Epistemologi; dan 3) Aksiologi.

2. Pada prinsipnya, Filsafat Ilmu merupakan hasil perenungan yang mendalam, sistematis,


radikal dan universal sehingga melahirkan interpretrasi-interpretasi yang memungkinkan
adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama. Di samping itu,
munculm pula disiplin-disiplin ilmu lain yang dapat menunjang cara berpikir dan bertindak
manusia di alam terbuka sehingga mampu mengarahkan manusia untuk bertindak lebih
manusiawi, dalam arti membuat manusia lebih berbudaya (civilized human). Di
antara disiplin-disiplin Ilmu yang sangat penting adalah Sosiologi, Antropologi serta Filologi
dan Linguistik. Ilmu-ilmu ini menjadi landasan teori dalam penelitian ilmiah dengan berbagai
pendekatannya: Fenomenologis dan Hermeneutik.
a.    Jelaskan perbedaan antara Sosiologi dan Antropologi; demikian pula perbedaan antara
Filologi dan Linguistik.
b.    Jelaskan yang dimaksud dengan pendekatan  Fenomenologis  dan Hermeneutik beserta
contohnya masing-masing.

3. Phylosophy of Science tumbuh dari confirmatory theories (positivisme), ke confirmatory


theories dan theories of explanation (postpositivisme), dan lebih lanjut ke theories of
explanation (postmodernisme)
a. Apa implikasi ontologi, epistemologi, dan aksiologi bagi tentatif tesis Anda
b. Apa persamaan dan perbedaan paradigma kualitatif dengan paradigma kuantitatif
c. Jelaskan keterkaitan antara latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran

4. Dalam filsafat ilmu dapat diketahui kedudukan ilmu dalam pengetahuan, sifat dan asumsi dasar
ilmu, komponen ilmu dan upaya membangun ilmu yang belum diketahui, serta memperbaiki
ilmu yang diragukan kebenarannya. Upaya membangun dan memperbaiki kebenaran ilmu itu
tidaklah dilakukan dengan semena-mena, melainkan dilakukan dengan prosedur tertentu
menurut metode ilmiah yang berupa langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah berupa
langkah-langkah sistematis yang disebut metodologi penelitian.
a. Jelaskan pula sifat-sifat dan asumsi dasar ilmu alam dan ilmu sosial
b. Jelaskan pula komponen-komponen pembangun ilmu pengetahuan
c. Proposisi sebagai pembangun teori atau ilmu dan jelaskan 10 macam proposisi (5pasang)
linkage proposition serta lengkapi dengan contoh masing-masing

JAWABAN
1. (A.) Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) keberadaan serta pengembangannya
selalu saling mempengaruhi. Pada zaman kontemporer terjadi loncatan-loncatan
penting dalam IPTEK. Inovasi teknologi secara pesat mempunyai dampak positif juga
negatif. Filsafat ilmu sebagai dasar bagi pengembangan IPTEK harus turun pada
kontekstualitas supaya kesadaran akan pemanfaatan teknologi tetap pada koridor
kepentingan bersama. Implikasi dari pengembangan dan penerapan IPTEK juga harus
dikendalikan dengan didasarkan pada filsafat ilmu dan adanya etika ilmiah supaya
tidak semakin jauh dari nilainilai etik, moral dan agama. Implikasi filsafat ilmu
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana pengujian
penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Usaha
merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuwan. Menerapkan metode
ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan, sehingga ilmuwan mengetahui
hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri serta memberikan pendasaran logis terhadap
metode keilmuan. Tanggung jawab etis tidak hanya menyangkut mengupayakan
penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi secara tepat dalam kehidupan manusia.
Manusia juga harus menyadari apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan
untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya, baik dalam
hubungannya sebagai pribadi, dengan lingkungan, dan sebagai makhluk yang
bertanggug jawab terhadap Khaliknya
(B.) Pendekatan Ontologis
Ilmu secara ontologis membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada daerah-
daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang
berada dalam batas pra-pengalaman dan pasca-pengalaman diserahkan ilmu kepada
pengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak
pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu.
Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini adalah
konsisten dengan asas epistemologi keilmuan yang mensyaratkan adanya verifikasi
secara empiris dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataan yang bersifat
benar secara ilmiah
Pendekatan Epistemologis
Landasan epistemologi ilmu tercermin secara operasional dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah pada dasarnya merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuannya berdasarkan: (a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan
argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah
berhasil disusun; (b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka
pemikiran tersebut; (c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji
kebenaran pernyataannya secara faktual.
Pendekatan Aksiologi
Ilmu pada dasarnya harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia.
Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup
manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian
atau keseimbangan alam.

2. (A.) Pemahaman saya bahwa filologi yang bidang kajiannya adalah meneliti naska-
naska klasik peninggalan masa kuno. Secara umum filologi mempunyai tujuan untuk
mengungkapkan hasil pemikiran, pengalaman serta budaya yang hidup pada masa
lampau. Sehingga mempunyai manfaat bagi kita yang hidup di zaman modern ini
untuk mengetahui budaya-budaya pada zaman dahulu. Serta terkodifikasinya nilai-
nilai budaya klasik sehingga terciptalah pelestarian budaya yang terkandung dalam
naska itu dan memperkenalkannya kepada masyarakat sedangkan Linguistik Sebagai
ilmu bahasa, linguistik telah mengalami tahap perkembangan, yakni tahap spekulasi,
tahap observasi dan klasifikasi, serta tahap adanya perumusan teori. Selain itu,
sebagai ilmu bahasa, linguistik juga memiliki syarat keilmuan, yakni memiliki objek
kajian (ontologi), memiliki metode kerja (epistimologi), dan linguitik memiliki
manfaat kajian (aksiologi) dan secara Singkatnya, antropologi adalah studi tentang
'manusia'. Ini mempelajari semua aspek dan karakteristik manusia, termasuk sosiologi
nenek moyang. Di sisi lain, dalam sosiologi, kita mempelajari perilaku manusia yang
terpola dan berbagi, dan kehidupan sosial mereka, perubahan sosial, mobilitas sosial,
dll.
(B.) Fenomenologi dan hermenutika telah menjadi semakin populer dewasa
ini. Keduanya memiliki karakteristik tersendiri dan penggunaannya disesuaikan
dengan fenomena dan permasalahan yang hendak diteliti. Jika fenomenologi
memberikan atensi lebih besar pada sifat pengalaman yang dihidupkan, sedang
hermeneutika berkonsentrasi pada masalah-masalah yang muncul dari interpretasi
tekstual. Keduanya membicarakan manusia sebagai realita yang eksistensinya
ditentukan oleh kondisi-kondisi fisik dan budaya yang mempengaruhi. Fenomenologi
dan hermenutika saling bersentuhan, namun juga mempunyai perbedaan, kekuatan
dan kelemahan masing-masing.

3. Terbentuknya suatu spesialisasi ilmu memiliki konsekuensi lebih lanjut yaitu keinginan untuk
membentuk program studi baru di lingkungan bidang ilmu geografi. Berdasarkan fakta yang
ada proses ini justru menimbulkan masalah karena ternyata setelah dikaji lebih lanjut prodi
baru tersebut tidak dalam pohon ilmu geografi atau hanya merupakan pengetahuan dasar
(obyek material). Hal yang mengkawatirkan adalah karena sudah terlanjur maka ada upaya
adjustment terhadap konsep dasar agar tetap tampak bernaung di bawah pohon ilmu
geografi. Mengingat karakteristik bidang ilmu geografi maka alternative terbaik untuk
mengakomodasi para geograf yang kritis adalah dengan menetapkan bidang bidang
peminatan yang ingin diintroduksi sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat. Hal ini
berarti perhatian kita fokuskan pada aspek dasar ontology ilmu dan dasar axiology ilmu.
Proses berpikir komperhensif Proses menetapkan pilihan metode, Proses penarikan
I======================I=======================I==========I

dalam menyusun proposal cara/teknik meneliti, proses kumpul, kesimpulan

penelitian Kesesuaian Lahan olah dan analisis data

PJ dan GIS

Pilihan metode, teknik


Masalah penelitian atau cara meneliti Kesimpulan

Konsep ontology Konsep epistemology Konsep ontology


ilmu ilmu ilmu

Paradigma Penelitian Kuantitatif

Dalam penelitian kuantitaif /positifistik, yang dilandasi pada suatu asumsi bahwa suatu gejala itu
dapat diklasifikasikan, dan hubungan gejala bersifat kausal (sebab akibat), maka peneliti dapat
melakukan penelitian dengan memfokuskan kepada variabel saja. Pola hubungan antara variabel
yang akan diteliti tersebut selanjutnya disebut paradigma penelitian Metode kuantitaif sering
disebut sebagai metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga
sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini juga disebut metode positivistic
karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena
telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan
sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan
dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitaif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic
Paradigma Penelitian kualitatif

menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran
tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus
mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat mulai mencatat atau
menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, kemudian
peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang
didasarkan atas perhitungan presentase, rata-rata, c kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya.
Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada “perhitungan” atau “angka” atau
“kuantitas”. Di pihak lain “kualitas” menunjukan pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan
kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian
kualitatif adalah diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Untuk
mengadakan pengkajian selanjutnya terhadap istilah penelitian kualitatif perlu kiranya
dikemukakan beberapa definisi. Pertama, Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari satu keutuhan. Sejalan dengan definisi tersebut Kirk dan
Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya
sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya.

Kaitan Antara Latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran memang
haruslah saling berkaitan. Karena latar belakang masalah memuat masalah apa yang yang
menjadi obyek penelitian yang kemudian akan dipecagkan menggunakan tinjauan pustka, atau
teori-teori apa yang relevan untuk memcahkan masalah tersebut sehingga akan menghasilkan
kerangka pemikiran yang komplek yang nantinya bisa dijadikan dasar untuk menyelesaikan
masalah tersebut.

4. A) Ilmu alam merupakan ilmu yang mempelajari objek-objek empiris di alam semesta ini. Ilmu alam
mempelajari berbagai gejala dan peristiwa yang mempunyai manfaat bagi kehidupan manusia.
Berdasarkan objek telaahnya, maka ilmu dapat disebut sebagai pengetahuan empiris. Objek-objek
yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia tidak termasuk bidang penalaahan ilmu (Yuyun
S, 1981: 6).

Ilmu alam mempunyai asumsi mengenai objek, antara lain:

a. Menganggap objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, yaitu dalam hal
bentuk struktur dan sifat, sehingga ilmu tidak berbicara mengenai kasus individual,
melainkan suatu kelas tertentu.

b. Menganggap bahwa suatu benda tidak mungkin mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu. Kelestarianrelatif dalam jangka waktu tertentu ini memungkinkan dilakukan
pendekatan keilmuan terhadap objek yang sedang diselidiki.

c. Menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, tiap gejala
mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap dan urut-urtan kejadian yang sama (Yuyun S,
1981: 7).

Dalam pandangan empirisme ilmu tidak menuntut adanya hubungan kausalitas yang mutlak,
sehingga suatu kejadian tertentu harus diikuti oleh kejadian yang lain. Ilmu tentang objek empiris
pada dasarnya merupakan abstraksi yang disederhanakan. Hal ini perlu karena kejadian alam sangat
kompleks. Kegiatan yang dilakukan dalam ilmu alam tidak merupakan objek penelitian ilmu alam,
sebab praktik ilmu alam merupakan suatu aktivitas manusia yang khas. Manusia memang dapat
terlibat sebagai subjek dan sebagai objek. Ini artinya, manusia memprakteki dan diprakteki.

Ilmu-Ilmu Sosial.

Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri khasnya,
tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama, dalm lingkup kecil maupun basar. Objek ilmu
sosial lain sama sekali dengan objek material ilmu alam. Onjek material dalam ilmu sosial adalah
berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas, dan tidak deterministik. Kajian yang
berbeda-beda terhadap ilmu, merupakan konsekuensi dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial
yaitu manusia sebagai keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga meimbulkan perbedaan
pendekatan. Dalam ilmu sosial, praktek ilmiah sebagai aktivitas manusiawi merupakan juga
objekpenelitian manusia, misalnya psikologi, sosiologi, dan sejarah. Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial
kadang dinilai gagal dalam menangkap kekomplekan gejala, didasarkan pada kegagalan dalam
membedakan antara pernyataan beserta sistematika yang dipakai, dengan gejala sosial yang
dinyatakan oleh pernyataan tersebut. Tidak senua argumentasi tentang kerumitan gejala sosial, yang
menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial. Rangkaian argumentasi yang lain, didasarkan pada
tuduhan bahwa metode keilmuan tidak mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan
manusiawi. Penelaahna ssosial tertarik pada keunikantiap-tiap kejadian sosial, padahal metode
keilmuan hanya mampu mensitematikakan berdasarkan genaralisasi, maka keadaan ini menyebabkan
harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial (Jujun S. Suriasumantri, 2006: 143).

 Masalah ( Problems) Masalah merupakan salah satu komponen penting tersebut, oleh karena itu
agar suatu masalah diangggap ilmiah sedikitnya harus memiliki tiga ciri : 1) terkait dengan
komunikasi; 2) sikap ilmiah, dan 3) metode ilmiah. Sehingga suatu masalah baru dikatakan
ilmiah apabila dapat dikomunikasikan kepada orang lain, dapat dihadapkan pada sikap ilmiah dan
terkait dengan metode ilmiah.

 Sikap (attitude) Setidaknya ada enam ciri pokok Sikap Ilmiah ( scientific attitude) menurut
Bahm , yaitu : 1) keingintahuan (curiosity); 2) spekulasi (speculativeness); 3) kemauan untuk
berlaku obyektif (willingness to objective); 4) terbuka (open –maindedness); 5) kemauan untuk
menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgment); dan 6) bersifat sementara
(tentativity).

 Metode (Method) Setiap pengetahuan memiliki metode sendiri yang disesuaikan dengan
permasalahannya. Metode merupakan esensi dari pengetahuan . Menurut Bahm dalam
menerapkan metode ilmiah , hal yang harus difahami oleh seorang ilmuwan (peneliti) , yaitu : 1)
memahami masalah; 2) menguji masalah; 3) menyiapkan solusi; 4) menguji hipotesis dan 5)
memecahkan masalah.

 Aktivitas (activity) Ativitas penelitian ilmiah memiliki dua aspek ; individual dan social ,
meliputi : 1) observasi; 2) membuat hipotesis; 3) menguji hipotesis dan observasi dengan cermat
dan terkontrol.

 Kesimpulan (Conclusion) Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan
aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak pasti tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis., Jika
kesimpulan dianggap dogmatis, justru akan mengurangi sifat dasar dari ilmu pengetahuan
tersebut. Ilmu pengetahuan tidak stabil , setiap orang dan setiap generasi bisa saja
menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.

 Pengaruh (Effect)
Ilmu pengetahuan memiliki dua pegaruh, yaitu : 1) pengaruh terhadap teknologi dan industri; 2)
pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang berkembang pesat merupakan produk dari
ilmu pengetahuan yang mempunyai dampak besar terhadap  perkembangan ilmu, sehingga
nampak seperti yang terjadi dalam perubahan sifat dan ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi
tidak akan dapat diputar ulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami proses
terindustrialisasi. Ilmu pengetahuan yang terindustrialisasi ini menjadi bagian utama dari
penggerak ilmu pengetahuan dan menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki
prestise tinggi.
C) Proposisi adalah pernyataan-pernyataan tentang hubunga yang terdapat pada dua term. Suatu proposisi
mempunyai tiga bagian yaitu : subyek, predikat, dan pernyataan hubungan antara subyek dan predikat
 Proposisi Restriktit adalah proporsi yang subyeknya berupa term umum terbatas pada bagian
tertentu dari eksistensinya : Contoh Kursi yang kamu duduki terbuat dari kayu jati
 Proposisi Eplikatif adalah proposisi yang subyeknya berupa term umum ditegaskan dengan
penjelasanya, Contoh : Semua manusia pasti akan mati
 Proposisi Kopulatif adalah proposisi yang didalamnya terdapat sejumlah subyek atau predikat
dan dihubungkan dengan kata dan atau baik atau tidak contoh : IPS tidak sama dengan IPA
 Proposisi Adversative adalah proposisi yang jumlah subyeknya atau oredikatnya
dihubungkan dengan kata tetapi. Contoh : Dia seorang penjual tetapi bukan seorang ahli
ekonomi
 Proposisi Ekslusif adalah proposisi yang yang subyek atau predikatnya diterangkan dengan
kata hanya, Contoh : Pak Ridwan hanya seorang Guru ips
 Proposisi Ekseptif adalah proposisi yang subyeknya diterangkan dengan kata kecuali, Contoh
: Semua makhluk hidup kecuai manusia mempunyai akal
 Proposisi Kompratif adalah proposisi yang predikatnya dibenarkan (disangkal) terdapat
dalam satu subyek dalam taraf lebih besar atau lebih kecil dari yang lain. Contoh : Orang tua
lebih bijaksana daripada anak
 Proposisi Disjungtif adalah yang dua bagianya dihubungkan dengan kata apabila, jika tidan
dan sebaginya, Contoh : IPS tidak akan ada jika tidak ada PKN
 Proposisi Rekatif adalah proposisi yang dua bagianya dihubungkan dengan kata dimana dan
disitu contoh : Dimana ada kamu disitu tempatku sangat berarti
 Proposisi Konjungtif adalah proposisi yang menyangkut dan predikat secara bersama dapat
benar diterapkan pada subyek yang sama dalam waktu control

Anda mungkin juga menyukai