Anda di halaman 1dari 12

Tugas B.

Indonesia
Cerita Fantasi
Judul: Kucing yang Tersesat

KELAS: 7I

Anggota Kelompok:
 Nurul Carima / 33
 Melsa Auril Pranatha / 22
 Dina Artikasari / 10
 Satrio Alif Mahendra / 35
 Firman Syawaludiansyah / 16
 Elvaretta Khiara Salsabilla / 12
Kucing yang Tersesat

Suatu hari, hiduplah seekor kucing rumahan yg tinggal bersama majikannya


di rumah dekat hutan. Kucing itu hidup dengan mewah. Makanan dan minuman
sudah tersedia, tempat untuk tidur pun juga sudah tersedia.

Majikannya juga baik, sering mengajak main si kucing,


merawat dan menjaganya. Si kucing pun jadi terbiasa di manja majikannya.
Saat senja, si kucing bosan menunggu majikannya pulang kerja.
Kucing: “Majikan lama banget, biasanya ga sampai selarut ini.”
Kucing yg bosan menunggu memutuskan untuk bermain bola. Si kucing
langsung berlari mencari bola. Ia menemuka bola kecil berwarna merah di dekat
jendela. Tanpa pikir panjang, ia langsung melemparkan bola keatas dan

memainkannya.
Tanpa sengaja, bola merah yg dimainkan si kucing terlempar keluar jendela.
Si kucing yg keasikan bermain, tanpa pikir panjang, langsung berlari keluar
rumah untuk mencari bola. Setelah beberapa menit mencari, si kucing berhenti
sejenak untuk beristirahat. Seketika ia sadar bahwa dirinya sudah tidak lagi ada
didalam rumah. Ia panik, takut tidak bisa kembali, ia sama sekali tidak tahu arah
jalan pulang, yg ia lihat hanya pepohonan rimbun.
Kucing: “Dimana aku? Tempat apa ini? Aku belum pernah kesini
sebelumnya. Dan kenapa banyak pohon? Aku dimana?”
Selang beberapa menit, ia merasa tenggorakannya kering.
Kucing: “Uhh.. Haus, aku butuh air, tapi dimana? Dimana aku bisa
mendapatkan air?”
Ia pun berusaha mencari air untuk diminum. Setelah lama ia mencari,
akhirnya ia menemukan sebuah danau dengan air yg segar. Tanpa pikir panjang,
ia langsung meminumnya.
Kucing: “Ahh.. SEGAR!”
Tanpa sadar ternyata ada hewan lain yang sedang memerhatikan Kucing.
Kucing tidak menyadarinya, karena jaraknya yang lumayan jauh. Hewan itu
adalah burung gagak. Tanpa pikir panjang, Gagak langsung pergi terbang
memberitahu teman-temannya bahwa ada kucing rumahan di hutan belantara.
Di tengah hutan gagak menghampiri teman-temannya yang sedang makan
bersama.
Gagak : “Hei! Man-teman, coba tebak apa yg barusan aku lihat? Barusan aku
bertemu dengan-“
Kelinci: “Pacarmu?”
Musang: “Kelinci, Gagak kan jomblo!”
Kelinci: “Oh iya, hehe.”
Gagak: “Kok sakit ya..”
Musang: “Jadi? Cepat katakan apa yg barusan kau temukan, gagak?”
Gagak: “Barusan aku bertemu dengan seekor kucing!”
Kelinci: “Hah? Kucing? Oh.. Baiklah.”
Musang: “Jangan bodoh, gagak! Di Hutan ini pasti banyak kucing liar, kenapa
kau sebegitu mempermasalahkannya?”
Kelinci: “Tau tuh, udah seperti hewan yg ga pernah bertemu dengan kucing
saja, huh!”
Sang Gagak yg awalnya sudah yakin dengan respon mereka biasa saja,
seolah di sudah siap menerima respon seperti itu dari teman-temannya. Gagak
yg yakin kalau kucing itu bukan kucing liar biasa langsung berusaha membela diri
dengan mengatakan yg sebenarnya.
Gagak: “Sudah kuduga kalian tidak akan percaya denganku begitu saja.”
Kelinci: “Kalau sudah tahu, kenapa tetap mengatakan hal yg tidak penting?
Benar-benar menyebalkan.”
Musang: “Hei! Tenang lah. Jangan bertengkar hanya karena masalah
sepele.”
Melihat dua temannya hampir bertengkar, Musang hewan yg paling
bijaksana diantara mereka berusaha melerai dan menyuruh kelinci untuk
mendengarkan penjelasan dari Gagak dulu.
Musang: “Dengarkan dulu penjelasan Gagak, Kelinci! Aku yakin ada sesuatu
yg ingin gagak sampaikan.”
Kelinci: “Hmm, baiklah Musang yg bijaksana.”
Musang: “Bagus! sekarang jelaskan maksud perkataanmu, Gagak.”
Sementara itu, si Kucing yg sedang ada di Danau, mulai merasa lelah karena
hari semakin gelap. Ia mulai merasa resah karena masih belum menemukan
jalan pulang.
Kucing: “Bagaimana ini? Hari sudah mulai gelap, tapi aku belum tahu cara
keluar dari tempat ini bagaimana.”
Si kucing yg dari senja belum makan mulai merasa lapar, perutnya sudah
tidak bisa berteman. Ia sangat lapar tapi tidak tahu harus cari makan dimana. Ia
mulai jalan mencari makan di daerah Danau.
Kucing: “Uhh, perutku. Lapar, bagaimana ini? Dimana aku harus mencari
makan? Seharusnya sekarang waktunya aku makan malam kan?”
Kembali ke Gagak, ia mulai menjelaskan maksud dari perkataanya. Ia
berharap teman-temannya percaya dengan dirinya.
Gagak: “Jadi barusan aku bertemu dengan seekor kucing rumahan yg
sepertinya selalu dimanja dengan majikannya.”
Kelinci: “Tunggu, apa? Kucing rumahan?!”
Musang: “Bagaimana kau yakin kalau yg barusan kau temukan adalah seekor
kucing rumahan? Bukan Kucing liar?
Kelinci: “Apa kau yakin?”
Musang: “Coba jelaskan lebih detail, Gagak!”
Gagak: “Aku melihat dia sedang minum air di Danau.”
Kelinci: “Kucing rumahan? Kau yakin nih? Bukan Kucing liar?”
Gagak: “Ya! Aku yakin! Dia mengenakan kalung yg berbunyi seperti bell.
Bulunya juga lembut, bagus, dan terjaga dibanding Kucing liar lainnya.”
Mendengar penjelasan Gagak, mereka langsung pergi mencari kucing yg
Gagak maksud. Mereka ingin membantu kucing, karena mereka yakin kucing itu
sedang tersesat.
Kelinci: “Tunggu apa lagi, ayo cari kucing itu!”
Musang: “Gagak tuntun kami.”
Gagak: “Baik.”
Mereka langsung berlari ke Danau, karena Danau di Hutan hanya ada satu.
Mereka pergi ke Danau terlebih dahulu, tempat Gagak melihat si kucing terakhir.
Setelah sampai di Danau, mereka melihat sekeliling. Tidak ada seekor
kucing. Mereka berusaha mencari, karena di Hutan sedang ada pemburu yg
berkeliaran.
Kelinci: “Dimana kucing itu?”
Musang: “Sepertinya dia sudah pergi.”
Gagak: “Pergi? Tapi kucing itu pasti tidak tahu arah.”
Kelinci: “Gagak benar, kita harus mencarinya.”
Musang: “Kita cari dulu disekitar sini, mungkin ia masih ada.”
Gagak: “Baiklah.”
Kelinci: “Kita berpencar saja bagaimana?”
Musang: “Kelinci benar, Gagak cari dari atas, Kelinci cari kesana, biar aku yg
cari kesini.”
Mereka langsung berpencar, dan berusaha mencari kucing itu sebelum
gelap datang. Selang beberapa menit, Kelinci menemukan seekor kucing yg ciri-
cirinya sama seperti yg dikatakan Gagak. Ia menemukan kucing itu dibalik
semak-semak, dan sepertinya kucing itu sedang tidur.
Kelinci: “Apa ini Kucing yg Gagak maksud?”
Kelinci itu langsung pergi dan memberitahukan ke teman-temannya
Kelinci: “Hei, sepertinya aku berhasil menemukan kucing yg Gagak maksud.”
Musang: “Dimana? Dimana kau menemukannya?”
Kelinci: “Ada dibalik semak-semak, sepertinya ia tidur.”
Gagak: “Ayo kita temui.”
Mereka langsung pergi ketempat yg Kelinci maksud.
Kelinci: “Mm.. Hai.”
Kucing: “Siapa kalian? Mau apa kalian?”
Musang: “Sepertinya kau tersesat, butuh bantuan? Kami bisa membantumu
keluar dari Hutan ini.”
Kucing: “Hah? Kalian?”
Musang, Kelinci, dan Gagak yg punya niat baik, malah di respon buruk
dengan kucing.
Kucing: “Tapi maaf, aku gak suka berteman dengan hewan seperti kalian!”
Kelinci: “Hewan seperti kami? Tunggu, apa maksudnya?”
Kelinci mulai kehilangan kesabaran setelah mendengar Kucing bicara
seperti itu.
Kucing: “Iya, seperti kalian. Kalian gak lihat? Aku ini Kucing yg terjaga
kebersihannya, buluku halus dan lembut, aku bukan Kucing liar yg bisa
sembarangan cari teman. Lebih baik kalian membantuku saja keluar dari sini,
tidak perlu sampai berteman, bagaimana?”
Musang yg sudah yakin niat baik teman-temannya akan direspon buruk
oleh kucing, biasa saja setelah mendengar dirinya dan teman-temannya dihina
seperti itu.
Musang: “Huft.. Iya kalau aku sih tidak masa-“
Kelinci: “GAK!”
Musang: “Ah kelinci, tapi..”
Kelinci: “Bagaimana bisa kau mau memberikan bantuan pada hewan yg tidak
tau terimakasih?!”
Gagak: “Kelinci benar, aku tidak mau membantunya. Aku kira ia benar-benar
menderita saat melihatnya terjebak di Hutan ini.”
Kelinci: “Aku juga sempat berpikir seperti itu! Tapi mendengar ia berkata
seenaknya membuatku enngan membantunya.”
Musang: “Teman-teman, jangan seperti itu donk. Kucing mungkin salah, tapi
bisakah kalian memaafkan dan memaklumi perbuatannya barusan?”
Kelinci: “AYO PERGI!”
Musang: “Hei, tunggu, mau kemana kalian?”
Kelinci dan Gagak yg sudah terbakar emosi, langsung pergi tanpa rasa
bersalah. Sedangkan musang yg masih bersama dengan Kucing.
Musang: “Hei, maafkan teman-temanku tadi ya. Mm.. Tapi sepertinya kau
juga salah, jadi-“
Kucing: “Apa?! Mau apa lagi kau? Kenapa masih disini? Gak pergi dengan
teman-temanmu barusan? Aku tidak butuh bantuan dari hewan seperti kalian!”
Musang: “Tunggu, tapi-“
Kucing: “Dan aku juga tidak butuh belas kasihan dari kalian terutama dari
kau! Musang yg sok baik!”
Musang: “Apa?!”
Musang yg hampir hilang kesabaran berusaha tetap sabar.
Musang: “Huft.. baiklah jika itu pilihanmu.”
Musang pun ikut pergi meninggalkan Kucing itu sendirian dan menyusul
teman-temannya yg sepertinya masih emosi.
Musang: “Huh! Benar-benar menyebalkan, padahal niatku benar-benar
tulus, tapi dengan gampangnya dia bilang ‘Musang sok baik!’ huh! Kesal!!”
Sementara itu, ditempat Kucing..
Kucing: “Siapa sih mereka?! Benar-benar tidak tahu diri. Hewan seperti
mereka mau coba berteman dengan Kucing seperti aku? Huh! Mimpi kali. Lagian
kenapa mereka jadi sok baik dan sok akrab gitu sih, aku bisa kok cari jalan pulang
sendiri.”
Pemburu: “Wah.. Sepertinya ada kucing buruan bagus nih.. Lumayan buat
dijual.”
Kucing: “Siap-“
Pemburu: “Hai kucing lucuu, nyasar ya? Harusnya kucing seperti kau tidak
ada di Hutan seperti ini.”
Kucing: “Uwaa, siapa dia? Pemburu? Aku harus kabur!”
Pemburu: “Sepertinya aku dapat rezeki nomplok nih.”
Kucing tidak sengaja bertemu dengan pemburu, dan ia sendiri juga
sebenarnya tidak tahu kalau di Hutan ada pemburu. Kucing yg tidak tahu apa-
apa sepertinya sudah jadi incaran pemburu itu. Ia pun berusaha kabur, tapi
sayangnya pemburu itu membawa senapan. Saat mencoba kabur, kakinya
tertembak senapan itu dan membuat ia jadi tidak bisa berjalan.
Kucing itu terjatuh, kakinya sakit,
sepertinya ia sudah tidak bisa berjalan karena senapan itu mengenai kaki Kucing.
Melihat kucing yg sudah tidak bisa apa-apa, ia langsung membawanya untuk
dijual.
Pemburu: “Tunggu disini dulu ya kucing manis, aku akan segera kembali lagi.
Aku pergi cari buruan lain ya? Sampai jumpa”
Si Kucing dimasukan kedalam kandang besi yg membuatnya tidak bisa apa-
apa, hanya menangis yg bisa ia lakukan.
Sementara itu, Musang, Kelinci yg mendapat kabar bahwa kucing
tertangkap oleh pemburu..
Musang: “Kau yakin, Gagak?”
Gagak: “Ya, aku yakin! Aku melihatnya sendiri, kucing itu ada didalam
kandang buatan pemburu.”
Musang: “Kalau begitu kita harus membantunya.”
Kelinci: “Apa?! Membantunya? Ogah! Kalian saja yg membantu, aku sih gak
mau!”
Gagak: “Iya, aku juga gak mau.”
Musang: “Kenapa kalian jadi seperti ini sih?! Ada apa dengan kalian?!”
Kelinci: “Ada apa kau bilang?! Sudah jelas-jelas kemarin kucing itu telah
seenaknya memghina kita! Dan sekarang kau mau menyuruh kami
membantunya? Lakukan saja sendiri! Ayo pergi, Gagak.”
Kelinci yg gampang emosi tidak mau menolong Kucing. Kelinci benar-benar
marah dengan Kucing.
Kelinci: “Bantu dia, Musang. Jangan melibatkan kita berdua. Mungkin itu
karma untuknya karna sudah seenaknya menghina kita!”
Musang: “..!!”
Gagak: “Maaf”
Musang: “APA YANG BAKAL KALIAN LAKUKAN JIKA KALIAN ADA DI POSISI
KUCING?!”
Kelinci: “..!?”
Gagak: “Hah?!”
Musang: “APA?! JAWAB! KENAPA DIAM? KENAPA GAK MAU JAWAB? GAK
BISA JAWAB?!”
Kelinci: “Apa maksudmu, Musang?! Jangan buat emosi ku semakin naik!”
Musang: “Emang kenapa kalau kau emosi? Bisa apa kau?!”
Kelinci: “..!!”
Suasana semakin tegang, Kelinci dan Musang benar-benar emosi. Gagak yg
diam saja daritadi bingung harus bagaimana. Gagak pun berusaha melerai
mereka, dengan menenangkan mereka berdua.
Gagak: “Hei-hei, jangan gaduh gini donk. Kita bisa bicarakan ini baik-baik.
Jangan karena masalah Kucing, kita jadi musuhan.”
Kelinci: “Huft.. Baiklah. Sekarang jelaskan alasanmu bersihkeras menyuruh
kami untuk membantu kucing!”
Musang: “...”
Kelinci: “Kenapa diam? CEPAT KATAKAN!”
Musang: “Karena aku tahu apa yg dirasakannya. Dan harusnya kau juga ingat
tentang masa lalu mu!”
Kelinci: “Apa maksudmu!? Kenapa kau jadi membahas tentang masa
laluku?!”
Gagak: “..!?”
Musang: “Kau juga sebenarnya bernasib sama dengan Kucing kann?! Dulu
kau juga Kelinci rumahan yg akhirnya dibuang majikanmu di Hutan ini!”
Kelinci: “..!!”
Musang: “Bukannya dulu sikap mu juga sama dengan Kucing?! Menolak
pertolongan dariku karena aku hanya hewan hutan yg kotor, dan jelek?!”
Kelinci: “...”
Musang: “Sampai kau hampir jatuh di Jurang dan karena itu juga kau
menyesali perbuatanmu?!”
Gagak: “Tunggu.. Ada apa ini sebenarnya?”
Kelinci: “Cih.. Benar-benar menyebalkan. Baiklah, karena kau memaksa,
kami akan membantu.”
Gagak: “Hah? Lho? Tapi-“
Kelinci: “Kalau kau tidak ingin ikut gak apa-apa kok.”
Gagak: “Uhh.. Baiklah, aku ikut.”
Musang: “Kalau begitu ayo pergi.”
Mereka pun bergegas pergi membantu Kucing.
Kelinci: “Kita gak mungkin langsung membebaskannya begitu aja kann?”
Musang: “Ya, benar.. Kita butuh rencana.”
Gagak: “Kalau begitu apa rencananya?”
Musang: “Hmm.. Masih kupikirkan.”
Mereka segera memikirkan rencana untuk membebaskan Kucing.
Musang: “Ah, begini saja.. Gagak, kau terbanglah, berjagalah jika pemburu
itu datang. Biar aku dan Kelinci yg membebaskan Kucing itu.”
Mereka pun segera menjalankan rencana.
Gagak: “Aman, tidak ada tanda-tanda kedatangan pemburu.”
Musang: “Kelinci, ayo”
Mereka berdua segera membebaskan Kucing, dan segera pergi mencari
tempat yg aman.
Musang: “Lukanya ga terlalu dalam, cuman tergores dan sudah aku obati.”
Kucing: “Kenapa? Kenapa kalian membantuku? Padahal sudah jelas barusan
aku menyakiti kalian.”
Kelinci: “Mm.. Kenapa ya? Karena kasihan mungkin?”
Kucing: “Ah, terimakasih.. Dan maaf karena sudah mengejek kalian. Aku
benar-benar minta maaf.”
Musang: “Kami sudah memaafkanmu kok, jangan khawatir. Tapi aku harap
kau tidak akan mengulanginya lagi.”
Kucing: “Tentu, aku tidak akan mengulanginya.”
Gagak: “Kalau begitu, mari.. kita antarkan kamu pulang.”
Kucing: “Ah, ya.. Terimakasih banyak.”
Dalam perjalanan mengantarkan kucing pulang, mereka bercerita banyak
sekali. Sampai akhirnya mereka harus berpisah.
Kucing: “Sepertinya kita harus berpisah disini.”
Musang: “Ah, iyaa.”
Gagak: “Kalau ada waktu, jangan lupa mampir.”
Kucing: “Ah, yaa tentu.. Dengan senang hati.”
Kelinci: “Baiklah jangan banyak basa-basi. Pergilah sebelum pagi, majikanmu
pasti mengkhawatirkanmu.”
Kucing: “Ah iya, kalau begitu terimakasih banyak, dan sekali lagi maafkan
aku, aku benar-benar minta maaf.”
Kelinci: “Ya, tidak masalah.. Sudah aku lupakan kok.”
Musang: “Sama-sama.”
Gagak: “Sampai jumpaa.”
Kucing: “Terimakasih banyak teman-teman, aku bersyukur bisa bertemu
dengan kalian. Kalau begitu, sampai bertemu lagi.”
Kucing kembali kerumahnya, dan teman-temannya juga kembali ke Hutan.
Kucing belajar banyak tentang kehidupan. Dan tentang untuk tidak
menyombongkan diri. Mereka semua pun kembali hidup bahagia di posisi
kehidupan mereka masing-masing.

-Tamat-

Anda mungkin juga menyukai