Anda di halaman 1dari 7

DESKRIPSI ETNOWISATA “BENCANA” KAJIAN WISATA DI LERENG MERAPI

Etnografi tentang etnowisata bencana menyajikan hasil penelitian respon kepariwisataan


masyarakat Desa Umbulharjo di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta yang merupakan
wilayah luluh-lantak akibat awan panas dan lahar dingin dari letusan Gunung Merapi yang
terjadi pada tahun 2010 lalu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan paradigma etnosains.
Respon kepariwisataan tersebut muncul untuk memenuhi kebutuhan wisatawan seperti atraksi
wisata, fasilitas wisata, dan layanan wisata. Wisatawan yang berdatangan memilki tujuan yaitu
ingin menyaksikan dampak dari letusan Gunung Merapi. Adanya wisata tersebut diterima positif
oleh masyarakat karena sebagai sebuah berkah untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan mereka sehari-hari.

 Wisata bencana adalah kata yang mempunyai makna yang berlawanan. Wisata artinya adalah
suatua aktivitas untuk bersenang-senang, sedangkan bencana memiliki arti sesuatu yang
menakutkan, merusak, dan merugikan. Sehingga wisata bencana diartikan sebagai suatu
aktivitas bersenang-senang di atas penderitaan orang lain. Namun pada artikel tidak bertujuan
menjawab perdebatan tentang wisata bencana melainkan bertujuan untuk mejelaskan realitas
kepariwisataan di daerah Umbulharjo, Yogyakarta setelah kawasan tersebut dibuka untuk
umum yang selalu penuh dengan wisatawan dari Yogyakarta, luar kota bahkan luar negeri.
 Beberapa hal yang perlu diteliti adalah tentang pengetahuan tentang pola-pola aktivitas
penduduk Desa Umbulharjo yaitu respon mengenai kedatangan wisatawan ke desa
Umbulharjo. Perangkat teoritis yang sesuai adalah Ethnoscience (etnosains) yang dapat
ditemukan dalam disiplin antropologi. Etnosains merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh
suatu bangsa tertentu atau kerangka pemikiran untuk mengungkap perangkat pengetahuan
tersebut.
 Walaupun telah merusak dan mepora-porandakan daerah Desa Umbulharjo, namun ada
hikmah dibalik bencana letusan Gunung Merapi tersebut. Merapi memiliki segi positif dan
segi negatif. Positifnya adalah membawa rejeki seperti pasir dan adanya wisata. Negatifnya
adalah memakan korban.
 Respon penduduk masyarakat tentang kepariwisataan disebut dengan istilah etnowisata, yaitu
perangkat pengetahuan dan aktivitas yang muncul dan dikembangkan oleh masyarakat untuk
melayani dan menyambut wisatawan atas dasar pemahaman serta pengetahuan yang dimiliki.
Sedangkan etnowisata bencana adalah perangkat pengetahuan yang dimiliki oleh suatu
masyarakat untuk melayani dan menyambut wisatawan yang ingin melihat dampak dari
bencana dan berkenaan dengan bencana itu sendiri.
 Desa Umbulharjo terletak di lereng Gunung Merapi bagian selatan, yang merupakan salah
satu desa di Sleman, tepatnya di Utara Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Desa
Umbulharjo memiliki tingakat kesuburan tanah tinggi karena berada di lereng Gunung.
Padukuhan Pelemsari adalah dua pendukuhan yang luluh-lantak karena dampak letusan
gunung Merapi pada tahun 2010. Awan panas terjadi di Desa Pelemsari yang menewaskan
juru kunci Meerapi, yaitu Mbah Maridjan. Puluhan kampung yang terletak di bantaran Kali
Opak dan Kali Gendol juga porak-poranda akibat material gunung Merapi.
 Respon masyarakat khususnya Pelemsari dan Pangukrejo terhadap banyaknya wisatawan
yang datang setelah letusan Merapi 2010, memunculkan organisasi baru yaitu Paguyuban
Kinahrejo di kelompok warga Pelemsari , Paguyuban Pedagang Pangukrejo di kelompok
warga Pangukrejo, dan tim Volcano Tour.
 Meletusnya Gunung Merapi di Desa Umbulharjo adalah peristiwa fenomenal di Indonesia.
Merapi dikenal oleh masyarakat luas dan mereka tertarik untuk datang dan melihat kondisi
lokasi bencana secara langsung. Ketika itu mayoritas masyarakat masih tinggal di
pengungsian. Sebagai respon terhadap wisatawan yang datang, sebagian warga sebagai
pengojek untuk mengantarkan wisatawan ke lokasi bencana. Beberapa dari mereka berjualan,
da nada pula warga yang meminta-minta di jalanan.
 Respon kepariwisataan masyarakat lokal muncul untuk memenuhi kebutuhan wisatawan,
yaitu:
- Atraksi Etnowisata
bekas-bekas dampak awan panas dari Gunung Merapi dan lahar dingin yang menutupi
area di Desa Umbulharjo merupakan atraksi yang paling menarik. Selain itu puluhan
reruntuhan rumah penduduk, harta benda, dan bekas tempat tinggal Mbah Maridjan
tersedia begitu saja tanpa diperbaiki lagi oleh masyarakat setempat. Berdasar atas
pengetahuan serta pemahaman yang dimiliki oleh penduduk mengenai wisatawan yang
datang, masyarakat mengembangkan kegiatan pariwisata yaitu wisata jelajah Kinahrejo.
Beberapa atraksi wisata yang ditawaran yaitu rumah penduduk lokal; rumah tokoh
lokal;tempat-tempat penting; wisata trail, wisata pengojek.
 Rumah Penduduk Lokal

Wisatawan biasanya bertanya kepada pemandu tentang rumah-rumah yang hancur, dimana
banggai rumah itu sering di foto atau digunakan sebagai backround pengambbilan foto para
wisatawan. Selain itu Tujuan Wisatawan datang ingin melihat melihat bekas rumah mba
maridjan,

 Rumah Tokoh local

Salah satu Wisata yang paling menarik untuk di foto adalah rumah mba marijan karena selalu
menjadi tujuan wisatawan untuk mengambil gambar, foto-foto bekas rumah mba Maridjan dan
tempat dimana dia meninggal.

Ada tukang foto keliling untuk memfoto wisatawan yang tidak membawa kamera. Dengan
membayar lima ribu rupiah foto akan diterima dua menit tentu hal ini membuat wisatawan
antusias.

 Wisata trail.

Selain menawarkan paket wisata diatas, masyarakat Kinahrejo juga menawarkan paket wisata
Trail Rp. 150.000/30 menit; kesinian jathilan Rp. 500.000, pentas; sewa trek Trail 75.000/jam.
Beberapa tempat yang dianggap penting disini antara lain adalah: Kesuburan, daerah aliran
panas, dan post post wisatawan.

 Wisata Pengojek

Selain mengantar wisatawan pengonjek harus memberikan informasi rute yang digunakan oleh
pengojek untuk memandu para wisatawan seperti Pos ojek,Puncak Kinah, Rumah Mba
Maridjan
- Fasilitas Etnowisata

Kedatangan oleh banyaknya wisatawan menimbulkan sejumlah masalah, sehingga diperlukan


layanan-layanan tertentu. Layanan ini berbeda dengan fasilitas. Layanan ini merupakan sebuah
peluang warga untuk membuka usaha dan menambah penghasilan. Warga Umbulharjo membuka
beberapa layanan untuk pengunjung seperti: warung; pengasong; layanan jasa antar dan pandu.

Fasilitas yang disediakan masyarakat setempat antara lain adalah tempat beribadah (Masjid,
Musholla), toilet Umum, tempat pasrkir, dan tempat berjualan.

 Rumah Ibadah

Ada empat rumah ibadah di lokasi lava tour, yaitu dua mu-shola ditempat parkiran, satu diresto
kinahrejo, dan satu masjid Al Amin, didekat rumah mba Maridjan masjid ini paling sering
digunakan untuk sholat para wisatawan.

 Toilet Umum

Beberapa toilet yang yang tersedia merupakan bantuan dari pihak luar. Satu unit toilet dengan
lima bilik yang berada dipuncak Kinna merupakan bantuan dari TAGANA, wisatawann mudah
menemukan toilet umum yang tersebar di area wisatawan seperti tempat parker, resto,informasi
center, disepanjang jalan naik,didekat warung-warung, masjid, dirumahnya mba Marijan.
Dimana terdapat lima bilik toilet, jika wisatawan menggunakan toilet berbiaya mereka perlu
memasukan Rp. 200’ sedangkan di Mba Marigan biaya toilet Rp. 3.000;.

 Tempat Parkir.

Tempat parker yang diluas juga tersedia dikawasan wisata ini. Terdapat tiga lokasi pasrkir di
situ. Dua lokasi pertama masuk dalam Padukuhann Pangkukrejo yang menjadi pengolahan
pemerintah desa. Namun tempat parker disamping portal menuju Kinahrejo pengunjung masih
harus membayar Rp. 2000; untuk motor dan Rp. 5000’ untuk mobil. Penngelolahan tempat
parker ini tidak lagi ditangan pemerintah desa, tetapi di paguyuban Kinahrejo.
 Tempat Berjualan

Masyarakat desa menyadari bahwa pengunjung yang datang juga membutuhkan makanan dan
minuman, tetapi kebutuhan ini tidak dapat penuhi. Berdasarkan atas tempatnya warung-warung
tersebar dikawasan umbulharjo yang sekarang dapat dibedakan menjadi tiga.

a.warung-warung di kawasann Kinahrejo

b.warung-warung dikawasan Pangkukrejo

c.Restoran Kinahrejo

warga setempat juga dikeompokan menjadi golongan Wong Asli, Wong jobo, korban,bukan
korban. Sapon adalah istilah local untuk menyebut punggutan bagi warga yang ngojek
maupun yang berdagang.

Tabel 11. Tarif Sapon Paguyuban Kinahrejo

Kategori Pedagang Tarif Sapon


Warga Asli-Tanah Sendiri Rp. 1000 Rp.2000
Warga Asli-Tanah Sewa/ dijalanan Rp. 2000 Rp. 4000
Warga Luar Warung Kecil Rp. 5000
Warga Luar Warung Besar Rp. 7000

Agar para wisatawan nyaman ketika mereka mengunjungi daerah wisata dan melihat
pemandangan sekitar maka diperlukan fasilitas-fasilitas tertentu, seperti rumah ibadah; toilet
umum; tempat berjualan.

- Layanan Etnowisata

Kedatangan oleh banyaknya wisatawan menimbulkan sejumlah masalah, sehingga diperlukan


layanan-layanan tertentu. Layanan ini berbeda dengan fasilitas. Layanan ini merupakan sebuah
peluang warga untuk membuka usaha dan menambah penghasilan. Warga Umbulharjo membuka
beberapa layanan untuk pengunjung seperti: warung; pengasong; layanan jasa antar dan pandu.
Untuk mengatur ini masyarakat Umbulharjo menggunakan patokan tempat tinggal dan status
pemilikan tanah, berdasarkan atas tempat tinggal, mereka yang ingin membuka tempat usaha
warung yang dikelompokan menjadi penduduk asli (Wong Asli) dan orang luar (Wong Njaba),
untuk membedakan penduduk aslu (Wong Asli) dan (Wong Njaba) mereka kemudian membuat
karsis untuk membedakan warga luar (Wong Njaba) dan warga asli (Wong Asli), bagi
penduduk asli proses untuk mendapatka tempat berdagang relative lebih mudah daripada orang
luar. Adapun layananya, 1.Layanan Jualan warung,layanan jualan Pengasong.

 Layanan Jasa Antar Pandu

Pada hari libur kawasan wisata kinahrejo dan sekitarnya memang ramai,oleh karenanya di
butuhkan layanan jasa untuk mengantar dan memandu wisatawan. Jika merek ingin naik
menuju kinahrejo mereka akan disambut oleh para pengojek yang juga pemandu yang
menawarkan dri, tariff yang diberlakukan oleh pagayuba ojek Kinahrejo ini adalah Rp. 200.00;
pulang pergi, termasuk tambahan menggenai panduan wisata , untuk selama 30 menit.

Penghasilan Pengojek tersebut akan dipotong Rp. 5.000; yang biasa disebut uang sapon atau
kas, jadi jika satu hari pengojek narik sebanyak lima kali maka, maka iya harus membayar uang
sapon sebanyak Rp. 25.000; baik pengojek dari pangukrejo dan Kinahrejo. Oleh karena itu
usaha mengojek dan memandu wisata merupakan lahan rezeki yang paling mudah dimasuki dan
sangat terbuka bagi warga setempat yang ingin menambah penghasialan.

Anda mungkin juga menyukai