Disusun Oleh :
Kelompok 3
UNIVERSITAS MATARAM
2023
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
terdapat dalam lingkungan tempat anak tinggal. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk
memanfaatkan budaya sebagai tempat belajar, salah satunya untuk meningkatkan keterampilan
sosial anak usia dini dalam tradisi begawe di suku sasak. Pengembangan keterampilan sosial siswa
sekolah dasar dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai sosial yang terdapat dalam tradisi
begawe di suku sasak. Tradisi begawe merupakan sebuah perhelatan makan bersama ataupun pesta
yang oleh masyarakat suku sasak dilakukan secara turun menurun. Adapun nilai-nilai yang
terkandung dalam tradisi begawe yang terdapat di suku sasak diantaranya ialah : Nilai Kerjasama,
Silaturrahmi, Perilaku adaftip, Sikap Peduli Kerukunan, dan kasih saying
2
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai kerjasama di dalam tradisi begawe?
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai silaturrahmi di dalam tradisi begawe?
3. Untuk mengetahui bagimana penerapan prilaku adaptif di dalam tradisi begawe?
4. Untuk mengetahui bagaima penerapan sikap peduli di dalam tradisi begawe?
5. Untuk mengetahui bagaimana nilai kerukunan di dalam tradisi begawe?
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan nilai kasih sayang di dalam tradisi Begawe?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
✓ Nilai Sosial
Menurut Susianti (2015) nilai sosial adalah suatu ukuran atau penilaian yang dijadikan
sebagai acuan dalam kehidupan masyarakat. Nilai ini menjadi sebuah ukuran sejauh mana
4
hubungan individu dengan individu yang lainnya dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial yang
dimaksud berupa gotong royong, musyawarah, kepatuhan kesetiaan dan lain sebagainya. Nilai
sosial dapat diartikan sebagai sesuatu yang baik, diinginkan, diharapkan, dan dianggap penting
oleh masyarakat.Hal-hal tersebut menjadi acuan warga masyarakat dalam bertindak.Jadi, nilai
sosial mengarahkan tindakan manusia (Syani, 2002:52). Sapriya (2015:54) menyatakan nilai sosial
terbagi menjadi dua bagian yaitu nilai substantif dan nilai prosedural. Adapun nilai subtansif ialah
sebuah keyakinan yang dipegang oleh seseorang atau umumnya yang didapatkan melalui hasil
belajar, dan bukan hanya menanamkan atau menyampaikan informasi saja melainkan setiap orang
tersebut memiliki keyakinan atau kepercayaan masing-masaing untuk dijalankan. Sedangkan nilai
prosedural ialah suatu nilai yang dipandang penting untuk disalurkan kepada setiap individu untuk
mengahdapi keberagaman individu yang berada dalam sebuah lingkungan agar supaya terhindar
dari hal-hal yang membahayakan dan menyimpang, nilai seperti ini lazimnya sudah dikenal benar
oleh banyak orang. Dipertegas kembali bahwa nilai ini dianjurkan untuk selalu diamalkan atau
dimiliki oleh setiap individu dikarenakan setiap orang menganggap benar.
Jadi, keterampilan sosial merupakan suatu keahlian bergaul yang dimiliki oleh
seorang atau individu untuk mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang meliputi
kemampuan dalam berkomunikasi, beradaptasi dengan lingkungan, menghargai orang lain
serta menerima kritikan atau masukan dari orang lain.
✓ Keterampilan sosial
Keterampilan sosial berasal dari dua kata yakni keterampilan dan sosial. Keterampilan
adalah suatu keahlian ataupun kemampuan yang dimiliki oleh seorang individu dalam melakukan
suatu perbuatan motorik secara kompleks dengan benar dan baik. Selanjutnya sosial ialah kata
yang berasal dari kata societis yang artinya masyarakat, lebih lanjut sosial juga berasal dari bahasa
latin yaitu socius yang berarti teman dan hubungan antar manusia dalam lingkup masyarakat atau
lingkungan sekitar (Musfhi, 2017).
Dalam pengertian lain keterampilan sosial adalah suatu bentuk prilaku, perbuatan serta
sikap individu yang ditampilkan kepada individu lain saat melakukan proses interaksi baik yang
dilakukan secara verbal maupun secara non verbal (Tuti Istianti, 2015). Lebih lanjut keterampilan
sosial merupakan suatu keahlian bergaul yang dimiliki oleh seorang atau individu untuk mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang meliputi kemampuan dalam berkomunikasi,
5
beradaptasi dengan lingkungan, menghargai orang lain serta menerima kritikan atau masukan dari
orang lain (Diana, 2018:39-34). Sejalan dengan pendapat diatas keterampilan sosial adalah suatu
kesatuan yang terdiri dari kemampuan berinteraksi, berkomunikasi dengan baik, kemampuan
untuk menampilkan prilaku yang baik serta mampu menjalin hubungan baik dengan lingkungan
sekitar sesuai yang diharapkan oleh sosial (Fitriah, 2017).
Jadi bisa disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu keterampilan
individu yang dimiliki dalam melaksanakan proses sosialisasi atau interaksi dengan
individu lain baik secara verbal atau non verbal seperti komunikasi, beradaptasi di dalam
masyarakat.
✓ Tradisi Begawe
Asal usul munculnya tradisi begawe adalah terdapat suatu kegiatan tempat berkumpulnya
para pemuda pemudi pada zaman dulu yang ada di suku sasak. Pada zaman dulu setiap akan
melaksanakan tradisi begawe di salah satu kampung atau dusun, maka yang punya gawe atau
disebut empunya menjalankan undangan (pesila’an) kepada seluruh keluarga, kerabat, saudara,
sahabat serta warga-warga yang ada dikampungnya (Saprudin, 2019:119-126). Adapun tradisi
begawe dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pesta artinya ialah sebuah tradisi turun menurun
masyarakat suku sasak untuk semua keluarga, sanak saudara, kerabat untuk makan di rumah yang
punya hajatan (Kampung Media. Com). Istilah lain dari begawe juga biasa disebut dengan acara
roah atau slametan (Harfin Zuhdi, 2018: 64-65).
Dari penjelasan para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tradisi begawe adalah
tradisi yang turun temurun dari masyarakat suku sasak untuk semua keluarga, sanak
saudara, kerabat untuk makan dirumah yang punya hajatan (tuan rumah atau epen gawe
). Arti lain dari tradisi begawe juga bisa disebut dengan acara roah atau slametan. Terdapat
beberapa jenis begawe seperti begawe merarik(nikahan), begawe nyunatan (khitanan) dan
begawe orang yang sudah meninggal dunia
Dalam tradisi begawe di masyarakat suku sasak terdapat dua jenis begawe yaitu begawe
beleq dan begawe beciq. Adapun begawe beleq ialah begawe yang dilaksanakan dengan besar-
besaran, biasanya dalam pelaksana annya menyembelih seekor sapi bahkan lebih dari satu.
Sedangkan begawe beciq ialah begawe yang dilaksanakan dengan sederhana saja atau dengan
6
kecil-kecilan, biasanya dalam pelaksanaannya menyembelih seekor kambing dan bahkan hanya
dengan cukup membeli daging sapi beberapa kilo gram saja (Abd. Syakur, 2006:247).
Tradisi begawe yang ada di suku sasak juga terdapat beberapa jenis begawe seperti begawe
merarik (nikahan), begawe Nuynatan (khitanan) dan begawe orang yang sudah meninggal dunia.
Selain itu menurut M. harfin Zuhdi (2018:64-85) begawe juga dilakukan di banyak kesempatan
seperti pada upacara kelahiran, pada hari-hari besar keagamaan, seperti Maulid Nabi dan Isra’
Mi’raj. Adapun begawe merarik merupakan tradisi begawe dilakukan oleh masyarakat dalam
rangka syukuran atas terselenggaranya sebuah pernikahan, tradisi begawe seperti ini harus dijaga
dan dilestarikan dikarenakan pada saat pelaksanaannya masyarakat berkumpul dan
bersilaturrahmi antara satu sama lain (Saprudin, 2019:119-126). Sedangkan tradisi begawe
nyunatan (khitanan) adalah sebuah acara atau perhelatannya yang tidak jauh beda dengan acara
begawe merarik (Abd. Syakur: 2006: 247).
Selain itu terdapat juga begawe kematian, Abd. Syakur (2006) menyatakan tradisi ini tidak
jauh berbeda dengan begawe merarik dan nyunantan (khitanan), pelaksanaannya hampir sama,
dimana jika epen gawe (orang yang punya gawe) memiliki harta yang lebih maka upacara atau
tradisi begawe dilakukan dengan besar atau istilahnya begawe beleq, dan sebaliknya juga apabila
epen gawe memiliki harta yang sedang-sedang upacara begawe yang dilakukan biasa-biasa saja.
Dalam pelaksanaan tradisi begawe untuk kematian biasanya dilakukan dua kali yaitu pada hari
pertama dari hari kematian yang biasa di sebut nyusur tanaq, dan pada hari ke sembilan yang di
sebut dengan nyiwaq. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghormati keluarga almarhum atau
almarhumah yang ditinggalkan.
✓ Suku sasak
Suku Sasak merupakan suku asali Lombok, dimana kata Sasak yang berarti bambu-bambu
yang dijadikan satu dan menjadi sebuah rakit yang kokoh dan Lombok berarti lurus dan konsisten
(Abd Syakur, 2006:10). Adapun suku sasak dimana penduduk aslinya merupakan etnis mayoritas
Lombok (Jamaluddin, 2018:1). Kemudian secara wilayahnya suku sasak meliputi seluruh
kabupaten Lombok, seperti Lombok timur, Lombok tengah, Lombok barat, Mataram dan Lombok
Utara. Namun untuk diketahui di masyarakat Lombok juga terdapat suku selain suku sasak seperti
suku sumbawa, suku Bima, suku Jawa, suku Bali, dan lain-lain (Abd. Syakur, 2006:10).
7
Pada suku sasak ini berbagai bentuk ekspresi budaya baik berupa warisan budaya benda
maupun warisan budaya tak benda. Warisan benda di Lombok umumnya berupa masjid kuno,
makam keramat, kemalik dan pura. Sedangkan warisan budaya bukan benda terangkum dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat suku Sasak dalam berbagai macam ritual kebudayaan seperti
Perang Timbung, Bau Nyale, Presean, Perang Topat dan masih banyak lagi (Suparman, 2017).
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi begawe yang terdapat di suku sasak
menurut hasil penelitian yang dilakukan diantaranya ialah sebagai berikut:
✓ Nilai Kerjasama
Kerja sama adalah suatu tingkah laku individu yang melibatkan antara mental dan emosional
dalam kegiatan kelompok yang mendorong mereka untuk memberi kontribusi serta tanggung
jawab dalam mencapai tujuan kelompok (Selly, dkk, 2019). Lebih lanjut ia menyatakan munculnya
sikap kerjasama dalam diri anak bisa terlihat dari aktivitas anak diluar ruangan.
Tradisi begawe seperti yang dijelaskan diatas merupakan sebuah tradisi pesta atau makan
bareng sebagai bentuk rasa syukur dengan mengundang seluruh keluarga, kerabat,sahabat dan lain
sebagainya yang secara turun menurun dilakukan di suku sasak. Tradisi begawe yang dimaksud
berupa begawe merariq, begawe nyunatan,dan begawe kematian.
Dalam pelaksanaannya biasanya dikerjakan dengan berkejasama, mulai dari persiapan acara,
mempersiapkan segala kebutuhan seperti lokasi, bahan masak, perlengkapan acara bahkan sampai
dana yang digunakan oleh yang punya gawe dalam pelaksanaan tradisi begawe. Zaenuddin (46)
mengatakan dalam pelaksanaan tradisi begawe yang ada di suku sasak dilakukan dengan
kerjasama, dalam pelaksanaanya warga-warga yang ada dilingkungan sekitar ikut serta dalam
membantu epen gawe (yang punya gawe) mulai dari acara dimulai sampai acara berakhir.
✓ Nilai Silaturrahmi
Seiring berkembangnya zaman, masyarakat dituntut untuk selalu memenuhi kebutuhan yang
selalu bertambah setiap harinya, hal ini menyebabkan sosialisasi antar masyarakat berkurang
karena memiliki kesibukan masing-masing dan jarang untuk berkumpul. Pelaksanaan tradisi
begawe memberikan banyak dampak positif bagi masyarakat suku Sasak di Desa Pejanggik, salah
8
satunya yaitu dengan kegiatan ini masyarakat dapat berkumpul dalam melaksanakan bermacam-
macam kegiatan masyarakat dalam tradisi tersebut.
Informasi yang diterima oleh peneliti dari hasil penelitian, bahwa dalam melaksanakan
tradisi begawe masyarakat bukan hanya sebatas untuk melestarikan hajatan atau selamatan serta
kebudayaan yang ada suku sasak, tetapi lebih dari itu, acara ini juga dilakukan untuk
bersilaturrahmi antar masyarakat karena dilihat dari letak antar dusun yang bisa dikatakan jauh
dan jarang bertemu kecuali ada acara tertentu yang melibatkan seluruh masyarakat, salah satunya
acara begawe. Selain itu, Sahromi (29) mengungkapakan bahwa dalam pelaksanaan tradisi begawe
kita bisa bertemu dengan keluarga, kerabat, saudara, sahabat serta warga dari dusun lain.
✓ Perilaku Adaftif
Pelaksanaan begawe di suku sasak terdapat sebuah aktivitas makan bersama yang biasa
dinamakan dengan istilah begibung. Begibung merupakan istilah makan bersama. Artinya dalam
pelakasanaan begibung semua masyarakat yang hadir pada acara begawe tersebut mengikuti
makan bersama.
Seperti yang disampaikan ibahwa begawe merupakan prosesi makan bersama yang
dilakukan dengan penyajian makanan menggunakan nampan atau nare yang kemudian di atasnya
ditaruh nasi dalam jumlah yang cukup banyak serta lauk pauk berupa daging, buah nangka dan
ares atau pohon pisang dengan bumbu khas sasak. Sajian itu biasa disebut dengan Dulang. Dulang
inilah yang diletakan secara berjajar sesuai dengan tamu undangan yang datang untuk makan
bersama. Biasanya dulang tersebut dinikmati oleh tamu undangan sebanyak 2-3 orang dalam satu
dulang (Kompasiana. Com).
Kegiatan begibung yang dilakukan seperti ini tentunya sangat berdampak positif terhadap
sosial anak, lebih dari itu juga terdapat nilai kemandirian dikarenakan dalam aktivitas begibung
setiap orang baik orang tua, dewasa serta anak-anak dipandang sama dan diberikan sajian makanan
yang sama untuk dimakan secara bersama-sama dengan teman ataupun orang-orang dilingkungan
sekitar.
✓ Sikap Peduli
Peduli adalah sikap keperihatinan dan keberpihakan terhadap keadaan sesama untuk
melibatkan diri dalam persoalannya. Orang yang peduli terhadap nasib seseorang lain adalah
9
mereka yang secara langsung terpanggil hatinya untuk melakukan sesuatu dengan tujuan ingin
membantu sesama.
Dalam tradisi begawe yang ada di suku sasak terdapat nilai yang dapat disampaikan kepada
anak usia dini, dimana menurut Ust. Madaluddin (39) dalam pelaksanaannya apabila epen gawe
(orang yang punya gawe) memiliki suatu permasalahan, maka biasanya warga-warga yang ada
disekitarnya dengan cepat saling membantu, misalnya dalam memberikan kebutuhan seperti dana,
beras, kayu bakar, daging, dan segala kebutuhan lainnya. Hal itu biasanya dikenal dengan Banjar
(Arisan).
✓ Kerukunan
Kerukunan yang dibangun dalam keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar akan
memberikan dampak positif dalam bermasyarakat dikarenakan potensi terjadinya konflik,
kesalahpahaman serta permusuhan tidak akan terjadi. Dengan mengedepankan hidup dalam
kerukunan maka kehidupan akan dalam keadaan damai, pun sebaliknya jika dalam masyarakat
tersebut terdapat perselisihan akan mudah untuk diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Hal ini terjadi juga dalam tradisi begawe di suku sasak, baik begawe merariq, begawe
nyunatan, dan begawe kematian, pelaksanaannya begitu kental dengan rasa nyaman, yang
membuat warga-warga hidup selalu dalam kerukunan dan tentunya akan sangat baik sekali jika
hal ini ditanamkan kepada anak usia dini untuk meningkatkan keterampilan sosianya.
10
Keterkaitan keterampilan sosial anak usia dini dengan tradisi begawe di suku sasak
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa keterampilan sosial anak usia dini adalah
kemampuan yang dimiliki anak dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya. Oleh sebab itu
kemampuan anak dalam berinteraksi penting bagi anak usia dini untuk dikembangkan sedini
mungkin, karena keterampilan sosial bagi anak usia dini merupakan fondasi ataupun dasar utama
dalam bersosilaisasi dengan masyarakat ketika dewasa kelak. Adapun keterampilan sosial anak
usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya ialah dengan menanamkan nilai-
nilai sosial yang terkandung dalam tradisi begawe.
Tradisi begawe yang ada di suku sasak dalam hal ini memiliki banyak nilai-nilai sosial yang
terkandung didalamnya, namun dalam proses internalisasnya orang tua sedikit sekali yang sadar
akan hal itu. Padahal apabila orang tua mengetahui akan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam
tradisi begawe yang ada di suku sasak tentunya akan sangat berdampak positif bagi anak usia dini
dikarenakan dengan nilai-nilai sosial yang ada tersebut bisa menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan keterampilan sosial anak usia dini. Adapun nilai-nilai yang bias diambil dari tradisi
begawe yaitu nilai kerjasama, silaturrahmi, prilaku adaptif, sikap peduli, kerukunan dan kasih
sayang.
11
peneliti meneliti kegiatan begawe yang berlangsung. Persamaan dari penelitian ini adalah
meneliti implementasi nilai social dalam tradisi lokal suku sasak.
2. Ahmad Sanusi dan Buana Sari (2020 ) melakukan penelitian yang berjudul “Internalisasi
Nilai-nilai Sosial Melalui Tradisi Begawe Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak
Usia Dini di Suku Sasak” . Penelitian tersebut bertujuan untuk mengungkapkan nilai-nilai
yang terdapat dalam tradisi begawe di suku sasak. Persamaan penelitian yang dilakukan
terletak pada tradisi yang akan diteliti dan apa yang akan diteliti. Perbedaan penelitiannya
terletak pada siapa yang akan diteliti. Ahmad Sanusi dan Buana Sari akan meneliti internalisasi
nilai social pada anak usia dini sedangkan peneliti pada anak usia sekolah dasar.
12
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Tempat penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk
memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung, tempat yang kami kunjungi untuk
lakukan penelitian adalah di Desa Midang. Desa Midang merupakan salah satu Desa diantara
16 Desa yang ada di Kecamatan Gunungsari yang berbatasan langsung dengan Kelurahan
Rembiga Kota Mataram. Selain itu juga Desa Midang mempunyai Luas 220 Ha, yang memiliki
delapan dusun di dalamnya. Secara geografis Desa Midang berbatasan dengan:
Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan , yakni dimulai dari bulan
November 2023 hingga April 2024.
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan di Desa Midang Kecamatan Gunung sari
Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Mulai dari bulan November
2024, hingga April 2024 dengan alasan :
13
Metodologi penelitian berasal dari bahasa “yunani yaitu mathodos = cara atau jalan,
logos = ilmu. Jadi metodologi penelitian membicarakan tata cara atau jalan sehubungan dengan
penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis”.
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-
langkah sistematis, metode berarti suatu cara kerja yang sistematik. Metode disini diartikan
sebagai suatu cara atau teknisi yang dilakukan dalam proses penelitian.
Metode sama artinya dengan metodologi yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan
formulasi metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian . Sedangkan penelitian adalah
semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah daLam suatu bidang
tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk
mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat ilmu serta tekhnologi.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa metode penelitian adalah suatu prosedur atau
cara untuk mengetahui sesuatu dengan langkah-langkah sistematis untuk mendapatkan fakta-
fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian atau hal-hal baru
dan menaikan tingkat ilmu serta tekhnologi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik
karena Penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah. Hal ini menunjukkan bahwa
pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal
yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami.
Di dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi
dan memotret situasi sosial secara menyeluruh, luas dan mendalam. Analisis data dilakukan
secara induktif berdasarkan pada data yang diperoleh di lapangan.
2. Prosedur Penelitian
Bogdan dan Taylor dalam Lexy menyatakan bahwa prosedur penelitian kualitatif
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati. Analisa dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena
permasalahan yang akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka tetapi mendeskripsikan
secara jelas dan terperinci serta memperoleh data yang mendalam dari fokus penelitian.
Penelitian kualitatif selalu berusaha mengungkap suatu masalah, keadaan atau peristiwa
sebagaimana adanya. Hasil penelitian diarahkan dan ditekankan pada upaya memberi gambaran
seobyektif dan sedetail mungkin tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek studi.
Penelitian kualitatif biasanya didesain secara longgar, tidak ketat, sehingga dalam
pelaksanaan penelitian berpeluang mengalami perubahan dari apa yang telah direncanakan. Hal
itu dapat terjadi bila perencanaan ternyata tidak sesuai dengan apa yang dijumpai di lapangan.
14
Meski demikian, kerja penelitian mestilah merancang langkah-langkah kegiatan penelitian.
Paling tidak terdapat tiga tahap utama dalam penelitian kualitatif yaitu:
a. Tahap deskripsi atau tahap orientasi. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan apa yang
dilihat, didengar dan dirasakan. Peneliti baru mendata sepintas tentang informasi yang
diperolehnya.
b. Tahap reduksi. Pada tahap ini, peneliti mereduksi segala informasi yang diperoleh pada
tahap pertama untuk memfokuskan pada masalah tertentu.
c. Tahap seleksi. Pada tahap ini, peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi
lebih rinci kemudian melakukan analisis secara mendalam tentang fokus masalah. Hasilnya
adalah tema yang dikonstruksi berdasarkan data yang diperoleh menjadi suatu pengetahuan,
hipotesis, bahkan teori baru.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya atau objek
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data primer dari wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang bersumber dari kegiatan begawe yang dilaksanakan oleh masyarakat
desa Midang
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah diterbitkan atau digunakan oleh pihak lain.
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data sekunder dari hasil dokumentasi, literatur dan
website maupun subjek lain seperti staff,guru dan peserta didik yang menunjang penelitian.
Dengan sumber data di atas, proses dan hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkap dan
menjelaskan nilai-nilai sosial yang terdapat pada tradisi begawe.
15
Penelitian dalam proposal ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan landasan teori
interaksi simbolik. Jadi penting kiranya peneliti harus memperhatikan simbol-simbol dalam
perayaan, serta pesan-pesan nonverbal yang berkaitan dengan upacara terutama masyarakat
yang melaksanakan begawe.
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi,
metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu.
Dalam proppsal berjudul Internalisassi Nilai Sosial Melalui Tradisi Begawe untuk
Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Sekolah Dasar di Suku Sasak ini, peneliti akan
melakukan wawancara langsung dengan sumber yang sesuai dengan judul skripsi.
Narasumber-narasumber terkait contohnya tokoh adat, tokoh masyarakat serta masyarakat
yang melaksanakan.
3. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam dokumen
yang berguna untuk bahan analisis. Di sini penulis bisa mencari buku-buku referensi serta
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang penulis lakukan. Studi dokumen bisa
diambil dari buku-buku juga penelitian terdahulu dengan judul yang mirip dengan penelitian
yang dilakukan peneliti. Peneliti juga harus mendalami dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan pendekatan penelitian yang peneliti gunakan.
16
Gambar 1. Analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-
hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan kata lain
proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian
untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data.
Dalam tahap ini peneliti menfokuskan diri untuk menyesuaikan data-data yang diterima
dalam penelitiannya dengan judul yang diangkat. Jika ada yang tidak penting atau tidak
menyangkut penelitian, maka penulis tidak perlu menjadikannya sebagai bahan data, jadi penulis
memastikan data yang diambil tercakup dalam jangkauan penelitian.
Hasil yang telah diperoleh di lapangan, baik itu dari observasi, wawancara dan yang lainnya,
akan diambil bagian-bagian yang penting dan menyangkut penelitian, serta disesuaikan dengan
pemahaman dari pendekatan yang dilakukan.
b. Penyajian data
Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan data atau informasi disusun, sehingga
memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data ini biasanya berbentuk
naratif atau berbentuk catatan lapangan.
Dengan adanya penyajian data dapat memudahkan penulis untuk memahami data penelitian
yang didapatkan, sehingga dapat merencanakan tahap selanjutnya berdasarkan data yang telah
disajikan.
17
Ketika peneliti telah mereduksi data, maka peneliti akan melakukan penyajian data, sehingga
memudahkan peneliti merancang rencana lanjutan penelitian kedepannya. Serta menyesuaikan
apakah data yang disajikan telah sesuai dengan pembahasan penelitian dan pendekatan yang
dilakukan.
18
bermakna untuk memahami gejala-gejala tertentu. Kedua, menunjukkan derajat kepercayaan
hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penelitii pada kenyataan ganda yang diteliti.
3.7.2 Keteralihan ( Transferability )
Ini berbeda dengan validitas eksternal dari non kualitatif, yaitu menyatakan bahwa
generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi
yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang secara representatif
mewakili populasi itu. Menurut Nasution ( 1996 : 118) : ” Bagi peneliti naturalistik,
transferbilitas tergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat
mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu ”.
3.7.3 Kebergantungan (Dependability)
Yaitu yang berkaitan dengan hasil konsistensi dari hasil penelitian. Apabila dilakukan
penelitian ulang, maka hasilnya harus tetap sama. Dengan demikan kebergantungan
merupakan konsistensi dari suatu permasalahan. Pada dasarnya permasalahan tersebut
berssifat unik dan tidak stabil, sehingga sulit untuk direkonstruksi kembali seperti semula.
Akan tetapi untuk mengantisifasi hal tersebut, dan untuk meyakinkan keabsahan hasil
penelitian, maka pada penelitian ini malakukan pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa apa
yang dianalisis dan dilaporkan memang begitu adanya.
3.7.4 Kepastian (Confirmability)
Kepastian berasal dari konsep ”objektifitas” menurut non kualitatif. Apabila non kualitatif
menekankan pada orang, maka penelitian alamiah menghendaki agar penekanan bukan pada
orangnya, melainkan pada data. Mengingat peneliti adalah instrumen utama dalam
pengumpulan dat, maka tingkat objektifitasnya semaksimal mugkin melalui penggunaan
metode, dan teknik pengumpulan data yang tepat dan sesuai dengan objek kajian serta
pendekatan dalam penelitian itu sendiri.
19