Anda di halaman 1dari 6

SIARAN PERS

“Seruan Solidaritas Terhadap Mahasiswa Papua atas Pembubaran Diskusi Berkedok Operasi Yustisi”

Pada hari Jumat tanggal 06 Juli 2018 Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) surabaya mengadakan diskusi
mingguan di Asrama M ahasiswa Papua yang terletak di Jalan kalasan No. 10 Tambaksari, Surabaya.
Pada sekitar jam 20.30 WIB, Camat Tambaksari bersama ratusan anggota kepolisian, TNI, dan satpol PP
kota Surabaya mendatangi Asrama Mahasiswa Papua dengan alasan akan melakukan operasi yustisi.
Namun ketika perwakilan mahasiswa Papua dan dua orang peserta diskusi serta salah satu pengacara
publik LBH Surabaya menanyakan surat perintah/surat tugas, pihak camat tambaksari tidak bisa
menunjukkan surat tersebut.

Dua orang peserta diskusi, Anindya dan Isabella berusaha untuk berdialog dengan damai dengan pihak
camat namun di tengah dialog tersebut, salah seorang polisi meneriaki Anindya dengan kata-kata kasar
kemudian situasi mulai memanas. Isabella dan pengacara publik LBH Surabaya diseret oleh aparat
kepolisian, sedangkan Anindya juga dilecehkan oleh oknum aparat kepolisian, dadanya dipegang dan
kemudian diseret beramai-ramai ketika berupaya untuk meminta pertolongan.

Camat Tambaksari bersama ratusan anggota kepolisian, TNI, dan Satpol Pp kota Surabaya meninggalkan
lokasi Asrama Mahasiswa Papua baru meninggalkan tempat sekitar pukul 23.00 Wib. Menurut
pandangan kami, operasi yustisi hanya digunakan sebagai kedok untuk membubarkan diskusi. Karena
jika memang Camat Tambaksari sedang melaksanakan operasi yustisi, seharusnya mereka dapat
menunjukkan surat perintah/surat tugas berdasarkan pemendagri yang berlaku. Selain itu jika memang
melaksanakan operasi yustisi kenapa harus melibatkan anggota kepolisian dan TNI, bahkan polisi
bersenjata laras panjang.

Berdasarkan pasal 10 Permendagri Nomor 14 Tahun 2015 tentang pedoman pendataan penduduk non
permanen, secara jelas tertulis bahwa prosedur pendataan penduduk non permanen harus melalui surat
dari walikota kepada lurah setempat dengan melampirkan formulir pendataan penduduk. Selanjutnya
harus ada surat pemberitahuan kepada penduduk yang bersangkutan melalui RT/RW setempat, setelah
dilakukan pemberitahuan secara tertulis maka baru dapat dilakukan pendataan oleh dispendukcapil
setempat. Bahwa dalam prakteknya pada operasi yustisi pada tanggal 06 Juli 2018 di Asrama Papua
Kalasan Surabaya tidak ada keterangan laporan dari warga sekitar sebagai dasar dipraktekannya
Permendagri Nomor 14 Tahun 2015 tentang tentang pedoman pendataan penduduk non permanen,
selain itu dalam operasi yustisi camat Tambaksari tidak membawa surat tugas atau pemberitahuan
apapun atas operasi yustisi. Atas dasar itulah, membuktikan bahwa OPERASI YUSTISI YANG DIMAKSUD
OLEH KOMPOL PRAYITNO SELAKU KAPOLSEK TAMBAKSARI MERUPAKAN TINDAKAN ILEGAL sebab tidak
ada keterangan perihal keterangan laporan dari warga sekitar dan tidak adanya surat tugas/surat
pengantar.

Tindakan represif aparat kepolisian terhadap mahasiswa papua tidak hanya sekali terjadi. Tanggal 1 Juli
2018, diskusi yang dilaksanakan oleh mahasiswa papua di asrama mahasiswa Surabaya dibubarkan
paksa oleh aparat kepolisian dan di kota Malang pembubaran diskusi mengakibatkan beberapa
mahasiswa Papua terluka. Menurut keterangan dari mahasiswa papua di Surabaya, mereka sering
mendapatkan larangan untuk melaksanakan aksi-aksi demonstrasi dan intimidasi ketika mengadakan
diskusi. Contohnya pada saat Hari Buruh tanggal 1 Mei 2018, Bu Risma selaku walikota Surabaya
menghubungi korlap aksi untuk memerintahkan mahasiswa Papua yang tergabung dalam barisan untuk
segera meninggalkan tempat dengan alasan yang tidak masuk akal.

Kami (FMN Surabaya, LBH Surabaya, AMP Surabaya, IPMAPA, Seruni Surabaya) beserta aliansi organisasi
mahasiswa dan sektor rakyat lainnya yang berjuang untuk mendorong pemajuan, pemenuhan hak
kebebasan berekspresi, berserikat, berorganisasi serta penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia
mengecam keras tindakan tindakan kekerasan terhadap mahasiswa Papua ataupun kejadian-kejadian
pembubaran diskusi yang selama ini sering terjadi. Apalagi kekerasan tersebut justru dilakukan oleh
aparat keamanan yang sejatinya harus memberikan perlindungan dan keamanan bagi seluruh warga
Negara Indonesia.

Paska pembubaran diskusi dan tindakan kekerasan yang kami alami, hari Rabu tanggal 11/07/18 pukul
16.00 WIB pihak kecamatan bersama orang-orang yang mengaku sebagai IKBPS (Ikatan Keluarga Besar
Papua Surabaya) yang diketuai oleh Piter Rumasek yang saat ini bekerja sebagai tantrib Satpol PP datang
untuk meminta maaf terkait pembubaran diskusi pada tanggal 06 Juli 2018. Akan tetapi, kedatangan dan
permintaan maaf mereka ditolak oleh Ikatan Mahasiswa Papua dan Aliansi Mahasiswa Papua karena
mereka datang tanpa permisi. Dalam upaya permintaan maaf tersebut mereka juga terkesan
meremehkan ujaran-ujaran rasis yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan menyangkal pelecehan
seksual yang sudah terjadi. IKBPS bukanlah ikatan yang mengayomi seluruh mahasiswa di Surabaya
sehingga IPMAPA dan AMP menolak secara tegas eksistensi organisasi tersebut.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 28 E ayat (3) dan Undang-Undang No. 39 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 24 ayat (1) memberikan jaminan atas kebebasan berserikat,
berkumpul. Sehingga tindakan kekerasan secara fisik dan psikis yang dilakukan aparat negara kepada
mahasiswa papua dan mahasiswa Surabaya merupakan bentuk pelanggaran HAM. Selain itu, tindakan
pelecehan seksual yang diduga dilakukan oleh salah satu oknum aparat kepolisian merupakan
pelanggaran serius terhadap pasal 289 KUHP, "Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seseorang melakukan atau membiarka dilakukannya perbuatan cabul, dihukum karena
melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan dengan pidana selama-lamanya sembilan
tahun"

Berdasarkan hal tersebut di atas, kami menuntut agar :

1. Presiden RI memerintahkan kepolisian dan TNI untuk menghentikan tindakan represif terhadap
masyarakat khususnya mahasiswa papua.

2. Kapolda Jatim untuk mengusut tuntas kasus kekerasan yang dilakukan oleh anggotanya terhadap
mahasiswa papua di jawa timur.

3. Kapolda jatim untuk menindak tegas dan memproses hukum bagi anggota kepolisian yang melakukan
pelecehan seksual kepada mahasiswi perserta diskusi di asrama mahasiswa papua (Surabaya) pada
tanggal 6 Juli 2018.

4. Pemerintah kota Surabaya tidak bertindak diskriminatif terhadap mahasiswa papua yang berada di
kota Surabaya

Pemerintah dan aparat penegak hukum menegakkan jaminan kebebasan berkumpul, berserikat,
berekspresi dan menyampaikan pendapat yang merupakan hak setiap manusia tanpa terkecuali.

5. Kami juga menyerukan kepada seluruh baik organisasi mahasiswa di seluruh Indonesia, khususnya di
jawa timur dan organisasi massa sektor rakyat untuk memberikan dukungan solidaritas bersama-sama
berjuang untuk menegakkan hukum seadil-adilnya dengan berbagai bentuk macamnya sesuai dengan
kesanggupannya masing-masing.

Kami yang bertanda tangan di bawah ini siap untuk bersolidaritas:

1. LBH SURABAYA

2. FMN SURABAYA

3. IPMAPA

4. AMP SURABAYA
5. SERUNI SURABAYA

6. FNKSDA Surabaya

7. Seruni Wil. Lampung

8. LADA-DAMAR Lampung

9. CCC Lampung

10. SP Sebay Lampung

11. AGRA Wil. Lampung

12. FMN Cabang Bandar Lampung

13. Pembaru Wil. Lampung

14. AGRA Jawa Timur

15. Komite Peduli Agraria Ponorogo (KPAP)

16. Yayasan Perlindungan Insani

17. Papua Itu Kita

18. Civil Liberty Defenders (CLD)

19. Seruni Kapuk

20. KTP Kapuk Poglar

21. Agra Malang

22. Seruni Kalimantan Tengah

23. Seruni Kalimantan Barat

24. PROGRESS Palangkaraya

25. SPR Kalimantan Tengah

26. Gusdurian Surabaya

27. GSBI Jombang

28. Seruni Malang

29. Surabaya Melawan

30. FMN Malang

31. AGRA Jawa Barat

32. AGRA Wil. NTB


33. Seruni Wil NTB

33. FMN Cabang Lombok Timur

34. Seruni Jawa Barat

35. Pembaru Jawa Barat

36. Gabungan Migran Muslim Indonesia Di Hongkong (GAMMI-HK)

37. Intrans Institute

38. Komite Aksi Kamisan Malang

39. FNKSDA Bandung Raya

40. KPS2K Surabaya

41. Arek Feminis

42. Konde Institute

43. GAYA NUSANTARA

44. FNKSDA Bandung Raya

45. Perkumpulan Pengacara HAM Papua (PAHAM-PAPUA)

46. Garda Papua

47. Forum Independent Mahasiswa West Papua (FIM-WP)

48. Komite Pendidikan Tinggi Regional Jawa Barat

49. AGRA ACP Pagelangan

50. FMN Bandung

51. Seruni Bandung

52. Seruni Riau

53. RUPARI (Rumpun Perempuan dan Anak Riau)

54. Merah Muda Memudar

55. ATKI Hongkong

56. Jakarta Feminist Discussion Group

57. PEMBEBASAN Bandung

Sekian dan kami ucapkan terima kasih


salam demokrasi!!

Cp :

1. Moh Soleh (LBH Surabaya) : 082330332610

2. Anindya Shabrina (FMN) : 087855945829

3. Hendrik (AMP) : 081344093962

Anda mungkin juga menyukai